BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman dari berbagai gangguan dalam hal ini memberikan perlindungan terhadap musuh maupun cuaca. Oleh karena itu, hunian merupakan kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. Wujud nyata dari kebutuhan dasar manusia ini adalah rumah. Rumah sendiri dapat didefinisikan yaitu bangunan untuk tempat tinggal ( Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ). Rumah haruslah dapat memberikan kenyamanan bagi setiap individu didalamnya,”a good house is a house in which one can live well”( Adriano Cornoldi ). Dari pernyataaan tersebut dapat dijelaskan bahwa kenyamanan bagi penghuni rumah adalah faktor utama yang menjadi permasalahan bagi setiap perancangnya dan bagaimana nantinya rumah dapat memberikan segala aspek yang dapat mendukung aktifitas dari penghuninya. Pada periode 10 tahun belakangan ini, muncul konsep rumah atau hunian vertikal di Indonesia khususnya DKI Jakarta sebagai ibu kotanya. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat per tahunnya khusunya di Jakarta ( Tabel 1) dan lahan yang semakin terbatas menjadi alasan utama munculnya konsep tersebut.
1
Tabel 1. Grafik laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta 1971-2005
( Sumber : Badan Statistik Indonesia )
Saat ini berkembang paradigma bahwa orang tidaklah harus memiliki rumah terutama bagi mereka para pendatang yang beraktifitas di ibu kota. Mereka hanya bertujuan menetap untuk sementara dalam kurun waktu tertentu. Biaya yang besar untuk memiliki suatu rumah yang tetap juga menjadi dasar pertimbangan. Sehingga oleh karena itu munculah ide sewa suatu hunian dengan waktu tertentu dan biaya yang dapat diakomodir dengan baik. Dalam kasus ini munculah rumah susun sewa, apartemen sewa dan juga kos-kosan. Dilihat perkembangan kehidupan yang di ibukota Jakarta semakin cepat dan padat sehingga adanya tuntutan bagi setiap individu untuk selalu bertindak cepat dan praktis dalam melakukan kegiatan seharihari. Oleh karena itu keberadaan hunian sewa seperti rusun, apartemen dan koskosan menjadi alternatif dalam pemecahan problematika mengenai tempat tinggal yang sangat jauh dengan lokasi aktifitas sehari-hari. Dalam dunia properti saat ini, kos-kosan menjadi tempat yang digemari oleh mereka yang mencari tempat tinggal sewa terutama mahasiswa. Keunggulan terletak pada harga yang ditawarkan kepada konsumen. Apartemen sewa berkisaran
2
antara Rp.3.000.000,- hingga Rp.5.000.000,- per bulan sementara untuk kos-kosan berkisar antara Rp.300.000,- hingga Rp.1.000.000,- per bulan. Kos-kosan menjadi pilihan utama bagi mahasiswa karena pertimbangan lokasi yang berdekatan dengan kampus tempat mereka kuliah. Kampus yang dimaksud adalah Kampus Universitas Bina Nusantara sehingga bagi mahasiswa Bina Nusantara yang merupakan mahasiswa pendatang yang jumlahnya hampir 50 % dari jumlah mahasiswa Binus yaitu sebesar 7416 orang dan tidak memiliki hunian tetap atau kerabat untuk tinggal disediakan sebuah wadah hunian dimana mereka dapat tinggal untuk jangka waktu tertentu selama masa studi mereka. Koskosan juga menjadi tempat bagi para mahasiswa untuk membina diri mereka sendiri agar dapat lebih disiplin dan bertanggung jawab. Pada saat ini muncul fenomena baru yaitu adanya kos-kosan yang mulai memberikan kenyamanan yang lebih, dalam arti adalah penyediaan fasilitas-fasilitas selayaknya hotel atau apartemen. Hal ini dilakukan agar para penghuninya dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan kemudahan akses dalam beraktifitas seperti di hotel maupun apartemen. Sehingga berkembanglah yang disebut dengan Kostel atau Kos-kosan hotel dimana dapat diartikan yaitu kos-kosan yang dirancang dengan penerapan fasilitas dan sistem manajemen layaknya suatu hotel berbintang. Kostel ini didesain menggunakan konsep hunian vertikal yaitu dengan adanya banyak kamar di setiap levelnya Kostel ini diharapkan dapat menciptakan sebuah kreatifitas dan alternatif baru dalam bidang properti di Indonesia.
3
I. 2.
Latar Belakang Pemilihan Topik dan Tema Pada saat ini berkembang isu yang paling banyak diminati dan menyedot perhatian publik yaitu isu global warming atau pemanasan global. Pemanasan global memberikan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat merusak permukaan bumi ini sehingga sejalan dengan waktu tidak dapat ditinggali lagi oleh manusia. Banyak perilaku-perilaku dari manusia yang tidak bertanggung jawab sehingga dapat merusak kelestarian dari alam ini. Sebagai salah satu contohnya adalah manusia kurang peka terhadap penggunaan kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan efek negatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan zat yang dapat merusak lapisan ozon sehingga berdampak pada radiasi sinar matahari yang semakin meningkat dan panas disebabkan bolongnya lapisan ozon. Hal tersebut merupakan contoh kecil dari perilaku manusia yang kurang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu perilaku manusia yang juga dikatakan tidak bertanggung jawab adalah kecenderungan manusia untuk mengeksplorasi sumber energi di bumi ini terutama sumber-sumber energi yang tidak terbarukan tanpa memikirkan efeknya di masa yang akan datang. Sumber-sumber tersebut banyak dieksploitasi secara besar-besaran sehingga lama-kelamaan akan habis dan sulit untuk menghasilkan yang baru. Sumber-sumber energi tersebut juga berkaitan dengan bangunan karena energi digunakan dalam bangunan. Pada tahun 1960-an, penggunaan energi dianggap suatu hal yang kurang penting, beberapa bangunan dirancang dengan penggunaan energi secara besar-besaran sehingga energi akan berpotensi untuk habis. Oleh karena itu, dengan seiring munculnya pernyataan hemat energi, maka
4
rancangan-rancangan bangunan saat ini juga harus dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Rancangan hemat energi atau efisiensi energi dibutuhkan untuk menjelaskan kepedulian energi di arsitektur. Perancangan hemat energi pada nantinya akan menghasilkan bangunan yang meminimalkan kebutuhan energi yang mahal, berpolusi dan tidak dapat didaur ulang serta tanggap terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan rancangan hemat energi ini, diharapkan sebuah desain arsitektur dapat memberikan suatu pemecahan permasalahan berkelanjutan yang akan mendukung kehidupan di generasi yang akan datang.
5
I. 3.
Maksud dan Tujuan Maksud dari perencanaan dan perancangan kostel ini adalah memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa dan umum, dimana lokasi dari kostel dekat dengan kampus Universitas Bina Nusantara dan dapat diakses ke pusat kota melalui daerah sekitar kostel yaitu slipi dan grogol, adapun tujuannya adalah: 1. Menyediakan kebutuhan hunian yang layak, aman, nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari. 2. Menyediakan hunian yang menjawab persoalan-persoalan penggunaan energi yang tidak terbarukan di dalam bangunan dan cara penghematannya dalam bangunan serta pemanfaatan energi yang terbarukan sebagai sumber energi bagi bangunan.
I. 4.
Lingkup Pembahasan Penekanan pembahasan pada karya tulis ini mencakup mengenai penerapan dan pendekatan arsitektur berkelanjutan-efisiensi energi pada bangunan. Inti dari perencanaan dan perancangan bangunan hemat energi ini yaitu untuk memecahkan permasalahan penggunaan energi yang ada pada bangunan terutama di aspek pencahayaan dan pengudaraaan. Untuk aspek bangunan dibatasi pada kebutuhan ruang untuk pelaku kegiatan kostel, organisasi ruang, struktur bangunan, utilitas bangunan, pola sirkulasi dalam bangunan, bentuk kulit bangunan dan pemilihan material yang akan digunakan, pencapaian menuju tapak dan orientasi massa bangunan.
6
I. 5.
Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang dikembangkan oleh penulis adalah sebagai berikut : •
BAB I
: Pendahuluan yang berisikan latar belakang kostel, latar belakang pemilihan tema dan topik efisiensi energi, maksud dan tujuan dari kostel, lingkup pembahasan dan yang terakhir adalah kerangka berpikir.
•
BAB II
: Berisikan tentang pengertian dan pendekatan kostel yaitu dari tinjauan umum terhadap kost, hotel bintang 3 dan kostel, tinjauan khusus terhadap efisiensi energi dalam bangunan, tinjauan khusus terhadap lokasi di daerah rawa belong – batu sari, Jakarta Barat dan studi banding terhadap kostel dan hotel bintang 3 di Jakarta dan Bandung.
•
BAB III
: Mengkaji mengenai permasalahan arsitektural yang muncul pada perancangan dilihat dari segi aspek manusia, bangunan dan lingkungan.
•
BAB IV
: Berisikan mengenai analisis dari permasalahan pada perancangan dan penerapan teori arsitektural berdasarkan aspek lingkungan, manusia, dan bangunan.
•
BAB V
: Bab ini berisikan mengenai konsep-konsep perancangan yang dihasilkan dari analisa-analisa dan permasalahan arsitektural sehingga muncul konsep yang akan menentukan dari perencanaan dan perancangan sebuah kostel.
7
1.6 Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG : -
-
Terbatasnya lahan sehingga bangunan menjadi vertikal. Kebutuhan akan hunian sementara tanpa harus memiliki dan Keinginan untuk mendapatkan kenyamanan lebih dari suatu koskosan yang sudah ada pada umumnya. Sumber energi yang menipis. Penggunaan energi tidak terbarukan yang tidak efisien pada bangunan.
MAKSUD DAN TUJUAN : Menyediakan hunian sewa yang sesuai dengan kebutuhan dari penghuninya dan menjawab persoalan - persoalan dari rancangan bangunan hemat energi.
JUDUL PROYEK Kostel
PERANCANGAN KOSTEL DATA : - Survey Literatur - Survey Lapangan - Batasan Perancangan - Peraturan daerah - Tinjauan umum SKEMATIK DESAIN ( gambaran garis besar desain kostel yang hemat energi) LANDASAN TEORI
KONSEP PERANCANGAN
PERMASALAHAN: - Aspek Manusia. Bangunan dapat mewadahi seluruh kegiatan & aktifitas penghuninya. - Aspek Lingkungan. Pengaturan sirkulasi di dalam dan di sekitar tapak. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan - Aspek Bangunan. Tuntutan untuk menciptakan bangunan yang sesuai prinsipprinsip hemat energi
ANALISA PERMASALAHAN: - Aspek Manusia : analisa terhadap kebutuhan ruang untuk kegiatan dan aktifitas penghuni. - Aspek Lingkungan : analisa kondisi tapak dan potensi sekitar tapak, lingkungan sebagai faktor pendukung - Aspek Bangunan : analisa pemilihan sistem operasional, material bangunan, struktur dan utilitas bangunan
8