BAB I PENDAHULUAN 1.1.
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
1.1.1.
Aktualitas Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa masalah krusial yang ada di
Indonesia adalah masalah pengangguran, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat pesat namun tidak didukung dengan lapangan kerja yang memadai. Disinilah kemudian peran industri kecil sangat besar dalam merespon masalah pengangguran. Keberadaan industri kecil terbukti mampu menyerap tenaga kerja secara efektif dibandingkan dengan industri besar. Melihat fakta ini, industri kecil tentu mampu menjadi pilar penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia dalam upaya menghadapi krisis ekonomi. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa industri kecil mampu bersaing dengan usaha berkapasitas besar lainnya. Pada umumnya industri kecil memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar industri tersebut berada sehingga banyak masyarakat pedesaan yang menjadikan industri ini sebagai alternatif peluang usaha. Sama halnya dengan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemunculan industri kecil ini selain mampu mengatasi bau limbah yang menyengat juga berpotensi menjadi lapangan pekerjaan baru yang kemudian dapat
1
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada industri kecil di Desa Srihardono, yang pada akhirnya peneliti memilih judul Strategi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Limbah Tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dimana peneliti ingin mengetahui strategi apa yang dapat diupayakan untuk mengembangkan industri kecil ini sehingga mampu secara nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Isu ini tentu masih hangat jika dikaitkan dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan yang salah satu konsentrasinya adanya pemberdayaan. Masyarakat saat ini dikatakan dalam posisi sulit untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan mereka sendiri. Walaupun sudah difasilitasi dengan program yang ada dan cukup potensial, Karena itulah hal ini dikatakan sebagai isu yang menarik untuk diangkat. 1.1.2.
Orisinalitas Industri kecil menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan sehingga
tidak mengherankan jika banyak pihak yang melakukan kajian terkait dengan strategi industri kecil. Sejauh ini pihak-pihak yang telah melakukan penelitian, diantaranya adalah: “Strategi Pemasaran Keripik Singkong Industri Rumah Tangga Cap Kelinci di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli, Serdang.” karya Syahreza Yumanda. Penelitian ini membahas mengenai faktor apa yang
2
membuat usaha keripik singkong kurang diminati oleh wiraswasta di Kabupaten Deli, Serdang padahal bahan baku keripik singkong yaitu ubi kayu sangat melimpah di wilayah ini. Selain itu penelitian ini juga membahas bagaimana strategi pemasaran keripik singkong industri rumah tangga Cap Kelinci. Keunggulan yang dimiliki industri rumah tangga Cap Kelinci adalah keunggulan produk, sikap ramah dan jujur kepada pelanggan. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak memiliki
kas
perusahaan sehingga perusahaan akan mengalami krisis keuangan apabila perusahaan tersebut terkena dampak dari perekonomian dunia serta industri rumah tangga ini tidak menggunakan jasa promosi atau iklan baik visual maupun non visual. Sehingga strategi pemasaran yang digunakan IRT Cap Kelinci adalah keunggulan produk. “Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dalam Pengolahan Hasil Ikan di Desa Tambak Oso, Kecamatan Waru, Sidoarjo.” karya Yuniar Mustikaningrum. Penelitian ini didasarkan pada masalah kurangnya pelatihan terkait dengan pengembangan kelompok usaha kecil pada masyarakat di Desa Tambak Oso. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberdayaan usaha kecil dalam pengolahan hasil ikan di Desa Tambak Oso yang dilakukan melalui pengembangan produksi dan pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait sangat dirasakan manfaatnya oleh kelompok usaha kecil menengah yang tergabung dalam kelompok Mina Sekar.
3
“Strategi Industri Kecil Mengembangkan Usaha di Era Perdagangan Bebas. (Studi Deskriptif Strategi Pengrajin Sepatu di Kawasan PIK, Jl.Menteng VII Kel. Medan Tenggara)”
karya
Rizki
Verina
Simorangkir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi industri kecil sepatu dalam mengembangkan usahanya di era perdagangan bebas. Hasil dari penelitian ini adalah strategi produksi yang digunakan para pengrajin lebih difokuskan pada ketersediaan modal. Setiap pengrajin membentuk jaringan luas sebagai strategi pemasaran mereka, dimana mereka menjalin hubungan baik dengan pedagang. Selain itu untuk memasarkan produknya setiap pengrajin sepatu memliki agen tetap atau langganan, hal tersebut dilakukan agar produk mereka tetap terjual. Hubungan antar pengrajin sepatu di kawasan PIK Menteng berjalan dengan baik sehingga terbentuk lingkungan industri dengan persaingan yang sehat. “Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang.” karya Dani Danuar Tri Utama. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan UMKM berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam rangka merumuskan solusi untuk pengembangannya. UMKM kreatif dianggap mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia dengan berbekal pada ilmu pengetahuan, kreatifitas, inovasi serta mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Namun, UMKM kreatif di Kota Semarang masih
4
belum mampu memberikan predikat khusus bagi kota ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM kreatif di Kota Semarang belum dapat dijadikan sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan industri besar lebih mendominasi di kota ini. UMKM kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas serta mengalami permasalahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini menyebabkan UMKM kreatif belum mampu memberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang. Permasalahan yang dihadapi UMKM kreatif di Kota Semarang antara lain permodalan, bahan baku dan faktor produksi, tenaga kerja, biaya transaksi, pemasaran, dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). UMKM berbasis ekonomi kreatif memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai kemajuan di dunia usaha. Tidak hanya pemerintah dan pelaku UMKM itu sendiri, tetapi juga masyarakat perlu turut serta mengembangkannya. Dapat dilihat bahwa pada penelitian-penelitian tersebut belum ada yang membahas tentang Strategi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Limbah Tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti bisa memastikan bahwa penelitian ini orisinil.
5
1.1.3.
Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) merupakan cabang dari
ilmu sosial yang mempelajari berbagai aspek kehidupan sosial dalam masyarakat yang begitu kompleks dengan berbagai permasalahan serta bagaimana mendapatkan solusinya. Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan memiliki tiga konsentrasi yaitu Social Policy, Community Empowerment, dan Corporate Social Responsibility. Salah satu aspek dalam Community Empowerment adalah Community Development. Konsep dasar community development atau pembangunan masyarakat menurut Ilmu Sosiatri atau yang sekarang disebut sebagai Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) adalah suatu usaha untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara kebutuhan hidup masyarakat (needs) dengan sumber-sumber daya hidup (resources) yang terdapat di suatu daerah sehingga tercapai kesejahteraan masyarakat yang penuh; fisik, mental, maupun sosial. Penelitian ini tentu sangat relevan dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, di dalam penelitian ini terdapat upaya untuk menyeimbangkan antara needs dan resources. Kebutuhan (needs) masyarakat adalah peningkatan pendapatan, dan untuk mencapai peningkatan pendapatan ini ditempuh dengan memanfaatkan resources yang ada. Resources terdiri dari dua yakni sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam di Desa Srihardono yang berpotensi untuk dikelola adalah limbah tapioka yang merupakan bahan baku untuk membuat nata de cassava dan sumber daya manusia adalah masyarakat sekitar
6
sebagai pengrajin nata de cassava tersebut. Dengan demikian di dalam penelitian ini pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah bagaimana masyarakat mampu memanfaatkan potensi yang ada baik di dalam dirinya maupun di lingkungan sekitarnya untuk mengembangkan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.2.
LATAR BELAKANG Wacana pembangunan kental akan konsep pemberdayaan yang kemudian
selalu dikaitkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Konsep pemberdayaan adalah suatu kondisi dimana mengubah keadaan dari tidak berdaya menjadi berdaya; merubah proporsi power antara negara, masyarakat sipil, dan dunia usaha melalui pemberian kewenangan kepada masyarakat lokal untuk secara
mandiri
meningkatkan
kesejahteraannya.
Kunci
dari
terlaksananya
pemberdayaan yang baik adalah partisipasi masyarakat. Konsep pemberdayaan yang kental akan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial sebagai upaya terlaksananya pembangunan yang berpusat pada rakyat. 1 Pembangunan pada suatu negara penting dilaksanakan dalam upaya menuju kondisi kehidupan yang lebih baik. Pembangunan di Indonesia dilaksanakan pada berbagai aspek kehidupan yakni aspek ekonomi, sosial budaya, dan politik dimana aspek-aspek ini saling terkait satu sama lain. Pembangunan pada aspek ekonomi dapat mewujudkan pengoptimalisasian produktivitas nasional dan untuk
1
Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta : Kanisius
7
mencapai hal tersebut diperlukan modal yang besar, penguasaan iptek, dan kemampuan manajemen secara baik. Menurut Kartasasmita ekonomi nasional yang tangguh dan mandiri hanya dapat terwujud apabila pelaku-pelakunya tangguh dan mandiri, dan seluruh partisipasi masyarakat dikerahkan, yang berarti partisipasi masyarakat yang seluasluasnya.
Masyarakat
diikutsertakan dalam
melancarkan
pembangunan
Keikutsertaan
masyarakat
serta
berbagai
pemerataan
diharapkan
mampu
hasil
aspek dengan pembangunan
membuat
tujuan tersebut.
masyarakat
dapat
memandirikan diri mereka sendiri.2 Dengan demikian dalam proses pembangunan yang menjadi aktor utama adalah masyarakat sedangkan pemerintah hanya mengarahkan dan memberikan dukungan dalam penciptaan iklim yang kondusif. Masyarakat dituntut untuk dapat menyadari segala potensi baik yang ada di dalam dirinya maupun di lingkungan sekitarnya. Dengan menyadari potensi yang ada maka masyarakat mampu menjalankan pembangunan secara baik karena masyarakat yang tinggal di suatu tempat/ wilayah adalah pihak yang paling mengetahui tentang wilayah tersebut, mereka memiliki kemampuan lokal untuk mengetahui potensi dan juga masalah yang ada di sekelilingnya. Masyarakat harus peka terhadap segala ancaman atau hambatan yang ada, bagaimana kemudian mereka mampu menyusun strategi untuk menghadapi persoalan tersebut. Jangan kemudian persoalan yang ada menjadi penyebab gagalnya pembangunan.
2
Sudjito, dkk, (Tim Peny), 2012, Prosiding Kongres Pancasila IV : Strategi Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia. Yogyakarta : PSP UGM. Hal:330
8
Seperti yang telah dikatakan, bahwa dibutuhkan partisipasi yang besar dari masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan. Aspek ekonomi contohnya, partisipasi masyarakat dalam aspek ekonomi salah satu bentuknya adalah partisipasi masyarakat dalam dunia kerja. Namun untuk masuk ke dalam pasar kerja bukanlah hal yang mudah. Melihat kondisi Indonesia sekarang ini, persaingan untuk masuk ke dalam pasar kerja sangatlah ketat. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia namun tidak didukung dengan lapangan kerja yang memadai. Keberadaan lapangan kerja yang tidak memadai ini kemudian pada akhirnya berimbas pada masalah pengangguran. Banyak orang yang kemudian tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya karena sulitnya mencari pekerjaan. Bahkan meskipun sudah mendapatkan pekerjaan, tidak sedikit orang yang masih hidup dalam kemiskinan, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga kesejahteraan hanya menjadi angan-angan semata. Setiap orang tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, pekerjaan yang kemudian dapat membawanya menuju kesejahteraan, kepada kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi kita tahu bahwa pekerjaan yang layak menuntut adanya latar belakang pendidikan yang baik. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pekerjaan yang ia dapatkan dan itu semua akan mempengaruhi besarnya pendapatan yang ia peroleh. Dewasa ini untuk memperoleh pendidikan yang baik membutuhkan uang yang tidak sedikit, memang pemerintah telah menyediakan bantuan pendidikan seperti beasiswa tapi pada kenyataannya tidak semua orang yang membutuhkan dapat mengakses bantuan tersebut. Melihat kondisi ini, bagaimana
9
bisa orang yang hidup dalam kekurangan mampu memperbaiki kehidupannya apabila ia tidak memiliki biaya. Kemiskinan kemudian menjadi sebuah lingkaran setan, dimana orang yang sudah masuk ke dalamnya akan sulit untuk keluar dan memutus lingkaran tersebut. Dapat dikatakan bahwa bukan persoalan yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di era globalisasi seperti saat ini. Dengan demikian jawaban atas persoalan tersebut adalah bukan menggantungkan hidup pada orang lain yang memiliki pekerjaan justru menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha. Industri kecil adalah contoh dimana orang yang tidak mampu mengakses pendidikan hingga ke jenjang paling tinggi dapat memperbaiki hidupnya, yang diperlukan dalam industri kecil agar dapat tetap eksis adalah kemauan, kreatifitas, dan inovasi. Kemauan untuk selalu belajar menjadi lebih baik lagi, pelajaran tidak melulu didapatkan dari bangku sekolah karena pengalaman justru merupakan pelajaran yang paling berharga, dimana ada kemauan pasti akan terbuka jalan yang lebar menuju kesuksesan. Industri kecil juga membutuhkan daya kreatifitas yang tinggi agar produk yang dihasilkan suatu industri kecil memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan produk dari industri lain. Selain itu inovasi juga tak kalah penting menjadi tonggak industri kecil agar mampu bersaing dengan industri lain, inovasi demi inovasi yang dilakukan oleh industri kecil akan membuatnya tak lekang oleh jaman karena produk yang ditawarkan selalu baru dan hal ini tentu akan membuat konsumen tidak merasa bosan untuk mengonsumsinya.
10
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa peran industri kecil sangat besar dalam merespon masalah pengangguran. Keberadaan industri kecil terbukti mampu menyerap tenaga kerja secara efektif dibandingkan dengan industri besar. Melihat fakta ini, industri kecil tentu mampu menjadi pilar penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia dalam upaya menghadapi krisis ekonomi, dan untuk mencapai upaya tersebut diperlukan dukungan dari pemerintah. Pemerintah perlu mendukung pengembangan industri kecil sehingga industri kecil mampu bersaing dengan industri besar lain, seperti kebijakan dalam bentuk perlindungan terhadap industri kecil dari persaingan yang tidak sehat.3 Sampai saat ini sudah banyak program-program yang dibuat pemerintah untuk memudahkan industri kecil agar dapat terus berproduksi, salah satunya adalah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah dana pinjaman dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit dari Rp.5jt sampai dengan Rp.500jt. Program KUR bertujuan untuk meningkatkan akses pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal, selain itu tujuan dari program ini adalah untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. 4
3 4
Saleh, Irsan Azhary. 1986. Industri Kecil : Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta : LP3ES. Hal 5 www.tnp2k.go.id/id/program/program/program-kredit-usaha-rakyat-kur/ diakses pada 04 April 2015
11
Melalui program-program pemerintah, diharapkan industri kecil dapat memanfaatkannya sebaik mungkin agar industri kecil mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapinya. Di satu sisi industri kecil memang sangat menjanjikan dapat berkembang menjadi usaha yang lebih besar namun di balik potensi besar tersebut juga terdapat kendala yang apabila tidak diatasi secara cepat dan tepat akan menghambat perkembangan industri kecil itu sendiri. Industri kecil biasanya mengalami masalah pada permodalan, pemasaran, dan teknologi. Industri kecil kerap mengalami kendala dalam mengakses permodalan, keterbatasan modal yang dimiliki oleh industri kecil mengharuskannya melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan, namun bukan hal yang mudah bagi industri kecil untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Hambatan yang membuat sulitnya industri kecil mendapat pinjaman dari lembaga keuangan adalah laporan keuangan, laporan keuangan merupakan syarat bagi peminjam modal padahal kebanyakan industri kecil tidak memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan kaidah. Pembukuan/ laporan keuangan yang dimiliki industri kecil biasanya hanyalah laporan secara sederhana, belum rinci dan terstruktur. Kondisi ini yang kemudian memaksa industri kecil untuk meminjam modal kepada rentenir, hal ini lah yang kemudian menjadi hambatan berkembangnya industri kecil.5 Selain masalah dalam hal permodalan, pemasaran dan teknologi juga menjadi persoalan yang melekat pada industri kecil. Kebanyakan industri kecil hanya memasarkan produknya secara lokal padahal terkadang kualitas dari produk tersebut 5
Op.Cit. Hal 6-8
12
sebenarnya mampu untuk dipasarkan secara lebih luas seperti pemasaran ke daerah lain, kota lain, bahkan negara lain. Persoalan dalam hal pemasaran dipengaruhi oleh faktor kurangnya promosi sehingga produk dari suatu industri kecil belum dikenal luas oleh masyarakat, produk hanya dikenal oleh masyarakat di sekitar industri kecil berada. Sedangkan persoalan dalam hal teknologi akan berpengaruh pada tingkat produktivitas suatu industri kecil. Kebanyakan teknologi yang digunakan dalam industri kecil adalah teknologi sederhana/ tradisional yang kesemuanya tidak dilakukan dengan mesin melainkan secara manual dan menggunakan tenaga manusia.6 Industri kecil harus mampu menghadapi berbagai persoalan tersebut sebagai upaya dalam rangka menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 dimana selain merupakan suatu peluang, MEA juga merupakan tantangan bagi perekonomian Indonesia. MEA merupakan suatu era dimana terjadi pemberlakuan perdagangan bebas antara negara ASEAN termasuk penghilangan tarif perdagangan. Sehingga negara-negara yang merupakan anggota ASEAN akan menerima aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perekonomian tiap negara.7 Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa MEA mampu menjadi peluang dan sekaligus tantangan bagi Indonesia, tergantung bagaimana menyikapi era pasar bebas tersebut. Maka untuk menghadapinya dibutuhkan langkah-langkah 6 7
Ibid. www.kemenperin.go.id diakses pada 04 April 2015
13
strategis agar industri-industri di Indonesia termasuk industri kecil mampu menghasilkan produk yang dapat bersaing dengan produk-produk yang dihasilkan negara ASEAN lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk Komite Nasional Persiapan MEA 2015, dimana komite ini berfungsi untuk merumuskan langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM tentang pemberlakukan MEA pada akhir 2015. Langkah antisipasi tersebut adalah dengan meningkatkan wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, meningkatkan efisiensi produksi dan manajemen usaha, meningkatkan daya serap pasar produk KUKM lokal, dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. 8 Akan tetapi pelaku KUKM masih menghadapi hambatan untuk dapat bersaing pada era pasar bebas (MEA) mengingat bahwa kualitas SDM pelaku KUKM masih rendah. Rendahnya kualitas SDM akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkannya sehingga hal ini tentu menjadi suatu kendala yang harus segera ditangani. Oleh karena itulah pemerintah kerap melakukan pelatihan demi meningkatkan kualitas SDM pelaku KUKM dengan maksud untuk meningkatkan kualitas dan standar produk agar pelaku KUKM mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi. Seperti halnya industri kecil pengolahan limbah tapioka di Bantul tepatnya di Desa Srihardono. Desa ini merupakan sentra industri kecil pengolahan pati aci/ tapioka. Hampir semua masyarakat di desa ini memproduksi tapioka dari singkong dan juga mengolah tapioka menjadi produk jadi seperti mie pentil, kerupuk bendera, 8
Ibid
14
kerupuk cassava, tepung cassava, dan tepung kanji. Proses produksinya masih sangat tradisional mulai dari pengupasan kulit singkong, pemarutan singkong dengan mesin, pemerasan tapioka menggunakan tenaga manusia hingga pengeringan tapioka dengan memanfaatkan sinar matahari. Sebagai sentra pengolahan tapioka, masyarakat di desa ini selama beberapa tahun dihadapkan pada masalah limbah. Limbah tapioka atau biasa disebut sebagai onggok mengeluarkan bau yang tidak sedap. Padahal penampungan limbah kolektif terbatas sehingga biasanya limbah dibuang di pekarangan atau parit, hal ini tentu sangat menganggu masyarakat. Bau limbah dalam kondisi kering saja sudah tidak sedap terlebih lagi saat musim penghujan, limbah menjadi basah dan baunya semakin menyengat.9 Bermula dari adanya persoalan ini munculah produk nata de cassava. Nata de cassava adalah produk yang diolah dengan memanfaatkan limbah tapioka. Ide pemanfaatan limbah tapioka ini muncul dari 4 mahasiswa UGM yang selama hampir setahun melakukan penelitian pada limbah tapioka di Desa Srihardono. Nata de cassava ini merupakan produk makanan berserat seperti nata de coco, bedanya adalah jika bahan baku nata de coco dari air kelapa namun bahan baku dari nata de cassava adalah limbah tapioka dan parutan singkong. Air singkong ini dapat menjadi bahan alternatif pengganti air kelapa yang semakin sukar diperoleh. Nata de cassava juga memiliki keunggulan dibandingkan nata de coco antara lain; kandungan serat pada nata de cassava lebih tinggi, bahan baku pembuatan nata de cassava berupa air limbah tapioka mudah sekali diperoleh dan harganya murah, serta pembuatan nata de 9
(http://contoh-inticassavamandiri.blogspot.com/2010/04/nata-de-cassava-masyarakat-nangsri.html) diakses pada 13 Mei 2014
15
cassava juga tidak memerlukan tambahan gula dan asam cuka karena air limbah tapioka bersifat asam sehingga biaya produksi lebih murah dibandingkan dengan nata de coco. Penemuan pengolahan limbah tapioka ini tentu berdampak positif bagi masyarakat setempat. Produk nata de cassava adalah produk baru dan unik, limbah yang awalnya hanya menjadi masalah justru dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bernilai jual tinggi. Terlebih lagi proses produksi nata de cassava hemat bahan bakar karena perebusan yang dilakukan tidak menggunakan kompor melainkan menggunakan kayu bakar yang murah dan mudah didapatkan. Dampak positif dari adanya penemuan ini selain menghilangkan masalah pencemaran lingkungan oleh limbah tapioka yang selama bertahun-tahun cukup mengganggu masyarakat, adalah meningkatkan pendapatan pengrajin tapioka dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat. Kondisi demikian tentu sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelompok yang saat ini memproduksi nata de cassava adalah Nata Sarilo (sarining telo). Nata Sarilo merupakan kelompok binaan program UP-FMA Srihardono, melalui UP-FMA Srihardono kelompok ini mendapatkan pelatihan pembuatan nata de cassava oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Daerah Istimewa Yogyakarta pada Januari 2010. Pelatihan ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki kemampuan untuk mengolah limbah menjadi produk bernilai
16
jual tinggi.10 Selain dukungan berupa pelatihan, pemerintah juga memberikan dukungan berupa bantuan permodalan. Pada tahun 2012 Bank Indonesia memberikan bantuan sebesar Rp.20jt. Dana ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rumah produksi nata de cassava yang telah ada Di Dusun Menang agar lebih layak dan juga untuk membuat rumah produksi baru di dua dusun lainnya yakni Dusun Tapangan dan Dusun Klisat. Diperbaikinya rumah produksi yang telah ada menjadi lebih layak dan dibangunnya rumah produksi baru diharapkan mampu meningkatkan produktivitas industri kecil ini. Dengan demikian untuk aspek permodalan, industri kecil ini belum mengalami kendala dalam mengakses permodalan, justru pemerintah mendukung penuh untuk berkembangnya industri ini baik melalui bantuan permodalan maupun pelatihan. Sama halnya seperti aspek permodalan, dalam aspek teknologi industri kecil ini juga tidak mengalami kendala. Memang seluruh proses produksi dilakukan secara manual namun hal ini tidak berpengaruh pada kapasitas produksi, karena seluruh proses produksi dapat dilakukan secara manual dan memang tidak membutuhkan mesin. Penggunaan mesin hanya digunakan untuk mengemas nata yang telah siap konsumsi. Kemunculan industri kecil ini memang sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun meskipun begitu masih terdapat beberapa masalah yang menjadi kendala untuk berkembangnya industri kecil ini. Minat masyarakat sekitar untuk ikut bergabung dalam industri kecil ini masih rendah, mereka beranggapan bahwa proses produksi nata de cassava terlalu rumit 10
(http://bantulbiz.com/id/bizpage_makanan/id-299.html) diakses pada 13 Mei 2014
17
untuk dilakukan karena memerlukan proses fermentasi yang memakan waktu seminggu dan apabila proses fermentasi gagal maka harus mengulang langkahlangkah dari awal, kondisi ini kemudian membuat masyarakat malas untuk beralih ke industri kecil ini atau sekedar menjadikannya sebagai usaha sampingan, mereka tetap memilih untuk bekerja di sawah atau mengurus hewan ternak. Padahal sudah banyak pelatihan yang diadakan oleh pemerintah agar masyarakat mampu belajar dan mengolah limbah tapioka menjadi nata de cassava. Sampai saat ini hanya ada 15 orang yang aktif membuat nata de cassava. Dapat dilihat bahwa masyarakat kurang mampu menyadari segala potensi yang ada di sekelilingnya yang sebenarnya dapat meningkatkan kesejahteraannya, mereka juga malas belajar untuk menghadapi tantangan yang ada. Selain minat masyarakat, persoalan lain yang melekat pada industri kecil ini adalah ketidakmampuan pengrajin nata de cassava untuk melakukan pembukuan sesuai dengan kaidah yang benar. Selama ini pembukuan yang dilakukan hanyalah sebatas mencatat secara sederhana dan belum terperinci. Hal ini mengakibatkan terkadang ada pemasukan atau pengeluaran yang lupa dicatat karena mereka hanya mencatat secara seadanya. Akan tetapi meskipun pembukuan yang dilakukan tidak sesuai kaidah yang benar, hal ini tidak berpengaruh pada sulitnya mengakses permodalan setidaknya sampai saat ini, karena pemberi pinjaman yakni Bank Indonesia secara langsung mendatangi UP-FMA Srihardono dan menanyakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki rumah produksi yang telah ada dan juga untuk membangun rumah produksi baru. Dari hal ini dapat dilihat bahwa
18
pemerintah sangat peduli kepada perkembangan industri kecil ini. Namun para pengrajin nata de cassava tetap harus memiliki kemampuan untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan kaidah yang benar. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan industri kecil ini yang mana hal ini akan berpengaruh bagi perkembangannya. Kemudian, persoalan lainnya adalah dalam hal pemasaran. Promosi yang dilakukan masih kurang sehingga masyarakat luas belum mengetahui tentang industri kecil ini. Saat ini promosi yang dilakukan hanya berupa pameran yang rutin dilakukan di beberapa tempat yakni; di Pasar Seni Gabusan, Badan Ketahanan Pangan, dan Dinas Pertanian Yogyakarta serta promosi melalui internet. Namun ternyata promosi yang dilakukan tak lantas membuat industri kecil ini beserta produk-produknya dikenal banyak orang. Terlebih lagi tentang produk baru yang dihasilkan oleh Nata Sarilo yakni nata de cassava siap konsumsi. Nata siap konsumsi belumlah memiliki langganan tetap seperti nata de cassava yang masih dalam kondisi mentah. Nata de cassava yang masih mentah sudah memiliki pengepul langganan yang siap mengambil nata saat panen tiba sehingga untuk masalah pemasaran tidak ada kendala. Sedangkan untuk nata siap konsumsi saat ini baru dipasarkan secara lokal, di sekitar Desa Srihardono. Nata siap konsumsi biasanya dijual di kantin sekolah atau di warung-warung sekitar. Selain rutin menjualnya di kantin sekolah dan warung, Nata Sarilo juga melayani pemesanan untuk pembuatan nata siap konsumsi, biasanya pemesanan datang dari pemerintah Desa Srihardono yang akan mengadakan rapat/ pertemuan. Hal ini
19
dikarenakan, pemerintah desa mengharuskan hidangan yang disuguhkan pada saat rapat/ pertemuan adalah nata de cassava yang telah siap konsumsi. Kebijakan ini dikeluarkan untuk mendukung pangan lokal, dimaksudkan agar industri kecil ini dapat semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas. Meskipun nata siap konsumsi masih dipasarkan secara lokal, tingkat penjualannya sudah cukup tinggi namun produk ini masih memiliki kelemahan yakni belum adanya ijin P-IRT. Padahal setiap makanan/ minuman yang dihasilkan oleh industri rumahan harus memiliki ijin P-IRT agar masyarakat tahu bahwa produk ini layak untuk dikonsumsi. Hal ini tentu akan menjadi kendala saat nata siap konsumsi hendak dipasarkan di luar Desa Srihardono, seperti misalnya dititipkan ke supermarket, supermarket tentu tidak mau menjual produk yang belum ada ijin PIRT nya. Hingga saat ini ketua Nata Sarilo masih berwacana untuk mengajukan produk ini ke dinas agar mendapat ijin P-IRT. Beberapa masalah yang melingkupi industri kecil nata de cassava tentu berpengaruh pada perkembangannya. Baik permasalahan yang ada di dalam maupun di luar industri kecil ini tentu akan membawa dampak negatif. Meskipun pemerintah sudah memberikan dukungan berupa bantuan permodalan, pelatihan dan pendampingan, serta kebijakan pemerintah desa terkait pangan lokal namun jika minat masyarakat masih rendah untuk ikut bergabung dalam industri kecil ini tentu saja hal ini akan membuat industri kecil nata de cassava tidak dapat berkembang. Jumlah pengrajin nata de cassava yang hanya 15 orang memang mampu terus berproduksi, akan tetapi jika jumlah pengrajin lebih banyak tentu saja kapasitas
20
produksi dapat meningkat dan dampak positif dari adanya industri kecil ini dapat menyebar secara luas serta dirasakan oleh masyarakat banyak tidak hanya segelintir orang saja. Oleh karena itu untuk mengatasi segala permasalahan yang melingkupi industri kecil nata de cassava, tidak bisa hanya bergantung pada bantuan dari pemerintah namun masyarakat juga harus peka terhadap potensi yang ada dan mau untuk selalu belajar dan tidak cepat menyerah menghadapi suatu hal yang baru bagi mereka. Permasalahan yang ada jangan kemudian dijadikan sebagai alasan untuk tidak dapat berkembang namun bagaimana dengan adanya masalah tersebut, masyarakat dan pemerintah mampu merumuskan strategi untuk mengatasi segala permasalahan dan kemudian mengembangkan industri kecil ini. Perumusan strategi yang tepat dimaksudkan agar industri kecil ini mampu secara nyata menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Terlebih lagi dalam rangka menyongsong MEA pada akhir tahun 2015, industri kecil ini harus mampu menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi demi perkembangan perekonomian Indonesia. 1.3.
RUMUSAN MASALAH Penetapan rumusan masalah atau fokus penelitian adalah dimaksudkan
untuk membatasi suatu studi, jadi dengan adanya rumusan masalah maka akan membatasi penyelidikan atau pencarian informasi atau pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Maka, berdasarkan latar belakang di atas terkait dengan persoalan yang
21
melingkupi industri kecil pengolahan limbah tapioka, penelitian ini akan difokuskan pada pertanyaan berikut: a. Apakah yang menjadi faktor internal maupun eksternal sebagai penghambat dalam pengolahan limbah tapioka? b. Bagaimanakah strategi yang dapat diupayakan dalam pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.4.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.
Tujuan Penelitian
1.4.1.1.
Tujuan Substansial a. Mengetahui faktor internal dan faktor eksternal yang menjadi penghambat dalam pengolahan limbah tapioka b. Mengetahui bagaimana strategi yang dapat diupayakan dalam pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, DIY
1.4.1.2.
Tujuan Operasional Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kajian Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan khususnya terkait keberadaan industri kecil sebagai wadah untuk memberdayakan masyarakat.
22
Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi landasan atau acuan penelitian yang terkait selanjutnya. 1.4.2.
Manfaat Penelitian
1.4.2.1.
Manfaat Substansial Penelitian ini secara substansial dapat memberikan informasi terkait
dengan strategi yang dapat diupayakan dalam mengembangkan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4.2.2.
Manfaat Operasional Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan referensi untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya sektor informal sebagai suatu disiplin ilmu. 1.5.
LANDASAN TEORI
1.5.1.
Konsep Kesejahteraan
1.5.1.1.
Definisi Kesejahteraan Secara umum dapat dikatakan bahwa hidup yang sejahtera adalah hidup
bahagia dalam arti lahir maupun batin. Menurut Sukirno kesejahteraan adalah suatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat
23
kesejahteraan. Masyarakat yang sejahtera mengandung arti bahwa setiap anggota masyarakat memperoleh kebahagiaan, tetapi kesejahteraan salah satu individu belum menjamin adanya kesejahteraan seluruh masyarakat.11 1.5.1.2. Kesejahteraan Ekonomi Kesejahteraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana individu/ masyarakat memiliki rasa kecukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga individu/ masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dapat digolongkan sebagai masyarakat miskin. May menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan; ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset
produktif,
ketidakmampuan
memelihara
kesehatan
yang
baik,
ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku anti sosial, kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.12 Konferensi dunia untuk pengembangan sosial telah mendefinisikan kemiskinan sebagai berikut13, kemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; 11
Sukirno, S. 1985. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada. Hal: 12 12 Darwin, Muhadjir, 2005. Memanusiakan Rakyat (Penanggulangan Kemiskinan Sebagai Arus Utama Pembangunan. Yogyakarta : Benang Merah. Hal:4 13 Ibid
24
keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; serta diskriminasi dan keterasingan sosial. Kemiskinan juga dicirikan oleh tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, dan budaya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi dimana suatu kelompok masyarakat/individu berada dalam situasi yang kurang baik, terutama dalam bidang ekonomi. Berarti kesejahteraan ekonomi merupakan suatu kondisi dari suatu individu atau kelompok yang berada dalam suatu kondisi yang lebih baik dalam bidang ekonomi, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tidak termasuk dalam kategori masyarakat miskin. Konsep kesejahteraan digunakan sebagai kerangka analisis pada penelitian ini, apakah kemudian dengan kemunculan industri kecil pengolahan limbah tapioka di Desa Srihardono mampu memberikan pengaruh bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Mengingat bahwa industri kecil ini sangat berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, dengan catatan masyarakat harus secara aktif dalam mendukung perkembangan industri kecil ini dengan cara ikut bergabung di dalamnya.
25
1.6.
TINJAUAN PUSTAKA
1.6.1.
Industri
1.6.1.1.
Definisi Industri Definisi industri menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/ memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Menurut Teguh S Pambudi pengertian industri merupakan sekelompok perusahaan yang bisa menghasilkan sebuah produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu dengan yang lainnya. 14 Menurut Badan Pusat Statistik, klasifikasi industri dibedakan menjadi15: a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang hanya memiliki tenaga kerja sedikit antara 1-4 orang. b. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya antara 5-19 orang. c. Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 20-99 orang. d. Industri besar, yaitu industri yang memiliki jumlah pekerja sebanyak 100 orang/lebih. 14
http://www.anneahira.com/pengertian-industri.htm diakses pada 24 Oktober 2014
15
Lempelius, Christian.1979. Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat : Pendekatan Kebutuhan Pokok. Jakarta : LP3ES. Hal:6
26
Berdasarkan klasifikasi industri di atas maka Nata Sarilo sebagai kelompok yang mengolah limbah tapioka di Desa Srihardono masuk ke dalam golongan industri kecil, karena hingga saat ini anggota kelompok Nata Sarilo yang aktif membuat nata de cassava berjumlah 15 orang. 15 orang tersebut tidak hanya berasal dari dusun yang sama namun dari 5 dusun yang berbeda, kelima dusun tersebut adalah Dusun Menang, Dusun Dasilan, Dusun Tapangan, Dusun Klisat, dan Dusun Paten. Meskipun bertempat tinggal di dusun yang berbeda akan tetapi ke 15 orang ini tetap merupakan satu kelompok yang bekerjasama dalam proses produksi dan bersama-sama berupaya mengembangkan industri kecil pengolahan limbah tapioka. 1.6.1.2.
Definisi Industri Kecil Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah
penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun sampingan.16 Industri kecil dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:17 a. Kelompok usaha yang menghasilkan barang pemenuh kebutuhan pasar, yaitu industri kecil yang bekerja melalui proses teknis dan hasilnya
16
Tulus, Tambunan. 1993. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya. Hal:83 17 Sunartiningsih, Agnes, Dra. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Institusi Lokal. Yogyakarta : Aditya Media. Hal:124
27
dapat langsung dijual kepada konsumen, misalnya kompor, perabot rumah tangga, dll. b. Kelompok yang menghasilkan barang pemenuhan kebutuhan industri besar dan menengah, yaitu industri kecil yang bekerja melalui proses teknis dan hasilnya dijual kepada industri lain, misal suku cadang kendaraan bermotor, radio, dll. c. Kelompok kerja hasil barang-barang seni dan kerajinan yaitu industri kecil yang menghasilkan produk berdasarkan suatu kreasi seni misalnya ukir-ukiran, anyam-anyaman, batik, dll. d. Kelompok yang berlokasi di desa-desa, yaitu industri kecil yang memenuhi kebutuhan wilayah akan jasa atau produk tertentu misalnya reparasi sepeda, reparasi perabot rumah tangga, pembuatan tahu, tempe, kecap, kerupuk, dan bermacam-macam jenis kue. 1.6.1.3.
Industri Kecil Pengolahan Limbah Tapioka Kemunculan industri kecil ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan
limbah tapioka yang sudah sejak lama berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Srihardono. Hampir semua masyarakat di desa ini berkecimpung dalam usaha pengolahan tapioka, dari memproduksi tapioka yang berbahan baku singkong hingga mengolah tapioka menjadi produk jadi seperti mie pentil, kerupuk bendera, kerupuk cassava, tepung cassava, dan tepung kanji. Seluruh kegiatan pengolahan tapioka dilakukan secara tradisional; mulai dari pengupasan kulit
28
singkong, pemarutan singkong dengan mesin, pemerasan tapioka menggunakan tenaga manusia hingga pengeringan tapioka dengan memanfaatkan sinar matahari. Sebagai sentra pengolahan tapioka tak heran jika limbah menjadi masalah yang tak dapat dihindari. Limbah tapioka atau yang mereka sebut sebagai onggok mengeluarkan bau yang amat tidak sedap. Padahal penampungan limbah kolektif keberadaannya sangat terbatas sehingga mau tidak mau membuat masyarakat membuang limbah di parit atau pekarangan rumah. Kondisi ini sebenarnya begitu mengganggu masyarakat sekitar terlebih lagi jika musim penghujan datang, onggok akan mengeluarkan bau yang semakin menyengat dibandingkan saat kondisi kering. Akan tetapi masyarakat tidak dapat berbuat banyak, hal ini dianggap sebagai suatu resiko dari pekerjaan yang mereka tekuni. Namun, persoalan limbah tak selamanya menjadi masalah bagi masyarakat Desa Srihardono. Berangkat dari adanya persoalan inilah muncul produk nata de cassava. Produk ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh 4 mahasiswa UGM selama setahun. Nata de cassava merupakan produk makanan berserat seperti nata de coco, yang membedakan antara keduanya adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Nata de coco berbahan baku air kelapa sedangkan nata de cassava dibuat dari limbah tapioka dan air dari parutan singkong. Penggunaan air singkong ini dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti air kelapa yang semakin sukar didapatkan. Perbedaan lainnya dari nata de coco adalah kandungan serat pada nata de cassava jauh lebih tinggi dibandingkan nata de coco, produk ini tentu baik untuk dikonsumsi karena menyehatkan tubuh. Selain daripada
29
itu, proses produksi nata de cassava tidak memerlukan tambahan gula dan asam cuka karena air limbah tapioka sudah bersifat asam. Hal ini tentu akan menghemat biaya produksi nata de cassava. Meskipun terdapat banyak kelebihan pada produk ini tak lantas membuatnya cepat dikenal orang. Industri kecil pengolahan limbah tapioka juga tak ubahnya industri lain yang memiliki kelemahan di sana sini yang kemudian hal tersebut dapat menghambat perkembangannya. Persoalan yang melingkupi industri kecil ini antara lain adalah rendahnya minat masyarakat untuk ikut bergabung dan kurangnya promosi yang dilakukan. 1.6.2.
Analisis Industri Kecil Pengolahan Limbah Tapioka Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa industri kecil mampu
menjadi tonggak perekonomian nasional, mengingat sifat industri kecil yang lebih fleksibel dibandingkan dengan industri berkapasitas besar. Industri kecil mampu menyerap tenaga kerja secara lebih efektif dibanding industri besar, dengan adanya hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa industri kecil mampu bersaing dengan industri-industri besar. Akan tetapi meskipun industri kecil memiliki keunggulan dibanding dengan industri besar, tetap saja masih terdapat beberapa kelemahan yang melekat pada industri kecil. Pada umumnya industri kecil dihadapkan pada permasalahan lemahnya akses pada permodalan, pemasaran, dan teknologi. Semua permasalahan ini bersumber pada SDM yang kemudian berdampak pada rendahnya kualitas produk
30
dan jasa yang berakibat pada rendahnya daya saing, baik dalam pasar lokal, nasional, maupun internasional.18 1.6.2.1.
Permodalan Pengertian modal meliputi dua aspek. Teori ekonomi menyebutkan bahwa
modal adalah benda-benda yang digunakan dalam proses produksi berbagai jenis barang. Misalnya; mesin untuk menggiling padi, berbagai peralatan tekstil, serta alatalat berat yang digunakan untuk membuat jalan dan bangunan. Sedangkan dalam kegiatan bisnis dan sistem finansial, modal memiliki arti yang berbeda yakni diartikan sebagai dana yang digunakan untuk melakukan investasi di sektor keuangan seperti pembelian saham dan obligasi. Sering juga dikatakan mengenai modal kerja, modal dalam artian ini didefinisikan sebagai dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha sehari-hari. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal adalah barang dan peralatan fisik yang digunakan sebagai penghasil barang dan jasa; dana keuangan yang digunakan untuk berinvestasi misalnya dalam bentuk saham dan obligasi; dan dana yang digunakan sebagai biaya dalam proses produksi hingga penyaluran barang kepada konsumen.19 Menurut Smith, modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranan modal sangat sentral dalam proses pertumbuhan output sehingga jumlah dan pertumbuhan output bergantung pada laju pertumbuhan 18
Prawirokusumo, Soeharto. 2001. Ekonomi Rakyat : Konsep, Kebijakan dan Strategi. Yogyakarta : BPPE UGM. Hal:79 19 Sukirno, S. 1985. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada. Hal: 54
31
modal. Pengaruh modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung maksudnya adalah peningkatan produktivitas per kapita yang dimungkinkan karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang semakin tinggi. Besarnya modal akan menentukan tingkat output secara aktif dan hal tersebut berarti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi pada industri kecil dimana investasi yang dilakukan bersifat padat karya maka modal pun akan bertambah, sehingga kesempatan kerja yang diciptakan semakin tinggi. berdasarkan dari pemikiran tersebut maka dapat dilihat penyerapan tenaga kerja yaitu elastis terhadap modal.20 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang cukup akan berdampak pada penggunaan tenaga kerja. Ketika modal dalam kondisi cukup/ baik maka modal dapat digunakan untuk membeli alat-alat pendukung proses produksi seperti mesin-mesin dan peralatan lainnya. Dengan adanya peralatan yang cukup maka akan berpengaruh pada peningkatan produksi. Sehingga semakin besar skala produksi maka permintaan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat. Hal tersebut di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Haryani, faktorfaktor produksi baik sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu
20
Hakim, Abdul. 2002. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Ekonisia. Hal:64
32
industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja.21 Jenis modal menurut Riyanto ada dua, yaitu modal asing dan modal sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Ada 3 macam modal asing, yaitu: (1) Modal asing/ hutang jangka pendek yaitu modal asing yang jangka waktunya kurang dari satu tahun, (2) Modal asing/ utang jangka menengah yaitu modal asing yang jangka waktunya antara 1 tahun sampai dengan 10 tahun, dan (3) Modal asing/ modal jangka panjang yaitu modal asing yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun. Sedangkan modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari modal intern adalah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Adapun modal industri yang berasal dari sumber ekstern adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.22 Modal merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari suatu proses produksi dan modal juga menentukan kelanggengan suatu industri. Ketersediaan modal pada suatu industri akan berpengaruh pada kapasitas produksi dan juga jaringan pemasaran, semakin banyak modal yang dimiliki maka semakin tinggi kapasitas produksi dan semakin luas jaringan pemasarannya. Dapat dikatakan bahwa 21
Haryani, Sri. 2002. Hubungan Industrial di Indonesia. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Hal:89 Riyanto, Bambang. 1994. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 3. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Hal:46 22
33
keterbatasan modal yang dimiliki suatu industri atau usaha akan menghambat ruang gerak industri tersebut dalam melakukan aktifitas ekonominya. Pemilikan modal
sendiri
yang terbatas menyebabkan pengusaha
memerlukan modal dari luar berupa pinjaman atau kredit. Namun seringkali industri kecil mengalami kendala dalam mengakses permodalan. Hal ini kemudian membuat mereka hanya bergantung pada modal sendiri atau sumber-sumber lain yang bersifat non institusional seperti rentenir. Padahal pembiayaan yang bersifat non institusional cenderung lebih mahal daripada pembiayaan yang bersumber pada kredit institusional. Kesulitan industri kecil untuk mengakses permodalan dari lembaga keuangan biasanya disebabkan oleh tidak adanya laporan keuangan yang dimiliki oleh industri kecil. Lembaga keuangan membutuhkan laporan keuangan sebagai syarat pengajuan kredit namun industri kecil belum mampu memenuhi syarat tersebut. Biasanya pengusaha kecil tidak memiliki laporan keuangan karena sifatnya yang usaha keluarga maka manajemen keuangannya belum jelas dan kalaupun ada, laporan keuangan tersebut belum memenuhi kaidah-kaidah pembukuan yang baik sehingga belum layak menjadi suatu informasi keuangan yang menjadi syarat pengajuan kredit. Sama halnya dengan industri kecil pengolahan limbah tapioka, para pengrajinnya belum memiliki kemampuan untuk melakukan pembukuan sesuai dengan kaidah yang benar. Laporan keuangan yang mereka buat masih sebatas
34
mencatat secara sederhana, belum secara mendetail dan terstrukur. Sehingga terkadang ada pemasukan atau pengeluaran dari proses produksi yang tidak tercatat karena pencatatan yang dilakukan terkesan seadanya. Sampai saat ini memang belum ada kesulitan dalam hal permodalan, dulu sewaktu awal produksi modal yang digunakan berasal dari iuran anggota Nata Sarilo dan pada tahun 2012 mendapat bantuan dari pemerintah sebesar 20 juta. Bantuan sebesar 20 jt ini bukanlah hasil dari mengajukan pinjaman ke pemerintah justru pihak Bank Indonesia sendiri yang menawarkan bantuan untuk memperbaiki rumah produksi dan membangun 2 rumah produksi baru. Pemerintah memberikan pinjaman karena melihat industri kecil ini memiliki prospek yang bagus, produk yang dihasilkan industri kecil ini terbilang unik karena sampai saat ini belum ada industri lain yang membuat produk nata de cassava. Selain itu keberadaan industri kecil ini mampu membuka lapangan pekerjaan baru, menambah penghasilan pengrajin tapioka, dan juga mengatasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah tapioka. Hingga saat ini ketidakmampuan pengrajin nata de cassava untuk melakukan pembukuan belum menjadi masalah. Namun bukan berarti hal ini tidak akan menjadi maasalah di kemudian hari. Suatu industri baik kecil, sedang, maupun besar sudah seharusnya memiliki laporan keuangan sesuai dengan kaidah yang benar. Laporan keuangan ini akan sangat bermanfaat untuk melihat besarnya laba atau rugi yang didapat, yang mana hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk industri yang bersangkutan
bagaimana
kemudian
menentukan
strategi
yang
tepat
bagi
perkembangan industri tersebut. Industri kecil pengolahan limbah tapioka juga harus
35
memperbaiki laporan keuangan yang ada, sampai saat ini modal yang dimiliki memang masih cukup untuk melakukan proses produksi namun jika mereka hendak mengembangkan industri kecil ini menjadi lebih besar lagi tentu diperlukan modal tambahan untuk membeli sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses produksinya. 1.6.2.2.
Pemasaran Menurut Kotler, pasar atau market adalah sekumpulan pembeli dan penjual
yang melakukan transaksi sebuah produk atau kelompok produk tertentu. Pemasaran atau marketing adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.23 Menurut Kotler ada 10 jenis produk yang merupakan bagian dari ruang lingkup pemasaran, yakni:24 a. Goods : barang-barang fisik. b. Services : jasa/pelayanan yang bersifat non fisik, yang menyertai atau tidak menyertai produk barang fisik. c. Experiences : pengalaman kegiatan atau seseorang yang dapat dinimkati oleh orang lain.
23 24
Kotler, Phillip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga. Hal:9 Ibid. Hal:3
36
d. Events : kegiatan atau peristiwa yang dibutuhkan oleh orang banyak. e. Persons : keahlian atau ketenaran seseorang. f. Places : tempat atau kota yang memiliki keunggulan, keunikan (sejarah) atau keindahan. g. Properties : hak kepemilikan bias berupa benda nyata (real estate) atau financial (saham dan obligasi) h. Organizations : lembaga atau wadah yang dapat memberikan citra atau nilai jual dari suatu produk. i. Information : informasi yang dapat diproduksi dan dipasarkan (sekolah dan surat kabar). j. Ideas : gagasan yang menghasilkan produk yang diminati oleh konsumen. Menurut Rangkuti, pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Terdapat 2 unsur taktik pemasaran, yakni diferensiasi dan bauran pemasaran. Diferensiasi berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh
37
perusahaan lain. Sedangkan bauran pemasaran berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi, dan tempat.25 Pemasaran merupakan hal yang penting dalam suatu usaha. Setiap pengusaha pastilah menginginkan usahanya dapat tetap berjalan dan semakin berkembang. Dewasa ini masalah pemasaran yang melingkupi industri kecil semakin kompleks, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan industri kecil yang bersangkutan. Pada umumnya industri kecil merupakan usaha yang sifatnya tradisional sehingga kemampuan manajerial masih lemah, industri kecil haruslah membenahi sistem manajemen yang ada dan juga mengenal strategi pemasaran. Hal tersebut penting untuk dilakukan mengingat pemasaran adalah cara untuk memperkenalkan produk kepada pasar yang kemudian diharapkan respon pasar terhadap produk industri kecil dapat meningkatkan jumlah penjualan produk tersebut. Kesulitan pemasaran yang dialami oleh industri kecil biasanya disebabkan oleh kurang mampunya pengusaha dalam melihat kebutuhan dan keinginan pasar; baik itu terkait dengan produk, harga, maupun cara mendistribusikan produknya. Pemasaran nata de cassava dalam kondisi mentah sampai saat ini tidak ada masalah karena kelompok Nata Sarilo telah menjalin kerjasama dengan pengepul yakni CV. Agrindo Suprafood. Pengepul rutin mengambil nata setiap panen tiba yakni setiap seminggu sampai 10 hari. Nata dalam kondisi mentah dijual dengan
25
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hal:101
38
harga Rp.1200,- / kg dan biasanya minimal pengambilan nata sebanyak 3 tong atau 500kg. Berbeda dengan nata yang masih mentah, untuk nata siap konsumsi pemasarannya masih secara lokal, hanya di sekitar Desa Srihardono saja sehingga belum dikenal oleh masyarakat luas. Akan tetapi meskipun penjualan nata siap konsumsi masih secara lokal, tingkat penjualan sudah cukup tinggi, biasanya nata siap konsumsi dipasarkan di warung atau kantin sekolah selain itu pemerintah desa selalu memesan nata ini setiap ada rapat/ pertemuan. Hal ini merupakan bentuk dukungan bagi berkembangnya pangan lokal agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. Sampai saat ini strategi yang dilakukan industri kecil pengolahan limbah tapioka untuk memperkenalkan produknya ke pasaran masih sebatas pengadaan pameran dan melalui web. Hal ini belum mampu memberikan pengaruh secara signifikan, masih banyak masyarakat yang awam terhadap produk yang dihasilkan industri kecil ini. 1.6.2.3.
Teknologi Perubahan dan penemuan teknologi mempunyai dampak signifikan
terhadap banyak organisasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara dramatis. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang
39
menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri, dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketinggalan zaman.26 Sehingga melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga. Teknologi tidak kalah pentingnya dalam industri kecil disamping permodalan dan pemasaran. Teknologi dalam usaha perekonomian mencakup teknologi produksi, teknologi pemasaran, teknologi informasi, serta teknologi komunikasi dan transportasi. Berbicara tentang teknologi produksi, pada umumnya industri kecil mengalami kendala pada aspek ini, penggunaan teknologi tradisional misalnya proses produksi yang dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin tua atau peralatan produksi yang sifatnya manual akan menghambat produktivitas kerja industri kecil yang bersangkutan. Kondisi demikian tidak hanya berpengaruh pada jumlah produk yang terbatas pada skala kecil namun juga berpengaruh pada rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan akan penguasaan teknologi modern akan membuat daya saing industri kecil semakin lemah. Terkait dengan teknologi pemasaran, teknologi informasi, serta teknologi komunikasi dan transportasi; aspek-aspek ini berfungsi untuk menghubungkan 26
David, F.R. 2006. Manajemen strategis Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Hal:121
40
industri kecil dengan konsumen dan distributor selaku obyek pasar serta pemerintah selaku pihak pendukung. Dalam aspek teknologi produksi, penggunaan mesin dalam industri kecil pengolahan limbah tapioka hanya untuk membuat kemasan nata siap konsumsi sedangkan untuk proses produksi nata dalam kondisi mentah semuanya dilakukan secara manual. Namun hal ini tidak berpengaruh negatif pada industri kecil ini karena dalam proses produksi nata de cassava memang tidak membutuhkan mesin/ teknologi modern. 1.6.3.
Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Penelitian ini menggunakan analisis SWOT sebagai alat untuk menentukan
strategi yang tepat bagi pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan
41
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths), dan Kelemahan (Weaknesses).27 Menurut David, kekuatan dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Mereka muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area fungsional dari suatu bisnis adalah aktivitas manajemen yang penting. Organisasi berusaha untuk menjalankan strategi yang mendayagunakan kekuatan internal dan menghilangkan kelemahan internal.28 Kekuatan (strengths) merupakan unsur yang dapat diunggulkan oleh industri kecil seperti keunikan produk, keterampilan yang dimiliki industri kecil, serta keunikan produk yang membuatnya berbeda dengan produk lain dimana hal ini dapat membuat suatu industri kecil lebih kuat dari para pesaingnya. Menurut Pearce&Robinson, kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulankeunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau 27 28
Op.cit. Hal:19-20 Op.cit. Hal:15
42
ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain.29 Kelemahan (weaknesses) kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Menurut Pearce&Robinson, kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.30 Seperti telah dikatakan bahwa lingkungan eksternal terdiri atas peluang dan ancaman. Menurut David, peluang dan ancaman eksternal mengacu pada ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintah, teknologi, serta tren kompetisi dan kejadian yang secara signifikan dapat menguntungkan atau membahayakan organisasi di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali organisasi sehingga disebut eksternal.31 Menurut Pearce&Robinson, peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan 29
Pearce&Robinson.1997. Manajemen Stratejik Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal:231 30
31
Ibid. Hal:231 David, F.R. 2006. Manajemen strategis Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat. Hal:13-14
43
penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan.32 Sedangkan ancaman adalah faktor-faktor lingkungan
yang tidak
menguntungkan dalam industri kecil, jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi industri kecil yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan datang. Menurut Pearce&Robinson, ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.33 Proses penyusunan untuk merumuskan strategi melalui tiga tahapan analisis yakni tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan internal. Setelah menyelesaikan tahap pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data-data yang telah didapatkan. Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menganalisis data, yakni Matriks SWOT, Matriks BCG, Matriks Internal-Eksternal 32
Pearce&Robinson.1997. Manajemen Stratejik Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Hal:230 33 Ibid. Hal:230
44
(IE), Matriks SPACE, dan Matriks Grand Strategy. Ada baiknya jika beberapa model ini digunakan secara sekaligus agar dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Matriks SWOT. Langkah terakhir adalah pengambilan keputusan yakni menentukan strategi yang tepat untuk mengembangkan industri kecil pengolahan limbah tapioka.34 Penggunaan analisis SWOT pada umumnya digunakan sebagai suatu metode untuk menganalisis strategi bisnis bagi perusahaan, tetapi disini analisis SWOT digunakan sebagai suatu metode untuk menentukan strategi bagi pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka. Dimana kondisi di dalam suatu perusahaan tentu saja berbeda dengan kondisi di dalam industri kecil. Peneliti mencoba menganalogikan industri kecil ini sebagai suatu perusahaan. Oleh karena itu tentu saja penerapan analisis SWOT pada industri kecil ini memiliki keterbatasan, pada tahap analisis hanya dapat digunakan satu model saja sebagai upaya dalam penentuan strategi yakni matriks SWOT, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan untuk penggunaan model lain dalam tahapannya membutuhkan perhitungan pada laporan keuangan, padahal di dalam industri kecil ini sifat manajemen keuangannya masih sangat tradisional sehingga laporan keuangan yang ada belum cukup memadai digunakan sebagai dasar perhitungan. Namun penggunaan analisis SWOT untuk merumuskan strategi bagi pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka sangat membantu dalam
34
Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hal:24
45
penyelesaian masalah yang dihadapi industri kecil ini. Analisis SWOT bermanfaat dalam rangka untuk memetakan strategi-strategi apakah yang kemudian tepat diterapkan di dalam industri kecil ini sebagai upaya untuk kemajuannya agar dapat secara nyata menyejahterakan masyarakat sekitar. Beberapa penelitian sebelumnya juga sudah ada yang menggunakan metode SWOT untuk merumuskan strategi bagi pengembangan industri kecil. Penelitian-penelitian tersebut antara lain adalah; “Pengembangan Pemasaran Belut Goreng dengan Analisis SWOT di Industri Belut Goreng Paguyuban Harapan Mulia Godean, Sleman, DIY.” karya Dwi Cahyo Rakhmawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi industri belut goreng serta merumuskan alternatif strategi pemasaran bagi industri belut goreng dengan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prioritas strategi pemasaran yang dihasilkan yaitu mengkaji ulang mengenai kesesuaian harga dan kualitas produk, meningkatkan citra baik dan fungsi produk sebagai oleh-oleh khas Godean, mengembangkan budidaya lokal belut mentah, memanfaatkan lokasi outlet yang strategis untuk menarik pelanggan potensial, meningkatkan keunggulan produk, memperbaiki sistem manajemen dan
46
keuangan, memperbaiki kualitas dan kemasan produk, meningkatkan promosi secara global melalui media internet, serta meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM. 35 “Perancangan Strategi Pemasaran Caramel Salak Menjadi Produk Unggulan dengan Menggunakan Analisis SWOT.” karya Hendy Dharmawan. Pada penelitian ini dilakukan analisis SWOT untuk menyusun strategi yang tepat dalam memasarkan produk caramel salak menjadi produk unggulan dan dapat dinikmati konsumen secara luas. Tahapan awal dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan sebagai acuan analisis SWOT. Hasil penelitian adalah berupa alternatif strategi pemasaran yang dibentuk menjadi strategi SO, ST, WO, dan WT yang lebih baik untuk mendukung produk caramel salak menjadi produk unggulan. 36 Sama halnya dengan penelitian terkait strategi pengembangan industri kecil pengolahan limbah tapioka, kedua penelitian di atas juga memiliki keterbatasan yang sama yakni penggunaan metode SWOT dalam rangka merumuskan strategi hanya dapat dilakukan dengan menggunakaan beberapa model saja. Akan tetapi meskipun memiliki keterbatasan, penggunaan metode SWOT sangat bermanfaat dalam penentuan strategi bagi pengembangan industri kecil yang bersangkutan.
35
Rakhmawan, Dwi Cahyo. 2014. Skripsi : Pengembangan Pemasaran Belut Goreng dengan Analisis SWOT di Industri Belut Goreng Paguyuban Harapan Mulia Godean, Sleman, DIY. Universitas Gadjah Mada 36 Dharmawan, Hendy. 2014. Skripsi : Perancangan Strategi Pemasaran Caramel Salak Menjadi Produk Unggulan dengan Menggunakan Analisis SWOT. Universitas Gadjah Mada
47
1.6.3.1.
Matriks SWOT Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Berikut Diagram Matriks SWOT. 37
37
Ibid. Hal:83
48
Diagram 1.1. MATRIKS SWOT STRENGTHS (S)
IFAS
Tentukan 5-10
EFAS OPPORTUNITIES (O)
Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
THREATS (T)
Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hal:83
a. IFAS adalah internal strategic factory analysis summary dengan kata lain faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal dalam kerangka strength and weakness. b. EFAS, eksternal strategic factory analysis summary dengan kata lain faktor-faktor strategis eksternal suatu perusahaan disusun untuk merumuskan faktor-faktor eksternal dalam kerangka opportunities and threaths.
49
c. Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. d. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. e. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. f. Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
50