1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha agribisnis yang dijalankan dengan konsep usaha kecil dan dijiwai oleh semangat kewirausahaan terbukti meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaaan. Karakteristik yang khas dari kelompok usaha kecil telah banyak diteliti oleh para ahli, terutama yang menyangkut bakat (personality traits), bagaimana seorang wirausaha memulai usaha dan bagaimana mereka bertahan dalam lingkungan kondisi lingkungan yang berubah terusmenerus (open-ended changes). Peran pembelajaran wirausaha di masyarakat pedesaaan sangat penting bagi pembangunan pertanian dalam mengembangkan usaha pertanian. Pembangunan pertanian di Indonesia masih menjadi sektor terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Pada dasarnya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup petani. Oleh karena itu, harus dilaksanakan secara berkelanjutan melalui pengembangan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya, agar selalu memiliki produktivitas yang tinggi, efisien, dan efektif serta memiliki daya saing yang dapat menjamin pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarganya secara berkelanjutan.
1
2
Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Tahun 2012, sektor primer menduduki posisi ketiga setelah sektor sekunder, dengan kontribusi sebesar 26,22%. Selain kontribusinya terhadap PDB, sektor primer juga memiliki peranan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari jumlah penduduk tersebut, sektor primer mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 96,24 juta orang atau 40,5% dari jumlah penduduk Indonesia termasuk di dalamnya tenaga kerja subsektor perkebunan sebanyak 22,34 juta orang atau 9,4% (BPS Pusat, 2012). Provinsi Bali memiliki luas wilayah ± 5.636,66 km2 atau 0,29 % dari luas daratan Indonesia. Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan lahan, ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai untuk kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Di Provinsi Bali peran sektor primer terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2012 menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar 17,63% di bawah sektor tersier yakni sebesar 66,26% (BPS Prov. Bali, 2012). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sektor primer memerlukan perhatian lebih serius agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di perdesaan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong pengembangan pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah dalam program pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali. Dalam rangka pembangunan sektor pertanian di Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali melaksanakan sistem pertanian terintegrasi, yang selanjutnya
3
dikenal dengan Simantri. Dalam sistem usaha terintegrasi ternak sapi dipelihara sehingga dapat menghasilkan pupuk kandang, sedangkan proses produksi tanaman untuk menghasilkan bahan makanan dan limbahnya digunakan untuk bahan pakan ternak dan pupuk kompos. Integrasi dikembangkan lewat perantara petani-petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Distan, 2012). Program Simantri bukan merupakan program sekali jalan, yang begitu dimulai tidak ada kelanjutannya lagi. Namun sebaliknya menjadi awal pemberdayaan dan pembentukan kreativitas petani dalam rangka terjun ke bisnis dan industri khususnya industri pupuk organik. Sebagai sebuah industri tentunya harus dapat meningkatkan pendapatan dan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran. Program Simantri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Pemerintah Provinsi Bali pada Tahun 2009, di delapan kabupaten di Bali, yang dilakukan oleh sepuluh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hingga Tahun 2012, di Provinsi Bali terdapat 325 Gapoktan pelaksana Simantri, yang tersebar di sembilan kabupaten/kota dan di seluruh kecamatan yang ada di Bali. Salah satu kabupaten yang mendapatkan bantuan program Simantri adalah Kabupaten Tabanan yang dijuluki sebagai lumbung beras di Bali. Kabupaten Tabanan memiliki tanaman padi paling luas dimana luas sawah di Kabupaten Tabanan sebesar 22.465 hektare dari total 81.482 hektare sawah di Provinsi Bali (Distan, 2009). Kabupaten Tabanan mendapatkan bantuan Simantri dari Tahun 2009 sebanyak 1 Simantri, Tahun 2010 sebanyak 4 Simantri, Tahun 2011 sebanyak 16 Simantri dan Tahun 2012 sebanyak 21 Simantri, sehingga
4
terdapat 42 Gapoktan di Kabupaten Tabanan yang menerima bantuan program Simantri. Pada Tahun 2009 dan 2010 bantuan dana ini diberikan sebesar Rp 180.000.000, sedangkan pada Tahun 2011 dan 2012 bantuan diberikan sebesar Rp 200.000.000 kepada masing-masing Gapoktan. Untuk memaksimalkan kegiatan Simantri maka diberikan pendamping di masing-masing Gapoktan (Distan,2012). Pendamping dan penyuluh lapangan bekerja sama dalam membina kelompok. Para petani diberikan pelatihan teknis kewirausahaan dan manajemen agribisnis agar mampu meningkatkan kemampuan SDM dalam menjalankan fungsi-fungsi kewirausahaan dan manajemen kelompok dalam kegiatan usaha pertanian terintegrasi. Tim teknis provinsi dan kabupaten juga memberikan pelatihan kelompok dengan cara pemberian bimbingan teknis dan pengawasan kegiatan/monitoring
sehingga
dapat
menghasilkan
SDM
yang
berjiwa
kewirausahaan. Sejak diimplementasikannya program Simantri pada Tahun 2009, saat ini Gapoktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan sudah menunjukkan kinerja keberhasilan sekitar 60% dalam mengelola usahataninya. Gapoktan Simantri telah mengadopsi
teknologi
pertanian
khususnya
pengolahan
pupuk
dengan
menggunakan mesin bantuan dari Pemerintah Provinsi Bali. Masing-masing Gapoktan juga sudah mengolah pupuk padat dan cair serta sudah mulai mengaplikasikan ke tanaman, sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahatani. Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan telah menerapkan pola integrasi dan kemitraan sudah terlaksana dengan baik, yaitu dengan memproduksi pupuk organik dan memasarkan hasil kelompok tani ke subak dan
5
tempat penjualan tanaman hias. Ada juga beberapa Gapoktan Simantri yang belum mampu mengolah dan memasarkan hasil pupuk mereka sehingga mereka melakukan kerja sama dengan Gapoktan lainnya berupa limbah mentah. Limbah mentah tersebut di jual pada Gapoktan Simantri lain setiap satu minggu sekali dengan diberikan harga Rp 30.000 per pick up. Pelaksanaan program sistem pertanian terintegrasi saat ini banyak juga terdapat kendala-kendala di lapangan seperti kurangnya antusiasme para petani dalam melaksanakan program simantri karena mengubah pola pikir SDM ke arah pertanian organik masih sulit karena masih menerapkan unsur kimiawi. Ada juga yang hanya menginginkan bantuannya saja tetapi tidak menjalankan kegiatan integrasi sehingga di lokasi Simantri hanya ada kegiatan pemeliharaan sapi saja. Selain itu kegiatan pemasaran hasil produk pertanian organik juga kurang karena kualitas SDM yang rendah sehingga kurang dalam mencari informasi. Terkait dengan pengembangan sistem agribisnis, Gapoktan Simantri hendaknya memiliki jiwa kewirausahaan dan kemampuan mengelola agribisnis (manajemen agribisnis). Beberapa Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan belum mampu menerapkan jiwa kewirausahaannya dan belum memiliki kemampuan tentang manajemen agribisnis yang optimal. Dalam hal ini sebagian petani belum memiliki motivasi dan inovasi dalam menjalankan kegiatan usahatani yang berwawasan agribisnis, sehingga mereka hanya lebih fokus pada subsistem usahatani yang hanya semata-mata berorientasi pada produksi. Pemahaman terhadap pelaksanaan program Simantri masih kurang, ini besar kaitannya dengan kualitas SDM. Berdasarkan informasi terkait bahwa
6
pendampingan program Simantri masih sangat kurang di lokasi Simantri, karena pendampingan hanya membicarakan masalah soal teknis dan kurang dalam pembicaraan masalah membangkitkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen yang ada di Gapoktan Simantri. Kegagalan tentu lebih banyak disebabkan karena kurangnya kualitas SDM khususnya pada membangkitkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnisnya yang masih rendah. Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain terletak pada kemampuan kewirausahaan dan penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992). Penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam program Simantri diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Tabanan. Kurangnya penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis di setiap Gapoktan Simantri dapat menyebabkan tidak tercapainya keberhasilan dalam program Simantri. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui unsur jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis yang telah diterapkan oleh petani dan bagaimana pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana
pengaruh
tingkat
jiwa
kewirausahaan
terhadap
tingkat
keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimanakah pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimana pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 2. Menganalisis pengaruh tingkat jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 3. Menganalisis pengaruh penerapan manajemen agribisnis terhadap tingkat keberhasilan kelompok tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
8
1.4 Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini terlaksana, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap: 1. Bagi Gapoktan di Kabupaten Tabanan Sebagai tambahan pengetahuan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam penerapan program Simantri agar optimal serta didapat keuntungan yang maksimal dan berkelanjutan. 2. Bagi Pemerintah Provinsi Bali Sebagai bahan pertimbangan yang akan menyalurkan dana bantuan sosial untuk membantu pelaksanaan usahatani serta dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan khususnya terhadap Kelompok. 3. Bagi Mahasiwa dan Peneliti lain Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa atau peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Konsep Simantri Simantri atau lebih dikenal dengan sebutan Sistem Pertanian Terintegrasi memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih
teknologi
kepada
masyarakat
pedesaan.
Program
Simantri
ini
mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara vertikal maupun horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan lainnya sesuai potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program Simantri ( Distan, 2012). Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik dan bio pestisida ( Distan, 2012). Maksud dan Kegiatan Simantri : 1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan agribisnis. 2. Sebagai
salah
satu
upaya
pengentasan
kemiskinan,
pengurangan
pengangguran, mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara. 9
10
3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas . 4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan petani pelaksana Kriteria Lokasi Kegiatan Simantri : 1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan memiliki komoditi unggulan sebagai titik ungkit. 2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi. 3. Dapat dilaksanakan pada desa dengan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis. Dengan pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) antara sektor pertanian dengan sektor peternakan dengan kompeherensif, prinsip ramah lingkungan dan berbasis pada sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga pada akhirnya akan tercipta pola pertanian yang mandiri, komperhensif, ramah lingkungan, berbasis pada sumber daya lokal, melembaga dan berkesinambungan. Hal itu dibarengi dengan meningkatnya pendapatan perekonomian petani dan peningkatan kesejahteraan petani (Distan, 2012).
2.2. Pengertian Kewirausahaan Menurut Suryana (2003) kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda seperti : 1) pengembangan teknologi baru, 2)
11
penemuan pengetahuan ilmiah baru, 3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada, 4) penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide baru dan berbeda dalam pemecahan masalah maupun menemukan peluang (doing new think). Sesuatu yang baru dan berbeda dapat berbentuk hasil seperti barang dan jasa, dan juga dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Menurut Griffin (2004) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengambilan resiko dari suatu usaha bisnis. Seorang wirausahawan adalah seorang yang terlibat dalam kewirausahaan. Wirausahawan memulai bisnis baru dengan suatu bisnis kecil sebagai suatu bisnis yang dimiliki secara pribadi oleh seorang individu atau suatu kelompok kecil individu yang memiliki penjualan dan aktiva yang tidak cukup besar untuk dapat mempengaruhi lingkungannya. Kewirausahaan merupakan aspek yang sangat penting tidak hanya bagi pelaksanaan suatu kegiatan usaha (bisnis) tetapi juga dalam menghadapi berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. kewirausahaan mencerminkan kualitas dan kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan dan resiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keberhasilan. Kewirausahaan merupakan kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap dan prilaku. Bagaimana seseorang memandang suatu kejadian, mengambil keputusan atas dasar pandanganya, bertindak mewujudkan keputusannya, dan menerima konsekwensi dari tindakan tersebut sebagai bagian dari proses penghimpunan pengetahuan dan keterampilan (Supartha dan Ramantha, 2010).
12
Wirausaha atau entrepreneur adalah orang yang mempunyai sifat kewirausahaan, yakni kemampuan seseorang untuk melihat peluang-peluang bisnis, mengelola, dan memanfaatkannya (kreatif), dengan gagasan-gagasan yang senantiasa baru (inovatif), serta melembagakan dalam suatu perusahaan miliknya dengan resiko yang telah diperhitungkan untuk mencapai nilai tambah dan kesejahteraan (Supartha, 2005). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seorang wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki motivasi untuk maju, mental yang kuat, kreatif dan inovator, kemampuan menjalin hubungan antar manusia, memiliki kemampuan berkomunikasi dan memiliki pengetahuan teknis yang baik dalam menciptakan nilai tambah dari peluang usaha yang ada.
2.3. Sifat atau Jiwa Kewirausahaan Sifat terdapat dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat bersifat umum, tidak terkait dengan obyek tertentu atau situasi tertentu. Sifat mempunyai kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten. Sifat tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diamati dari tingkah lakunya. Dalam diri seorang wirausahawan terdapat beberapa sifat atau jiwa yang khas. Sifat-sifat tersebut mampu mengantarkan keberhasilan dalam mengelola perusahaan, dan sifat-sifat itu pula dapat menentukan kadar kewirausahaan seseorang. Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat ke depan. Melihat ke depan bukan melamun kosong, tetapi melihat, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya.
13
Menurut Alma, 2007 sebagai wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat seperti percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan, dan kreatifitas. Berbagai sumber pustaka mengemukakan sifat-sifat itu secara bervariasi, tetapi secara umum dapat diidentifikasikan beberapa sifat atau jiwa kewirausahaan (Supartha dan Ramantha, 2010), yaitu : 1. Sifat instrumental, sifat yang dalam berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungan (yang dipandangnya sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha. 2. Sifat prestatif, dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik lebih efektif dibandingkan dengan sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik. baginya yang penting adalah proses mencapai prestasi itu. 3. Sifat keluwesan bergaul, selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. Selalu tampil dengan wajah ramah, akomodatif terhadap berbagai ajakan untuk berdialog, dan baik pengendalian emosinya. 4. Sifat pengambil resiko, selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Segala tindakan diperhitungkan dengan cermat, dan selalu mencoba mengantisipasi kemungkinan usahanya.
adanya
hambatan-hambatan
yang
dapat
menggagalkan
14
5. Sifat swakendali, selalu mengacu kepada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha. Dia tahu persis kapan saatnya harus bekerja keras, saat berhenti bekerja, dan harus mengubah strategi dalam bekerja bila menghadapi hambatan. 6. Sifat kerja keras, selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. 7. Sifat keyakinan diri, selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 8. Sifat inovatif, selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil penemuan terbaru. 9. Sifat kreatif, selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. 10. Sifat kepemimpinan, selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada organisasi perusahaannya. Menurut McGraith & Mac Millan (dalam Kasali, dkk 2010) tujuh sifat atau karakter dasar yang perlu dimiliki setiap calon wirausaha adalah sebagai berikut : 1. Action Oriented. Bukan tipe menunda, wait &see, atau membiarkan sesuatu (kesempatan) berlalu begitu saja. Ia tidak menunggu segala sesuatunya jelas dulu atau budgetnya ada dulu. Mereka adalah seorang yang ingin segera
15
bertindak sekalipun situasinya tidak pasti, bagi mereka resiko adalah bukan untuk dihindari melainkan dihadapi dan ditaklukkan. 2. Berpikir simple. Sekalipun dunia telah berubah menjadi sangat kompleks, mereka selalu belajar menyederhanakannya. Dan sekalipun berilmu tinggi, mereka bukanlah manusia teknis yang ribet dan menghendaki pekerjaan yang kompleks. Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap. 3. Mereka selalu mencari peluang-peluang baru. Untuk usaha-usaha yang baru mereka selalu mau belajar yang baru membentuk jaringan dari bawah dan menambah landscape atau scope usahanya. 4. Mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Seorang wirausaha bukan hanya awas, memiliki mata yang tajam dalam melihat peluang atau memiliki penciuman yang kuat terhadap keberadaan peluang itu. Peluang bukan hanya dicari, melainkan diciptakan, dibuka dan diperjelas. Karena wirausaha melakukan investasi dan menanggung resiko, maka wirausahawan harus memiliki disiplin yang tinggi. 5. Hanya mengambil peluang yang terbaik. Seorang wirausaha pada waktunya akan menjadi sangat awas dan memiliki penciuman yang tajam. Namun usahawan yang sejati hanya akan mengambil peluang yang terbaik. 6. Fokus pada eksekusi. Seorang wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan pikiran, merenung atau menguji hipotesa melainkan seorang yang fokus pada eksekusi. Mereka tidak mau berhenti pada eksploitasi pikiran atau berputar-putar dalam pikiran penuh keragu-raguan.
16
7. Memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti. Seorang wirausahawan tidak bekerja sendirian. Ia menggunakan tangan dan pikiran banyak orang, baik dalam perusahaannya sendiri maupun dari luar. Mereka membangun jaringan daripada melakukan semua impiannya sendiri Menurut peneliti berdasarkan uraian diatas sifat jiwa kewirausahaan dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Sifat instrumental yaitu selalu memanfaatkan sesuatu di lingkungan, (2) sifat prestatif yaitu selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik, (3) sifat keluwesan bergaul yaitu dapat berinteraksi dengan temantemannya, (4) sifat pengambil resiko yaitu tidak khawatir dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti, (5) sifat swakendali yaitu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi sehinga bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan, (6) sifat kerja keras yaitu tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, (7) sifat keyakinan diri yaitu percaya pada kemampuan diri dan tidak ragu-ragu, (8) sifat inovatif yaitu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerjanya, (9) sifat kreatif yaitu mempunyai gagasan baru dan menemukan peluang-peluang baru, (10) sifat kepemimpinan yaitu dapat mempengaruhi anggota dalam melakukan tugas, (11) Sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) yaitu tidak suka menunda pekerjaan, (12) sifat berpikir sederhana (simple) yaitu berpikir sederhana dalam menghadapi masalah dengan menyelesaikannya satu demi satu secara bertahap, (13) sifat fokus pada usaha yang digeluti yaitu selalu bertekad mencurahkan segenap demi pengembangan usaha yang digeluti Jiwa kewirausahaan tidak lagi dipandang sebagai suatu yang dibawa seseorang sejak lahir, tetapi diperoleh dalam proses pembentukan kepribadiannya,
17
sehingga setiap orang berpeluang menjadi wirausahawan yang berhasil. Keberhasilan tersebut tergantung sejauh mana seseorang tekun mengembangkan pengetahuan
maupun
keterampilan,
terutama
pada
sikap
mental
dan
kepribadiannya.
2.4. Manajemen Agribisnis Agribisnis berasal dari kata Agribusinees, dimana Agri = Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi pada keuntungan. Jika didefiniskan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komuditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. (Antara, 2005) Setiap subsistem agribisnis terdiri dari bermacam-macam aktivitas atau kegiatan berorientasi bisnis (keuntungan). Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan maka memerlukan pengorganisasian yang baik. Sedangkan pengorganisasian yang baik
adalah organisasi yang menerapkan unsur-unsur
manajemen. Jadi menurut Antara (2005) Manajemen Agribisnis adalah penerapan unsur-unsur manajemen dalam organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis dapat mencapai tujuan organisasi, misalnya efisiensi alokasi sumber daya, biaya minimal, keuntungan maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan
18
produksi,
memenangkan
persaingan,
perluasan
wilayah
pemasaran
dan
sebagainya. Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun dibidang agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007). Akan tetapi mengingat adanya karakteristik agribisnis yang khas (unique) maka manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dari manajemen lainnya (Downey dan Erickson,1992) ialah sebagai berikut (1) Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, yaitu dari para produsen dasar ke konsumen akhir akan melibatkan hampir setiap jenis perusahaan bisnis yang pernah di kenal oleh peradaban, (2) Besarnya pelaku agribisnis, (3) Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik langsung maupun tidak langsung (4) Keanekaragaman skala usaha di sektor agribisnis, dari yang berskala usaha kecil sampai dengan perusahaan besar, (5) Persaingan pasar yang ketat, khususnya pada agribisnis skala kecil; dimana penjualan berjumlah banyak, sedangkan pembeli berjumlah sedikit, (6) Falsafah cara hidup (the way of life) tradisional yang dianut para pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih tradisional daripada bisnis lainnya, (7) Kenyataan menunjukkan bahwa badan usaha agribisnis cenderung berorientasi dan dijalankan oleh petani dan keluarga, (8) Kenyataan bahwa agribisnis cenderung lebih banyak berhubungan dengan
19
masyarakat luas (9) Kenyataan bahwa produksi agribisnis sangat bersifat musiman, (10) Kenyataan bahwa agribisnis sangat tergantung dengan lingkungan eksternal/gejala alam, (11) Dampak dari adanya program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis. Menurut Reksohadiprodjo, (1992) manajemen bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Untuk mencapai tujuan, manajer menggunakan sumber daya dan melaksanakan empat fungsi manajerial utama, yaitu : 1. Perencanaan (Planning) Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”. 2. Pengorganisasian (Organizing) Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas. 3. Pelaksanaan dan pengembangan (Actuating) Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut
20
bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan. 4. Pengawasan (Controling) Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan. Manajemen Agribisnis dapat bergerak dalam kegiatan apa saja yang ada kaitannya dengan penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran hasil-hasil pertanian. Meskipun sebagian besar Manajemen agribisnis di Indonesia dikelola dengan dan dikendalikan oleh satu atau beberapa orang saja, tetapi agribisnis yang sebenarnya dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang mempekerjakan sekelompok orang bahkan ribuan orang dengan tujuan untuk menghasilakan laba. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan manajemen agribisnis adalah merupakan suatu proses pencapaian tujuan usaha agribisnis dengan mengkoordinir dan mengintegrasikan segala sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien. Suatu manajemen bisa dikatakan berhasil jika keempat fungsi di atas bisa dijalankan dengan baik. Kelemahan pada salah satu fungsi manajemen akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan mengakibatkan tidak tercapainya proses yang efektif dan efisien.
21
Indikator Keberhasilan Program Simantri
2.5.
Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan. Untuk menilai keberhasilan kegiatan Simantri, ada ukuran keberhasilan yang akan dipantau secara berkala yaitu indikator keberhasilan Simantri (Distan, 2012). Indikator Keberhasilan SIMANTRI : 1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun petani. Kelembagaan pada Simantri diarahkan untuk mendukung peningkatan pengembangan pertanian/pangan organik dengan cara koordinasi antar instansi baik pendamping atau penyuluh, mendorong berkembangnya kelembagaan sertifikasi dan pengawasan serta peningkatan kelembagaan di tingkat kelompok tani. Pengembangan SDM dapat diarahkan dalam rangka peningkatan intensitas dan kualitas serta pelayanan dalam pengembangan pertanian terintegrasi, serta peningkatan kapasitas pelaku usaha pertanian terintegrasi, baik dalam bidang budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan hasil, pemasaran, penelitian dan pengembangan usaha. 2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga. Diversifikasi usaha agribisnis di Gapoktan Simantri dapat dikembangkan secara terintegrasi yaitu dengan pengembangan kegiatan pengolahan hasil
22
pertanian/perkebunan. Menurut Sanim, 1990 diversifikasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan tambahan keuntungan atau upaya untuk memperoleh nilai tambah dari penganekaragaman output. Melalui penerapan diversifikasi akan dapat memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi kelompok rumah tangga buruh dan petani berlahan sempit. Mereka merupakan kelompok termiskin di perdesaan. Adanya kenaikan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan di luar usahatani setidaknya dapat
membantu
meningkatkan
pendapatan
dan
memperbaiki
tingkat
kesejahteraan rumah tangga tani (Mubyarto, 1985). 3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani Intensifikasi adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaikbaiknya untuk meningkatkan hasil pertanian sedangkan ektensifikasi adalah usaha meningkakan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan baru. Dengan adanya intensifikasi
dan
ekstensifikasi
diharapkan
Gapoktan
Simantri
dapat
meningkatkan pengolahan lahan dan memperluas lahan pertanian serta penganekaragaman produk pertanian agar bisa meningkatkan hasil pertaniannya. 4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani Terjadinya integrasi kegiatan usaha antara pengembangan tanaman dan ternak, serta kegiatan lainya seperti meningkatnya produksi/produktivitas usaha tani melalui efisiensi pengolahan pakan, pupuk organik, biogas, pengolahan dan pemasaran hasil secara berkelompok sehingga meningkatnya petani dalam berusaha tani baik itu pribadi maupun kelompok.
23
5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. Pengembangan pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik pupuk, zat tubuh maupun pestisida. Petani sudah mulai menggunakan hasil olahan pupuk organik yang mereka produksi dari program Simantri dan menerapkan ke lahan mereka masing-masing. Dengan adanya pertanian organik petani bisa menghasilkan output yang terbaik dan hasilnya mereka bisa pasarkan dengan harga yang relatif tinggi sehingga bisa terbentuk suatu usaha kecil baik di kelompok maupun petani perorangan. 6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan. Tumbuhnya kelompok usaha agribisnis yang maju, berdaya saing yang mandiri sehingga mampu menjadi lembaga penggerak ekonomi di perdesaan. Dengan adanya kelompok yang aktif akan terbentuk UMKM, unit simpan pinjam kecil di kelompok maupun koperasi dalam Gapoktan. 7. Peningkatan pendapatan petani. Sejak diberikan bantuan program Simantri oleh Pemerintah, dengan harapan pendapatan dari kegiatan usahatani dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani atau memilik target penghasilan dua juta per bulan. Peningkatan pendapatan anggota kelompok tani pelaksana Simantri dapat dihitung dari pendapatan rata-rata sebelum menerima paket program Simantri dan setelah menerima sampai mengoperasikan bantuan penguatan modal sampai periode 5 tahun yaitu dengan menghitung setiap tambahan penerimaan setiap siklus
24
produksi budidaya (ternak-ikan-tanaman), siklus produksi pengolahan limbah (biogas, biourine dan pupuk), maupun siklus pemasaran dari produk Simantri.
2.6. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian (Deptan, 2007) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi Desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Kelompok tani tersebut antara lain terdiri dari kelompok tani subak, kelompok tani tegalan, kelompok tani ternak, kelompok tani ikan, kelompok tani kehutanan, dan kelompok tani perkebunan.
25
2.7. Kelompok Tani Kelompok Tani adalah kumpulan petani atau peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Jumlah anggota kelompok tani terdiri atas 20 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya (Deptan, 2007). Kelembagaan petani (kelompok tani) mempunyai fungsi: sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang. 1. Kelas Belajar, wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. 2. Wahana Kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, 3. Unit Produksi, Usahatani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
26
2.8. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang terkait dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan peneliti lainnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu tentu sangat relevan sebagai referensi ataupun pembanding, karena terdapat beberapa kesamaan prinsip, walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Penggunaan hasil-hasil penelitian sebelumnya dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dalam kerangka dan kajian penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah : Disertasi Sanjaya (2013) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Simantri dan Pengaruhnya terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kondisi penerapan Simantri di Bali; (2) menganalisis pengaruh kualitas SDM petani-peternak dan kelompok Simantri terhadap penerapan penerapan usaha peternakan sapi, tanaman pangan dan penerapan usaha pengolahan limbah ternak sapi; (3) mengetahui efektivitas penerapan Simantri; (4) menganalisis pengaruh dominan diantara penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan, dan penerapan usaha pengolahan limbah ternak sapi terhadap efektivitas penerapan Simantri; serta (5) menganalisis pengaruh efektivitas penerapan Simantri terhadap pendapatan petani-peternak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) tingkat penerapan Simantri secara rata-rata tergolong sangat tinggi; (2) kualitas SDM petanipeternak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan dan usaha penerapan pengolahan limbah ternak sapi. Sedangkan kondisi Gapoktan Simantri secara
27
statistik berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketiganya; (3) efektivitas penerapan Simantri secara rata-rata tergolong kurang efektif, hanya 8,70% responden yang sangat efektif; (4) penerapan usaha peternakan sapi, penerapan usaha tanaman pangan dan penerapan pengolahan usaha limbah ternak sapi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas penerapan Simantri. Penerapan pengolahan limbah ternak sapi terbukti merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap efektivitas penerapan Simantri; (5) efektivitas penerapan Simantri terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan petani-peternak. Tesis Antari (2006) yang berjudul “Penerapan Sistem Integrasi Usahatani Kopi Arabika-Jeruk-Ternak Sapi di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan sistem integrasi dan kelayakan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, utamanya dilihat dari segi aspek finansial dan non finansial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem integrasi usahatani ini termasuk pola integrasi sederhana-tradisional. Dilihat dari hasil perhitungan analisis finansial melalui kriteria investasi menunjukkan bahwa sistem integrasi ini layak untuk diusahakan, hal ini dilihat dari net B/C rasio lebih besar dari satu yaitu sebesar 2,36, nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 218.337.941,00 dan nilai IRR lebih besar dari 18% yaitu sebesar 86%. Hasil analisis non finansial menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan respon petani terhadap aspek pasar, teknis, sosial-ekonomi dan lingkungan yaitu sebesar 84,13% dengan kategori “sangat setuju”, hal tersebut menunjukkan bahwa respon
28
petani dalam penerapan sistem integrasi usahatani kopi arabika-jeruk-ternak sapi yang dilihat dari ke empat aspek dapat diterima oleh petani itu sendiri. Tesis Wijayanti (2011) yang berjudul “Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan Manajemen Agribisnis dan Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis pengurus Gapoktan dan tingkat keberhasilan PUAP, serta hubungan dan pengaruh antara jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis dengan keberhasilan PUAP di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kadar jiwa kewirausahaan yang dimiliki pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, termasuk dalam kategori baik. (2) Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan pengurus Gapoktan di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten klungkung, termasuk dalam kategori baik. (3) Tingkat keberhasilan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan tergolong dalam kategori cukup berhasil. (4) Antara jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan PUAP ada hubungan nyata. Hal ini dimungkinkan karena sifat-sifat kewirausahaan tersebut menjadi pendorong atau niat bagi kemauan dan kemampuan para pengurus Gapoktan untuk berhasil. (5) Terdapat pengaruh sangat nyata dari jiwa kewirausahaan dan penerapan manajeman agribisnis oleh pengurus Gapoktan terhadap keberhasilan PUAP. Tesis
Udayani (2010) yang berjudul “Hubungan Antara Jiwa
kewirausahaan dengan keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha
29
Peternakan Ayam Ras Pedaging di Bali). Dalam penelitian ini dibahas mengenai bagaimana kadar jiwa kewirausahaan peternak ayam ras pedaging di Bali, bagaimana hubungan antara jiwa kewirausahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak, terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging, serta bagaimana pengaruh jiwa kewirusahaan, kemampuan penerapan usaha agribisnis dan karakteristik peternak terhadap keberhasilan usaha agribisnis ayam ras pedaging. Berdasarkan analisis statistik diperoleh bahwa hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan kemampuan penerapan usaha agribisnis adalah sangat nyata, antara jiwa kewirausahaan dengan karakteristik peternak adalah sangat nyata, hubungan antara kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan karakteristik peternak, jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan usaha agribisnis, dan kemampuan penerapan usaha agribisnis dengan keberhasilan usaha agribisnis adalah sangat nyata. Sedangkan hubungan antara karakteristik peternak dengan keberhasilan usaha agribisnis diperoleh berhubungan nyata. Secara simultan semua variabel bebas memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap keberhasilan usaha agribisnis, secara parsial, ditemukan bahwa jiwa kewirausahaan dan karakteristik peternak berpengaruh sangat nyata, sedangkan kemampuan penerapan usaha agribisnis berpengaruh nyata. Secara dominan, dengan
menggunakan
metode
langkah
bijak,
ditemukan
bahwa
jiwa
kewirausahaan yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha agribisnis diikuti oleh karakteristik peternak. Tesis Sukarta (2010) yang berjudul “Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta
30
Kinerja Usaha” Penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi pengaruh baik langsung maupun tak langsung dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan jauh tidak memberikan dukungan yang positif bagi usaha, sedangkan lingkungan industri dan internal cukup baik. Lingkungan usaha tidak berpengaruh secara langsung terhadap pembelajaran wirausaha, lingkungan usaha memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap motivasi usaha, lingkungan usaha tidak berpengaruh terhadap pembentukan sifat kewirausahaan, sifat wirausaha mempengaruhi pembelajaran wirausaha dan motivasi usaha secara langsung, namun terhadap pertumbuhan usaha pengaruhnya tidak secara langsung, pembelajaran wirausaha dan pertumbuhan usaha dipengaruhi secara langsung dan signifikansi oleh motivasi usaha, pembelajaran wirausaha memberikan pengaruh secara langsung kepada kinerja usaha. Selanjutnya jurnal yang membahas mengenai program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) yang berhubungan dengan penelitian ini adalah : Budiasa, dkk. (2012)
yang berjudul
“Programasi
Linier untuk
Memaksimalkan Pendapatan Usahatani Terintegrasi. Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Simantri Sawitra Werdi Karya di Desa Gerokgak Kabupaten Buleleng. Teknologi produksi pangan melalui sistem usahatani terintegrasi yang dioperasikan petani berdasarkan sumber daya yang tersedia dan tingkat teknologi usahatani yang ada sudah berjalan secara optimal. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Schultz (Hayami & Ruttan,1985), yang menyatakan bahwa petani kecil dan miskin di negara sedang berkembang, secara ekonomi, rasional dalam
31
menglokasikan sumberdaya pada ketersediaan sumberdaya dan teknologi yang ada. Pada skala usahatani 0,58 hektar, yang dioperasikan secara optimal, petani memperoleh pendapatan maksimal sebesar Rp 21.658.160/tahun. Budiasa, dkk. (2011) yang berjudul “Optimasi Sistem Usahatani Terintegrasi : Analisis Pemrograman Linier” penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Purna Gopala di Desa Tegal tugu, Kabupaten Gianyar. Dari hasil analisis sistem usaha tani seluas 0,45 ha pada Kelompok Tani Purna Gopala, diperoleh pendapatan
aktual
dengan
pendekatan
gross
margin
sebesar
Rp
26.401.297,31/tahun. Selanjutnya analisis optimasi dengan bantuan BLPX88 memberikan pendapatan maksimal sebesar Rp 26.435.430,00/tahun. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa petani/peternak pada Kelompok Tani Purna Gopala sudah optimal dalam mengoperasikan sistem usahatani terintegrasi dengan mengusahakan padi pada MT1 dan MT3, rumput raja sepanjang tahun, jagung pada MT2, kacang tanah pada MT2 dan usaha penggemukan sapi sepanjang tahun. Subiharta (2006) yang berjudul “ Teknologi Sistem Usahatani Integrasi Tanaman dan Ternak Berbasis Tanaman Pangan di Lahan Kering”. Salah satu indikator keberhasilan dalam usahatani integrasi tanaman dengan ternak adalah seberapa besar kontribusi peningkatan pendapatan rumah
tangga petani dari
usahatani yang dilakukan, baik dari komponen tanaman,
komponen ternak
maupun komponen usaha lain yang berkaitan dengan usahatani bersangkutan. Dari hasil analisa pendapatan pada pola petani pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 1.371.302,- sedangkan pada pola introduksi pendapatan yang diperoleh jauh
32
lebih tinggi dari pendapatan petani yaitu sebesar Rp. 5.511.700,- yang berarti dengan adanya introduksi teknologi varietas, pemupukkan dan cara tanam serta pengendalian hama dan penyakit terpadu dapat meningkatkan hasil sebesar Rp. 4.140.398 16. Jadi Integrasi tanaman dan ternak dengan penggunaan varitas unggul yang diikuti dengan introduksi teknologi pada tanaman padi gogo dan kacang
tanah, perbaikan pakan dan pemanfaatan sumber daya lokal dapat
menekan
biaya dan meningkatkan produksi yang akhirnya berdampak pada
peningkatan pendapatan petani. Guntoro, dkk (2010) yang berjudul “Optimalisasi Integrasi Usahatani Kambing dengan Tanaman Kopi” Penelitian dilakukan di desa Bongancina Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng dengan menguji 2 (dua) komponen teknologi, yakni (1) pemanfaatan limbah kopi untuk pakan kambing dan (2) pemanfaatan limbah (kotoran) kambing untuk pupuk tanamam kopi. Hasil penelitian menunjukkan Fermentasi limbah kopi dengan inokulan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan gizi terutama protein bahan.Pemberian tepung limbah kopi terfermentasi pada anak kambing sebagai pakan tambahan dapat meningkatkan pertumbuhan secara nyata dan menekan angka mortalitas. Sedangkan pengolahan kotoran kambing dengan Rummino Bacillus menghasilkan kompos yang kualitasnya lebih baik dibanding kompos hasil pengolahan secara konvensional.
Penggunaannya
pada
tanaman
kopi
dapat
meningkatkan
produktivitas kopi gelondongan dan kopi beras secara nyata serta meningkatkan kualitas fisik biji kopi
33
Soedjana (2007) “Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko” Tujuan suatu rumah tangga petani dalam menjalankan usaha tani adalah untuk memaksimalkan keuntungan atau untuk keamanan dengan cara meminimalkan risiko. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan risiko. Alasan tersebut sebenarnya telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan meminimalkan risiko, serta keinginan mengambil manfaat dari usaha tani campuran yang memiliki dasar rasional yang jelas. Istilah risiko lebih banyak digunakan dalam konteks pengambilan keputusan, karena risiko diartikan sebagai peluang akan terjadinya suatu kejadian buruk yang disebabkan oleh suatu tindakan. Dengan demikian, identifikasi sumber risiko sangat penting dalam proses pengambilan keputusan.
34
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Kegiatan pertanian merupakan upaya manusia mengelola sumber daya alam yaitu lahan, air, tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap pangan dan energi sehingga dapat hidup secara layak menurut peradaban dan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang. Peran sektor pertanian sangat penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertanian selain memproduksi bahan pangan kebutuhan masyarakat, juga bisa menghasilkan produk pertanian yang bisa di ekspor untuk dapat menambah pendapatan petani dan devisa negara. Disamping itu sektor pertanian mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat menekan angka pengangguran. Berdasarkan potensi wilayah Provinsi Bali dengan kesuburan lahan, ketersediaan sumber daya air dan faktor-faktor klimatologis yang sesuai untuk kegiatan pertanian dan didukung oleh aspek sosial budaya masyarakat akan memberikan peluang untuk pengembangan kegiatan pertanian. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali bertekad mengembangkan program agribisnis terpadu di perdesaan sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dan mendorong pengembangan pertanian organik, melalui pengelolaan potensi unggulan daerah dalam program pengembangan pertanian terintegrasi Provinsi Bali. Tujuan Program Simantri dimaksudkan untuk meningkatkan pola integrasi dan kemitraan baik intern sektor pertanian, maupun antara sektor pertanian
34
35
dengan sektor non pertanian; memfokuskan kegiatan pada satu kawasan secara terpadu; mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan dalam mendukung Bali Organik; dan meningkatkan pendapatan petani baik dalam sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan (Distan, 2012). Program Simantri sebenarnya bukanlah program yang semata-mata memperioritaskan kegiatan pada aspek teknis budidaya tanaman dan ternak, akan tetapi lebih menitikberatkan pada sistem agribisnis secara utuh. Melalui program Simantri, petani diharapkan dapat menjalankan kegiatan usahataninya secara efisien dan efektif, dan dapat memanfaatkan limbah tanaman menjadi pakan ternak dan limbah ternak menjadi pupuk organik. Dengan demikian, pelaksanaan usahatani dapat menekan atau meniadakan limbah yang timbul (zero waste). Selain itu, melalui program Simantri, petani juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatannya dengan menciptakan nilai tambah dari aktivitas usahataninya. Pelaksanaan program sistem pertanian terintegrasi saat ini banyak terdapat kendala-kendala di Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan seperti kurangnya antusiasme para petani dalam melaksanakan program simantri dan mengubah pola pikir SDM ke arah pertanian organik masih sulit karena masih menerapkan unsur kimiawi. Selain itu kegiatan pemasaran hasil produk pertanian organik juga kurang karena kualitas SDM yang rendah tidak aktif dalam mencari informasi. Untuk memaksimalkan kegiatan Simantri maka diperlukan adanya monitoring dan bimbingan teknis dari Tim Teknis Provinsi maupun Kabupaten sehingga dengan adanya pelatihan kelompok mampu menghasilkan SDM yang kewirausahaan.
berjiwa
36
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda seperti : 1) pengembangan teknologi baru, 2) penemuan pengetahuan ilmiah baru, 3) perbaikan produk barang dan jasa yang ada, 4) penemuan caracara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien. Sifat jiwa kewirausahaan yang dapat mendorong untuk mau dan mampu bekerja keras, tekun dan ulet (Suparta, 2005). Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi banyak hambatan dalam dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain antara lain terletak pada kemampuan kewirausahaan dan penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis (Downey dan Erickson, 1992). Jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis pada Gapoktan di Kabupaten Tabanan diharapkan mampu mendorong tercapainya keberhasilan dalam program Simantri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani. Secara konseptual, alur berfikir dari penelitian ini dapat dilihati pada Gambar 3.1.
37
KEBIJAKAN PEMPROV BALI TERHADAP SIMANTRI
GAPOKTAN SIMANTRI DI KABUPATEN TABANAN
SIFAT/JIWA KEWIRAUSAHAAN
MANAJEMEN AGRIBISNIS
KEBERHASILAN SIMANTRI
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ”Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis Terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Berdasarkan studi teoritik dan empirik maka dapat disusun kerangka konseptual tentang variabel-variabel penelitian serta pengaruh maupun hubungan dari variabel tersebut. Jiwa kewirausahaan terdiri dari tiga belas indikator yaitu sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat pengambil resiko, sifat
38
swakendali, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat inovatif, sifat kreatif, sifat kepemimpinan, sifat berorientasi pada tindakan (action oriented), sifat berpikir sederhana (simple) (sederhana), sifat fokus pada usaha yang digeluti. Manajemen agribisnis terdiri dari empat indikator yaitu perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri, pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri, pengembangan usaha agribisnis dalam kegiatan Simantri, pengawasan usaha agribisnis dalam kegiatan Simantri. Keberhasilan
terdiri
dari
tujuh
indikator
yaitu
berkembangnya
kelembagaan dan SDM, terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian, berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani, meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani, tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic, berkembangnya usaha ekonomi pedesaan, dan peningkatan pendapatan petani. Berdasarkan hal tersebut jadi dua variabel bebas jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis diharapkan berpengaruh positif terhadap variabel eksogen keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Berikut ini disajikan pada Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian.
39
GAPOKTAN SIMANTRI DI KABUPATEN TABANAN
SIFAT/JIWA KEWIRAUSAHAAN (X1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
MANAJEMEN AGRIBISNIS (X2)
Sifat Instrumental (X1.1) Sifat Prestatif (X1.2) Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3) Sifat Pengambil Resiko (X1.4) Sifat Swakendali (X1.5) Sifat Kerja Keras (X1.6) Sifat Keyakinan Diri (X1.7) Sifat Inovatif (X1.8) Sifat Kreatif (X1.9) Sifat Kepemimpinan (X1.10) Sifat Berorientasi pada tindakan(X1.11) Sifat Berpikir Sederhana (X1.12) Sifat Fokus pada usaha yang digeluti (X1.13)
1.
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1)
2.
Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.2)
3.
Pengembanagan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.3)
4.
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4)
KEBERHASILAN SIMANTRI (Y) 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7.
Berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y2) Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3) Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4) Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5) Berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6) Peningkatan pendapatan petani (Y7)
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
REKOMENDASI
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ”Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis Terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan”
40
3.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kerangka berpikir dan kerangka konsep penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keberhasilan pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 2. Jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap penerapan manajemen agribisnis Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. 3. Penerapan manajemen agribisnis berpengaruh positif terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan.
41
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan model yang dibangun dalam suatu penelitian, sehingga kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dapat dilaksanakan dengan baik dan benar untuk mencapai tujuan penelitian. Desain penelitian mempunyai peranan sangat penting, karena keberhasilan suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh pilihan desain atau model penelitian. Secara garis besar tujuan penelitian ini untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, sehingga penelitian ini disebut explanatory research design (Sukandarrumidi, 2002). Penelitian ini merupakan penelitian survai yaitu dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama dalam penelitian. Data yang diperoleh dari hasil tanggapan responden merupakan data kuantitatif dan kualitatif yang nantinya akan dianalisis untuk menguji model penelitian dan hipotesis menggunakan analisis statistik Partial Least Square (PLS).
4.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada seluruh Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Penentuan lokasi ini dengan pertimbangan yaitu: 1
Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang mendapatkan bantuan program Simantri di Bali.
41
42
2
Beberapa Gapoktan di Kabupaten Tabanan memiliki tingkat kinerja yang tinggi dalam berwirausaha.
3
Salah satu Gapoktan di Kabupaten Tabanan terpilih sebagai peringkat terbaik Simantri tahun 2011.
4
Populasi Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang pelaksanaan kegiatannya sudah lebih dari satu tahun.
4.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok tani dalam Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis dan keberhasilannya serta menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.4.1 Populasi Populasi merupakan kumpulan dari individu-individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Populasi dari penelitian ini adalah Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan yang telah menjalani kegiatan Simantri dari Tahun 2009 sampai 2011 dengan jumlah 21 Gapoktan Simantri.
43
4.4.2
Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani pelaksana dalam
Gapoktan Simantri. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus terhadap 21 Kelompok Tani Pelaksana Simantri. Dari 21 Kelompok Tani Pelaksana Simantri tersebut memiliki jumlah pengurus dan anggota sebanyak 420 orang. Penentuan responden dari seluruh pengurus dan anggota tersebut menggunakan formulasi teori Slovin (Sevilla, dkk. 1993) : N n= (1+Nα2) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi α = Taraf signifikansi 10%.
Berdasarkan formulasi dari Slovin tersebut di atas, maka jumlah responden yang diambil adalah 420 n= = {1+ (420 x 0.12)}
420 = 81 orang 5,2
Agar jumlah responden dari masing-masing Kelompok Tani Pelaksana Simantri jumlahnya sama maka jumlah responden yang diambil ditetapkan menjadi 84 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota. Sehinga masing-masing kelompok terdiri dari 2 pengurus yaitu ketua dan sekretaris dan 2 anggota kelompok. Adapun nama-nama Gapoktan Simantri dan jumlah responden yang diambil disajikan pada Tabel 4.1.
44
Tabel 4.1 Proporsi Sampel Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Populasi NO
Desa
Gapoktan Simantri
Sampel Poktan Pelaksana Pengurus
Anggota
Jumlah Responden
1
Tunjuk
Sb Gede Bungan Kapal
2
2
4
2
Sudimara
Tani Lestari
2
2
4
3
Subamia
Sabha Ramya
2
2
4
4
Beraban
Baruna
2
2
4
5
Kelating
Timan agung
2
2
4
6
Penarukan
Ananta Winangun
2
2
4
7
Gadungan
Sari Gadung
2
2
4
8
Antap
Antap Tani Makmur
2
2
4
9
Selemadeg
Sapta Tunggal
2
2
4
10
Manik Yang
Panca Usaha Tani
2
2
4
11
Angkah
Tri Buana
2
2
4
12
Munduk temu
Batur Ibu
2
2
4
13
Sai
Windu Karya Sedana
2
2
4
14
Padangan
Rasa Tani Sentausa
2
2
4
15
Batannyuh
Catur Sari
2
2
4
16
Marga
Manah Bakti
2
2
4
17
Mangesta
Sb Kedampal Wangaya Betan
2
2
4
18
Tegal Linggah
Catur Wahana
2
2
4
19
Pesagi
Sarwa Nadi
2
2
4
20
Candi Kuning
Candi Agro Mandiri
2
2
4
21
Perean Tengah
Catur Loka Bhuana
2
2
4
Jumlah
42
42
84
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali 4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas (X), dan variabel terikat (Y), yang dikategorikan sebagai berikut : 1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau perubahannya menjadi penyebab perubahan variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah :
45
a. Sifat Jiwa Kewirausahaan (X1) yang terdiri dari sifat instrumental (X1.1), sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat pengambil resiko (X1.4), sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat keyakinan diri (X1.7), sifat inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan (X1.10), sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir sederhana (simple) (X1.12), sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13) . b. Manajemen Agribisnis (X2) yang terdiri dari perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.1), pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri (X2.2),
pengembangan
usaha
agribisnis
dalam
Simantri
(X2.3),
pengendalian usaha agribisnis dalam Simantri (X2.4). 2. Variabel Terikat Variabel terikat (dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan Simantri (Y) yang terdiri dari 7 indikator yaitu berkembangannya kelembagaan dan SDM (Y1) , terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y2), berkembangannya
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
usaha
tani
(Y3),
meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi usaha tani (Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik (Y5), berkembangnya lembaga usaha ekonomi pedesaan (Y6), meningkatnya pendapatan petani (Y7). Pada Tabel 4.2 di kemukakan indikator dari masing-masing variabel bebas berdasarkan faktornya dan pada Tabel 4.3 dikemukakan indikator dari variabel terikat.
46
Tabel 4.2 Pengukuran Variabel Bebas (X) Variabel
Indikator Sifat Instrumental (X1.1)
Sifat/Jiwa Kewirausahaan (X1) Sifat Prestatif (X1.2)
Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3)
Sifat Pengambil Resiko (X1.4)
Parameter 1. Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan 2. Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber 3. Tanggap terhadap peluang berusaha tani 4. Tanggap terhadap perbaikan kerja 1. Berusaha untuk berprestasi lebih baik 2. Berusaha mencapai hasil kinerja yang lebih baik 3. Proses pencapaian prestasi sangat penting 4. Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk selalu berprestasi 1. Aktif dalam bergaul dan mencari informasi 2. Dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan 3. Senantiasabersosialisasi dengan kelompok lainnya 4. Adanya jaringan dalam kelompok lainnya 1. Memperhitungkan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi 2. Memperhitungkan tindakan dengan cermat 3. Menghadapi resiko dengan sikap optimis 4. Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko
Sifat Swakendali (X1.5)
1. Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri 2. Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja 3. Mampu mengubah strategi dalam menghadapi masalah 4. Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan
Sifat kerja Keras (X1.6)
1. Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai 2. Mengisi waktu untuk hal-hal yang nyata atau positif 3. Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja, seperti tidak pernah lelah 4. Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh
Sifat Keyakinan Diri (X1.7)
1. Percaya dengan kemampuan diri sendiri 2. Tidak Ragu-ragu dalam bertindak 3. Percaya diri dengan keputusan yang diambil 4. Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran tidak ada keraguan
Sifat Inovatif (X1.8)
1. Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat 2. Mencari hasil penemuan terbaru 3. Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat 4. Mampu menggunakan ide-ide baru 1. Mampu memikirkan ide-ide baru 2. Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan 3. Mampu menemukan peluang-peluang baru 4. Mampu menghasilkan ide-ide baru dengan berdiskusi
Sifat Kreatif (X1.9)
47
Sifat Kepemimpinan(X1.10)
Sifat Berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11)
Sifat Berpikir Sederhana (simple) (X1.12)
Sifat fokus pada Usaha yang digeluti (X1.13)
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1)
Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.2)
Manajemen Agribisnis (X2) Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.3)
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4)
1. Mampu mempengaruhi anggota kelompok 2. Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan 3. Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya 4. Mampu mengarahkan anggota kelompok 1. Lebih banyak bekerja dan tidak menunda pekerjaan 2. Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu begitu saja 3. Tetap bertindak walaupun situasi tidak pasti 4. Berani menerima tantangan 1. Selalu belajar menyederhanakan permasalahan 2. Melihat persoalan dengan jernih 3. Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap. 4. Mampu mengambil keputusan alternatif 1. Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian dalam kegiatan 2. Bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan lainnya 3. Berkomitmen terhadap usaha yang digeluti 4. Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan kegiatan 1. Menetapkan tujuan akhir 2. Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan 3. Penentuan modal dan sumber daya 4. Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif 5. Penyediaan sarana produksi 1. Koordinasi hubungan kerja 2. Pembagian tugas yang jelas 3. Menjalin hubungan yang harmonis dengan anggota 4. Menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja 1.Berkembangnya jenis usaha 2.Meningkatnya produktivitas 3.Meningkatkan produksi 4.Meningkatnya kualitas produk 5.Pemasaran produk 1.Adanya standar produk 2.Adanya mekanisme kerja sesuai standar 3.Melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas 4.Menerima masukan dari pihak instansi pemerintahan
48
Tabel 4.3 Pengukuran Variabel Terikat (Y) Variabel
Indikator
Berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1)
Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga (Y2)
Keberhasilan SIMANTRI (Y)
Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3) Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4)
Parameter 1. Berkembangnya organisasi yang baik dalam kelompok 2. Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam penunjang sarana produksi 3. Terbentuknya SDM ke arah organik 1. Terciptanya lapangan kerja bagi petani 2. Terciptanya kelompok wanita tani yang aktif 3. Berkembangnya jenis usaha ekonomi rumah tanga tani
1. Peningkatan pengolahan lahan pertnian dengan sebaik-baiknya 2. Memperluas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian 3. Penganekaragaman tanaman pertanian 1. Meningkatnya produksi usahatani dalam kelompok 2. Efisiensi usahatani dengan menggunakan pupuk organik 3. Meningkatnya petani dalam berusaha tani
1. Pengolahan pupuk organik cair maupun padat Tercipta dan berkembangnya 2. Kelompok tani menerapkan hasil olahan pupuk organik ke masing-masing lahan pertanian organik menuju green economic (Y5) 3. Berkembangnya pertanian organik di Desa
1. Berkembangnya usaha agribisnis dalam kelompok tani Berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6)
2. Terciptanya unit simpan pinjam dalam kelompok
3. Terbentuknya Koperasi dalam Gapoktan Simantri
Peningkatan pendapatan petani (Y7)
1. Pendapatan pada sektor pertanian. 2. Pendapatan pada sektor peternakan. 3. Pendapatan pada sektor perkebunan. 4. Pendapatan pada sektor perikanan.
49
4.5.2 Definisi Operasional Variabel Untuk memudahkan dalam analisis data, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan definisi, berikut akan dijelaskan definisi masing-masing konsep secara operasional : 1. Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi kepada masyarakat perdesaan 2. Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. 3. Kelompok Tani pelaksana adalah kelompok tani yang melaksanakan bantuan program Simantri. 4. Kewirausahaan merupakan kemampuan Kelompok Tani Pelaksana Simantri dalam menghadapi lingkungannya, yang ditunjukkan oleh serangkaian sikap dan prilaku. 5. Sifat instrumental yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri dalam berbagai situasi selalu dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungan (yang dipandangnya sebagai alat) untuk membantu mencapai tujuan pribadi atau usaha. 6. Sifat prestatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik lebih efektif dibandingkan dengan
50
sebelumnya, selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik. baginya yang penting adalah proses mencapai prestasi itu. 7. Sifat keluwesan bergaul yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu aktif bergaul dan cepat menyesuaikan diri dalam pergaulan, berusaha untuk terlibat dengan teman-temannya yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari. 8. Sifat pengambil resiko yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. 9. Sifat swakendali yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu mengacu kepada kekuatan dan kelemahan pribadi serta batas-batas kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan usaha. 10. Sifat kerja keras yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai, lebih suka mengisi waktu dengan perbuatan yang nyata untuk mencapai tujuan. 11. Sifat keyakinan diri yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak, serta cenderung melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 12. Sifat inovatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu mendekati masalah dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat, dan sangat terbuka dengan hasil penemuan terbaru.
51
13. Sifat kreatif yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu mempunyai gagasan baru dan melakukan langkah tindakan tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. 14. Sifat kepemimpinan yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar secara sadar mau melakukan tugas untuk mencapai tujuan, melakukan pembenahan pada organisasi perusahaannya. 15. Sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu bertindak sehingga tidak suka menundanunda pekerjaaan dan tidak membiarkan sesuatu berlalu begitu saja 16. Sifat berpikir (simple) yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang selalu menyederhanakan permasalahan dan melihat persoalan dengan jernih. 17. Sifat fokus pada usaha yang digeluti yaitu sifat dalam Kelompok Tani Pelaksana
yang Selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian demi
pengembangan kemajuan Simantri dan bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan lainnya demi untuk keberhasilan Simantri 18. Manajemen Agribisnis adalah penerapan unsur-unsur manajemen dalam organisasi agribisnis, sehingga aktivitas agribisnis dapat mencapai tujuan organisasi, misalnya efisiensi alokasi sumberdaya, biaya minimal, keuntungan maksimal, perluasan kesempatan kerja, peningkatan produksi, memenangkan persaingan, perluasan wilayah pemasaran dan sebagainya.
52
19. Perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri yaitu kegiatan dalam Kelompok Tani Pelaksana yang berkaitan dengan perencanaan pemilihan alternatif, kebijaksanaan, prosedur, dan program sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. 20. Pengoorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri yaitu suatu Kelompok Tani Pelaksana Simantri yang mempunyai kegiatan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. 21. Pengembangan usaha agribisnis dalam Simantri yaitu mengembangkan kegiatan yang ada dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri. Seperti misalnya meningkatkan produktivitas, meningkatkan produksi dan kualitas produk. 22. Pengawasan usaha agrbisnis dalam Simantri yaitu suatu kegiatan dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri untuk pengawasan kegiatan apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dengan tujuan agar segera dapat mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan atau hambatan. 23. Berkembangnya kelembagaan dan SDM yaitu berkembangnya organisasi dan terciptanya hubungan baik bagi sesama petani Simantri maupun penyuluh. 24. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian ini adalah terciptanya lapangan kerja bagi petani maupun kelompok Tani Pelaksana Simantri.
25. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani yaitu peningkatan pengolahan lahan, memperluas lahan pertanian dan penganekaragaman produk pertanian dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri
53
26. Meningkatnya insentif berusaha tani Kelompok Tani Pelaksana Simantri melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani yaitu dengan peningkatan produksi,
efisiensi usahatani dengan pupuk organik dan meningkatnya petani dalam berusaha tani. 27. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economc yaitu Kelompok Tani Pelaksana Simantri telah menerapkan hasil pertaniannya ke arah organik.
28. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan yaitu berkembangya usaha agribisnis, unit simpan pinjam, dan koperasi di dalam Kelompok Tani Pelaksana Simantri.
29. Peningkatan pendapatan petani pada Kelompok Tani Pelaksana Simantri yaitu pendapatan usaha tani setelah Simantri pada tahun 2012 dikurangi dengan pendapatan usaha tani sebelum menerima bantuan Simantri dan diukur dalam satuan rupiah dalam sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan.
4.6 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu yang diperlukan untuk keperluan analisis secara kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar, atau data yang tidak berupa angka dan tidak dapat dihitung, tetapi berupa penjelasan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
54
1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari lapangan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama (responden) yang telah ditentukan. 2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber tidak langsung (sumber kedua) umumnya diperoleh melalui badan/dinas/instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data baik instansi pemerintah maupun swasta. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Dinas Peternakan Provinsi Bali, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, serta sumber-sumber lain baik hasil penelitian terdahulu maupun kajian teoritis yang diperlukan dalam penelitian ini.
4.7 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1. Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data dengan cara meminta keterangan dari responden berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam teknik pengumpulan data ini, pewawancara mendatangi langsung ke tempat tinggal responden/petani sampel yang telah terpilih 2. Observasi yaitu suatu pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan untuk menguji dan melengkapi data lainnya, dengan menggunakan instrumen panduan pengamatan. Dalam teknik pengumpulan data ini langsung
55
datang ke lokasi masing-masing Gapoktan Simantri dengan cara mengamati secara langsung obyek penelitian. 3. Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui arsip-arsip atau naskah-naskah yang berhubungan dengan penelitian sebagai data penunjang. Seperti hasilhasil penelitian, monografi desa, dan dokumen-dokumen lainnya yang ada di instansi atau lembaga terkait.
4.8 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak bisa digunakan untuk penelitian lain. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Kuesioner. Kuesioner
yaitu teknik
pengumplan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Skala interval adalah alat pengukur data yang dapat menghasilkan data yang memiliki rentang nilai yang mempunyai makna (Ferdinand, 2011). Adapun sistem skor untuk mengukur semua indikator dari variabel jiwa kewirausahaan, manajemen agribisnis dan keberhasilan digunakan skala interval dengan rentangan nilai angka dari 1 s/d 5. Untuk pernyataan positif, respon selalu atau sangat baik diberikan skor 5, sedangkan respon tidak pernah dan buruk diberi skor 1.
Jawaban Skor/Nilai
STB 1
SB 2
3
4
5
56
Ket : STB = Sangat Tidak Baik SS = Sangat Baik
4.9
Teknik Analisis Data
4.9.1. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif Metode deskriptif kualitatif merupakan metode penyajian, analisis, penafsiran data yang ada dengan tujuan mendeskripsikan suatu fenomena sosial yang
disertai
interpretasi
terhadap
faktor-faktor
yang
ada
dilapangan
(Singarimbun dan Effendi, 1989). Tujuan metode ini adalah mencari jawaban yang masalah dengan cara menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian, menentukan frekuensi dari berbagai gejala atau data, kemudian menjelaskan hubungan antara berbagai data dan gejala satu sama lain. Menganalisis data dengan metode deskriptif berupa pembobotan data yang bertujuan memaknai (mengartikan) tingkat kepentingan dari masing-masing pertanyaan. Data yang diperoleh kemudian didistribusikan dalam kategori berbeda-beda. Penentuan kategori dilakukan berdasarkan kelas-kelas interval tertentu dengan menggunakan rumus di bawah ini :
i
Jarak Jumlah Kelas
Keterangan : I : interval kelas Jarak : nilai skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah Jumlah Kelas : adalah jumlah kelas atau kategori yang ditentukan
57
Perolehan total skor (nilai) variabel didasarkan atas jumlah pertanyaan dalam kuesioner, sedangkan proporsi atau rata-rata perolehan skor variabel adalah perolehan total skor dibagi dengan jumlah pertanyaan sebagai berikut:
Proporsi skor
Perolehan Total Skor Jumlah Pertanyaan
4.9.2.Analisis Tingkat Pendapatan Analisis tingkat pendapatan dilakukan untuk mengukur tingkat pendapatan petani dalam keberhasilan Gapoktan Simantri. Perhitungan tingkat keuntungan dilakukan terhadap total penerimaan yang diperoleh dikurangi total biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi, 2002), dengan rumus sebagai berikut : I
= TR - TC
Keterangan : I = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan dari usahatani TC = Total biaya Analisis pendapatan dilakukan untuk mengukur peningkatan Poktan pelaksana Simantri sebelum dan setelah mereka mengikuti program Simantri ini. Perhitungan peningkatan pendapatan dilakukan dengan mengurangi besarnya pendapatan Poktan pelaksana Simantri setelah mengikuti program Simantri dengan pendapatan mereka sebelum mengikuti program ini, dengan rumus sebagai berikut.
58
PPP = TPSTS – PSBS Keterangan : PPP
= peningkatan pendapatan petani
TPSTS = tambahan pendapatan setelah mengikuti Simantri PSBS = pendapatan sebelum mengikuti Simantri
4.9.3. Analisis SEM dengan PLS Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural (Structural Equation Modeling – SEM) berbasis variance atau Component based SEM, yang terkenal disebut Partial Least Square (PLS). PLS merupakan metode analisis yang powerfull, oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil, dan juga dapat digunakan untuk konfirmasi teori (Ghozali, 2008). Menurut Ghozali (2011) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel dependen. Adapun alasan penggunaan PLS dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
59
1. PLS merupakan metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan multiple indicator. 2. PLS menangani model reflektif dan formatif, bahkan konstruk dengan item (indikator) tunggal (Hair et al., 2010 dalam Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, model struktural yang dianalisis memenuhi model rekursif dan semua indikator dari variabel penelitian yakni: Jiwa Kewirausahaan (X1), Manajemen Agribisnis (X2), dan Keberhasilan (Y) menggunakan indikator reflektif. 3. PLS merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya tidak harus besar. Besarnya sampel direkomendasikan berkisar dari 30 - 100 kasus (Ghozali, 2008). Dalam penelitian ini, unit analisis adalah Kelompok Tani Pelaksana yang terdiri dari 84 responden sehingga memenuhi untuk penggunaan analisis PLS ini. 4. PLS merupakan metode analisis untuk causal-predictive analysis dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah. Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang dibangun atas dasar teori, maka dapat digambarkan model empirik penelitian (Gambar 4.1).
60
X1.5
X1.6
X1.7
X1.4
X1.3
X1.2
X1.1
X1.8 Y1 X1.9 Y2
Jiwa Kewirausahaan (X1)
X1.10
Y3 Keberhasilan (Y)
X1.11
Y4 Y5
X1.12
Manajemen Agribisnis (X2)
Y6
X1.13
Y7 X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
Gambar 4.1 Model Empirik Penelitian
Keterangan : X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4
: : : : : : : : : : : : : : : : :
Sifat Instrumental Sifat Prestatif Sifat Keluwesan Bergaul Sifat Pengambil Resiko Sifat Swakendali Sifat Kerja Keras Sifa Keyakinan Diri Sifat Inovatif Sifat Kreatif Sifat Kepemimpinan Sifat Berorientasi pada Tindakan (action oriented) Sifat Berpikir Sederhana (Simple) Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri
61
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7
: Berkembangnya Kelembagaan dan SDM : Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga : Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani : Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani : Terciptanya dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju green economic : Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan : Peningkataan Pendapatan Petani
Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Evaluasi model terdiri atas dua bagian, yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model struktural. Penjelasan lebih lanjut, dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Evaluasi Model Pengukuran atau Outer Model Evaluasi outer model disebut pula dengan evaluasi model pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan indikator refleksif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminat untuk indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan cronbach alpha untuk blok indikatornya. (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2008). Dalam penelitian ini semua variabel merupakan variabel laten dengan indikator reflektif, sehingga evaluasi model pengukuran adalah sebagai berikut : a. Convergent validity Uji validitas convergent indikator refleksif dapat dilihat dari nilai loading factor untuk setiap konstruk, dimana nilai loading factor yang direkomendasikan harus lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory, dan nilai loading factor antara 0,6 – 0,7 untuk penelitian yang bersifat explatory masih
62
dapat diterima. Indikator dianggap valid jika memiliki nilai outer loading > 0.7 dan nilai t-statistic > 2.64. b. Discriminant validity Cara untuk menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Validitas discriminant yang baik ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar dari 0.50 (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2012). Rule of thumb uji validitas convergent dan discriminant dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Ringkasan Rule of Thumb Uji Validitas Convergent dan Discriminant Validitas
Parameter
Loading Factor Validitas Convergent
Communality AVE (Average Variance Extracted) Cross Loading
Validitas Discriminant
Akar kuadrat AVE dan korelasi antar konstruk laten Sumber : Ghozali, 2012
Rule of Thumb a. > 0,70 untuk confirmatory research b. > 0,60 untuk exploratory research > 0,50 untuk confirmatory dan exploratory research > 0,50 untuk confirmatory dan exploratory research > 0,70 untuk setiap variabel Akar kuadrat AVE > korelasi antar konstruk laten
63
c. Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Uji reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha. Penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk. Rule of thumb uji reliabilitas konstruk dengan indikator refleksif dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rule of Thumb Uji Reliabilitas Konstruk Parameter Composite Reliability
Rule of Thumb a. > 0,70 untuk confirmatory research b. 0,60 – 0,70 masih dapat diterima untuk exploratory research
a. > 0,70 untuk confirmatory research Cronbach’s b. 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research Alpha Sumber : Ghozali 2012 2) Evaluasi Model struktural atau Inner Model Dalam menilai model struktural dengan struktural PLS dapat dilihat dari nilai R-Squares untuk setiap variabel laten sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Nilai R-Squares merupakan uji goodness fit model. Perubahan nilai RSquares digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen, apakah mempunyai pengaruh substantive. Nilai R-Squares 0,67; 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural menunjukkan model kuat, moderat, dan lemah (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2012).
64
Hasil dari PLS R-Squares mempresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model. Selain melihat besarnya nilai R-Squares, evaluasi model struktural PLS dapat juga dilakukan dengan Q2 predictive relevance atau sering disebut predictive sample reuse yang dikembangkan oleh Stone (1974) dan Geisser (1975) dalam Ghozali (2012). Rule of Thumb model struktural dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Rule of Thumb Evaluasi Model Struktural Kriteria R-Square Q2 predictive relevance
Rule of Thumb 0,67; 0,33 dan 0,19 menunjukkan model kuat, moderat dan lemah (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2012). Q2 > 0 menunjukkan model mempunyai predictive relevance dan jika Q2 < 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance.
Sumber : Ghozali, 2012
3) Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Kalau dalam pengujian ini diperoleh p-value < 0,05 (alpha 5%), berarti pengujian signifikan, dan sebaliknya kalau p-value > 0,05 (alpha 5%), berarti tidak signifikan. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten. Sementara, bilamana hasil pengujian pada inner model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten satu terhadap variabel laten lainnya.
65
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak Geografis, Luas dan Topografi Kabupaten Tabanan Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang terletak di bagian selatan Pulau Bali. Kabupaten Tabanan termasuk salah satu dari beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi Bali memiliki daerah pegunungan dan pantai yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut. 1. Sebelah Utara merupakan daerah pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Tabanan 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana 4. Sebelah Timus berbatasan dengan Kabupaten Badung Luas wilayah Kabupaten Tabanan seluruhnya adalah 839.33 Km2 atau 14,9 % dari luas Provinsi Bali (5.632,86 Km2). Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan
yaitu
Kecamatan
Tabanan,
Kecamatan
Kediri,
Kecamatan
Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti (BPS Kab. Tabanan, 2013). Berdasarkan besarnya wilayah maka Kabupaten Tabanan termasuk Kabupaten terbesar kedua di Provinsi Bali setelah Kabupaten Buleleng. Bila dilihat dari penguasaan tanahnya dari luas wilayah yang ada, sekitar 26,70 % 65
66
(224,13 Km2) merupakan lahan persawahan (73,30 %) atau 615,20 Km2 merupakan lahan pertanian bukan sawah (BPS Kab. Tabanan, 2013). Keadaan topografi Kabupaten Tabanan dapat digambarkan dengan adanya dataran tinggi di wilayah Tabanan bagian Utara yang merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 2.276 meter yang berada pada puncak Gunung Batukaru. Sedangkan, daerah bagian selatan merupakan daerah pantai yang sudah tentu merupakan dataran rendah (BPS Kab. Tabanan, 2013).
5.1.2 Kependudukan Penduduk merupakan aset pembangunan bila mereka dapat diberdayakan secara optimal. Disamping itu penduduk juga dapat menjadi beban pembangunan apabila kualitas penduduk atau sumber daya manusianya rendah. Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada Tahun 2012, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 441.900 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,19. Dari 441.900 jiwa 220.002 (49,79%) diantaranya merupakan penduduk laki-laki dan 221.898 (50,21%) merupakan penduduk perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2012 adalah sebesar 99,15(BPS Kab. Tabanan, 2013). Hal ini menunjukkan dalam sektor pertanian penduduk wanita berpeluang juga untuk ikut bergabung dalam kelompok tani pelaksana Simantri dan dengan adanya penduduk wanita ini dapat mengembangkan jiwa
67
kewirausahaan dan manajemen agrbisnis agar dapat lebih berhasil dalam kegiatan Simantri.
5.1.3 Program Simantri Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) adalah upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian karena merupakan pengembangan model percontohan dalam mempercepat alih teknologi kepada masyarakat pedesaan. Kegiatan integrasi yang dilaksanakan berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan mengasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel). Kegiatan utama adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau sedangkan limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik, dan bio pestisida (Distan, 2012). Sasaran kegiatan Simantri adalah adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada satu wilayah desa, dengan kriteria : 1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan terdapat komoditi unggulan sebagai titik ungkit. 2. Terdapat Gapoktan yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan terintegrasi. 3. Dapat dilaksanakan pada Desa dengan rumah Tangga Miskin (RTM) yang memiliki SDM dan potensi untuk pengembangan agribisnis. Melalui pola pertanian terintegrasi, usaha pertanian berlanjut dari aspek ekonomi, ekologi, dan sosial, karena selain diperoleh peningkatan pendapatan,
68
efisiensi usaha komuditas yang diintegrasikan (tanaman-ternak), juga berpotensi memunculkan lapangan kerja baru serta bersifat ramah lingkungan.
5.1.4 Lokasi Simantri di Kabupaten Tabanan Kabupaten Tabanan mendapatkan bantuan Simantri dari Tahun 2009 sebanyak 1 Simantri, Tahun 2010 terdapat sebanyak 4 Simantri dan Tahun 2011 terdapat sebanyak 16 Simantri, sehingga sampai Tahun 2011 terdapat 21 Simantri. Lokasi Simatri di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Lokasi Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 NO
Kecamatan
Desa
Gapoktan
No
Tahun
Simantri 1
Tabanan
Tunjuk
Subak Gede Bungan Kapal
6
2009
2
Selemadeg
Antap
Antap Tani Makmur
25
2010
3
Pupuan
Munduk temu
Batur Ibu
26
2010
4
Kerambitan
Kelating
Timan agung
27
2010
5
Penebel
Mangesta
Subak Kedampal Wangaya Betan
29
2010
6
Selemadeg Barat
Angkah
Tri Buana
75
2011
7
Selemadeg
Selemadeg
Sapta Tunggal
76
2011
8
Selemadeg Timur
Gadungan
Sari Gadung
77
2011
9
Pupuan
Sai
Windu Karya Sedana
78
2011
10
Kerambitan
Penarukan
Ananta Winangun
79
2011
11
Tabanan
Sudimara
Tani Lestari
80
2011
12
Penebel
Tegal Linggah
Catur Wahana
81
2011
13
Marga
Batannyuh
Catur Sari
82
2011
14
Kediri
Beraban
Baruna
83
2011
15
Baturiti
Candi Kuning
Candi Agro Mandiri
84
2011
16
Pupuan
Padangan
Rasa Tani Sentausa
165
2011
17
Penebel
Pesagi
Sarwa Nadi
166
2011
18
Selemadeg
Manik Yang
Panca Usaha Tani
167
2011
19
Tabanan
Subamia
Sabha Ramya
168
2011
20
Marga
Marga
Manah Bakti
169
2011
21
Baturiti
Perean Tengah
Catur Loka Bhuana
170
2011
Sumber : Distan 2012
69
5.2 Karakteristik Responden Penelitian ini melibatkan 84 responden yang terdiri dari pengurus dan anggota Poktan Pelaksana Simantri yang ada di Kabupaten Tabanan. Adapun identitas responden yang ikut ambil bagian dari penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pekerjaan dan penghasilan yang akan diuraikan sebagai berikut. 5.2.1 Umur Karakteristik responden dalam penelitian ini jika dilihat dari umur, maka gambaran distribusinya dapat dilihat seperti pada Tabel 5.2 berikut ini : Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Responden No 1 2 3
Umur (TH) < 30 30-60 > 60 Jumlah
Frekuensi 3 79 2 84
Persentase (%) 3.57 94.05 2.38 100
Sumber : Data diolah dari hasil survai Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.2 menunjukkan sebagian besar responden berumur 30 – 60 Tahun sebanyak 79 orang atau 94,05%. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia masih produktif, yaitu usia dimana kemampuannya dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen dalam program Simantri akan lebih berhasil lagi karena masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki dan produktivitas kerjanya dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.
70
5.2.2 Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil tabulasi data yang dilakukan sesuai dengan latar belakang pendidikan responden, maka diperoleh gambaran sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1
SD
19
22.62
2
SMP
11
13.10
3
SMA/SMK
44
52.38
4
Diploma
4
4.76
5
Sarjana
6
7.14
84
100
Jumlah
Sumber : Data diolah dari hasil survai Dari Tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 44 orang atau 52,38%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada umumnya cukup memadai untuk menjalankan kegiatan Simantri dan bukan menjadi hambatan bagi mereka untuk berinovasi lebih berhasil lagi dalam menjalankan kegiatan Simantri.
5.2.3 Pekerjaan Pekerjaan utama merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu lebih banyak, sedangkan pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dilakukan pada waktu senggang atau kosong. Karakteristik responden dalam penelitian ini jika dilihat dari pekerjaan, maka gambaran distribusinya dapat dilihat seperti pada Tabel 5.4 berikut ini.
71
Tabel 5.4 Pekerjaan Responden
No
1 2
Jenis Pekerjaan (%)
Pekerjaan
Pekerjaan Pokok Pekerjaan Sampingan
Petani
Buruh
Dagang
Wiraswasta
PNS
Tidak ada Pekerjaan
71.43 21.43
3.57 15.48
4.76
16.67 2.38
8.33 -
55.95
Sumber : Data diolah dari hasil survai Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.4 menyatakan bahwa pekerjaan pokok responden yang terbanyak adalah petani yaitu71.43%. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden sebagai petani akan lebih berpotensi berhasil menjalankan program Simantri dengan pengalaman bertani dan harus diimbangi dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen pada kegiatan usaha taninya Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan sampingan, responden yang paling banyak adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan yaitu 55.95%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan program Simantri petani dapat membuka lapangan pekerjaan baik itu UMKM maupun usaha kecil-kecilan sehingga petani bisa mendapatkan pekerjaan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
5.2.4 Pendapatan Gapoktan Simantri Pendapatan dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan seperti sebagai petani, buruh, dagang, wiraswasta, pns. Tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
72
Tabel 5.5 Tingkat Pendapatan Per Bulan Responden No 1 2 3 4 5
Pendapatan/Bulan ≤ Rp 1.000.000 Rp 1.100.000 - Rp 1.500.000 Rp 1.600.000 - Rp 2.000.000 Rp 2.100.000 - Rp 2.500.000 ≥ Rp 2.500.000
Kegiatan Pokok (%) Sampingan (%) 52.38 21.43 10.71 4.76 10.71
41.67 2.38 -
Sumber : Data diolah dari hasil survai Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendapatan dari kegiatan pekerjaan utama dan sampingan responden tertinggi berada pada kurang atau sama dengan Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 59.52 % dan 41.67 %. Hal ini menunjukkan pendapatan petani masih rendah, sehingga diharapkan melalui program Simantri petani dapat aktif dan berinovasi melalui program Simantri dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis dalam usaha taninya.
5.3 Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Variabel jiwa kewirausahaan (X1) dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 13 indikator yang meliputi sifat instrumental (X1.1), sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat pengambil resiko (X1.4), sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat keyakinan diri (X1.7), sifat inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan (X1.10), sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir sederhana (simple) (X1.12), dan sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13). Untuk dapat mengetahui tingkat jiwa kewirausahaan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di
73
Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini dari tahun 2009 2011. Tabel 5.6 Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No
Indikator Variabel
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri (X1.1) Sifat Prestatif Poktan pelaksana 2 Simantri (X1.2) Sifat Keluwesan Bergaul Poktan 3 Pelaksana Simantri (X1.3) Sifat Pengambil Resiko Poktan 4 Pelaksana Simantri (X1.4) Sifat Swakendali Poktan Pelaksana 5 Simantri (X1.5) Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana 6 Simantri (X1.6) Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana 7 Simantri (X1.7) Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri 8 (X1.8) Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri 9 (X1.9) Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana 10 Simantri (X1.10) Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana 11 Simantri (X1.11) Sifat Cara Berpikir Simple Poktan 12 Pelaksana Simantri (X1.12) Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti 13 Poktan Pelaksana Simantri (X1.13) Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1) 1
Sumber : Data diolah dari hasil survai Keterangan : 1.00 - 1.80 = Sangat Kurang 1.81 - 2.60 = Kurang 2.61 - 3.40 = Cukup 3.41 - 4.20 = Baik 4.21 - 5.00 = Sangat Baik
Rata-rata Skor Tahun 2009
Rata-rata Skor Tahun 2010
Rata-rata Skor Tahun 2011
Rata-rata Skor Tahun 2009-2011
Kategori Tahun 20092011
3.00
3.73
3.35
3.41
Baik
2.69
3.91
3.35
3.45
Baik
2.63
4.16
3.52
3.60
Baik
2.69
3.91
3.53
3.56
Baik
2.69
4.03
3.46
3.53
Baik
3.06
3.98
3.25
3.36
Cukup
2.81
4.00
3.40
3.49
Baik
3.00
4.09
3.39
3.51
Baik
2.75
4.03
3.39
3.49
Baik
2.75
4.08
3.33
3.44
Baik
2.88
3.92
3.30
3.40
Cukup
2.88
3.88
3.38
3.45
Baik
2.63
3.80
3.24
3.34
Cukup
2.80
3.96
3.38
3.46
Baik
74
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk variabel tingkat jiwa kewirausahaan Tahun 2009 adalah 2.80 yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2009 termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan 13 indikator yang digunakan untuk mengukur variabel jiwa kewirausahaan (X1), nilai rata-rata terendah jawaban responden pada indikator X1.3 yaitu sifat keluwesan bergaul dan indikator X1.13 yaitu sifat fokus pada bisnis yang digeluti dengan skor 2.63 yang artinya cukup. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi jawaban responden dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator X1.6 yaitu sifat kerja keras dengan skor 3.06 dengan kategori cukup. Nilai rata-rata variabel tingkat jiwa kewirausahaan tahun 2010 adalah 3.96 yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2010 termasuk dalam kategori Baik. Hal ini menunjukkan tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri tahun 2010 berdasarkan persepsi jawaban responden adalah baik. Ratarata skor jawaban tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator X1.3 yaitu sifat keluwesan bergaul dengan skor 4.16 dengan kategori baik. Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator X1.1 yaitu sifat instrumental dengan skor 3.73 yang artinya baik. Selanjutnya rata-rata untuk variabel tingkat jiwa kewirausahaan tahun 2011 adalah 3.38 yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2011 termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata jawaban terendah responden pada indikator X1.13 yaitu sifat
75
fokus pada usaha yang digeluti dengan skor 3.24 yang artinya cukup. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator X1.3 yaitu sifat pengambil resiko dengan skor 3.53 dengan kategori baik. Berdasarkan dari Tabel 5.6 rata-rata untuk variabel tingkat jiwa kewirausahaan tahun 2009-2011 adalah 3.46 yang menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator X1.3 yaitu sifat luwes bergaul dengan skor 3.60 dengan kategori baik. Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator X1.13 yaitu sifat fokus pada usaha yang digeluti dengan skor 3.34 yang artinya cukup.
5.4 Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Variabel manajemen agribisnis (X2) dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 4 indikator yang meliputi perencanaan usaha agribisnis (X2.1), pengorganisasian usaha agribisnis (X2.2), pengembangan usaha agribisnis (X2.3), pengawasan usaha agribisnis (X2.4). Untuk dapat mengetahui penerapan manajemen kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan dapat dilihat pada Tabel 5.7 dari tahun 2009 – 2011
76
Tabel 5.7 Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009 -2011
No
Indikator Variabel
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.1) Pengorganisasian Usaha Agribisnis 2 Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) Pengembangan Usaha Agribisnis 3 Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan 4 Pelaksana Simantri (X2.4) Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2) 1
Rata-rata Skor Tahun 2009
Rata-rata Skor Tahun 2010
Rata-rata Skor Tahun 2011
Rata-rata Skor Tahun 2009-2011
Kategori Tahun 20092011
3.10
3.83
3.41
3.45
Baik
2.75
3.59
3.38
3.40
Cukup
2.75
3.95
3.45
3.59
Baik
2.81
3.86
3.43
3.52
Baik
2.85
3.81
3.42
3.49
Baik
Sumber : Data diolah dari hasil survai Keterangan : 1.00 - 1.80 = Sangat Kurang 1.81 - 2.60 = Kurang 2.61 - 3.40 = Cukup 3.41 - 4.20 = Baik 4.21 - 5.00 = Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2009 adalah 2.85 yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori cukup. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.1 yaitu perencanaan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.10 yang berada dalam kategori cukup. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator X2.2 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dan X2.3 yaitu pengembangan usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 2.75 yang berada dalam kategori cukup.
77
Rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2010 adalah 3.81 yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik. Secara keseluruhan dari 4 indikator yang digunakan berada dalam klasifikasi baik. Skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator X2.2 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 3.59 yang berada dalam kategori baik. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu pengembangan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.95 yang berada dalam kategori baik. Selanjutnya rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2011 adalah 3.42 yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik. Secara keseluruhan dari 4 indikator yang digunakan diketahui sebanyak 3 indikator dalam klasifikasi Baik dan sisanya sebanyak 1 indikator dalam klasifikasi penilaian cukup. Rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu pengembangan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.45 yang berada dalam kategori baik. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator X2.2 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 3.38 yang berada dalam kategori cukup. Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata untuk variabel penerapan manajemen agribisnis tahun 2009-2011 adalah 3.49 yang
78
menunjukkan bahwa penerapan manajemen agribisnis yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori baik. Skor penilaian terendah dari 4 indikator yang digunakan berada pada indikator X2.3 yaitu pengorganisasian usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata-rata 3.40 yang berada dalam kategori cukup. Selanjutnya rata-rata skor jawaban tertinggi dari 4 indikator yang digunakan adalah pada indikator X2.3 yaitu pengembangan usaha agribinis Poktan pelaksana Simantri dengan skor rata–rata 3.59 yang berada dalam kategori baik.
5.5 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Variabel keberhasilan Simantri (Y) dalam penelitian merupakan variabel yang diukur dengan 7 indikator yang meliputi berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1), terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y2), berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3), meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5), berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6), dan peningkatan pendapatan petani (Y7). Tingkat keberhasilan kelompok tani pelaksana Simantri tahun 2009-2011 dapat dilihat dari Tabel 5.8.
79
Tabel 5.8 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Ratarata Skor Tahun 2009
Ratarata Skor Tahun 2010
Ratarata Skor Tahun 2011
Ratarata Skor Tahun 20092011
Kategori Tahun 2009-2011
3.33
3.48
3.08
3.16
Cukup Berhasil
2.25
3.75
3.36
3.38
Cukup Berhasil
3.17
3.50
3.04
3.13
Cukup Berhasil
3.00
3.83
3.22
3.33
Cukup Berhasil
2.58
3.85
3.29
3.42
Berhasil
Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6)
2.17
3.31
3.21
3.18
Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y)
2.75
3.62
3.20
3.27
Cukup Berhasil
No
1 2 3 4 5 6
Indikator Variabel
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5)
Sumber : Data diolah dari hasil survai Keterangan : 1.00 - 1.80 = Sangat Kurang Berhasil 1.81 - 2.60 = Kurang Berhasil 2.61 - 3.40 = Cukup Berhasil 3.41 - 4.20 = Berhasil 4.21 - 5.00 = Sangat Berhasil
Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 adalah 2.75 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y1 yaitu berkembangnya kelembagaan dan SDM dengan nilai rata-rata 3.33 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Selanjutnya untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y6 yaitu berkembangnya ekonomi pedesaan dengan nilai rata-rata 2.17 yang termasuk dalam kategori kurang berhasil.
80
Rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah 3.62 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana Simantri termasuk dalam kategori berhasil. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y6 yaitu berkembangnya ekonomi pedesaan dengan nilai rata-rata 3.31 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y3 yaitu terciptanya pertanian organik dengan nilai rata-rata 3.85 yang termasuk dalam kategori berhasil. Selanjutnya rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2011 adalah 3.20 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y2 yaitu terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversivikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga dengan nilai rata-rata 3.36 dengan kategori cukup berhasil. Sedangkan rata-rata untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y3 yaitu berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani dengan nilai rata-rata 3.04 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keberhasilan Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009-2011 adalah 3.27 yang menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan Simantri yang dilakukan kelompok tani
81
pelaksana termasuk dalam kategori cukup berhasil. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y5 yaitu terciptanya pertanian organik dengan nilai rata-rata 3.42 dengan kategori berhasil. Selanjutnya untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri (Y) adalah indikator Y3 yaitu berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan nilai rata-rata 3.13 yang termasuk dalam kategori cukup berhasil. Indikator peningkatan pendapatan (Y7) Poktan pelaksana Simantri tahun 2009-2011 dapat diukur dalam 4 sektor yaitu sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perkebunan dan sektor perikanan. Besarnya peningkatan pendapatan Poktan pelaksana Simantri dari tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Rata-Rata Peningkatan Pendapatan anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Sesudah Simantri (Rp)/Th
Besaran Peningkatan Peningkatan Pendapatan Pendapatan (Rp)/Th (%)
No
Tahun
Sebelum Simantri (Rp)/Th
1
2009
11,907,617
13,861,146
1,953,529
16.41
2
2010
19,348,908
25,568,311
6,219,403
32.14
3
2011
10,360,521
13,405,513
3,044,992
29.39
4
2009-2011
12,146,266
15,978,989
3,832,723
31.55
Sumber : Data diolah dari hasil survai
Pada Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa peningkatan pendapatan anggota Poktan pelaksana Simantri yang tertinggi adalah tahun 2010 sebesar Rp 6.219.403/Tahun atau sebesar 32.14% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana Simantri. Sedangkan peningkatan pendapatan anggota Poktan
82
pelaksana Simantri terendah adalah tahun 2009 sebesar Rp 1.953.529/Tahun atau sebesar 16.41% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana Simantri.
5.6 Analisis Model PLS Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Smart PLS versi 2.0 M3. Data yang dipergunakan untuk analisis ini adalah hasil rata-rata keseluruhan item pada masing-masing indikator dalam suatu variabel. Perlakuan data menggunakan metode rata-rata dalam analisis yang diaplikasikan pada variabel jiwa kewirausahaan (X1), manajemen agribisnis (X2) dan keberhasilan Simantri (Y). 5.6.1 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Evaluasi model pengukuran memerikasa validitas dan reliabilitas indikator-indikator yang mengukur konstruk atau variabel laten. Dalam penelitian ini ketiga variabel laten yaitu jiwa kewirausahaan (X1), manajemen agribisnis (X2) dan keberhasilan Simantri (Y) merupakan model pengukuran dengan indikator reflektif sehingga dalam evaluasi model pengukuran dilakukan dengan memeriksa convergent dan discriminant validity dari indikator, serta composite reliability. 1. Convergent validity Suatu indikator dinyatakan valid jika memiliki outer loading > 0.70 dan nilai T-Statistic diatas 2.64. Nilai outer loading dapat mengetahui kontribusi setiap indikator terhadap variabel latennya. Jika nilai outer loading suatu indikator paling tinggi maka menunjukkan indikator tersebut merupakan pengukur terkuat atau yang paling penting dalam variabel latennya.
83
Tabel 5.10 Pengujian Outer Model Outer Loading
tstatistic
Sifat Instrumental (X1.1)
0.841
31.544
Sifat Prestatif (X1.2)
0.851
27.419
Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3)
0.898
54.134
Sifat Pengambil Resiko (X1.4)
0.883
43.687
Sifat Swakendali (X1.5)
0.881
32.668
Sifat Kerja Keras (X1.6)
0.827
24.791
Sifat Keyakinan Diri (X1.7)
0.871
28.998
Sifat Inovatif (X1.8)
0.879
34.562
Sifat Kreatif (X1.9)
0.877
32.504
Sifat Kepemimpinan (X1.10)
0.846
32.016
Sifat Action Oriented (X1.11)
0.833
24.711
Sifat Cara Berpikir Simple (X1.12) Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti (X1.13)
0.849 0.824
28.463 24.346
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1) Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.2) Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.3)
0.831
26.301
0.807
21.105
0.933
93.598
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4)
0.896
45.600
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha tani (Y4) Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan (Y6)
0.825
23.247
0.889
44.031
0.705
9.383
0.875
34.927
0.900
46.643
0.826
24.563
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7)
0.840
35.374
Variabel
Jiwa Kewirausahaan (X1)
Manajemen Agribisnis (X2)
Keberhasilan Simantri (Y)
Indikator/Item
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil pengujian outer model pada Tabel 5.10 diatas dapat diketahui bahwa 13 indikator yang mengukur variabel jiwa kewirausahaan (X1) memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas 2.64. Ini berarti sifat instrumental (X1.1), sifat prestatif (X1.2), sifat keluwesan bergaul (X1.3), sifat
84
pengambil resiko (X1.4), sifat swakendali (X1.5), sifat kerja keras (X1.6), sifat keyakinan diri (X1.7), sifat inovatif (X1.8), sifat kreatif (X1.9), sifat kepemimpinan (X1.10), sifat berorientasi pada tindakan (action oriented) (X1.11), sifat berpikir sederhana (simple) (X1.12), dan sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13) merupakan indikator yang valid sebagai pengukur variabel jiwa kewirausahaan (X1). Disamping itu hasil analisis menunjukkan sifat keluwesan bergaul (X1.3) merupakan indikator paling kuat dalam jiwa kewirausahaan dengan nilai outer loading sebesar 0.898. Hasil evaluasi variabel manajemen agribisnis (X2), ke empat indikator memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas 2.64. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan usaha agribisnis (X2.1), pengorganisasian usaha agribisnis (X2.2), pengembangan usaha agribisnis (X2.3), pengawasan usaha agribisnis (X2.4) merupakan indikator yang valid sebagai pengukur variabel manajemen agribisnis (X2). Indikator pengembangan usaha agribisnis (X2.3) merupakan indikator yang paling kuat dalam manajemen agribisnis dengan nilai nilai outer loading sebesar 0.933. Pada evaluasi variabel keberhasilan Simnatri (Y), ke semua indikator memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0.70 dan t-statistic berada diatas 2.64. Hasil ini menunjukkan bahwa berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1), terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian (Y2),
berkembangnya
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
usaha
tani
(Y3),
meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4), tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green
85
economic (Y5), berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6), dan peningkatan pendapatan petani (Y7) merupakan indikator yang valid dari variabel keberhasilan Simantri (Y). Disamping itu hasil analisis menujukkan indikator tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5) merupakan indikator yang paling kuat dalam keberhasilan Simantri dengan nilai nilai outer loading sebesar 0.900.
2. Discriminant validity Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap variabel laten dengan korelasi antar variabel laten dalam model. Ketentuannya adalah apabila square root of average variance extracted (√AVE) variabel laten lebih besar dari koefisien korelasi variabel laten mengindikasikan indikator-indikator variabel memiliki discriminant validity yang baik. Nilai AVE direkomendasikan lebih besar dari 0.50. Tabel 5.11 Pemeriksaan Discriminant validity Variabel
AVE
Korelasi
√AVE X1
X2
Jiwa Kewirausahaan (X1)
0.738
0.859
1.000
Manajemen Agribisnis (X2)
0.754
0.868
0.817
1.000
Keberhasilan Simantri (Y)
0.704
0.839
0.831
0.825
Y
1.000
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Pada Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa ketiga variabel memiliki nilai AVE berada diatas 0.50 dan nilai akar AVE lebih tinggi daripada korelasi variabel
86
laten. Hal ini berarti pengujian discriminant validity dengan akar AVE menunjukkan bahwa seluruh variabel diatas dikatakan baik / valid.
3. Composite Reliability dan Crobach Alpha Evaluasi ini dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk dan nilai cronbach alpha. Nilai composite reliability dan nilai cronbach alpha dikatakan baik apabila berada diatas 0.70. Berikut dapat dilihat nilai composite reliability dan nilai cronbach alpha pada Tabel 5.12. Tabel 5.12 Nilai Composite Reliability dan Crobach Alpha Variabel
Composite Reliability
Cronbach Alpha
Jiwa Kewirausahaan (X1)
0.973
0.970
Manajemen Agribisnis (X2)
0.924
0.890
Keberhasilan Simantri (Y)
0.943
0.929
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil evaluasi nilai composite reliability dan cronbach alpha pada Tabel 5.12 menunjukkan bahwa ketiga variabel laten berada diatas 0.70, sehingga dapat dinyatakan bahwa blok indikator reliabel atau handal mengukur variabel-variabel penelitian.Berdasarkan hasil evaluasi convergent dan discriminant validity masing-masing indikator maka dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut dinyatakan valid dan reliabel.
87
5.6.2 Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Setelah dilakukan pengujian terhadap outer model dengan uji validitas dan reliabilitas maka selanjutnya dilakukan pengujian terhadap model struktural (inner model). Tahapan dari pengujian inner model ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Evaluasi Goodness of Fit Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai RSquares untuk setiap variabel sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Selain melihat besarnya nilai R-Squares, evaluasi model struktural PLS dapat juga dilakukan dengan Q2 predictive relevance atau sering disebut predictive sample reuse. Besaran Q2 memiliki nilai rentang 0 < Q2 < 1, semakin mendekati 1 berarti model struktural dari suatu penelitian semakin baik. Hasil pengujian model dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Hasil Evaluasi Goodness of Fit Variabel Manajemen Agribisnis (X2) Keberhasilan Simantri (Y) Kalkulasi : Q2 = 1-(1-R12) (1-R22) Q2 = 1-(1-0.842) (1-0.788) = 0.967
R square 0.842 0.788
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil evaluasi Tabel 5.13 menunjukkan bahwa model struktural terbukti nilai Q2 (0.967) mendekati angka 1. Dengan demikian hasil evaluasi ini memberi bukti bahwa model struktural memiliki kesesuaian (goodness of fit model) yang baik. Hal ini berarti bahwa informasi yang terkandung dalam data 96,7 % dapat
88
dijelaskan oleh model sedangkan sisanya 3,3% dijelaskan variabel lain yang belum terdapat dalam model.
2. Evaluasi Koefisien Indikator Evaluasi koefisien indikator digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan pengaruh masing-masing indikator terhadap variabel yang dibentuk serta tingkat signifikansinya. 1. Variabel Jiwa Kewirausahaan Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator jiwa kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 5.14. Tabel 5.14 Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Jiwa Kewirausahaan Variabel
Jiwa Kewirausahaan (X1)
Original Sample
Standard Error
tstatistic
Sifat Instrumental (X1.1)
0.841
0.027
31.544
Sifat Prestatif (X1.2)
0.851
0.031
27.419
Sifat Keluwesan Bergaul (X1.3)
0.898
0.017
54.134
Sifat Pengambil Resiko (X1.4)
0.883
0.020
43.687
Sifat Swakendali (X1.5)
0.881
0.027
32.668
Sifat Kerja Keras (X1.6)
0.827
0.033
24.791
Sifat Keyakinan Diri (X1.7)
0.871
0.030
28.998
Sifat Inovatif (X1.8)
0.879
0.025
34.562
Sifat Kreatif (X1.9)
0.877
0.027
32.504
Sifat Kepemimpinan (X1.10)
0.846
0.026
32.016
Sifat Action Oriented (X1.11)
0.833
0.034
24.711
Sifat Cara Berpikir Simple (X1.12)
0.849
0.030
28.463
Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti (X1.13)
0.824
0.034
24.346
Indikator/Item
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil pengujian pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa dari 13 indikator yang digunakan untuk mengukur variabel jiwa kewirausahaan semua berpengaruh
89
sangat nyata membentuk variabel jiwa kewirausahaan pada level 1% dengan nilai t-statistik > 2.64. Berdasarkan Tabel 5.14 dapat dijelaskan bahwa indikator jiwa kewirausahaan yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri untuk mencapai keberhasilan adalah sifat keluwesan bergaul (X1.3) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator paling besar dalam membentuk variabel jiwa kewirausahaan sebesar 0.898 dengan nilai t-statistik > 2.64. Indikator kedua adalah sifat pengambil resiko (X1.4) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.883. Indikator ketiga adalah sifat swakendali (X1.5) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.881. Indikator keempat adalah sifat inovatif (X1.8) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.879. Indikator kelima adalah sifat kreatif (X1.9) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.877. Indikator keenam adalah sifat keyakinan diri (X17.) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.871. Indikator ketujuh adalah sifat prestatif (X1.2) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.851. Selanjutnya hasil evaluasi indikator kedelapan adalah sifat berpikir simple (X1.12) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.849. Indikator kesembilan adalah sifat kepemimpinan (X1.10) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.846. Indikator kesepuluh adalah sifat instrumental (X1.1) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.841. Indikator kesebelas adalah sifat action oriented (X1.11) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.833. Indikator kedua belas adalah sifat kerja keras
90
(X1.6) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.827 dan indikator yang terakhir adalah sifat fokus pada usaha yang digeluti (X1.13) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.824.
2. Variabel Manajemen Agribisnis Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator manajemen agribisnis dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15 Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Manajemen Agribisnis
Variabel
Manajemen Agribisnis (X2)
Original Sample
Standard Error
tstatistic
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.1)
0.831
0.032
26.301
Pengorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.2)
0.807
0.038
21.105
Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.3)
0.933
0.010
93.598
Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri (X2.4)
0.896
0.020
45.600
Indikator/Item
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil pengujian pada Tabel 5.15 memperlihatkan bahwa dari 4 indikator yang digunakan untuk mengukur variabel manajemen agribisnis semua berpengaruh sangat nyata membentuk variabel jiwa kewirausahaan pada level 1% dengan nilai t-statistik > 2.64. Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dijelaskan bahwa indikator manajemen agribisnis yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri untuk mencapai keberhasilan adalah pengembangan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.3) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator paling besar dalam
91
membentuk variabel manajemen agribisnis sebesar 0.933 dengan nilai t-statistik > 2.64. Indikator kedua adalah pengawasan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.4) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.896. Selanjutnya Indikator ketiga adalah perencanaan usaha agribisnis dalam Simantri (X2.1) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.831 dan indikator yang terakhir adalah pengorganisasian usaha agribisnis dalam Simantri (X2.2) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.807.
3. Variabel Keberhasilan Simantri Untuk mengetahui besarnya nilai koefisien masing-masing indikator keberhasilan Simantri dapat dilihat pada Tabel 5.16. Tabel 5.16 Evaluasi Koefisien Indikator dengan Variabel Keberhasilan Simantri Variabel
Keberhasilan Simantri (Y)
Original Sample
Standard Error
tstatistic
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha tani (Y4) Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan (Y6)
0.825
0.035
23.247
0.889
0.020
44.031
0.705
0.075
9.383
0.875
0.025
34.927
0.900
0.019
46.643
0.826
0.034
24.563
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7)
0.840
0.024
35.374
Indikator/Item
Sumber : Hasil Analisis Data Responden Hasil pengujian pada Tabel 5.16 menunjukkan bahwa dari 7 indikator yang digunakan untuk mengukur variabel keberhasilan Simantri semua
92
berpengaruh sangat nyata membentuk variabel keberhasilan Simantri pada level 1% dengan nilai t-statistik > 2.64. Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dijelaskan bahwa indikator keberhasilan yang dominan dilakukan oleh Poktan pelaksana Simantri adalah tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic (Y5) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator paling besar dalam membentuk variabel manajemen agribisnis sebesar 0.900 dengan nilai t-statistik > 2.64. Indikator kedua adalah terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian dan industri rumah tangga (Y2) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.889. Indikator ketiga adalah meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani (Y4) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.875. Indikator keempat adalah peningkatan pendapatan petani (Y7) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.840. Selanjutnya evaluasi indikator kelima adalah berkembangnya usaha ekonomi pedesaan (Y6) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.826. Indikator keenam adalah berkembangnya kelembagaan dan SDM (Y1) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.825 dan indikator yang terakhir adalah berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani (Y3) dengan sumbangan pengaruh koefisien indikator sebesar 0.705
3. Evaluasi koefisien Jalur Struktural Evaluasi koefisien jalur struktural bertujuan untuk menganalisis jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Simantri, maka
93
berikut dilakukan analisis terhadap hasil pengujian model untuk mengetahui koefisien masing-masing jalur. Pengujian koefisien jalur struktural dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian dan juga untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel. Hasil pengujian model dan hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Koefisien Jalur Struktural Koefisien Jalur
TStatistic
Jiwa Kewirausahaan (X1) -> Keberhasilan Simantri (Y)
0.366
2.817
Positif dan Sangat Signifikan
Manajemen Agribisnis (X2)-> Keberhasilan Simantri (Y)
0.539
4.330
Positif dan Sangat Signifikan
Jiwa Kewirausahaan (X1)-> Manajemen Agribisnis (X2)
0.917
54.782
Positif dan Sangat Signifikan
Hubungan Antar Variabel
Keterangan
Sumber : Hasil Analisis Data Responden
Berdasarkan Tabel 5.17 di atas, dapat dibangun model persamaan hubungan regresi struktur yang terbentuk antara konstruk eksogen dengan konstruk endogen, sebagai berikut: 1. Y = 0,366 X1 + 0,539 X2 2. X2 = 0,917 X1
94
0.366 [2.817]
0.917 [54.782]
0.539 [4.330]
Gambar 5.1 Model Struktural Berdasarkan hasil pada Gambar 5.1 diatas diketahui bahwa pengaruh secara bersama-sama variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Simantri dengan koefisien determinan (R2) sebesar 0.788. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis mampu menjelaskan variabel keberhasilan Simantri sebesar 78.8%, sedangkan sisanya sebesar 22.2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model yang dipaparkan pada uraian berikut :
95
1. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap keberhasilan Simantri. Jiwa kewirausahaan (X1) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan Simantri (Y). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0.366 dengan t-statistik sebesar 2.817 (Tstatistik > 2.64). Pengaruh secara tidak langsung jiwa kewirausahaan (X1) melalui manajemen agribisnis (X2) terhadap keberhasilan Simantri sebesar 0.494, sehingga hipotesis 1 (H1) : jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap keberhasilan Simantri dapat dibuktikan. 2. Pengaruh Jiwa kewirausahaan terhadap penerapan manajemen agribisnis.
Jiwa kewirausahaan (X1) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap manajemen agribisnis (X2). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0.917 dengan t-statistik sebesar 54.782 (Tstatistik > 2.64) dengan koefisien determinan sebesar 0.842 yang artinya variabel jiwa kewirausahaan mampu menjelaskan variabel manajemen agribisnis sebesar 84.2 % sedangkan sisanya sebesar 15.8 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model, sehingga hipotesis 2 (H2) : jiwa kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen agribisnis dapat dibuktikan. 3. Pengaruh manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Simantri. Manajemen Agribisnis (X2) terbukti berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan Simantri (Y). Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0.539 dengan t-statistik sebesar 4.330 (Tstatistik > 2.64), sehingga hipotesis 3 (H3) : manajemen agribisnis berpengaruh positif terhadap keberhasilan Simantri dapat dibuktikan.
96
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Sifat terdapat dalam diri seseorang dan cenderung permanen. Sifat mempunyai kapasitas untuk menuntun pembentukan tingkah laku yang konsisten. Dalam diri seorang wirausahawan terdapat beberapa sifat atau jiwa yang khas. Sifat-sifat tersebut mampu mengantarkan keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dan sifat-sifat itu pula yang dapat menentukan kadar kewirausahaan seseorang (Suparta dan Ramantha, 2010). Dari hasil penelitian di lapangan, pada Simantri tahun 2009 di Kabupaten Tabanan terdapat sebanyak satu Simantri. Rata-rata tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan berada pada kategori cukup dengan capaian skor komulatif sebesar 2.80. Hal ini menunjukkan SDM Poktan pelaksana Simantri masih kurang maksimal dalam mengaplikasikan jiwa kewirausahaannya. Jika dilihat dari 13 indikator jiwa kewirausahaan, sifat keluwesan bergaul dan sifat fokus pada usaha yang digeluti yang mendapatkan skor terendah. Hal ini terlihat dari kurangnya Poktan dalam mencari informasi dengan kelompok Simantri Simantri yang sudah maju atau berkembang dan kurang fokus dalam menjalankan kegiatan Simantri. Kondisi ini akan berdampak pada keberhasilan Simantri yang kurang berhasil dalam menjalankan usaha taninya. Jadi kurangnya sifat keluwesan bergaul dengan Simantri lainnya menyebabkan kurangnya motivasi atau dorongan Poktan pelaksana ini untuk
96
97
mengembangkan
Simantrinya.
Untuk
mengantisipasi
hal
tersebut
maka
diharapkan Poktan pelaksana tahun 2009 harus fokus pada kegiatan Simantri dan mengunjungi Simantri yang sudah berhasil sehingga mendapatkan motivasi untuk dapat memperbaiki Simantri tersebut. Pada Simantri tahun 2010 yang terdiri dari empat Simantri, menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan termasuk dalam kategori baik, dengan capaian skor komulatif sebesar 3,96. Hal ini menunjukkan bahwa Poktan pelaksana Simantri memiliki sifat jiwa kewirausahaan yang tinggi untuk mencapai keberhasilan. Poktan pelaksana ini telah mampu menerapkan seluruh indikator jiwa kewirausahaan dengan capaian kategori baik. Salah satu indikator jiwa kewirausahaan tertinggi adalah sifat keluwesan bergaul. Aktifnya Poktan pelaksana Simantri dalam bergaul atau mencari informasi akan banyak menambah referensi atau motivasi dalam menjalakan kegiatan Simantri di masing-masing Poktan pelaksana. Dalam pelaksanaan kegiatan Simantri, Poktan ini bekerja sama dan menjalin hubungan dengan Simantri lainnya untuk memotivasi kegiatan mereka. Poktan pelaksana Simantri
tahun
2010
telah
mampu
berinovasi,
memiliki
kemampuan
kepemimpinan, kreatif, sifat swakendali, dan keyakinan diri dalam menjalankan usahanya. Untuk kedepannya diharapkan Simantri tahun 2010 terus dapat meningkatkan kegiatan usaha taninya. Selanjutnya pada Simantri tahun 2011 yang terdiri dari 16 Simantri menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri tahun 2011 di Kabupaten Tabanan berada pada kategori cukup dengan
98
capaian skor komulatif sebesar 3.38. Hal ini menunjukkan tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri belum maksimal diaplikasikan. Indikator jiwa kewirausahaan terendah berada pada sifat fokus pada usaha yang digeluti, hal ini dikarenakan kurangnya komitmen dan tanggung jawab dalam kegiatan Simantri. Poktan sering menganggap kegiatan ini hanya sekedar sampingan saja sehingga dalam menjalankan kegiatan Poktan masih suka menunda-nunda pekerjaan yang belum terselesaikan. Untuk mengatasi hal tersebut maka Poktan harus menumbuhkan lagi jiwa kewirausahaan yang utama pada sifat fokus pada usaha yang digeluti untuk keberhasilan Simantri dan pendamping juga harus bisa membangkitkan lagi jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana tersebut. Dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 menunjukkan tingkat jiwa kewirausahaan berada dalam kategori baik dengan capaian skor komulatif 3.46. Indikator tertinggi berada pada sifat keluwesan bergaul pada kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa sifat luwes bergaul Poktan pelaksana Simantri sudah di aplikasikan dengan baik. Dengan sifat luwes bergaul, Poktan pelaksana Simantri dapat mengetahui teknologi terbaru dan termotivasi untuk memajukan Simantri. Sedangkan indikator jiwa kewirausahaan terendah yaitu sifat fokus pada usaha yang digeluti pada kategori cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa Poktan pelaksana Simantri masih belum maksimal untuk fokus dalam usaha Simantri. Poktan masih menganggap kegiatan Simantri ini hanya kegiatan sampingan yang bisa dilakukan kapan saja. Kegiatan Simantri apabila dijalankan setengah hati maka akan sulit untuk mencapai keberhasilan. Jiwa kewirausahaan Poktan
99
pelaksana Simantri harus lebih ditingkatkan lagi untuk menjadikan petani yang berjiwa kewirausahaan demi melangsungkan kegiatan usaha taninya. Menurut Suryana (2003), bahwa setiap orang berpeluang menjadi seorang wirausahawan dan berhasil. Keberhasilan itu tergantung dari sejauh mana seseorang tekun mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan, terutama sikap mental dan kepribadiannya. Demikian halnya dengan Poktan pelaksana Simantri, mereka dapat mengembangkan kemampuannya untuk menjadi seorang wirausahawan dengan mau belajar dan menekuni segala aspek usaha yang dijalankannya. Hal pertama yang harus dimiliki oleh Poktan pelaksana Simantri adalah niat untuk melakukan kegiatan usaha tani yang sukses, selanjutnya barulah diikuti oleh hal-hal lain yang berkaitan dengan sifat atau jiwa kewirausahaan.
6.2 Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun dibidang agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis yang meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan bidang-bidang manajemen (Firdaus, 2007). Penerapan manajemen agribisnis yang diterapkan oleh Poktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 berada dalam kategori Cukup dengan perolehan skor 2.85. Dilihat dari ke empat unsur manajemen yang telah diterapkan terdapat empat indikator dalam keadaan cukup. Indikator terendah
100
berada pada pengorganisasian dan pengembangan usaha agribisnis. Ini menunjukkan penerapan manajamen masih kurang dilapangan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya Poktan pelaksana dalam menerapkan unsur-unsur manajemen dalam Simantri. Poktan hanya bisa berencana tapi kurangnya dalam hal pelaksanaan dan pengembangan kegiatan Simantri. Pada Simantri tahun 2009 SDM juga kurang respon dalam menjalankan kegiatan Simantri sehingga beberapa anggota banyak yang mengundurkan diri dalam memelihara ternak sapi. Akibatnya ternak sapi banyak yang tidak terpelihara dan semakin lama semakin berkurang jumlahnya. Untuk mengantisipasi hal ini diharapkan Tim Teknis Pemerintah Provinsi Bali harus turun ke lapangan untuk membenahi masalah tersebut agar Simantri tetap berjalan. Dari hasil penelitian Simantri tahun 2010, penerapan manajemen agribisnis berada pada kategori baik dengan perolehan skor 3.81. Seluruh indikator penerapan manajemen agribisnis berada pada kategori baik. Ini menunjukkan bahwa seluruh unsur manajemen sudah diterapkan oleh Poktan pelaksana Simantri yang dimulai dari perencanaan hingga pengawasan kegiatan. Indikator tertinggi dari penerapan manajemen agribisnis adalah pengembangan usaha agribisnis. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha agribisnis sudah dilakukan secara maksimal. Dalam pelaksanaan dan pengembangan usaha agribisnis Simantri pada tahun 2010 sudah berjalan dengan baik yang dimulai dari meningkatkan produksi baik itu ternak sapi, pengolahan pupuk padat dan cair, dan beberapa Simantri sudah menjual pupuk padat dan cair ke pasar sasaran seperti stan-stan tanaman hias.
101
Selanjutnya hasil penelitian penerapan manajemen agribisnis tahun 2011 berada pada kategori baik dengan perolehan skor 3.42. Dari keseluruhan indikator penerapan manajemen agribisnis terdapat tiga indikator dalam katergori baik dan satu indikator dalam kategori cukup. Indikator terendah berada pada pengorganisasian usaha agribisnis Simantri. Hal ini disebabkan organisasi di dalam Poktan masih belum maksimal terbentuk karena kurangnya hubungan harmonis dengan anggota yang tidak satu persepsi dalam menjalankan Simantri sehingga dalam kegiatan pengolahan pupuk padat maupun cair banyak anggota yang tidak ikut melaksanakannya. Minimnya anggota Poktan pelaksana untuk aktif menyebabkan ada beberapa Simantri hanya dikelola oleh ketua Poktan saja. Pada Simantri tahun 2011 pengelolanya hanya beberapa orang saja sehingga hanya yang aktif-aktif saja yang ikut bergabung dalam menjalankan Simantri. Dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 menunjukkan penerapan manajemen agribisnis berada dalam kategori baik dengan capaian skor komulatif 3.49. Indikator tertinggi berada pada pengembangan usaha agribisnis dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan pengembangan kegiatan Simantri sudah diterapkan dengan baik dan perlu ditingkatkan lagi oleh Poktan pelaksana Simantri untuk mencapai keberhasilan. Sedangkan indikator yang terendah pengorganisasian usaha agribisnis dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengorganisasian usaha agribisnis beberapa Poktan pelaksana masih belum maksimal dilaksanakan, karena kurang aktifnya kelompok dalam menjalankan kegiatan Simantri terutama dalam melakukan pengolahan limbah padat maupun cair. Jadi untuk menunjang ke arah keberhasilan maka penerapan
102
manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri dalam bidang perencanaan sampai pengawasan usaha agribisnis harus lebih dimaksimalkan lagi dalam kegiatan Simantri. Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa Poktan pelaksana Simantri telah melakukan atau menerapkan unsur-unsur manajemen agrbisnis seperti perencanaan, pengorganisasian, pengembangan dan pengawasan dengan baik serta ada pula yang belum maksimal dalam menerapkannya. Poktan pelaksana Simantri sudah cukup mempunyai kemampuan dalam menerapkan manajemen agribisnis tetapi dalam hal pengorganisasian usaha agribisnis harus lebih ditingkatkan lagi sehingga Poktan pelaksana Simantri dapat menjalankan kegiatannya lebih berhasil lagi. Poktan pelaksana Simantri tersebut diharapkan terus mendapatkan bimbingan teknis oleh pendamping, penyuluh maupun tim teknis provinsi dan kabupaten agar semua kegiatan Simantri berjalan sesuai dengan tujuannya. Downey dan Erickson (1992) dalam bukunya menyebutkan fungsi-fungsi manajemen yang penting diterapkan dalam usaha agribisnis adalah fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan atau pengembangan, dan fungsi pengawasan. Kemampuan manajemen bukanlah bakat bawaan tetapi merupakan keahlian yang dapat diajarkan dan dilatihkan. Namun pola dan gaya manajemen setiap orang berbeda tergantung situasi dan kondisi yang dihadapinya.
103
6.3 Tingkat Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Keberhasilan atau kegagalan dalam bisnis adalah sesuatu yang biasa, tetapi setiap orang pelaku bisnis tentu tidak ingin gagal. Salah satu faktor keberhasilan adalah kesiapan sumber daya manusia maupun tenaga kerja harus dipersiapkan terlebih dahulu, baik dari aspek kemampuan, aspek mental, maupun aspek fisik dari seseorang (Suparta, 2005). Hasil penelitian tingkat keberhasilan Simantri tahun 2009 berada dalam kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 2.75. Indikator tingkat keberhasilan terendah berada pada berkembangnya usaha ekonomi pedesaan, ini besar kaitannya dengan tidak adanya iuran masuk ke kas Simantri sehingga Poktan pelaksana tidak bisa mengembangkan unit simpan pinjam. Jika dilihat dari segi peningkatan pendapatan dari 4 sektor terdapat peningkatan sebesar Rp 1.953.529/tahun atau sebesar 16.41% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada penjualan ternak sebesar Rp 957.500 dan peningkatan pendapatan terendah pada limbah cair sebesar Rp 63.000 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Poktan pelaksana Simantri hanya berada dalam pemeliharaan ternak sapi saja dan tidak kearah pengolahan limbah ternak. Poktan masih belum mampu mengolah kotoran yang disebabkan karena SDM yang tidak aktif dalam kegiatan Simantri. Tingkat keberhasilan Poktan pelaksana Simantri masih rendah yang disebabkan oleh kurangnya jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis Poktan pelaksana dalam menjalankan kegiatan Simantri dan Poktan pelasakna belum bisa menyamakan tujuan atau persepsi ke depan mengenai kegiatan Simantri. Dalam
104
hal ini Poktan pelaksana hanya memelihara sapi saja dan kurang memanfaatkan hasil dari limbah kotoran padat maupun cair. Pada Poktan Simantri ini hanya terdapat satu rumah tangga yang memanfaatkan biogasnya sedangkan anggota lainnya cenderung pasif dengan program Simantri ini. Untuk mengatasi masalah ini Tim Teknis Provinsi Bali harus turun langsung mengatasi hal tersebut dan memberikan bimbingan teknis pada Poktan pelaksana agar kegiatan Simantri berjalan sesuai program. Hasil penelitian tingkat keberhasilan Simantri tahun 2010 berada dalam kategori berhasil dengan perolehan skor 3.62. Dari seluruh indikator keberhasilan terdapat 5 indikator berada dalam kategori berhasil yaitu berkembangnya kelembagaan dan SDM, terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha pertanian, meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan efisiensi usaha tani, tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. Sedangkan dari segi peningkatan pendapatan terdapat peningkatan sebesar Rp 6.219.403/tahun atau sebesar 32.14 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 2.412.568 dan peningkatan pendapatan terendah pada limbah cair sebesar Rp 521.125 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa dalam Poktan pelaksana dalam sektor pertanian sudah mulai menerapkan pertanian organik di lahan masing-masing, sehingga dari segi pertanian sudah mulai memberikan hasil yang optimal. Tingkat keberhasilan Poktan pelaksana Simantri tahun 2010 sudah berjalan dengan baik dan sudah mengalami peningkatan pendapatan tiap tahunnya. Pada Simantri tahun 2010 di
105
Kabupaten Tabanan, Gapoktan Simantri rata-rata sudah memproduksi dan memasarkan pupuk cair maupun padat hingga mencapai kurang lebih 10 ton/bulan. Mereka melakukan kerja sama dengan Simantri lainnya dalam proses pemenuhan kebutuhan pupuk yang akan mereka pasarkan kepada konsumen sehingga memperoleh keuntungan yang cukup tinggi. Selanjutnya dilihat dari tingkat keberhasilan Simantri tahun 2011 berada pada kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 3.20. Dari seluruh indikator keberhasilan Simantri berada dalam kategori cukup berhasil sedangkan dari segi peningkatan pendapatan Poktan pelaksana Simantri Tahun 2011 sebesar Rp 3.044.992/Tahun atau sebesar 29.39% untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 1.288.221 dan peningkatan pendapatan terendah pada sektor perikanan sebesar Rp 57.669 (Lampiran 6). Peningkatan di sektor perikanan masih rendah disebabkan karena kurangnya minat dalam pemeliharaan ikan lele karena harga pakan yang melambung tinggi sehingga tidak ada keuntungan dalam pemeliharaan ikan lele. Beberapa Poktan pelaksana sudah menerapkan program Simantri dari pengolahan pupuk padat maupun cair hingga sampai ke pasar sasaran. Dan ada pula yang memanfaatkan pupuk organiknya untuk lahan masing-masing anggota. Dari 16 Gapoktan Simantri tahun 2011 yang berjalan kegiatannya berjumlah 10 Simantri. Sedangkan pada 6 Simantri tersebut banyak mengalami kendala dalam pelaksanaanya, seperti ternak yang dibawa pulang oleh anggota kelompok karena letak lokasi Simantri jauh sehingga tidak bisa mengumpulkan kotoran dikandang koloni, SDM Poktan pelaksana yang
106
kurang aktif sehingga tidak ada kegiatan pengolahan di Simantri atau hanya ada pembibitan sapi saja, dan masalah pendampingan yang kurang efektif sehingga sulitnya menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen dalam kelompok Pelaksana Simantri. Dilihat dari hasil penelitian Simantri tahun 2009-2011 berada dalam kategori cukup berhasil dengan perolehan skor 3.27. Dari seluruh indikator keberhasilan terdapat satu indikator berada dalam kategori berhasil yaitu terciptanya pertanian organik menuju green economic, sedangkan dari indikator lainnya berada pada kategori cukup berhasil. Dari segi peningkatan pendapatan terdapat peningkatan sebesar Rp 3.832.723/tahun atau sebesar 31.55 % untuk masing-masing anggota Poktan Pelaksana. Jika dilihat dari peningkatan pendapatan tertinggi yaitu berada pada sektor pertanian sebesar Rp 1.481.669 dan peningkatan pendapatan terendah pada sektor perikanan sebesar Rp 43.938 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan peningkatan pendapatan petani masih rendah dikarenakan petani belum maksimal dalam menggunakan dan memanfaatkan hasil kotoran dari ternak. Terciptanya pertanian organik dalam Poktan pelaksana Simantri sudah mulai terbentuk dan indikator keberhasilan yang lainnya belum maksimal dicapai. Hal ini berkaitan dengan beberapa kualitas SDM Poktan Pelaksana yang masih rendah sehingga tidak fokus dalam menjalankan program Simantri. Untuk mengatasi hal ini diharapkan peran pendamping dan tim teknis provinsi dan kabupaten harus cepat bertindak dengan memberikan motivasi dan bimbingan teknis pada Poktan Pelaksana.
107
Tingkat keberhasilan Simantri yang tertinggi berada pada Simantri Tahun 2010, ini disebabkan karena tingkat jiwa kewirausahaan dan manajemen yang dimiliki dalam kategori baik. Keberhasilan Simantri didukung oleh SDM yang ulet dan kerja keras, mempunyai tujuan dan dedikasi yang tinggi, dan mempunyai komitmen kuat untuk mencapai tujuan. Dengan semangat, motivasi, dan teknologi yang digunakan dapat menghasilkan keberhasilan dalam usaha taninya. Keberhasilan kegiatan Simantri tahun 2010 perlu ditiru oleh Poktan-poktan lainnya dengan cara mengunjugi atau melakukan kerja sama dalam pengelolaan Simantri. Dari hasil penelitian tahun 2009-2011 menunjukkan bahwa dengan adanya jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis yang tinggi maka akan semakin berhasil Poktan pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Simantri dan sebaliknya jika tingkat jiwa kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis yang rendah maka akan menyebabkan kurang berhasilnya Poktan pelaksana Simantri dalam melaksanakan kegiatan Simantri. Kegiatan pendampingan juga mempunyai
pengaruh besar dalam
keberhasilan Simantri. Pendampingan bertujuan mendampingi Poktan pelaksana baik dalam pemberian materi Bintek, menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan manajemen dalam menjalankan usaha tani. Kondisi ini sesuai dengan pendapat dari Mardikanto (1988) yang menyatakan bahwa adopsi merupakan hasil dari proses komunikasi yang berupa penyampaian inovasi sampai dengan terjadinya perubahan prilaku sasaran.
108
6.4 Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui jiwa kewirausahaan berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani pelaksana Simantri. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap keberhasilan Simantri dibuktikan dengan nilai thitung > t
tabel
(2.817 > 2.64). Hal ini menunjukkan bahwa
jiwa kewirausahan yang dimiliki Poktan pelaksana menjadi dasar pendorong atau niat untuk berhasil dalam menjalankan program Simantri di Kabupaten Tabanan. Setiap Poktan pelaksana Simantri berpeluang untuk menjadi berhasil dalam kegiatannya. Keberhasilan tergantung pada sejauh mana Poktan pelaksana Simantri tekun mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan dalam menjalankan usaha tani. Dilihat dari pengaruh tidak langsung, jiwa kewirausahaan melalui manajemen
agribisnis
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
Simantri.
Ini
menunjukan bahwa dengan unsur jiwa kewirausahaan dan unsur manajemen agribisnis dapat membentuk keberhasilan Simantri. Dengan memiliki jiwa kewirausahaan tinggi maka secara otomatis akan melakukan penerapan manajemen
dengan
baik
sehingga
mencapai
keberhasilan.
Sifat
jiwa
kewirausahaan dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu menerapkan manajemen agribisnis yang dimulai dari perencanaan sampai pada pengawasan kegiatan. Indikator Jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri yang paling dominan dalam mencapai keberhasilan Simantri adalah sifat keluwesan bergaul. Hal ini menunjukkan bahwa sifat keluwesan bergaul mampu menumbuhkan niat
109
atau kemauan untuk menjalankan Simantri. Keluwesan bergaul ini akan menumbuhkan pola pikir terhadap Poktan terhadap kegiatan yang dilakukan kelompok Simantri lainya sehingga dapat menciptakan teknologi-teknologi baru dalam menunjang keberhasilan. Dalam menjalakan program Simantri sifat keluwesan bergaul harus diterapkan baik dalam memulai kegiatan Simantri maupun kegiatan Simantri yang sudah berjalan. Poktan pelaksana Simantri harus luwes bergaul dengan Simantri yang sudah berhasil untuk menambah motivasi dan informasi-informasi perkebangan Simantri. Dengan adanya motivasi maka Poktan akan lebih semangat dalam menjalankan kegiatan Simantri. Semakin tinggi tingkat jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri yaitu sifat instrumental, sifat prestatif, sifat keluwesan bergaul, sifat pengambil resiko, sifat swakendali, sifat kerja keras, sifat keyakinan diri, sifat inovatif, sifat kreatif, sifat kepemimpinan, sifat berorientasi pada tindakan (action oriented), sifat berpikir sederhana (simple), dan sifat fokus pada usaha yang digeluti maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan Poktan pelasana Simantri. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Udayani (2008) bahwa sifat atau jiwa kewirausahaan itu mempengaruhi perilaku seseorang, maka perilaku positif seperti bekerja keras, tekun, inovatif, kreatif tentu akan menyebakkan peternak menjadi lebih berhasil. Dalam hal ini, jiwa kewirausahaan sangat penting diperhatikan untuk penunjang keberhasilan dalam Poktan pelaksana Simantri di Kabupaten Tabanan. Dengan menambah pengalaman Poktan pelaksana Simantri adalah investasi utama dalam memulai wirausaha tidak selamanya dengan dukungan
110
modal uang yang jumlahnya besar tetapi yang lebih penting adalah komitmen, keberanian menanggung resiko, tanggap terhadap peluang usaha dan keterampilan dalam menciptakan peluang pasar yaitu keluarga, masyarakat dan lembagalembaga konsumen lainnya.
6.5 Pengaruh Jiwa kewirausahaan terhadap Manajemen Agribisnis Kelompok Tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui jiwa kewirausahaan berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap penerapan manajemen agribisnis kelompok tani pelaksana Simantri. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap manajemen agribisnis dibuktikan dengan nilai thitung > t
tabel
(54.782 >
2.64). Hal ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri dapat membentuk SDM yang berkualitas sehingga dapat menerapkan manajemen agribisnis dalam kegiatan Simantri. Jiwa kewirausahaan akan mempengaruhi perilaku seseorang agar dapat melakukan sesuatu atau memanajemen kegiatan secara maksimal sehingga Poktan pelaksana Simantri menjadi lebih berhasil dalam menjalankan kegiatannya. Indikator manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri yang paling dominan adalah pengembangan usaha agribisnis. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha agribisnis Poktan pelaksana Simantri sangat penting dilakukan mulai dari mengembangkan usaha, meningkatkan produktivitas, meningkatkan produksi dan kualitas hingga sampai memasarkan. Dalam pengembangan usaha agribisnis, Poktan pelaksana Simantri sudah mulai mengembangkan usahanya terutama dalam pengembangan sapi Bali. Selanjutnya
111
hasil dari kotoran sapi sudah diolah menjadi pupuk padat dan cair, hingga sampai ke pemasaran. Dengan adanya SDM yang berjiwa wirausaha akan dapat melaksanakan
dan
mengembangkan
usaha
agribisnis
sehingga
dapat
meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut Wiratmo (2005) kewirausahaan adalah suatu penciptaan nilai tambah dengan memperhitungkan resiko dari suatu peluang usaha dan memobilisasi sumber-sumber daya dengan kemampuan manajemen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu dengan SDM yang berjiwa kewirausahaan akan mempunyai kemampuan memanajemen kegiatannya dengan baik. Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat jiwa kewirausahaan yang dimiliki Poktan pelaksana Simantri mempunyai kemampuan dalam menerapkan manajemen agribisnis baik dari segi teknis atau pengalaman, sehingga Poktan pelaksana dapat melaksanakan kegiatan Simantri dengan baik. Hal ini dikarenakan Poktan sudah mendapat bimbingan teknis dan pelatihan dari pendamping maupun instansi-instansi yang terkait agar kegiatan usaha tani terintegrasi ini dapat berhasil sehingga dapat tercipta kesejahteraan petani di Kabupaten Tabanan.
6.6 Pengaruh Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilan Kelompok Tani pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Berdasarkan hasil analisis Smart PLS dapat diketahui manajemen agribisnis berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani pelaksana Simantri. Pengaruh manajemen agribisnis terhadap keberhasilan Simantri dibuktikan dengan nilai thitung > t tabel (4.330 > 2.64). Hal ini
112
menunjukkan bahwa Poktan pelaksana Simantri telah menerapkan unsur-unsur manajemen dari perencanaan, pengorganisasian, pengembangan dan pengawasan kegiatan usahanya dengan baik sehingga mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan Simantri. Jadi berhasil tidaknya kegiatan Simantri pada dasarnya tergantung pada efektif tidaknya menerapkan unsur-unsur manajemen oleh Poktan pelaksana Simantri. Apabila penerapan manajemen agribisnis kurang dalam kegiatan Simantri maka tingkat keberhasilan pun akan rendah. Menurut Downey dan Erickson (1992), agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis. Temuan penelitian ini sesuai dengan Wijayanti (2011) bahwa semakin baik penerapan manajemen agribisnis maka semakin berhasil pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Banjarangkan Klungkung. Oleh karena itu Poktan pelaksana Simantri harus mengedepankan unsur-unsur manajemen agribisnis dalam kegiatan usaha taninya sebagai kunci sukses menuju keberhasilan program Simantri di Kabupaten Tabanan. Indikator keberhasilan Poktan pelaksana Simantri yang paling dominan adalah tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan Simantri yang dicapai pertama oleh Poktan pelaksana adalah mengembangkan pertanian organik di Desa. Untuk mencapai keberhasilan tersebut diperlukan penerapan manajemen agribisnis yang baik
113
dalam mengelola Simantri. Berkembangnya pertanian organik merupakan tujuan utama dari program Simantri sehingga untuk kedepannya di Bali menjadi pulau organik. Agar terciptanya pertanian organik Poktan pelaksana Simantri diharapkan mampu mengolah kotoran dari sapi menjadi pupuk organik dan mampu menggunakan atau menerapkan ke masing-masing lahan petani, sehingga dalam berusaha tani dapat mengasilkan produk yang lebih unggul dan mendapatkan nilai jual yang tinggi. Dilihat dari pengaruh secara simultan variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Simantri dengan koefisien determinan sebesar 0.788 yang artinya variabel jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis mampu menjelaskan variabel keberhasilan Simantri sebesar 78.8 %, sedangkan sisanya sebesar 22.2 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat kewirausahaan dan unsur-unsur manajemen agribisnis mampu menciptakan keberhasilan Poktan pelaksana Simantri dalam mengelola usaha taninya. Apabila Poktan pelaksana Simantri telah memiliki tingkat jiwa kewirausahaan yang tinggi dan mampu menerapkan manajemen dengan baik maka tentu akan menjadikan Poktan pelaksana Simantri lebih berhasil dalam usahanya. Oleh karena itu jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis Poktan pelaksana Simantri perlu terus ditumbuhkan dan dimantapkan. Dalam hal ini peran pendampingan menyangkut teknis kewirausahaan dan manajemen agribisnis sangat diperlukan oleh Poktan pelaksana Simantri sampai dengan mereka sukses atau berhasil mencapai indikator keberhasilan.
114
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Jiwa
kewirausahaan
berpengaruh
positif
sangat
signifikan
terhadap
keberhasilan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Indikator jiwa kewirausahaan yang paling dominan adalah sifat keluwesan bergaul. 2. Jiwa
kewirausahaan
berpengaruh
positif
sangat
signifikan
terhadap
manajemen agribisnis kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Indikator manajemen agribisnis yang paling dominan adalah pengembangan usaha agribisnis. 3. Manajemen agribisnis berpengaruh positif sangat signifikan terhadap keberhasilan kelompok tani pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan. Indikator keberhasilan Simantri yang paling dominan adalah berkembangnya pertanian organik menuju green economic.
7.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Jiwa kewirausahaan Poktan pelaksana Simantri harus terus ditumbuhkan atau dikuatkan di lapangan terutama dalam mengubah pola pikir mereka dengan
114
115
lebih luwes bergaul mencari informasi-informasi ke Simantri yang berhasil sehingga lebih termotivasi untuk menjalankan kegiatan Simantri. 2. Poktan pelaksana Simantri harus meningkatkan kelembagaaan didalam kelompok sehingga dapat berinovasi dalam mengembangkan usaha agribisnis berbasis inovasi teknologi dengan pengembangan diversifikasi produk dalam Simantri. 3. Poktan pelaksana Simantri harus diberikan pelatihan manajemen agribisnis dibidang teknis dari produksi pupuk organik sampai penerapan pupuk organik ke masing-masing tanaman oleh PPL dan pendamping agar tercipta dan berkembangnya pertanian organik menuju green economic. 4. Pendamping
harus
diberikan
pelatihan
tentang
jiwa
kewirausahaan,
manajemen agribisnis dan teknik penyuluhan yang baik agar benar-benar menguasai materi tersebut sehingga mampu memberikan pembinaan maupun penyuluhan pada Poktan pelaksana Simantri dalam menjalakan kegiatan usahatani sampai mereka sukses atau berhasil. 5. Penelitian ini masih memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan, oleh karenanya dipandang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih komprehensif.
116
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 2007. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung : CV Alfabeta Antara, I. M. 2005. Bahan Ajar Manajemen Agribisnis. Denpasar : Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Antara, I. M. 2006. Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Denpasar : Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Antari, I.G.A.A.O. 2006. “Penerapan Sistem Integrasi Usahatani Kopi ArabikaJeruk-Ternak Sapi di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Provinsi Bali”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana. BPS Kabupaten Tabanan. 2013. Tabanan dalam Angka 2013. Edisi 21 Desember 2013. BPS Pusat. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2012. Berita Resmi Statistik No. 14/02/Th XVI. Edisi 5 Februari 2013. BPS Prov. Bali, 2013. Pertumbuhan Ekonomi Bali Tri Wulan IV Tahun 2012. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 11/02/51/Th. VII. Edisi 5 Februari 2012. Budiasa, dkk. 2011. Optimasi Sistem Usahatani Terintegrasi : Analisis Pemrograman Linier. Denpasar : Jurnal SocaVol 1 No 1. Budiasa, dkk. 2012. Optimasi Sistem Usahatani Terintergrasi Untuk Memaksimalkan Pendapatan Petani; Pendekatan Linear Programming. Denpasar : e-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata Vol 11. No 2. Distan. 2009. Profil Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tabanan. Tabanan : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan. Distan. 2012. Program Sistem Pertanian Terintegrasi. Denpasar : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali.
116
117
Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT, /160/04/2007, Tanggal 13 April 2007 Tentang Pedoman Pertumbuhan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Jakarta. Downey, W. D. and Steven P.Erickson.1992. Manajemen Agrbisnis (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga. Ferdinand, A. 2011. Metode Penelitian Manajemen. Edisi 3. Semarang : Universitas Diponegoro. Firdaus, M. 2007. Manajemen Agribisnis. Jember: Bumi Aksara. Ghozali, I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang : Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 3. Semarang : Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2012. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 4. Semarang : Universitas Diponegoro. Griffin, R.W. 2004. Manajemen. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Guntoro, dkk. 2010. Optimalisasi Integrasi Usahatani Kambing dengan Tanaman Kopi. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar : BPTP Bali. Kasali, dkk. 2010. Modul Kewirausahaan Untuk Program Strata 1. Rumah Perubahan, Team Dosen Kewirausahaan. Mardikanto,T. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta : Sebelas Maret Universitas Press, Mubyarto, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta: LP3ES. Reksohadiprodjo, S. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Edisi 5. Yogyakarta : BPFE Sanim, B. 1990. Diversifikasi dan Program Pembangunan Pertanian dalam A. Suryana, A. Pakpahan, dan A. Djauhari (eds): Diversifiasi Pertanian Usaha Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
118
Sanjaya, I. G. A. M. 2013. “Efektivitas Penerapan Simantri dan Pengaruhnya terhadap Peningkatan Pendapatan Petani-Peternak di Bali”. (Disertasi). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana. Sevilla, dkk.1993. Pengantar Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Jakarta : Universitas Indonesia. Singarimbun, M. dan S.Effendi (Editor), 1989. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP3ES. Soedjana, T.D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petani Terhadap Faktor Risiko. (Jurnal on-line). Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Internet. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262075.pdf. 19 Mei 2013. Soekartawi.2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta : Universitas Indonesia. Subiharta, dkk. 2006. Teknologi Sistem Usahatani Integrasi Tanaman dan Ternak Berbasis Tanaman Pangan di Lahan Kering. (Jurnal on-line). BPTP Jawa Tengah.Internet.http://jateng.litbang.deptan.go.id/ind/images/Publikasi/Rek omendasiTeknologi/r15.pdf. 19 Mei 2013. Sukandarrumidi. 2002. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS. Sukarta, I.W. 2010. “Pengaruh Lingkungan, Sifat Kewirausahaan, dan Motivasi Wirausaha Terhadap Pembelajaran Wirausaha Serta Kinerja Usaha”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana. Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. Cetakan I. Denpasar : CV. Bali Media Adhikarsa. Suparta, N. dan Ramantha, I. W. 2010. Manajemen Bisnis Kecil dan Kewirausahaan. Denpasar : Pustaka Nayottama. Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Menuju Sukses. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit PT. Salemba Empat Patria.
119
Udayani, K.R. 2010. “Hubungan Antara Jiwa kewirausahaan dengan keberhasilan Usaha Agribisnis (Kasus Pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Di Bali). (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana. Wijayanti, D.M.D. 2011.“Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan, Penerapan Manajemen Agribisnis dan Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung”. (Tesis). Denpasar : Universitas Udayana, Program Pascasarjana. Wiratmo, M. 2005. “Pengantar Kewiraswastaan : Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis”. Yogyakarta : BPFE.
120
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN MANAJEMEN AGRIBISNIS TERHADAP KEBERHASILAN GAPOKTAN SIMANTRI DI KABUPATEN TABANAN (Untuk Poktan Pelaksana Simantri)
PROGRAM MAGISTER MAGISTER AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
120
121
A. Karakteritik Responden 1. Keterangan Diri Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
: L/P
Alamat
:
Tlp/Hp
:
Pendidikan Terakhir : Tanggal Pengisian
/
Tahun
:
2. Struktur Anggota Rumah Tangga No
Nama
Jenis Kelamin
L
P
Umur (Thn)
Hubungan dgn Kepala RT
Pendidikan
3. Pekerjaan Pokok
Pekerjaan Pendapatan/Rp Sampingan
Pendapatan/Rp
122
4. Nama Gapoktan Simantri/Tahun
:
Nama Poktan Pelaksana Simantri
:
Kedudukan dalam Poktan
:
Dusun
:
Desa/Kelurahan
:
Kecamatan/Kab
:
B. Tingkat Jiwa Kewirausahaan Petunjuk Pengisian: Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang ada STS TS R S SS
= = = = =
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju PILIHAN JAWABAN
NO
PERNYATAAN
1
2
3
4
5
TS
R
S
SS
X1.1
Sifat Instrumental
1
Poktan memanfaatkan sumber daya (kayu, bambu, air) di sekitar lingkungan untuk pembuatan kandang Simantri
2
Poktan memanfaatkan masukan (saran) dari berbagai sumber
3
Poktan tanggap terhadap peluang berusaha tani
4
Poktan tanggap terhadap perbaikan kinerja Simantri
X1.2 1
Sifat Prestatif Poktan senantiasa ingin berprestasi lebih berhasil dalam kegiatan Simantri
STS
123
2
Poktan ingin mencapai hasil kinerja yang lebih baik dalam kegiatan Simantri
3
Poktan menganggap pencapaian prestasi sangat penting
4
Poktan memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
X1.3
Sifat Keluwesan Bergaul
1
Poktan senantiasa aktif bergaul dan mencari informasi dalam perkembangan Simantri
2
Poktan dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan agar tidak terjadi kesalahpahaman
3
Poktan senantiasa bersosialisasi dengan kelompok Simantri lainnya agar mendapatkan informasi mengenai Simantri
4
Poktan mempunyai jaringan kelompok Simantri lain untuk mengetahui perkembangan teknologi Simantri
X1.4
Sifat Pengambil Resiko
1
Poktan memperhitungkan dan mengantisipasi segala kemungkinan kerugian yang bisa terjadi
2
Poktan memperhitungkan tindakan dengan cermat agar dapat mengatasi masalah
3
Poktan menghadapi resiko produksi dengan sikap optimis
4
Poktan bertindak cepat dan tepat dalam menghadapi resiko produksi
X1.5
Sifat Swakendali
1
Poktan menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri sehingga mampu mengendalikan diri dalam bertindak
2
Poktan mengetahui kapan bekerja keras dan kapan saatnya berhenti bekerja
3
Poktan mampu mengubah strategi dalam menghadapi masalah
4
Poktan mampu mengendalikan diri dalam setiap kegiatan agar tidak terjadi pertengkaran saat kegiatan Simantri
X1.6 1 2 3
Sifat Kerja Keras Poktan tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan kegiatan Simantri selesai tepat waktu Poktan mengisi waktu dengan hal-hal yang nyata atau positif Poktan terlibat dalam situasi kesibukan kerja dan tidak pernah lelah
124
4 X1.7 1 2 3 4 X1.8
Poktan mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh Sifat Keyakinan Diri Poktan senantiasa percaya pada kemampuan diri sendiri Poktan tidak ragu-ragu dalam bertindak untuk menghadapi masalah tertentu Poktan percaya diri pada keputusan yang diambil dalam menghadapi masalah tertentu Poktan fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran tidak ada keraguan dalam menghadapi masalah tertentu Sifat Inovatif
1
Poktan mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat untuk memecahkan masalah
2
Poktan mencari hasil temuan terbaru yang lebih baik dan mampu menerapkannya untuk mencapai tujuan tertentu
3
Poktan mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat untuk mencapai tujuan tertentu
4
Poktan mampu menggunakan ide-ide baru untuk meningkatkan keuntungan
X1.9
Sifat Kreatif
1
Poktan mampu memikirkan sesuatu yang baru untuk memecahkan masalah yang timbul
2
Poktan mempunyai pemikiran yang berbeda dalam menghadapi masalah dan lebih baik dalam mencapai tujuan
3
Poktan mampu menemukan peluang-peluang baru dan menggunakannya untuk tujuan tertentu
4
Poktan mampu menghasilkan ide-ide baru dengan berdiskusi antar kelompok Simantri
X1.10 1
2 3 4
Sifat Kepemimpinan Poktan mampu mempengaruhi anggota kelompok agar mau melakukan tugasnya Poktan mampu melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan agar organisasi berjalan dengan baik Poktan mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya usaha agribisnis Simantri Poktan mampu mengarahkan anggota dalam melaksanakan kegiatan usaha tani
X1.11
Sifat Action Oriented (berorientasi pada tindakan)
1
Poktan lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda pekerjaan
125
2
Poktan senantiasa tidak memberikan kesempatan bekerja berlalu begitu saja
3
Poktan dalam menghadapi masalah tetap bertindak walaupun situasi tidak pasti
4
Poktan berani menerima tantangan saat kondisi terburuk
X1.12
Sifat Cara Berpikir Simple (sederhana)
1
Poktan selalu menyederhanakan permasalahan dalam menghadapi masalah tertentu
2
Poktan melihat persoalan dengan jernih dalam menghadapi masalah tertentu
3
Poktan menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
4
Poktan mampu mengambil keputusan alternatif saat masalah tidak dapat terpecahkan
X1.13 1 2 3 4
Sifat Fokus pada Usaha yang Digeluti Poktan selalu bertekad mencurahkan segenap perhatian dalam kegiatan Simantri Poktan bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan lainnya untuk keberhasilan Simantri Poktan berkomitmen pada usaha yang digeluti untuk keberhasilan Simantri Poktan memiliki tanggung jawab dalam kegiatan Simantri
C. Penerapan Manajemen Agribisnis Petunjuk Pengisian: Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang ada STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu S = Setuju SS = Sangat Setuju PILIHAN JAWABAN NO
PERNYATAAN 1
X2.1 1
Perencanaan Usaha Agribisnis dalam Simantri Poktan telah merencanakan tujuan akhir program Simantri
STS
2
3
4
5
TS
R
S
SS
126
2 3 4 5.a 5.b 5.c 5.d X2.2 1 2 3 4 X2.3 1.a 1.b 1.c 1.d 2.a 2.b 2.c 2.d 3.a 3.b 3.c 3.d 4.a 4.b 4.c 4.d 5.a
Poktan telah merencanakan waktu dan pelaksanaan kegiatan Simantri Poktan telah merencanakan modal dan sumber daya yang akan digunakan Poktan telah merencanakan pengembangan anggota agar bersifat proaktif Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi bibit tanaman pangan hortikultura Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi peternakan sapi Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi bibit tanaman perkebunan Poktan telah merencanakan penyediaan sarana produksi ikan lele Pengoorganisasian Usaha Agribisnis dalam Simantri Poktan mengkoordinasikan hubungan kerja dengan anggota Poktan membagi tugas yang jelas dengan anggota Poktan menjalin hubungan harmonis dengan sesama anggota Poktan menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja Pengembangan Usaha Agribisnis dalam Simantri Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis Sapi Bali Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis pupuk organik padat Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis pupuk organik cair Poktan telah mengembangkan jenis usaha agribisnis ikan lele Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha agribisnis Sapi Bali Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha agribisnis pupuk organik padat Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha agribisnis pupuk organik cair Poktan telah meningkatkan produktivitas usaha agribisnis ikan lele Poktan telah meningkatkan produksi Sapi Bali Poktan telah meningkatkan produksi pupuk organik padat Poktan telah meningkatkan produksi pupuk organik cair Poktan telah meningkatkan produksi ikan lele Poktan telah meningkatkan kualitas Sapi Bali Poktan telah meningkatkan kualitas produk pupuk organik padat Poktan telah meningkatkan kualitas produk pupuk organik cair Poktan telah meningkatkan kualitas ikan lele Poktan telah memasarkan produk pupuk organik padat ke pasar sasaran
127
5.b 5.c X2.4 1 2 3 4
Poktan telah memasarkan produk pupuk organik cair ke pasar sasaran Poktan telah memasarkan ikan lele ke pasar sasaran Pengawasan Usaha Agribisnis dalam Simantri Poktan melakukan pengawasan terhadap standar produk Poktan mengawasi mekanisme kerja sesuai dengan standar Poktan melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas Poktan menerima masukan dari pihak instansi pemerintahaan
D. Keberhasilan Simantri Petunjuk Pengisian: Berilah tanda rumput (√ ) pada pilihan pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang ada STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu S = Setuju SS = Sangat Setuju PILIHAN JAWABAN NO
PERNYATAAN 1
Y1
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM
1
Poktan telah berhasil mengembangkan organisasi dengan baik
2
Poktan telah berhasil menjalin hubungan baik dengan penyuluh dan pendamping
3
Poktan telah berhasil membentuk SDM ke arah pertanian organik
Y2
1
Terciptanya Lapangan Kerja Melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga Poktan berhasil menciptakan lapangan kerja bagi petani
STS
2
3
4
5
TS
R
S
SS
128
2
Poktan telah berhasil menciptakan kelompok wanita tani yang aktif dalam melakukan usaha kecil dengan memanfaatkan kompor biogas
3
Poktan telah berhasil mengembangkan jenis usaha ekonomi rumah tangga tani
Y3
Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani
1
Poktan telah berhasil meningkatkan pengolahan lahan pertanian dengan sebaik-baiknya
2
Poktan telah berhasil memperluas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian
3
Poktan telah berhasil menganekaragamkan tanaman pertanian
Y4
Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani
1
Poktan telah berhasil meningkatkan produksi usahatani
2
Poktan telah berhasil mengefisienkan usahatani dengan menggunakan pupuk organik
3
Poktan telah berhasil meningkatkan semangat petani dalam berusaha tani
Y5
Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic
1a
Poktan telah berhasil mengolahan pupuk organik padat
1b
Poktan telah berhasil mengolahan pupuk organik cair (biourine)
2
Poktan telah berhasil menerapkan hasil olahan pupuk organik ke masing-masing lahan
3
Poktan telah berhasil mengembangkan pertanian organik di Desa
Y6
1
2
3
Berkembangnya Usaha Ekonomi Pedesaan
Poktan telah berhasil mengembangkan UMKM
Poktan telah berhasil membentuk unit simpan pinjam
Poktan telah berhasil membentuk Koperasi
129
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7) Pendapatan Petani Sebelum Simantri Penggunaan Lahan 1 Sawah
Luas Milik (ha) 2
Luas Garapan (ha)
Lahan milik tidak digarap (ha)
Milik
Sakap
Sewa
Jumlah
Disewakan
disakapkan
Jumlah
3
4
5
6
7
8
9
Kebun
1. Sektor Pertanian 1.1 Produksi Usahatani pada lahan sawah Musim Tanam
Jenis Tanaman
Luas Tanam (ha)
Produksi (Kg)
Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
Total Penerimaan
1.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani TK Keluarga
Jml TK
Penanaman Penyiangan Pemupukan Pengairan Penyemprotan Penyulaman Panen
Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian
Pengolahan lahan
TK upahan
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
130
1.3.1 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani MT1 Uraian Benih/bibit (sachet/kg) Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri; 2=membeli) Pupuk (kg); 1. Urea 2. KCL 3. NPK 4. TSP 5. Pupuk kandang 6. Pupuk kompos 7. ….. Pestisida (ml atau kg): …… …… Penyusutan Alat (unit): - Sabit - Cangkul - ……. - …… Biaya angkut: - Lahan – ke rumah(Rp/kg) - Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg) Lain-lain: Pajak (PBB) Sewa lahan Bagi hasil Iuran subak
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total
2. Sektor Peternakan 2.1 Produksi peternakan Jenis Ternak
Jumlah Ternak
Volume kotoran (Kg)
Harga kotoran mentah / (Kg) = Harga kotoran diolah / (Kg) =
Jumlah Anak
Diolah (Kg)
Hasil Jual Ternak (Rp)
Hasil Jual (Rp)
131
Volume Urine (ltr)
Diolah (ltr)
Hasil Jual (Rp)
Harga kotoran mentah / (Kg) = Harga kotoran diolah / (Kg) = 2.2 Biaya Pemberian Pakan
Jenis pakan
Pemberian pakan (Kg/hari)
Harga pakan (Rp/Kg)
Rumput gajah Limbah pertanian Dedak padi
2.3 Biaya Tenaga Kerja usaha ternak TK. Keluarga
TK. Upahan
Uraian Pria (jam)
Wanita (jam)
Pria (jam)
Wanita (jam)
Mengumpulkan pakan Memberi Pakan Membersihkan Kandang
3. Sektor Perkebunan 3.1 Produksi Usahatani pada lahan perkebunan Musim Tanam
Jenis Tanaman
Luas Tanam (ha)
Produksi (Kg)
Total Penerimaan
Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
132
3.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Perkebunan TK Keluarga
TK upahan Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Penyemprotan Panen
3.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani Uraian Benih/bibit (sachet/kg) Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri; 2=membeli) Pupuk (kg); 1. Urea 2. KCL 3. NPK 4. TSP 5. Pupuk kandang 6. Pupuk kompos 7. ….. Pestisida (ml atau kg): …… …… Penyusutan Alat (unit): - Sabit - Cangkul - ……. - …… Biaya angkut: - Lahan – ke rumah(Rp/kg) - Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg) Lain-lain: Pajak (PBB) Sewa lahan Bagi hasil Iuran subak
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total
Upah
133
4. Sektor Perikanan 4.1 Produksi perikanan Hasil panen Ikan (Kg)
Jenis Ikan
Harga ikan (Rp/Kg)
Total Pendapatan (Rp)
Jumlah Pendapatan Keseluruhan
4.2 Biaya input perikanan Uraian
jumlah (Kg)
Harga Satuan
Total Biaya
Bibit ikan (I) Bibit ikan (II) Bibit ikan (III) Pakan ikan (I) Pakan Ikan (II) Pakan ikan (III)
4.3 Biaya Tenaga kerja TK Keluarga
Jml TK
Sortasi Panen
Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian
Pemberian pakan
TK upahan
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
134
Peningkatan Pendapatan Petani (Y7) Pendapatan Petani Sesudah Simantri Tahun 2012 Penggunaan Lahan 1 Sawah
Luas Milik (ha) 2
Luas Garapan (ha)
Lahan milik tidak digarap (ha)
Milik
Sakap
Sewa
Jumlah
Disewakan
disakapkan
Jumlah
3
4
5
6
7
8
9
Kebun
1. Sektor Pertanian 1.1 Produksi Usahatani pada lahan sawah Musim Tanam
Jenis Tanaman
Produksi (Kg)
Luas Tanam (ha)
Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
Total Penerimaan
1.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani TK Keluarga
Jml TK
Penanaman Penyiangan Pemupukan Pengairan Penyemprotan Penyulaman Panen
Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian
Pengolahan lahan
TK upahan
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
135
1.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani Uraian Benih/bibit (sachet/kg) Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri; 2=membeli) Pupuk (kg); 1. Urea 2. KCL 3. NPK 4. TSP 5. Pupuk kandang 6. Pupuk kompos 7. ….. Pestisida (ml atau kg): …… …… Penyusutan Alat (unit): - Sabit - Cangkul - ……. - …… Biaya angkut: - Lahan – ke rumah(Rp/kg) - Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg) Lain-lain: Pajak (PBB) Sewa lahan Bagi hasil Iuran subak
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total
2. Sektor Peternakan 2.1 Produksi peternakan Hasil Jual Ternak (Rp) Jenis Ternak
Jumlah Ternak
Jumlah Anak
Sistem pembagian hasil penjualan : 1. Anak sapi I : ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan 2. Anak sapi II : ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan 3. Anak sapi III: ………% Pemelihara ……..% Poktan ……….%Gapoktan
136
2.2 Biaya Pemberian Pakan
Jenis pakan
Pemberian pakan (Kg/hari)
Harga pakan (Rp/Kg)
Rumput gajah Limbah pertanian Dedak padi
2.3 Biaya Tenaga Kerja usaha ternak TK. Keluarga
Uraian
Pria (jam)
TK. Upahan
Wanita (jam)
Pria (jam)
Wanita (jam)
Mengumpulkan pakan Memberi Pakan Membersihkan Kandang
2.4 Produksi pupuk kompos poktan Volume kotoran kering (Kg)
Hasil Jual Mentah(Rp/Kg)
Diolah (Kg)
Hasil Jual (Rp/Kg)
Harga kotoran mentah / (Kg) = Harga kotoran diolah / (Kg) =
2.5 Biaya input pembuatan kompos Uraian RB gula pasir …….
Jumlah (Kg, liter)
Harga Satuan
Total Biaya
137
2.6 Biaya tenaga kerja TK Kelompok Wanita Uraian
Pria (HOK) (HOK) Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Aktivasi mikroba Pencampuran bahan Fermentasi Pembalikan kompos Lain-lain
2.7 Produksi pupuk cair poktan (bio urine) Volume Urine (ltr)
Diolah (ltr)
Hasil Jual (Rp)
Harga urine mentah / (ltr) = Harga urine diolah / (ltr) = 2.8 Biaya input pembuatan bio urine Uraian
Harga Satuan
Jumlah (Kg, liter)
Total Biaya
RB Azba
2.9 Biaya tenaga kerja TK Kelompok Uraian Jml TK Aktivasi mikroba Pencampuran bahan Fermentasi Lain-lain
Wanita
Pria (HOK) Jml HK
(HOK) Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
138
3. Sektor Perkebunan 3.1 Produksi Usahatani pada lahan perkebunan Musim Tanam
Jenis Tanaman
Luas Tanam (ha)
Produksi (Kg)
Harga satuan (Rp/Kg)
Penerimaan (Rp)
Total Penerimaan
3.2 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Perkebunan TK Keluarga
TK upahan Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Penyemprotan Panen
3.3 Penggunaan Input Dan Besarnya Biaya Usahatani MT1 Uraian Benih/bibit (sachet/kg) Sumber benih yang digunakan (1=hasil sendiri; 2=membeli) Pupuk (kg); 1. Urea 2. KCL 3. NPK 4. TSP 5. Pupuk kandang 6. Pupuk kompos 7. ….. Pestisida (ml atau kg): …… …… Penyusutan Alat (unit): - Sabit - Cangkul - ……. - …… Biaya angkut: - Lahan – ke rumah(Rp/kg) - Rumah – ke pasar (Rp/kg) - Lahan – ke pasar (Rp/kg)
Jumlah
Harga satuan (Rp)
Total
Upah
139
Lain-lain:
Pajak (PBB) Sewa lahan Bagi hasil Iuran subak
5. Sektor Perikanan 4.1 Produksi perikanan Hasil panen Ikan (Kg)
Jenis Ikan
Harga ikan (Rp/Kg)
Total Pendapatan (Rp)
Jumlah Pendapatan Keseluruhan
4.2 Biaya input perikanan Uraian Bibit ikan (I) Bibit ikan (II) Bibit ikan (III)
jumlah (Kg)
Harga Satuan
Total Biaya
Pakan ikan (I) Pakan Ikan (II) Pakan ikan (III)
4.3 Biaya Tenaga kerja TK Keluarga
Jml TK
Sortasi Panen
Wanita
Pria
Wanita
(HOK)
(HOK)
(HOK)
Pria (HOK)
Uraian
Pemberian pakan
TK upahan
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
Jml TK
Jml HK
Upah
140
140
141
142
143
Lampiran 3. Tingkat Jiwa Kewirausahaan Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009 Kategori (%) No 1 2
K
C
B
SB
Ratarata
Kategori
SK -
-
50.00
50.00
-
3.50
Baik
-
50.00
25.00
25.00
-
2.75
Cukup
Ukuran Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
3
Tanggap terhadap peluang berusaha tani
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
4
Tanggap terhadap perbaikan kerja
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
3.00
Cukup
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri (X1.1) 1
Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
2
Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang lebih baik
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Cukup
3
Pencapaian prestasi sangat penting
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2.69
Cukup
Memiliki tanggung jawab dan dorongan 4 untuk berprestasi Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 1
Aktif bergaul dan mencari informasi
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2
Menyesuaikan diri dalam pergaulan
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
3
Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok lainnya
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
4
Adanya jaringan dalam kelompok lainnya
-
50.00
25.00
25.00
-
2.75
Cukup
2.63
Cukup
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana Simantri (X1.3) Memperhitungkan dan mengantisipasi segala 1 kemungkinan yang terjadi
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
Memperhitungkan tindakan dengan cermat
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
Menghadapi resiko dengan sikap optimis Berani bertindak cepat dalam menghadapi 4 resiko Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri (X1.4) Menyadari kekuatan dan kelemahan diri 1 sendiri Mengetahui kapan saatnya harus bekerja 2 keras dan berhenti bekerja Mampu mengubah strategi dalam 3 menghadapi masalah Adanya pengendalian diri dalam setiap 4 kegiatan Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri (X1.5) Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan 1 selesai
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
2.69
Cukup
-
25.00
25.00
50.00
2
-
-
50.00
-
25.00
-
25.00
2 3
Mengisi hal-hal yang nyata atau positif
Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja 3 dan tidak pernah lelah Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh4 sungguh Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri (X1.6) 1
Percaya dengan kemampuan diri sendiri
-
50.00
25.00
25.00
-
2.75
Cukup
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
-
50.00
25.00
25.00
-
2.75
Cukup
-
75.00
25.00
-
-
2.75
Cukup
2.69
Cukup
-
3.25
Cukup
50.00
-
3.50
Baik
75.00
-
-
2.75
Cukup
75.00
-
-
2.75
Cukup
3.06
Cukup
2.50
Kurang
-
50.00
143
50.00
-
-
144
2
Tidak ragu-ragu dalam bertindak
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
3
Percaya diri dengan keputusan yang diambil
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2.81
Cukup
Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran 4 tidak ada keraguan Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri (X1.7) Mencari cara-cara baru yang lebih 1 bermanfaat
-
50.00
-
50.00
-
3.00
Cukup
2
Mencari hasil penemuan terbaru
-
-
100.00
-
-
3.00
Cukup
3
Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
Mampu menggunakan ide-ide baru
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
3.35
Cukup
4
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 1
Mampu memikirkan ide-ide baru
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2
Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
3
Mampu menemukan peluang-peluang baru
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
4
Mampu menghasilkan ide-ide baru
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Cukup
2.75
Cukup
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 1 2 3 4
Mampu mempengaruhi anggota kelompok Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya Mampu mengarahkan anggota kelompok
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri (X1.10) Lebih banyak bekerja dan tidak suka 1 menunda pekerjaan Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu 2 begitu saja
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
-
-
100.00
-
-
3.00
Cukup
2.75
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
25.00
25.00
50.00
-
3.25
Cukup
3
Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
4
Berani menerima tantangan
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2.88
Cukup
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri (X1.11) 1
Selalu menyederhanakan permasalahan
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
2
Melihat persoalan dengan jernih
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
3
Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
-
25.00
50.00
-
-
3.00
Cukup
4
Mampu mengambil keputusan alternatif
-
-
75.00
-
-
3.25
Cukup
2.88
Cukup
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana Simantri (X1.12) Selalu bertekad mencurahkan segenap 1 perhatian dalam kegiatan Bersedia mengorbankan waktu demi 2 kepentingan lainnya 3 Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya Memiliki tanggung jawab dalam 4 menjalankan kegiatan Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan Pelaksana Simantri (X1.13)
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
2.63
Cukup
2.80
Cukup
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1)
145
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ket
SK
18.75
3.63
Baik
Ukuran
1
Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan
-
12.50
31.25
37.50
2
Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
-
-
25.00
75.00
-
3.75
Baik
3
Tanggap terhadap peluang berusaha tani
-
-
50.00
43.75
6.25
3.56
Baik
4
Tanggap terhadap perbaikan kerja
-
6.25
12.50
56.25
25.00
4.00
Baik
3.73
Baik
Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri (X1.1) 1
Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil
-
12.50
31.25
37.50
18.75
3.63
Baik
2
Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang lebih baik
-
-
12.50
75.00
12.50
4.00
Baik
3
Pencapaian prestasi sangat penting
-
-
25.00
50.00
25.00
4.00
Baik
4
Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
-
6.25
18.75
43.75
31.25
4.00
Baik
3.91
Baik
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 1
Aktif bergaul dan mencari informasi
-
0.00
12.50
62.50
25.00
4.13
Baik
2
Menyesuaikan diri dalam pergaulan
-
6.25
6.25
56.25
31.25
4.13
Baik
3
Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok lainnya
-
-
12.50
43.75
43.75
4.31
Baik
4
Adanya jaringan dalam kelompok lainnya
-
-
18.75
56.25
25.00
4.06
Baik
4.16
Baik
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana Simantri (X1.3) Memperhitungkan dan mengantisipasi segala 1 kemungkinan yang terjadi
-
-
18.75
68.75
12.50
3.94
Baik
2
Memperhitungkan tindakan dengan cermat
-
-
18.75
75.00
6.25
3.88
Baik
3
Menghadapi resiko dengan sikap optimis
-
-
25.00
50.00
25.00
4.00
Baik
-
6.25
25.00
50.00
18.75
3.81
Baik
Berani bertindak cepat dalam menghadapi 4 resiko Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri (X1.4) 1 2 3 4
Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja Mampu mengubah strategi dalam menghadapi masalah Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan
3.91
Baik
-
-
12.50
50.00
37.50
4.25
Sangat Baik
-
-
6.25
81.25
12.50
4.06
Baik
-
-
18.75
75.00
6.25
3.88
Baik
-
6.25
12.50
62.50
18.75
3.94
Baik
4.03
Baik
Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri (X1.5) 1
Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai
-
-
18.75
56.25
25.00
4.06
Baik
2
Mengisi hal-hal yang nyata atau positif
-
6.25
12.50
62.50
18.75
3.94
Baik
-
-
31.25
50.00
18.75
3.88
Baik
-
-
18.75
56.25
25.00
4.06
Baik
3.98
Baik
Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja 3 dan tidak pernah lelah Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh4 sungguh Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri (X1.6) 1
Percaya dengan kemampuan diri sendiri
-
-
25.00
43.75
31.25
4.06
Baik
2
Tidak ragu-ragu dalam bertindak
-
-
25.00
43.75
31.25
4.06
Baik
3
Percaya diri dengan keputusan yang diambil
-
-
31.25
56.25
12.50
3.81
Baik
146
Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran tidak ada keraguan Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri (X1.7)
4
-
6.25
25.00
25.00
43.75
4.06
Baik
4.00
Baik Baik
1
Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat
-
-
25.00
56.25
18.75
3.94
2
Mencari hasil penemuan terbaru
-
-
25.00
37.50
37.50
4.13
Baik
3
Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
-
-
18.75
37.50
43.75
4.25
Sangat Baik
4
Mampu menggunakan ide-ide baru
-
6.25
18.75
37.50
37.50
4.06
Baik
4.09
Baik
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 1
Mampu memikirkan ide-ide baru
-
-
25.00
50.00
25.00
4.00
Baik
2
Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan
-
6.25
6.25
62.50
25.00
4.06
Baik
3
Mampu menemukan peluang-peluang baru
-
-
6.25
68.75
25.00
4.19
Baik
4
Mampu menghasilkan ide-ide baru
-
6.25
12.50
68.75
12.50
3.88
Baik
4.03
Baik
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 1 2 3 4
Mampu mempengaruhi anggota kelompok Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya Mampu mengarahkan anggota kelompok
-
-
12.50
68.75
18.75
4.06
Baik
-
-
12.50
62.50
25.00
4.13
Baik
-
-
25.00
50.00
25.00
4.00
Baik
-
-
18.75
50.00
31.25
4.13
Baik
4.08
Baik
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri (X1.10) Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda 1 pekerjaan Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu 2 begitu saja
-
-
18.75
56.25
25.00
4.06
Baik
-
-
25.00
56.25
18.75
3.94
Baik
3
Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti
-
-
37.50
50.00
12.50
3.75
Baik
4
Berani menerima tantangan
-
6.25
6.25
75.00
12.50
3.94
Baik
3.92
Baik
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri (X1.11) 1
Selalu menyederhanakan permasalahan
-
12.50
31.25
43.75
12.50
3.56
Baik
2
Melihat persoalan dengan jernih
-
-
18.75
62.50
18.75
4.00
Baik
3
Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
-
-
18.75
62.50
18.75
4.00
Baik
4
Mampu mengambil keputusan alternatif
-
6.25
12.50
62.50
18.75
3.94
Baik
3.88
Baik
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana Simantri (X1.12) Selalu bertekad mencurahkan segenap 1 perhatian dalam kegiatan Bersedia mengorbankan waktu demi 2 kepentingan lainnya
-
25.00
12.50
37.50
25.00
3.63
Baik
-
12.50
31.25
37.50
18.75
3.63
Baik
3
-
-
18.75
68.75
12.50
3.94
Baik
-
-
12.50
75.00
12.50
4.00
Baik
3.80
Baik
3.96
Baik
Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya
Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan 4 kegiatan Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan Pelaksana Simantri (X1.13)
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1)
147
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ket
SK 3.13
1.56
31.25
53.13
10.94
3.67
Baik
Ukuran
1
Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan
2
Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
-
14.06
45.31
39.06
1.56
3.28
Cukup
3
Tanggap terhadap peluang berusaha tani
-
17.19
60.94
21.88
-
3.05
Cukup
1.56
14.06
26.56
57.81
-
3.41
Baik
3.35
Cukup
4
Tanggap terhadap perbaikan kerja Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri (X1.1)
1
Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil
-
10.94
37.50
42.19
9.38
3.50
Baik
2
Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang lebih baik
-
20.31
35.94
40.63
3.13
3.27
Cukup
3
Pencapaian prestasi sangat penting
-
17.19
39.06
42.19
1.56
3.28
Cukup
4
Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
-
10.94
48.44
34.38
6.25
3.36
Cukup
3.35
Cukup
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 1
Aktif bergaul dan mencari informasi
-
6.25
51.56
35.94
6.25
3.42
Baik
2
Menyesuaikan diri dalam pergaulan
-
7.81
34.38
46.88
10.94
3.61
Baik
3
Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok lainnya
-
14.06
31.25
42.19
12.50
3.53
Cukup
4
Adanya jaringan dalam kelompok lainnya
-
7.81
37.50
51.56
3.13
3.50
Cukup
3.52
Baik
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana Simantri (X1.3) Memperhitungkan dan mengantisipasi segala 1 kemungkinan yang terjadi
-
12.50
40.63
45.31
1.56
3.36
Cukup
2
Memperhitungkan tindakan dengan cermat
-
4.69
32.81
53.13
9.38
3.67
Baik
3
Menghadapi resiko dengan sikap optimis
-
3.13
40.63
45.31
10.94
3.64
Baik
-
9.38
46.88
32.81
10.94
3.45
Baik
3.53
Baik
Berani bertindak cepat dalam menghadapi 4 resiko Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri (X1.4) 1 2 3 4
1 2
Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja Mampu mengubah strategi dalam menghadapi masalah Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri (X1.5) Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai Mengisi hal-hal yang nyata atau positif
Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja 3 dan tidak pernah lelah Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh4 sungguh Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri (X1.6) 1
Percaya dengan kemampuan diri sendiri
2
Tidak ragu-ragu dalam bertindak
-
9.38
26.56
53.13
10.94
3.66
Baik
-
7.81
51.56
34.38
6.25
3.39
Cukup
-
9.38
45.31
32.81
12.50
3.48
Baik
-
15.63
43.75
35.94
4.69
3.30
Cukup
3.46
Baik
-
9.38
34.38
46.88
9.38
3.56
Baik
1.56
14.06
48.44
34.38
1.56
3.20
Cukup
1.56
34.38
40.63
20.31
3.13
2.89
Cukup
4.69
9.38
37.50
45.31
3.13
3.33
Cukup
3.25
Cukup
1.56
9.38
32.81
48.44
7.81
3.52
Baik
-
6.25
53.13
37.50
3.13
3.38
Cukup
148
3
Percaya diri dengan keputusan yang diambil
Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran 4 tidak ada keraguan Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri (X1.7)
-
9.38
42.19
45.31
3.13
3.42
Baik
-
9.38
57.81
28.13
4.69
3.28
Cukup
3.40
Cukup
1
Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat
-
15.63
39.06
42.19
3.13
3.33
Cukup
2
Mencari hasil penemuan terbaru
-
3.13
59.38
34.38
3.13
3.38
Cukup
3
Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
-
3.13
39.06
51.56
6.25
3.61
Baik
4
Mampu menggunakan ide-ide baru
-
9.38
57.81
31.25
1.56
3.25
Cukup
3.39
Cukup
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 1
Mampu memikirkan ide-ide baru
-
7.81
39.06
48.44
4.69
3.50
Baik
2
Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan
-
4.69
62.50
31.25
1.56
3.30
Cukup
3
Mampu menemukan peluang-peluang baru
-
6.25
51.56
40.63
1.56
3.38
Cukup
4
Mampu menghasilkan ide-ide baru
-
9.38
46.88
37.50
6.25
3.41
Baik
3.39
Cukup
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 1 2 3 4
Mampu mempengaruhi anggota kelompok Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya Mampu mengarahkan anggota kelompok
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri (X1.10) Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda 1 pekerjaan Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu 2 begitu saja
1.56
7.81
40.63
45.31
4.69
3.44
Baik
-
7.81
59.38
31.25
1.56
3.27
Cukup
-
20.31
31.25
45.31
3.13
3.31
Cukup
-
10.94
51.56
34.38
3.13
3.30
Cukup
3.33
Cukup
-
7.81
45.31
42.19
4.69
3.44
Baik
1.56
7.81
51.56
37.50
1.56
3.30
Cukup
3
Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti
1.56
14.06
51.56
32.81
-
3.16
Cukup
4
Berani menerima tantangan
4.69
6.25
48.44
34.38
6.25
3.31
Cukup
3.30
Cukup
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri (X1.11) 1
Selalu menyederhanakan permasalahan
-
10.94
43.75
39.06
6.25
3.41
Baik
2
Melihat persoalan dengan jernih
-
7.81
46.88
42.19
3.13
3.41
Baik
3
Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
-
7.81
50.00
39.06
3.13
3.38
Cukup
4
Mampu mengambil keputusan alternatif
1.56
9.38
45.31
43.75
-
3.31
Cukup
3.38
Cukup
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana Simantri (X1.12) Selalu bertekad mencurahkan segenap 1 perhatian dalam kegiatan Bersedia mengorbankan waktu demi 2 kepentingan lainnya
-
7.81
45.31
40.63
6.25
3.45
Baik
-
18.75
51.56
29.69
-
3.11
Cukup
3
-
21.88
54.69
23.44
-
3.02
Cukup
-
7.81
51.56
35.94
4.69
3.38
Cukup
3.24
Cukup
3.38
Cukup
Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya
Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan 4 kegiatan Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan Pelaksana Simantri (X1.13)
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1)
149
Tingkat Jiwa Kewirausahaan Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ket
SK 2.38
3.57
32.14
50.00
11.90
3.65
Baik
Ukuran
1
Memanfaatkan Sumberdaya di sekitar lingkungan
2
Memanfaatkan masukan dari berbagai sumber
-
13.10
40.48
45.24
1.19
3.35
Cukup
3
Tanggap terhadap peluang berusaha tani
-
14.29
59.52
25.00
1.19
3.13
Cukup
1.19
13.10
25.00
55.95
4.76
3.50
Baik
3.41
Baik
4
Tanggap terhadap perbaikan kerja Sifat Instrumental Poktan Pelaksana Simantri (X1.1)
1
Berusaha untuk berprestasi lebih berhasil
-
9.52
33.33
44.05
13.10
3.61
Baik
2
Berusaha untuk mencapai hasil kinerja yang lebih baik
-
17.86
32.14
45.24
4.76
3.37
Cukup
3
Pencapaian prestasi sangat penting
-
15.48
36.90
41.67
5.95
3.38
Cukup
4
Memiliki tanggung jawab dan dorongan untuk berprestasi
-
10.71
44.05
34.52
10.71
3.45
Baik
3.45
Baik
Sifat Prestatif Poktan pelaksana Simantri (X1.2) 1
Aktif bergaul dan mencari informasi
-
5.95
45.24
39.29
9.52
3.52
Baik
2
Menyesuaikan diri dalam pergaulan
-
9.52
29.76
46.43
14.29
3.65
Baik
3
Senantiasa bersosialisasi dengan kelompok lainnya
-
13.10
28.57
40.48
17.86
3.63
Baik
4
Adanya jaringan dalam kelompok lainnya
-
8.33
33.33
51.19
7.14
3.57
Baik
3.60
Baik
Sifat Keluwesan Bergaul Poktan Pelaksana Simantri (X1.3) Memperhitungkan dan mengantisipasi segala 1 kemungkinan yang terjadi
-
11.90
36.90
47.62
3.57
3.43
Baik
2
Memperhitungkan tindakan dengan cermat
-
4.76
32.14
54.76
8.33
3.67
Baik
3
Menghadapi resiko dengan sikap optimis
-
4.76
38.10
44.05
13.10
3.65
Baik
-
9.52
42.86
35.71
11.90
3.50
Baik
3.56
Baik
4
1 2 3 4
1 2
Berani bertindak cepat dalam menghadapi resiko Sifat Pengambil Resiko Poktan Pelaksana Simantri (X1.4) Menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri Mengetahui kapan saatnya harus bekerja keras dan berhenti bekerja Mampu mengubah strategi dalam menghadapi masalah Adanya pengendalian diri dalam setiap kegiatan Sifat Swakendali Poktan Pelaksana Simantri (X1.5) Tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai Mengisi hal-hal yang nyata atau positif
Selalu terlibat dalam situasi kesibukan kerja 3 dan tidak pernah lelah Mengerjakan pekerjaan dengan sungguh4 sungguh Sifat Kerja Keras Poktan Pelaksana Simantri (X1.6) 1
Percaya dengan kemampuan diri sendiri
2 3
-
9.52
23.81
51.19
15.48
3.73
Baik
-
8.33
42.86
41.67
7.14
3.48
Baik
-
9.52
39.29
40.48
10.71
3.52
Baik
-
14.29
39.29
39.29
7.14
3.39
Cukup
3.53
Baik
-
8.33
32.14
47.62
11.90
3.63
Baik
1.19
14.29
41.67
38.10
4.76
3.31
Cukup
1.19
27.38
40.48
25.00
5.95
3.07
Cukup
3.57
8.33
35.71
45.24
7.14
3.44
Baik
3.36
Cukup
1.19
9.52
32.14
45.24
11.90
3.57
Baik
Tidak ragu-ragu dalam bertindak
-
5.95
47.62
38.10
8.33
3.49
Baik
Percaya diri dengan keputusan yang diambil
-
8.33
40.48
46.43
4.76
3.48
Baik
150
Fokus pada eksekusi sehingga dalam pikiran tidak ada keraguan Sifat Keyakinan Diri Poktan Pelaksana Simantri (X1.7)
4
-
9.52
52.38
26.19
11.90
3.40
Cukup
3.49
Baik
1
Mencari cara-cara baru yang lebih bermanfaat
-
14.29
34.52
45.24
5.95
3.43
Baik
2
Mencari hasil penemuan terbaru
-
2.38
54.76
33.33
9.52
3.50
Baik
3
Mencari ide-ide baru yang lebih bermanfaat
-
3.57
35.71
47.62
13.10
3.70
Baik
4
Mampu menggunakan ide-ide baru
-
9.52
50.00
32.14
8.33
3.39
Cukup
3.51
Baik
Sifat Inovatif Poktan Pelaksana Simantri (X1.8) 1
Mampu memikirkan ide-ide baru
-
7.14
38.10
46.43
8.33
3.56
Baik
2
Mempunyai pemikiran yang berbeda dan lebih baik dalam mencapai tujuan
-
5.95
51.19
36.90
5.95
3.43
Baik
3
Mampu menemukan peluang-peluang baru
-
5.95
44.05
44.05
5.95
3.50
Baik
4
Mampu menghasilkan ide-ide baru
-
10.71
40.48
41.67
7.14
3.45
Baik
3.49
Baik
Sifat Kreatif poktan Pelaksana Simantri (X1.9) 1 2 3 4
Mampu mempengaruhi anggota kelompok Melakukan pembenahan terhadap organisasi suatu kegiatan Mampu memimpin anggota untuk mengelola sumber daya Mampu mengarahkan anggota kelompok
Sifat Kepemimpinan Poktan Pelaksana Simantri (X1.10) Lebih banyak bekerja dan tidak suka menunda 1 pekerjaan Tidak membiarkan kesempatan kerja berlalu 2 begitu saja
1.19
5.95
36.90
48.81
7.14
3.55
Baik
-
5.95
51.19
36.90
5.95
3.43
Baik
-
17.86
30.95
44.05
7.14
3.40
Cukup
-
9.52
51.19
30.95
8.33
3.38
Cukup
3.44
Baik
-
7.14
41.67
42.86
8.33
3.52
Baik
1.2
7.14
45.24
41.67
4.76
3.42
Baik
3
Tetap bertindak walupun situasi tidak pasti
1.19
11.90
50.00
34.52
2.38
3.25
Cukup
4
Berani menerima tantangan
3.57
7.14
41.67
40.48
7.14
3.40
Baik
3.40
Cukup
Sifat Action Oriented Poktan Pelaksana Simantri (X1.11) 1
Selalu menyederhanakan permasalahan
-
13.10
41.67
38.10
7.14
3.39
Cukup
2
Melihat persoalan dengan jernih
-
7.14
42.86
44.05
5.95
3.49
Baik
3
Menyelesaikan masalah satu demi satu secara bertahap
-
7.14
44.05
42.86
5.95
3.48
Baik
4
Mampu mengambil keputusan alternatif
1.19
8.33
40.48
46.43
3.57
3.43
Baik
3.45
Baik
Sifat Cara Berpikir Simple Poktan Pelaksana Simantri (X1.12) Selalu bertekad mencurahkan segenap 1 perhatian dalam kegiatan Bersedia mengorbankan waktu demi 2 kepentingan lainnya
-
10.71
39.29
40.48
9.52
3.49
Baik
-
17.86
48.81
29.76
3.57
3.19
Cukup
3
-
17.86
48.81
30.95
2.38
3.18
Cukup
5.95
44.05
44.05
5.95
3.50
Baik
3.34
Cukup
3.46
Baik
Berkomitmen dalam usaha yang digelutinya
Memiliki tanggung jawab dalam menjalankan 4 kegiatan Sifat Fokus pada Usaha yang DigelutiPoktan Pelaksana Simantri (X1.13)
-
Jiwa Kewirausahaan Poktan Pelaksana Simantri (X1)
151
Lampiran 4. Penerapan Manajemen Agribisnis Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ukuran SK
Ket
1
Menetapkan tujuan akhir
-
-
50.00
50.00
-
3.50
Baik
2
Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan
-
25.00
25.00
50.00
-
3.25
Cukup
3
Penentuan modal dan sumber daya
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
4
Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif
-
-
75.00
25.00
-
3.25
Cukup
5
Penyediaan sarana produksi
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
3.10
Cukup
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.1) 1
Koordinasi hubungan kerja
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
2
Pembagian tugas yang jelas
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
3
Menjalin hubungan harmonis dengan anggota
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
2.75
Cukup
Menjalin hubungan harmonis dengan mitra 4 kerja Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) 1
Berkembangnya jenis usaha
-
-
100
-
-
3.00
Cukup
2
Meningkatnya produktivitas
-
-
100
-
-
3.00
Cukup
3
Meningkatkan produksi
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
4
Meningkatkan kualitas produk
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
Pemasaran produk
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang
2.75
Cukup
5
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) 1
Standar produk
-
75.00
25.00
-
-
2.25
Kurang
2
Mekanisme kerja sesuai standar
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup
-
-
75.00
25.00
-
3.25
Cukup
2.81
Cukup
2.85
Cukup
Melakukan perbaikan untuk meningkatkan 3 produktivitas Menerima masukan dari pihak instansi 4 pemerintahan Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.4) Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2)
151
152
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ket
SK
Ukuran
1
Menetapkan tujuan akhir
-
0.00
6.25
81.25
12.50
4.06
Baik
2
Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan
-
0.00
18.75
68.75
12.50
3.94
Baik
3
Penentuan modal dan sumber daya
-
0.00
50.00
37.50
12.50
3.63
Baik
4
Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif
-
12.50
12.50
68.75
6.25
3.69
Baik
5
Penyediaan sarana produksi
-
-
31.25
56.25
12.50
3.81
Baik
3.83
Baik
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.1) 1
Koordinasi hubungan kerja
-
-
18.75
75.00
6.25
3.88
Baik
2
Pembagian tugas yang jelas
-
-
18.75
68.75
6.25
3.63
Baik
3
Menjalin hubungan harmonis dengan anggota
-
6.25
31.25
56.25
6.25
3.63
Baik
Menjalin hubungan harmonis dengan mitra kerja
-
-
75.00
25.00
-
3.25
Baik
3.59
Baik
4
Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) 1
Berkembangnya jenis usaha
-
-
18.75
43.75
37.50
4.19
Baik
2
Meningkatnya produktivitas
-
6.25
56.25
18.75
18.75
3.50
Baik
3
Meningkatkan produksi
-
-
43.75
37.50
18.75
3.75
4
Meningkatkan kualitas produk
-
-
12.50
37.50
50.00
4.38
5
Pemasaran produk
-
-
25.00
56.25
18.75
3.94
Baik Sangat Baik Baik
3.95
Baik
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) 1 2
Standar produk
Mekanisme kerja sesuai standar Melakukan perbaikan untuk meningkatkan 3 produktivitas Menerima masukan dari pihak instansi 4 pemerintahan Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.4) Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2)
-
-
37.50
37.50
25.00
3.88
Baik
-
-
37.50
50.00
12.50
3.75
Baik
-
-
25.00
43.75
31.25
4.06
Baik
-
-
37.50
50.00
12.50
3.75
Baik
3.86
Baik
3.81
Baik
153
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Ket
SK
Ukuran
1
Menetapkan tujuan akhir
-
4.69
35.94
45.31
14.06
3.69
Baik
2
Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan
-
20.31
28.13
48.44
3.13
3.34
Cukup
3
Penentuan modal dan sumber daya
-
18.75
40.63
39.06
1.56
3.23
Cukup
4
Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif
3.13
10.94
40.63
40.63
4.69
3.33
Cukup
5
Penyediaan sarana produksi
-
4.69
53.13
34.38
7.81
3.45
Baik
3.41
Baik
Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.1) 1
Koordinasi hubungan kerja
-
15.63
26.56
56.25
1.56
3.44
Baik
2
Pembagian tugas yang jelas
-
3.13
56.25
37.50
3.13
3.41
Baik
3
Menjalin hubungan harmonis dengan anggota
-
9.38
60.94
29.69
-
3.20
Cukup
-
4.69
48.44
40.63
6.25
3.48
Baik
3.38
Cukup
Menjalin hubungan harmonis dengan mitra 4 kerja Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) 1
Berkembangnya jenis usaha
-
-
31.25
54.69
14.06
3.83
Baik
2
Meningkatnya produktivitas
-
6.25
42.19
46.88
4.69
3.50
Baik
3
Meningkatkan produksi
-
17.19
40.63
40.63
1.56
3.27
Cukup
4
Meningkatkan kualitas produk
-
6.25
39.06
42.19
12.50
3.61
Baik
Pemasaran produk
-
25.00
43.75
31.25
-
3.06
Cukup
3.45
Baik
5
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) 1
Standar produk
2
Mekanisme kerja sesuai standar
Melakukan perbaikan untuk meningkatkan 3 produktivitas Menerima masukan dari pihak instansi 4 pemerintahan Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.4) Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2)
-
7.81
40.63
50.00
1.56
3.45
Baik
1.56
10.94
53.13
32.81
1.56
3.22
Cukup
-
9.38
43.75
43.75
3.13
3.41
Baik
-
3.13
34.38
57.81
4.69
3.64
Baik
3.43
Baik
3.42
Baik
154
Penerapan Manajemen Agribisnis Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Kategori (%) No
K
C
B
SB
Ratarata
Kategori
SK
Ukuran
1
Menetapkan tujuan akhir
-
3.57
30.95
52.38
13.10
3.75
Baik
2
Jangka waktu dalam pelaksanaan kegiatan
-
16.67
26.19
52.38
4.76
3.45
Baik
3
Penentuan modal dan sumber daya
-
15.48
44.05
36.90
3.57
3.29
Cukup
4
Mengembangkan poktan agar bersifat proaktif
2.38
10.71
36.90
45.24
4.76
3.39
Cukup
-
4.76
55.95
36.90
2.38
3.37
Cukup
3.45
Baik
5
Penyediaan sarana produksi Perencanaan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.1)
1
Koordinasi hubungan kerja
-
13.10
27.38
57.14
2.38
3.49
Baik
2
Pembagian tugas yang jelas
-
4.76
48.81
42.86
3.57
3.45
Baik
-
9.52
55.95
33.33
1.19
3.26
Cukup
-
5.95
53.57
35.71
4.76
3.39
Cukup
3.40
Cukup
Menjalin hubungan harmonis dengan 3 anggota Menjalin hubungan harmonis dengan 4 mitra kerja Pengorganisasian Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.2) 1
Berkembangnya jenis usaha
-
-
30.95
42.86
26.19
4.12
Baik
2
Meningkatnya produktivitas
-
3.57
42.86
40.48
13.10
3.63
Baik
3
Meningkatkan produksi
-
14.29
42.86
38.10
4.76
3.33
Cukup
4
Meningkatkan kualitas produk
-
4.76
30.95
54.76
8.33
3.69
Baik
Pemasaran produk
-
10.71
45.24
41.67
2.38
3.36
Baik
3.59
Cukup
5
Pengembangan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.3) 1
Standar produk
2
Mekanisme kerja sesuai standar
Melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas Menerima masukan dari pihak instansi 4 pemerintahan Pengawasan Usaha Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2.4) Manajemen Agribisnis Poktan Pelaksana Simantri (X2) 3
-
5.95
41.67
45.24
7.14
3.54
Baik
1.19
8.33
47.62
38.10
4.76
3.37
Cukup
-
9.52
39.29
42.86
8.33
3.50
Baik
-
2.38
33.33
57.14
7.14
3.69
Baik
3.52
Baik
3.49
Baik
155
Lampiran 5. Tingkat Keberhasilan Simantri Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009 Kategori (%) No 1 2 3
KB
CB
B
SB
Ratarata
Kategori
SB -
-
50.00
50.00
-
3.50
Berhasil
-
-
50.00
50.00
-
3.50
Berhasil
-
-
100.00
-
-
3.00
Cukup Berhasil
3.33
Cukup Berhasil
Ukuran Berkembangnya organisasi yang baik dalam kelompok Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam penunjang sarana produksi Terbentuknya SDM ke arah organik
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya lapangan kerja bagi 1 petani Terciptanya kelompok wanita tani 2 yang aktif Berkembangnya jenis usaha ekonomi 3 rumah tanga tani Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Peningkatan pengolahan lahan 1 pertanian dengan sebaik-baiknya Memperluas lahan pertanian sehingga 2 dapat meningkatkan hasil pertanian Penganekaragaman tanaman 3 pertanian Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya produksi usahatani 1 dalam kelompok Efisiensi usahatani dengan 2 menggunakan pupuk organik Meningkatnya petani dalam berusaha 3 tani Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) Pengolahan pupuk organik cair 1 maupun padat Kelompok tani menerapkan hasil 2 olahan pupuk organik ke masingmasing lahan Berkembangnya pertanian organik di 3 Desa Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya UMKM dalam 1 kelompok tani Terciptanya unit simpan pinjam 2 dalam kelompok Terbentuknya Koperasi dalam 3 Gapoktan Simantri Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6)
-
75.00
25.00
-
-
2.25
Kurang Berhasil
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang Berhasil
25.00
50.00
25.00
-
-
2.00
Kurang Berhasil
2.25
Kurang Berhasil
-
-
50.00
50.00
-
3.50
Berhasil
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup Berhasil
-
-
75.00
25.00
-
3.25
Cukup Berhasil
3.17
Cukup Berhasil
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup Berhasil
-
25.00
50.00
25.00
-
3.00
Cukup Berhasil
-
-
100.00
-
-
3.00
Cukup Berhasil
3.00
Cukup Berhasil
-
75.00
25.00
-
-
2.25
Kurang Berhasil
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup Berhasil
-
25.00
75.00
-
-
2.75
Cukup Berhasil
2.58
Kurang Berhasil
25.00
75.00
-
-
-
1.75
Sangat tidak Berhasil
-
50.00
50.00
-
-
2.50
Kurang Berhasil
-
75.00
25.00
-
-
2.25
Kurang Berhasil
2.17
Kurang Berhasil
2.75
Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y)
155
156
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010 Kategori (%) No 1 2 3
KB
CB
B
SB
Ratarata
Ket
SB -
6.25
43.75
50.00
-
3.44
Berhasil
-
-
56.25
37.50
6.25
3.50
Berhasil
-
-
50.00
50.00
-
3.50
Berhasil
3.48
Berhasil
Ukuran Berkembangnya organisasi yang baik dalam kelompok Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam penunjang sarana produksi Terbentuknya SDM ke arah organik
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya lapangan kerja bagi 1 petani Terciptanya kelompok wanita tani 2 yang aktif Berkembangnya jenis usaha 3 ekonomi rumah tanga tani Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Peningkatan pengolahan lahan 1 pertanian dengan sebaik-baiknya Memperluas lahan pertanian 2 sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian Penganekaragaman tanaman 3 pertanian Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya produksi usahatani 1 dalam kelompok Efisiensi usahatani dengan 2 menggunakan pupuk organik Meningkatnya petani dalam 3 berusaha tani Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) Pengolahan pupuk organik cair 1 maupun padat Kelompok tani menerapkan hasil 2 olahan pupuk organik ke masingmasing lahan Berkembangnya pertanian organik 3 di Desa Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya UMKM dalam 1 kelompok tani Terciptanya unit simpan pinjam 2 dalam kelompok Terbentuknya Koperasi dalam 3 Gapoktan Simantri Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6)
-
6.25
18.75
37.50
37.50
4.06
Berhasil
-
6.25
43.75
37.50
12.50
3.56
Berhasil
-
12.50
43.75
12.50
31.25
3.63
Berhasil
3.75
Berhasil
-
-
25.00
62.50
12.50
3.88
Berhasil
-
6.25
50.00
37.50
6.25
3.44
Berhasil
-
12.50
56.25
31.25
-
3.19
Cukup Berhasil
3.50
Berhasil
-
-
18.75
68.75
12.50
3.94
Berhasil
-
6.25
31.25
50.00
12.50
3.69
Berhasil
-
-
25.00
62.50
12.50
3.88
Berhasil
3.83
Berhasil
-
6.25
12.50
43.75
37.50
4.13
Berhasil
-
-
25.00
62.50
12.50
3.88
Berhasil
-
-
43.75
56.25
-
3.56
Berhasil
3.85
Berhasil
-
37.50
43.75
18.75
-
2.81
Cukup Berhasil
-
0.00
12.50
56.25
31.25
4.19
Berhasil
-
25.00
56.25
18.75
-
2.94
Cukup Berhasil
3.31
Cukup Berhasil
3.62
Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y)
157
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011 Kategori (%) No 1 2 3
KB
CB
B
SB
Ratarata
Ket
SB -
14.06
46.88
35.94
3.13
3.28
Cukup Berhasil
-
28.13
32.81
37.50
1.56
3.13
Cukup Berhasil
1.56
29.69
51.56
17.19
-
2.84
Cukup Berhasil
3.08
Cukup Berhasil
Ukuran Berkembangnya organisasi yang baik dalam kelompok Terciptanya hubungan baik petani dan penyuluh pertanian dalam penunjang sarana produksi Terbentuknya SDM ke arah organik
Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) 1
Terciptanya lapangan kerja bagi petani
Terciptanya kelompok wanita tani 2 yang aktif Berkembangnya jenis usaha ekonomi 3 rumah tanga tani Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Peningkatan pengolahan lahan 1 pertanian dengan sebaik-baiknya Memperluas lahan pertanian sehingga 2 dapat meningkatkan hasil pertanian 3
Penganekaragaman tanaman pertanian
Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya produksi usahatani 1 dalam kelompok Efisiensi usahatani dengan 2 menggunakan pupuk organik Meningkatnya petani dalam berusaha 3 tani Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) Pengolahan pupuk organik cair 1 maupun padat Kelompok tani menerapkan hasil 2 olahan pupuk organik ke masingmasing lahan Berkembangnya pertanian organik di 3 Desa Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya UMKM dalam 1 kelompok tani Terciptanya unit simpan pinjam dalam 2 kelompok Terbentuknya Koperasi dalam 3 Gapoktan Simantri Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6)
-
12.50
42.19
42.19
3.13
3.36
Cukup Berhasil
-
3.13
39.06
46.88
10.94
3.66
Cukup Berhasil
-
18.75
54.69
26.56
-
3.08
Cukup Berhasil
3.36
Cukup Berhasil
-
17.19
43.75
39.06
-
3.22
Cukup Berhasil
1.56
17.19
62.50
18.75
-
2.98
Cukup Berhasil
1.56
21.88
59.38
17.19
-
2.92
Cukup Berhasil
3.04
Cukup Berhasil
-
14.06
43.75
42.19
-
3.28
Cukup Berhasil
1.56
15.63
51.56
29.69
1.56
3.14
Cukup Berhasil
-
17.19
45.31
34.38
3.13
3.23
Cukup Berhasil
3.22
Cukup Berhasil
7.81
15.63
18.75
35.94
21.88
3.48
Berhasil
-
7.81
42.19
45.31
4.69
3.47
Berhasil
1.56
17.19
68.75
12.50
-
2.92
Cukup Berhasil
3.29
Cukup Berhasil
-
21.88
53.13
25.00
-
3.03
Cukup Berhasil
-
1.56
26.56
54.69
17.19
3.88
Berhasil
3.13
28.13
64.06
3.13
1.56
2.72
Cukup Berhasil
3.21
Cukup Berhasil
3.20
Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y)
158
Tingkat Keberhasilan Simantri Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011 Kategori (%) No
Berkembangnya organisasi yang baik dalam kelompok Terciptanya hubungan baik petani 2 dan penyuluh pertanian dalam penunjang sarana produksi Terbentuknya SDM ke arah 3 organik Berkembangnya Kelembagaan dan SDM (Y1) Terciptanya lapangan kerja bagi 1 petani Terciptanya kelompok wanita tani 2 yang aktif Berkembangnya jenis usaha 3 ekonomi rumah tanga tani Terciptanya Lapangan Kerja melalui Pengembangan Diversifikasi Usaha Pertanian dan Industri Rumah Tangga (Y2) Peningkatan pengolahan lahan 1 pertanian dengan sebaik-baiknya Memperluas lahan pertanian 2 sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian Penganekaragaman tanaman 3 pertanian Berkembangnya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Usaha Tani (Y3) Meningkatnya produksi usahatani 1 dalam kelompok Efisiensi usahatani dengan 2 menggunakan pupuk organik Meningkatnya petani dalam 3 berusaha tani Meningkatnya Insentif Berusaha Tani Melalui Peningkatan Produksi dan Efisiensi Usaha Tani (Y4) Pengolahan pupuk organik cair 1 maupun padat Kelompok tani menerapkan hasil 2 olahan pupuk organik ke masingmasing lahan Berkembangnya pertanian 3 organik di Desa Tercipta dan Berkembangnya Pertanian Organik Menuju Green Economic (Y5) Berkembangnya UMKM dalam 1 kelompok tani Terciptanya unit simpan pinjam 2 dalam kelompok Terbentuknya Koperasi dalam 3 Gapoktan Simantri Berkembangnya usaha Ekonomi Pedesaaan (Y6) 1
KB
CB
B
SB
Ratarata
Kategori
STB -
11.90
46.43
39.29
2.38
3.32
Cukup Berhasil
-
22.62
39.29
35.71
2.38
3.18
Cukup Berhasil
1.19
22.62
53.57
22.62
-
2.98
Cukup Berhasil
3.16
Cukup Berhasil
Ukuran
-
14.29
36.90
39.29
9.52
3.44
Berhasil
-
5.95
40.48
42.86
10.71
3.58
Berhasil
1.19
19.05
51.19
22.62
5.95
3.13
Cukup Berhasil
3.38
Cukup Berhasil
-
13.10
40.48
44.05
2.38
3.36
Cukup Berhasil
1.19
15.48
60.71
21.43
1.19
3.06
Cukup Berhasil
1.19
19.05
59.52
20.24
-
2.99
Cukup Berhasil
3.13
Cukup Berhasil
-
11.90
39.29
46.43
2.38
3.39
Cukup Berhasil
1.19
14.29
47.62
33.33
3.57
3.24
Cukup Berhasil
-
13.10
42.86
38.10
5.95
3.37
Cukup Berhasil
3.33
Cukup Berhasil
-
17.86
21.43
36.90
23.81
3.67
Berhasil
-
7.14
40.48
46.43
5.95
3.51
Berhasil
-
11.90
66.67
21.43
-
3.10
Cukup Berhasil
3.42
Berhasil
1.19
27.38
48.81
22.62
-
2.93
Cukup Berhasil
-
3.57
25.00
52.38
19.05
3.87
Berhasil
2.38
29.76
60.71
5.95
1.19
2.74
Cukup Berhasil
3.18
Cukup Berhasil
3.27
Cukup Berhasil
Keberhasilan Simantri (Y)
159
Lampiran 6. Peningkatan Pendapatan Simantri
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009
No
Sektor
1
Pertanian
2
Peternakan
3
Kepemilikan
Sebelum Simantri (Rp) /Th
Kepemilikan
Sesudah Simantri (Rp) /Th
50 are
11,279,167
50 are
12,132,396
853,229
Penjualan Ternak
0.75 ekor
463,750
1.75 ekor
1,421,250
957,500
Limbah Padat
1.530 Kg
70,200
2.790 Kg
150,000
79,800
Limbah Cair
1.890 ltr
94,500
3.150 ltr
157,500
63,000
Perkebunan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13,861,146
1,953,529
4 Perikanan Jumlah Total Peningkatan Pendapatan (Y7)
11,907,617
Besaran Peningkatan Pendapatan (%)
Peningkatan Pendapatan (Rp) /Th
16.41
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2010
No
Sektor
1
Pertanian
2
Peternakan
3
Kepemilikan
Sebelum Simantri (Rp) /Th
Kepemilikan
Sesudah Simantri (Rp) /Th
Peningkatan Pendapatan (Rp) /Th
55 are
16,813,245
2,412,568
51.3 are
14,400,677
Penjualan Ternak
0.94 ekor
382,813
1.94 ekor
1,044,375
661,563
Limbah Padat
1.328 Kg
39,825
3.900 Kg
1,470,900
1,431,075
Limbah Cair
1.215 ltr
60,750
2.468 ltr
581,875
521,125
Perkebunan
44 are
5,657,917
1,193,073
-
-
25,568,311
6,219,403
4 Perikanan Jumlah Total Peningkatan Pendapatan (Y7)
-
4,464,844
44 are
-
-
19,348,908
159
Besaran Peningkatan Pendapatan (%)
32.14
160
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2011
No
Sektor
1
Pertanian
2
Peternakan
Kepemilikan
Sesudah Simantri (Rp) /Th
Peningkatan Pendapatan (Rp) /Th
37.6 are
9,087,109
37.6 are
10,375,331
1,288,221
0.42 ekor
158,672
1.17 ekor
849,922
691,250
Limbah Padat
984 Kg
29,571
2.464 Kg
610,134
580,564
Limbah Cair
956 ltr
47,813
1.914 ltr
261,598
213,786
Perkebunan
14.5 are
1,037,356.77
14.5 are
1,250,859
213,503
57,668
57,669
13,405,513
3,044,992
Penjualan Ternak
3
Kepemilikan
Sebelum Simantri (Rp) /Th
4 Perikanan Jumlah Total Peningkatan Pendapatan (Y7)
-
-
11 Kg
10,360,521
Besaran Peningkatan Pendapatan (%)
29.39
Rata-rata Peningkatan Pendapatan Anggota Kelompok Tani Pelaksana pada Gapoktan Simantri di Kabupaten Tabanan Tahun 2009-2011
No
Kepemilikan
Sebelum Simantri (Rp)/Th
Kepemilikan
Sesudah Simantri (Rp) /Th
40.8 are
10,203,601
41.5 are
11,685,270
1,481,669
Penjualan Ternak
0.54 ekor
215,893
1.35 ekor
914,167
698,274
Limbah Padat
1.076 Kg
33,459
2.753 Kg
987,234
953,776
Limbah Cair
1.050 ltr
52,500
2.155 ltr
317,646
265,146
Perkebunan
19.4 are
1,640,813
19.4 are
2,030,734
389,921
43,938
43,938
15,978,989
3,832,723
Sektor
1
Pertanian
2
Peternakan
3
4 Perikanan Jumlah Total Peningkatan Pendapatan (Y7)
-
12,146,266
8 Kg
Peningkatan Pendapatan (Rp)/Th
Besaran Peningkatan Pendapatan (%)
31.55
161
Lampiran 7. Hasil Analisis Smart PLS
Quality Criteria Outer Loading Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
X1.1 <- Jiwa Kewirausahaan
0.84141
0.840069
0.026674
0.026674
31.544185
X1.2 <- Jiwa Kewirausahaan
0.851193
0.848536
0.031044
0.031044
27.418742
X1.3 <- Jiwa Kewirausahaan
0.898452
0.898881
0.016597
0.016597
54.133835
X1.4 <- Jiwa Kewirausahaan
0.882776
0.883708
0.020207
0.020207
43.687019
X1.5 <- Jiwa Kewirausahaan
0.880992
0.876878
0.026968
0.026968
32.668191
X1.6 <- Jiwa Kewirausahaan
0.827101
0.826376
0.033362
0.033362
24.791426
X1.7 <- Jiwa Kewirausahaan
0.87097
0.868485
0.030035
0.030035
28.99845
X1.8 <- Jiwa Kewirausahaan
0.878792
0.878561
0.025426
0.025426
34.56216
X1.9 <- Jiwa Kewirausahaan
0.877005
0.87561
0.026981
0.026981
32.504139
X1.10 <- Jiwa Kewirausahaan
0.845966
0.841961
0.026423
0.026423
32.016171
X1.11 <- Jiwa Kewirausahaan
0.833394
0.830834
0.033726
0.033726
24.710522
X1.12 <- Jiwa Kewirausahaan
0.848943
0.84957
0.029826
0.029826
28.463143
X1.13 <- Jiwa Kewirausahaan
0.824085
0.823615
0.033849
0.033849
24.345715
X2.1<- Manajemen Agribisnis
0.831168
0.829646
0.031602
0.031602
26.300843
X2.2 <- Manajemen Agribisnis
0.806969
0.809111
0.038235
0.038235
21.105302
X2.3 <- Manajemen Agribisnis
0.932804
0.930822
0.009966
0.009966
93.597824
X2.4 <- Manajemen Agribisnis
0.895866
0.897409
0.019646
0.019646
45.599704
Y1 <- Keberhasilan Simantri
0.82473
0.831135
0.035478
0.035478
23.246548
Y2 <- Keberhasilan Simantri
0.888853
0.889095
0.020187
0.020187
44.031318
Y3 <- Keberhasilan Simantri
0.704771
0.702828
0.07511
0.07511
9.383132
Y4 <- Keberhasilan Simantri
0.875137
0.879726
0.025056
0.025056
34.927322
Y5 <- Keberhasilan Simantri
0.900183
0.900396
0.0193
0.0193
46.642517
Y6 <- Keberhasilan Simantri
0.826115
0.827017
0.033633
0.033633
24.562716
Y7 <- Keberhasilan Simantri
0.840024
0.842268
0.023747
0.023747
35.373501
Overview AVE
Composite Reliability
Jiwa Kewirausahaan
0.737637
0.97335
Manajemen Agribisnis
0.753685
0.924234
Keberhasilan Simantri
0.704463
0.943176
R Square
Cronbachs Alpha
Communality
0.970283
0.737637
0.841632
0.889755
0.753685
0.634118
0.787545
0.9291
0.704463
0.349315
161
Redundancy
162
Latent Variable Correlations Korelasi
Variabel X1
X2
Jiwa Kewirausahaan (X1)
1.000
Manajemen Agribisnis (X2)
0.817
1.000
Keberhasilan Simantri (Y)
0.831
0.825
Y
1.000
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
X1 -> Y
0.366375
0.353632
0.130071
0.130071
2.816737
X1 -> X2
0.917405
0.917891
0.016746
0.016746
54.78248
X2 -> Y
0.539264
0.555869
0.124553
0.124553
4.329596
0.366 [2.817]
0.917 [54.782]
0.539 [4.330]