1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keanekaragaman jenis serangga yang berasosiasi pada setiap fase tanaman perlu dikelola dengan baik. Gangguan serangga dapat menyebabkan kerusakan dan berpotensi sebagai hama tanaman. Selain itu serangga juga dapat berpotensi sebagai vektor penyakit (Gunawan, 1996). Secara antroposentris serangga dapat dikatagorikan merugikan dan menguntungkan. Serangga yang berpotensi merugikan pada umumnya kelompok serangga
herbivor
yang
merusak
tanaman
sedangkan
serangga
yang
menguntungkan adalah kelompok serangga predator, parasitoid, detritivor dan polinator. Kelompok serangga omnivor dapat merugikan dan menguntungkan baik secara langsung maupun tidak langsung (Price et al., 2011). Keanekaragaman jenis dan populasi serangga di ekosistem pertanian perlu dikelola dengan baik karena terdapat serangga yang berperan sebagia keystone, yaitu serangga pengendali keberadaan serangga lainnya, serta terdapat serangga yang berperan sebagai dominant species yaitu serangga yang mendominasi keberadaan spesies serangga lainnya. Keystone dan dominant species yang terdapat pada rantai makanan membentuk mekanisme regulasi bottom-up dan topdown yaitu terdapat serangga yang menjadi pemicu berkembangnya populasi serangga yang ada pada tinggkatan trofik di atasnya, serta terdapat serangga yang menjadi penekan keberadaan populasi serangga yang berada pada tingkatan trofik di bawahnya. Mekanisme bottom-up dan top-down menyebabkan terjadinya
1
2
fluktuasi populasi dan perbedaan keanekaragaman jenis di komunitas tanaman stroberi dari waktu ke waktu, selain itu turut menjaga stabilitas komunitas (Krebs, 2009; Price et al., 2011). Tanaman stroberi (Fragaria ananassa D.) merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat rentan terhadap gangguan serangga, sementara buahnya memiliki nilai ekonomi tinggi, serta mengandung berbagai khasiat antioksidan. Produksi stroberi di Indonesia tergolong skala kecil dibandingkan dengan di luar Negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Meksiko, hal ini terjadi karena kurang
pengetahuan
tentang
budidaya
stroberi
khususnya
mengenai
keanekararagaman jenis serangga yang berasosiasi serta potensi pemanfaatan serangga sebagai agensia pengendali hama dan penyakit (Kurnia, 2005; Fernandes et al.,2012; Budiman et al., 2013) Pemilihan
teknik
pengelolaan
lahan
akan
berpengaruh
terhadap
keberhasilan produksi yang berkelanjutan. Perbedaan pengelolaan lahan dapat menimbulkan perbedaan keanekaragaman jenis serangga. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang menopang kesehatan tanah, ekosistem, dan masyarakat, sedangkan pertanian kovensional adalah kebalikannya (IFOAM, 2008) . Menurut Letourneau dan Bothwell (2008), keanekaragaman jenis serangga yang dikonservasi di lahan organik dapat bermanfaat untuk meningkatkan proses biologi dan dapat mengatasi kerugian seperti terjadi di lahan konvensional karena pengaplikasian insektisida dan bahan kimia penyubur tanaman. Kegiatan pertanian konvensional dapat mengurangi bahkan menghilangkan biodiversitas di seluruh dunia (Stoate et al., 2001; Butler et al., 2007). McHugh (2013),
3
menyatakan bahwa dunia menghadapi kemungkinan punahnya suatu serangga yang mendasari produksi sepertiga dari produksi semua makanan. Beberapa daerah di Amerika dan China telah dilaporkan mengenai hilangnya populasi lebah madu karena pengaplikasian insektisida pada tanaman panenan sehingga petani harus membayar para pekerja untuk melakukan penyerbukan dengan tangan. Meta-analisis yaitu pengumpulan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bengston et al. (2005) terhadap perbandingan biodiversitas di lahan organik yang tidak menggunakan bahan kimia sintetis dengan lahan konvensional yang lazim menggunakan bahan kimia sintetis pada 42 hasil studi menunjukkan bahwa 30% kekayaan jenis lebih tinggi pada lahan yang tidak menggunakan bahan kimia sintetis. Dampak positif diukur pada tumbuhan, anggota Filum Arthropoda termasuk serangga predator, dan burung. Hole et al., (2005) mengkaji 76 studi yang membandingkan kelompok taksonomi pada pertanian organik dan konvensional. Hasil menyimpulkan bahwa 66 kasus menunjukkan adanya efek positif pertanian organik terhadap kemelimpahan berbagai spesies termasuk serangga, 25 netral, dan 8 kasus menunjukkan efek negatif. Kopeng adalah salah satu pusat produksi sroberi untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Daerah ini cocok untuk pengembangan produksi stroberi karena memiliki iklim yang mendukung pembudidayaan. Pusat produksi stroberi Kopeng secara administratif terletak di Dusun Kopeng Krajan, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Secara geografis berada di lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Danong di ketinggian 1450m di atas permukaan laut (Anonim, 2013). Penelitian
4
mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan jenis serangga yang akan dilakukan di Kopeng diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai konsep keanekaragaman jenis serangga di ekosistem dan konservasinya serta dapat diketahui peran kelompok serangga yang berasosiasi pada tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi stroberi di Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas dan mampu bersaing di tingkat pasar dunia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keanekaragaman jenis serangga di lahan pertanian stroberi organik dan konvensional di Kopeng? 2. Bagaimana dominansi jenis serangga di lahan pertanian stroberi organik dan konvensional di Kopeng? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keanekaragaman jenis serangga di lahan pertanian stroberi organik dan konvensional di Kopeng. 2. Mengetahui jenis serangga yang mendominasi lahan pertanian stroberi organik dan konvensional di Kopeng. D. Manfaat Penelitian 1. Data keanekarangan jenis serangga yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan penelitian di bidang ekologi serangga. 2. Serangga yang didentifikasi dan dipelajari perannya di lahan pertanian stroberi organik dan konvensional di Kopeng dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan hama pada tanaman stroberi baik di Kopeng maupun di tempat lain, serta dapat dijadikan model untuk tanaman budidaya lainnya.
5
3. Sebagai acuan model penelitian di bidang ekologi serangga. 4. Sebagai acuan model pengembangan pembelajaran di kelas. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan di Kopeng dengan area dan waktu penelitian yang telah ditentukan. 2. Serangga yang diambil adalah serangga dalam kelompok bersayap atau pterygota.