BAB I PENDAHULUAN
1.5.
Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap
wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara jasmaniah dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi ada kalanya masalah kehamilan dan kelahiran tidak seperti yang diharapkan, seperti terjadinya kematian janin dalam kandungan serta lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Depkes, 2000). Kematian janin dalam kandungan (KJDK) adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehamilan. KJDK menyumbang jumlah yang hampir sama besarnya dengan kematian neonatal (bayi yang berumur 0-28 hari) terhadap tingginya angka kematian perinatal (0-7 hari) (Behrman, 1994). Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator dari tingkat kesehatan ibu dan anak, selain itu bayi dengan BBLR merupakan determinan yang utama pada kematian perinatal dan neonatal. Menurut World Health Organization (WHO) bayi dengan BBLR merupakan penyebab dasar kematian neonatus (Depkes, 2000). Berdasarkan data dari WHO, prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
Universitas Sumatera Utara
dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (Depkes, 2000). Menurut Agustina, dkk., yang dikutip oleh Yekti (1995) menyatakan bahwa dari berbagai negara selama lebih 30 tahun terakhir, anak yang mempunyai BBLR umumnya dapat bertahan hidup dengan normal sampai kanak-kanak. Beberapa anak yang lahir BBLR akan mengalami hambatan pada pertumbuhan otak, mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit infeksi, serta hambatan pertubuhan fisik. Masalah utama bayi baru lahir adalah masalah yang sangat spesifik, yang terjadi pada masa perinatal serta dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Timbulnya masalah pada masa perinatal merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil (Depkes, RI, 1999). Angka BBLR di Indonesia masih tinggi yaitu 14%. Angka yang tinggi ini merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi yang juga cukup tinggi di Indonesia. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi yang BBLR akan mempunyai kemungkinan meninggal neonatal 20-30 kali lebih besar dan meninggal sebelum berumur 1 tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang lahir dengan berat badan yang cukup. Selain itu bayi yang BBLR mengalami gangguan perkembangan mental sehingga mengakibatkan kecerdasan dan kemampuan belajar menurun. Menyadari
Universitas Sumatera Utara
hal itu, pemerintah menetapkan bahwa angka BBLR harus diturunkan dari 14% menjadi 7% (Depkes, 2000). Tahun 1993-1998 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi di Semarang mendapatkan angka kematian perinatal 35,12/1000 kelahiran yang ada, sedangkan kematian janin dalam kandungan adalah 20/1000. Dari seluruh kematian perinatal tersebut diperoleh 57,1% adalah akibat bayi yang BBLR. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang BBLR memberikan kontribusi yang besar terhadap kematian perinatal (Soejoenoes, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Haji Adam Malik Medan ditemukan kejadian BBLR pada tahun 1996 sebesar 5,77% dari 659 bayi dan pada tahun 1997 mengalami peningkatan menjadi 7,2% dari 736 bayi dan pada tahun 1998 mengalami penurunan sebesar 0,85% dari 590 bayi dan pada tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 4,5% dari 717 bayi dan pada tahun 2000 mengalami peningakatan sebesar 7,68% dari 729 bayi (Jumirah, dkk, 2001). Menurut Setyowati (1995) beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain : faktor sosial demografi (umur ibu, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi), faktor antropometri (berat badan ibu <39 kg atau >90 kg, tinggi badan ibu <145 cm, LILA ibu <23,5 cm), faktor biomedis ( paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil) pelayanan medis, perilaku, dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survei awal diketahui bahwa Rumah Sakit Sri Ratu Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta dimana terdapat jumlah kasus kematian janin dalam kandungan (KJDK) dan BBLR yang cukup tinggi yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit yaitu sebanyak 71 kasus (5,6%) BBLR dari 1.268 kelahiran bayi dan 27 kasus (2,1%) KJDK selama tahun 2009.
1.6.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “bagaimana karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”.
1.7.
Tujuan Penelitian
1.7.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”. 1.7.2. Tujuan Khusus 2. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor sosial demografi yang meliputi : umur ibu, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan ibu. 3. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor antropometri yaitu ukuran LILA. 4. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor biomedis yang meliputi : paritas, umur kehamilan, jarak kelahiran, tekanan darah dan kadar Hb.
Universitas Sumatera Utara
1.8.
Manfaat Penelitian Memberikan masukan kepada Dinas Kesehatan dan pihak Rumah Sakit Sri
Ratu Medan untuk menentukan kebijakan dan prioritas dalam menyusun program yang berkaitan dengan penurunan angka kematian janin dalam kandungan dan penurunan angka BBLR.
Universitas Sumatera Utara