BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional. Aktivitas perdagangan yang semakin meningkat, menjadikan semakin dibutuhkannya fasilitas perdagangan seperti pasar. Pasar merupakan fasilitas umum yang berfungsi untuk melayani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Pada awalnya pasar hanya menjual kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Sejalan kebutuhan suatu masyarakat, terjadi perubahan fungsi dalam pelayanannya. Semakin beragamnya jenis barang yang diperdagangkan, kenyamanan fasilitas dan berbagai kemudahan lainnya. Keberadaan pasar merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Kemajuan atau kemunduran taraf hidup masyarakat dari segi ekonomi sangat ditentukan oleh lembaga ekonomi ini. Apabila kita berbicara tentang pasar, yang tergambar dalam benak kita adalah tempat berkumpulnya antara pedagang dan pembeli; tempat tersedianya berbagai komoditi barang; juga tempat berlangsungnya jual beli antara pedagang dan pembeli, baik dalam partai besar maupun partai kecil (pembelian dalam jumlah kecil) dengan alat tukar berupa uang (Sariyun et al, 1995: 46).
1
2
Salah satu pasar tertua yang masih berdiri di Kota Bandung adalah Pasar Baru Bandung. Pasar yang terletak di Jalan Oto Iskandardinata merupakan salah satu pusat perdagangan terbesar di Kota Bandung. Baik untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat. Pasar Baru merupakan pasar tradisional yang dibangun pada tahun 1906. Kegiatannya hanya menjual berbagai kebutuhan bahan pangan sehari-hari. Pasar itu juga merupakan pengganti dari pasar lama yang terbakar di daerah Ciguriang. Sebagai tempat penampungan pedagang, keadaannya menjadi cenderung kotor dan kumuh. Oleh karena itu, Pemerintah Hindia-Belanda mendirikan bangunan dalam bentuk permanen. Bentuknya berupa jajaran toko-toko di bagian depan dan los-los pasar di bagian belakangnya. Sejak tahun 1930, fungsi dan peranan Pasar Baru dalam kehidupan seharihari sudah sangat terasa bagi masyarakat. Dapat ditinjau dari fungsinya sebagai sarana sosial dan ekonomi. Sebagai sarana sosial yaitu sebagai penyedia barangbarang kebutuhan sehari-hari. Sedangkan sebagai sarana ekonomi yaitu tempat bagi para pedagang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Pada saat itu, terdapat berbagai macam jenis perdagangan seperti bahan tekstil, pakaian, batik, makanan khas, sayuran, ikan dan lain-lain. Akhirnya, Pasar Baru disebut sebagai pasar yang paling lengkap jenis usahanya. Haryoto Kunto (1996: 838) dalam bukunya Semerbak Bunga di Bandung Raya menyatakan bahwa Pasar Baru terkenal dengan komoditas kainnya, termasuk kain batik dan pakaian. Salah satu pedagang terkenal pada saat itu adalah Babah Shantung.
3
Proyek peremajaan Pasar Baru telah memberikan pengaruh yang besar terhadap aktivitas pasar. Renovasi pasar telah berlangsung sebanyak empat kali dengan bentuk bangunan yang mengalami perubahan. Pasar Baru mulai dibangun menjadi pasar berbentuk modern pada tahun 1971. Hal itu dilakukan oleh Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung bekerjasama dengan PT. Unicor. Saat itu PT. Unicor hanya bertindak sebagai pelaksana pembangunan. Sedangkan pengelolaan berada di tangan perusahaan pasar di bawah Dinas Pendapatan Daerah. Bentuk bangunan dirancang dengan model bangunan bertingkat. Akan tetapi tidak semua kios pada setiap lantai terisi penuh. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena harga jual kios yang relatif mahal. Perkembangan paling pesat terjadi ketika peremajaan pasar pada tahun 2002. Pasar mulai dibangun ulang menjadi pusat perdagangan grosir dan eceran. Hal tersebut untuk menampung pedagang tradisional dan modern dengan fasilitas yang lebih lengkap dan modern. Konsepnya adalah pasar modern yang menjual berbagai barang dan tidak terbatas pada kebutuhan bahan pangan. Desain bangunan yang bernuansa modern dengan delapan lantai, dua lantai dasar dan dua basement. Fasilitas juga memadai dan kecanggihannya dilengkapi dengan 46 buah eskalator dan delapan buah lift (Data Teknis Proyek Pasar Baru Bandung). Saat ini, pengelolaan Pasar Baru berada dibawah PT. Atanaka Persada Permai bekerjasama dengan PD. Pasar Bermartabat kota Bandung. Pasar Baru diresmikan pada tanggal 21 Agustus 2003 oleh Walikota Bandung dengan nama Pasar Baru Trade Center.
4
Kota Bandung sebagai simbol mode dan fashion telah menjadikan Pasar Baru berkembang menjadi pusat belanja dan tujuan wisata. Konsep tradisional sebagai pasar masih dipertahankan yaitu tawar menawar dalam transaksi jual belinya. Bahkan Pasar ini merupakan salah satu pendukung pariwisata Kota Bandung berupa wisata belanja. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang setiap harinya. Baik dari masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya, maupun wisatawan domestik serta mancanegara. Ada berbagai faktor yang membuat pengunjung tertarik untuk berbelanja di Pasar Baru. Selain harganya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lain. Kualitas dari barang-barang yang diperdagangkannya juga tidak kalah bersaing. Terutama untuk jenis produk tekstil dan pakaian jadi, jumlah barangnya sangat beragam. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Sebagian besar pembeli adalah pedagang kecil yang membeli barang secara grosir untuk dijual kembali. Perkembangan Pasar Baru menjadikan pedagang Pasar Baru mengalami pergeseran. Jika dulu mayoritas etnik pedagang adalah suku Sunda dan Cina, kini kebanyakan pedagang berasal dari suku Padang. Catatan dari manajemen Pasarbaru Trade Center memperlihatkan bahwa 40% pedagang saat ini berasal dari Padang, 30% Cina, sementara 30 % sisanya adalah campuran antara Sunda, Jawa,
Arab,
India
dan
lain-lain
(http://www.pasarbarutradecenter.co.id.).
Pergeseran pedagang ini menjadi hal yang menarik karena dalam jangka waktu kurang lebih 30 tahun, etnik Sunda sebagai tuan rumah tergeser oleh pendatang. Salah satunya yang terkenal dengan budaya merantaunya yaitu suku Minang. Bahkan suku Minang juga menguasai hampir segala jenis perdagangan di Pasar
5
Baru. Suku Minang dan etnis lainnya telah memberikan kontribusi terhadap perputaran uang dan perekonomian di kota Bandung. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan Pasar Baru Bandung dengan alasan sebagai berikut: Pertama, Pasar Baru merupakan pasar tertua yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Saat ini sebagai salah satu pusat perdagangan terbesar di kota Bandung. Pasar Baru masih bertahan sampai sekarang dengan berbagai perkembangan dan perubahannya. Walaupun dalam bentuk bangunan modern yang megah tetapi tidak meninggalkan perannya sebagai pasar tradisional. Kedua, pergeseran pedagang dari segi etnik membuat penulis sangat tertarik untuk mengkajinya. Bagaimana suku Sunda sebagai tuan rumah kota Bandung tidak lagi menguasai perdagangan. Sehingga kini yang menguasai perdagangan di kota Bandung adalah suku Minang. walaupun tidak dapat dipungkiri masih ada pedagang asli Sunda yang masih bertahan dan mempertahankan usaha secara turun temurun. Ketiga, penulis mengambil tahun 1971 sebagai awal kajian karena pada tahun tersebut Pasar Baru mulai dibangun dalam bentuk modern. Peremajaan dilakukan
terhadap
bangunannya
dan
berpengaruh
terhadap
aktivitas
perdagangan. Baik bagi pedagang, pembeli dan pengelolaannya. Adapun tahun 2003 dijadikan sebagai akhir kajian karena pada tanggal 21 Agustus 2003, Pasar Baru diresmikan oleh walikota Bandung. Salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di kota Bandung dengan nama Pasar Baru Trade Center.
6
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian Berdasarkan beberapa pikiran pokok di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana Pasar Baru Bandung dapat tetap bertahan menjadi pusat perdagangan selama 32 tahun. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka peneliti membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi Pasar Baru Bandung sebagai pusat perdagangan antara tahun 1971-2003? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pedagang Pasar Baru Bandung dalam mengembangkan usahanya? 3. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan Pasar Baru Bandung sebagai pusat perdagangan? 4. Bagaimana kontribusi Pasar Baru Bandung terhadap perubahan sosial ekonomi pedagang antara tahun 1971-2003?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran umum mengenai kondisi Pasar Baru Bandung, meliputi gambaran singkat berdirinya Pasar Baru Bandung, perdagangan serta sarana dan prasarana di Pasar Baru Bandung.
7
2. Mengidentifikasi upaya yang dilakukan pedagang di Pasar Baru Bandung dalam menjalankan usahanya, meliputi segi permodalan, komoditi yang dijual, pendapatan dan keuntungan, kewirausahaan dan distribusinya. 3. Mengidentifikasi peran pemerintah daerah dalam mengembangkan kawasan Pasar Baru Bandung sebagai pusat perdagangan, ditinjau dari mekanisme, pengelolaan dan renovasi bangunan Pasar Baru. 4. Mengungkapkan kontribusi Pasar Baru Bandung terhadap terhadap perubahan sosial ekonomi pedagang antara tahun 1971-2003, dengan memperhatikan aspek-aspek perubahan sosial serta kondisi ekonomi meliputi tingkat kesejahteraan pedagang berupa pendapatan dan mobilitas sosial.
1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Khususnya
dapat
memberikan
gambaran
secara
menyeluruh
mengenai
perkembangan Pasar Baru Bandung secara historis. Kemudian diharapkan menambah khasanah keilmuan sejarah. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan dan memperkaya pengetahuan serta wawasan mahasiswa pendidikan sejarah mengenai sejarah lokal. Manfaat lainnya adalah diharapkan dapat memberikan informasi maupun sumbangan pemikiran dan bahan perbandingan bagi pihak lain untuk mengkaji lebih lanjut mengenai Pasar Baru Bandung.
8
1.4 Metode dan Teknik Penelitian 1.4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode sejarah atau metode historis. Metode sejarah ialah bagaimana mengetahui sejarah (Sjamsuddin, 1997: 3). Gottschalk mengatakan (1986: 32) metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Sedangkan Kuntowijoyo (1994: xii) mendefinisikan metode sejarah sebagai petunjuk khusus tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian sejarah. Maka secara umum, metode sejarah diartikan sebagai usaha dari peneliti untuk menyajikan tulisan di mulai dari pencarian sumber, kritik dan analisa sumber, serta interpretasi. Metode sejarah biasanya dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Heuristik Heuristik yaitu upaya mencari, menemukan dan mengumpulkan data yang digunakan sebagai sumber, baik lisan ataupun tulisan sehingga dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang dikaji. Pencarian dilakukan dengan mendatangi
beberapa
perpustakaan,
seperti
perpustakaan
UPI,
kantor
perpustakaan dan arsip daerah Bandung, perpustakaan daerah Jawa Barat serta perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. Penulis melakukan penelitian langsung di Pasar Baru Bandung dan mencari sumber artikel menggunakan penelusuran internet. Penulis juga menjadikan sumber lisan sebagai sumber utama dalam kajian ini, sumber lisan merupakan cerita yang disampaikan secara lisan, biasanya sumber lisan didapatkan dari hasil wawancara.
9
2. Kritik Kritik sumber adalah metode untuk menilai sumber yang kita butuhkan dalam penulisan sejarah. Kritik dilakukan terhadap sumber yang sudah didapatkan, baik berupa kritik eksternal maupun kritik internal. Kritik eksternal dilakukan terhadap fisik sumber untuk menguji keaslian atau asal muasal sumber yang diperoleh. Sedangkan kritik internal lebih kepada kebenaran isi atau materi sumber. Pada tahap ini penulis berusaha untuk mengkritisi sumber-sumber yang berkaitan dengan perkembangan Pasar Baru. 3. Interpretasi Interpretasi adalah proses menafsirkan keterangan dari sumber-sumber sejarah berupa fakta dan data yang terkumpul dengan cara dirangkaikan serta dihubungkan. Sehingga tercipta penafsiran sumber sejarah yang sesuai dengan permasalahan. Pada tahap ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dengan mengkaji beberapa konsep sosiologi, ekonomi dan geografi untuk memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang berhubungan dengan perkembangan Pasar Baru. 4. Historiografi Historiografi merupakan tahapan terakhir dari penelitian ini. Historiografi yaitu penulisan sejarah, sumber-sumber yang ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan. Selanjutnya ditulis menjadi suatu kisah sejarah yang selaras atau suatu cerita ilmiah dalam tulisan berbentuk skripsi yang berjudul “Perkembangan Pasar Baru sebagai Pusat Perdagangan di Kota Bandung (Suatu Tinjauan Historis Tahun 1971-2003)”. Penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan
10
sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana. Kemudian dengan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar, serta sesuai dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI.
1.4.2 Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitan. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: studi kepustakaan, dokumentasi dan wawancara. Studi kepustakaan, mempelajari data-data atau catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mempelajari buku-buku untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan masalah penelitian. Sedangkan studi dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam rekaman, gambar, suara, tulisan, atau lain-lain, berupa arsip-arsip dan dokumendokumen yang berkaitan dengan perkembangan Pasar Baru Bandung. Penelitian
ini
juga
menggunakan
teknik
wawancara
yaitu
cara
pengumpulan data berupa informasi lisan yang didapatkan dari narasumber. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan dengan tanya jawab secara resmi atau bersifat non formal, penulis melakukan wawancara ini dengan narasumber yang dianggap mengetahui baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai perkembangan Pasar Baru Bandung, seperti pengelola Pasar Baru Bandung, Kepala PD. Pasar Bermartabat unit Pasar Baru, Ketua
11
Koperasi Pedagang Pasar Baru dan Pedagang Pasar Baru. Penggunaan wawancara sebagai teknik untuk memperoleh data berdasarkan pertimbangan bahwa periode yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini masih memungkinkan didapatkannya sumber lisan. Selain itu, narasumber juga mengalami, melihat dan merasakan sendiri peristiwa yang terjadi pada masa lalu sehingga sumber yang diperoleh menjadi objektif.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, bab ini mengemukakan latar belakang masalah penelitian yang menjelaskan alasan penulis tertarik dengan permasalahan yang dikaji, rumusan dan batasan masalah penelitian yang berbentuk pertanyaan penelitian sehingga permasalahan tetap fokus, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini memaparkan berbagai sumber kepustakaan yang digunakan oleh penulis beserta pokok pikiran dari sumber kepustakaan tersebut untuk mendukung permasalahan yang dikaji. Sumber kepustakaan yang digunakan adalah buku-buku yang berkaitan dengan ekonomi mikro, kewirausahaan serta perubahan sosial. Bab III Metodologi Penelitian, bab ini mendeskripsikan langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode sejarah, dimulai dengan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Serta menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep sosiologi, antropologi,
12
ekonomi dan geografi dalam menafsirkan sumber-sumber yang berkaitan dengan perkembangan Pasar Baru. Bab IV Dinamika Perdagangan di Pasar Baru Bandung. Pada Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis yang meliputi lima subbab. Pada bagian pertama, penulis membahas tentang gambaran umum Kota Bandung yaitu letak geografis dan administratif, perkembangan awal Pasar Baru Bandung. Bagian kedua, kondisi Pasar Baru Bandung tahun 1971-2003, perdagangan dari segi permodalan, komoditas, distribusi, sarana dan prasarana di Pasar Baru Bandung. Bagian ketiga, upaya yang dilakukan pedagang dalam mengembangkan usahanya yaitu etos kerja pedagang, hubungan kerjasama antar pedagang dan peran koperasi dalam membantu usaha pedagang. Bagian keempat adalah peran pemerintah daerah dalam mengembangkan Pasar Baru Bandung. Dalam hal mekanisme dan pengelolaan Pasar Baru dan renovasi bangunan pasar. Bagian terakhir mengenai kontribusi Pasar Baru Bandung terhadap perubahan sosial ekonomi pedagang. Meliputi tingkat kesejahteraan pedagang dan mobilitas sosial. Bab V Kesimpulan, dalam pembahasan bab ini menyajikan penafsiran secara menyeluruh terhadap hasil penelitian tentang “Perkembangan Pasar Baru sebagai Pusat Perdagangan di Kota Bandung (Suatu Tinjauan Historis Tahun 1971-2003)”. Bab ini merupakan kesimpulan jawaban terhadap masalah secara keseluruhan dari pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah, setelah pengkajian pada bab sebelumnya.
13
Daftar Pustaka, pada bagian ini dicantumkan sumber-sumber yang digunakan penulis berupa sumber tertulis. Sumber-sumber tertulis itu meliputi buku, jurnal, surat kabar, dokumen dan lain sebagainya. Selain itu penulis juga menggunakan sumber melalui penelusuran dengan internet sebagai sumber pelengkap dan penunjang. Penulisan daftar pustaka ini telah sesuai dengan kaidah yang berlaku. Lampiran-Lampiran, bagian ini mencantumkan berbagai dokumentasi yang didapatkan selama kegiatan penelitian berlangsung. Dokumentasi penelitian ini berupa foto-foto, surat keterangan, daftar narasumber, hasil wawancara dan dokumentasi lainnya yang dianggap relevan untuk dilampirkan dan dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai penelitian ini.