BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kepemimpinan telah memasuki seluruh tingkatan dalam lingkungan
masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Namun untuk mengerti akan arti kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan itu sendiri, tergantung latar belakang tingkat pendidikannya. Dalam
lingkungan
masyarakat
pendidikan,
kepemimpinan
dan
penerapannya telah terlihat pada aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat universitas, telah mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan dalam prosesnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa semua tingkat pendidikan merasa antusias dan optimis akan tiba suatu masa, bahwa seseorang akan sampai pada jenjang tertinggi, yaitu menjadi pemimpin lewat segala aspek dan bidang kehidupan yang dipilihnya sebagai dunia profesionalnya. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dunia kepemimpinan yang ada di Indonesia, dapat dilihat dengan jelas oleh para pemimpin bangsa ini. “Globalisasi telah membuat para pemimpin nasional kita ketakutan dan tidak mampu mengendalikan reaksi berlebihan berlebihan itu mantan
adalah
fundamentalisme
presiden KH. Abdurrahman
yang dan
Wahid.
terjadi di
bawah. Reaksi
nasionalisme
sempit”, kata
Mantan
presiden
ini
juga
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi membuat para pemimpin nasional tidak berani bersikap, terutama dalam menegakkan hukum. (sumber: www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman_wahib/index.sthml)
Hal yang senada ditunjukkan melalui pernyataan salah satu tokoh Indonesia, wakil Presiden - Jusuf Kala, yang merupakan orang nomor dua di bangsa ini kepada Kompas, 8 Juni 2006 bahwa Indonesia memerlukan pemimpinpemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang kuat di tengah-tengah perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan masyarakat selama delapan tahun reformasi. (sumber: www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/j/jusuf_kalla/index.sthml). Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan keadaan yang menjadi permasalahan sesungguhnya di bangsa ini
yaitu sedang terjadi krisis
kepemimpinan. Generasi muda sudah seharusnya siap menggantikan para pemimpin dari generasi angkatan sebelumnya. Namun praktek kepemimpinan sering terbentur pada ketidakpercayaan antara generasi yang ada di tingkat atas pada orang-orang yang lebih muda darinya. Kenyataan ini tersampaikan dengan baik oleh sebuah iklan produk rokok yang terkenal dengan slogannya, dengan mengeluarkan slogan terbaru yaitu, “Yang lebih muda, yang gak dipercaya”, melalui berbagai media iklan yang ada. Sebuah iklan yang dapat membuat para aktivis organisasi mana pun, dan orang-orang lain yang telah mengalaminya akan mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai ekspresi bahwa dia pernah melihat perlakuan seperti itu atau pun pernah melakukannya pada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Jalinan hubungan antar generasi seharusnya tetap terjalin dengan baik. Generasi yang lebih tua tidak perlu merasa tidak puas atau pun tidak percaya pada generasi yang lebih muda dan tetap konsisten dalam memberikan bimbingan pada yang lebih muda. Generasi yang lebih muda juga harus mempunyai sikap dan kemauan untuk terus belajar dan mau diajar untuk mempersiapkan kompetensi diri. Generasi yang lebih tua seharusnya lebih membebaskan yang muda untuk berekspresi, sedangkan yang lebih muda seharusnya mau belajar dari pengalaman orang yang lebih tua dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka lakukan. Situasi yang harmonis dan seimbang seperti ini, akan sangat membantu organisasi untuk bergerak lebih dinamis dan mengembangkan diri menuju pencapaian visi organisasi. Pengenalan,
pengertian,
penerapan
kepemimpinan
dalam
hidup
berorganisasi dan bermasyarakat hingga menjadi suatu tahapan-tahapan yang teratur, terstruktur dan kronologis, seharusnya selalu menjadi perhatian lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia. Karena pemimpin yang cakap, handal dan dapat dipercaya merupakan kebutuhan bangsa untuk dijadikan orangorang pemegang kekuasaan, pengambil keputusan dan berpengaruh di bangsa ini. Universitas sebagai tingkatan
jenjang
pendidikan
yang
tertinggi,
semestinya lebih antusias dan peka terhadap topik ini. Karena setelah menyelesaikan tahapan sebagai mahasiswa, selanjutnya golongan SDM produktif ini akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan tempat-tempat strategis dalam kemasyarakatan, menggantikan dan melanjutkan perjuangan para
Universitas Sumatera Utara
orang tua dan senior-senior yang lebih dahulu mendapat kesempatan untuk masuk pada tingkat kepemimpinan kota dan bangsa. Universitas dan mahasiswa sebagai calon pemimpin, menjadi acuan peneliti dalam mengajukan judul skripsi ini. Universitas adalah gudangnya pemuda dan pada jenjang inilah para calon pemimpin seharusnya mulai menghidupi pengertian kata kepemimpinan sekaligus mempersiapkan diri untuk siap berkarya nyata. Pada organisasi kemahasiswaan, secara langsung prinsipprinsip kepemimpinan dilakukan dengan mencantumkannya pada program yang terstruktur dan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan tambahan di luar program organisasi. Organisasi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif yang disebut IMPERATIF dipilih sebagai obyek yang diteliti. Alasan pemilihan IMPERATIF sebagai obyek penelitian, karena organisasi yang telah berdiri di Universitas Sumatera Utara (USU) sejak 12 Februari 1999 ini, menyatakan dirinya sebagai pencetak pemimpin (seperti yang tercantum pada namanya). Keadaan yang kurang menunjukkan perkembangan organisasi yang telah berusia delapan tahun ini, membuat peneliti semakin tertarik melakukan pengamatan, tepatnya mulai satu tahun terakhir ini. Anggota organisasi yang keseluruhannya merupakan mahasiswa USU dari berbagai fakultas dan jurusan, membuat peneliti semakin antusias dalam meneliti masalah ini, mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah melewati seleksi prestasi akademik sebelum mendapatkan pendidikan lanjutan di universitas negeri, sehingga data yang akan didapatkan dari penelitian akan menjadi lebih obyektif dan rasional.
Universitas Sumatera Utara
Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap kegiatan/
pertemuan
organisasi
dan
menghubungkannya
dengan
usaha
mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti ingin meneliti secara ilmiah (sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan) akan permasalahan ini.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif.”
1.3
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah: 1.
Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan.
2.
Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar dalam data kesekretariatan IMPERATIF.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui
hubungan
antara
komunikasi organisasi dengan
sosialisasi nilai-nilai organisasi. 2.
Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi organisasi dalam berorganisasi.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis a.
Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di lingkungan
FISIP
USU,
khususnya
Departemen
Ilmu
Komunikasi. b.
Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi organisasi.
2.
Secara teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi di dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
3.
Secara praktis a.
Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya visi organisasi.
b.
Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya.
1.6
Rancangan Teori Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat
banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi. Dalam
ilmu
komunikasi
terdapat
teori-teori
yang
dapat
mendukung
berlangsungnya komunikasi organisasi. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi Kelompok, teori sosialisasi dan teori sikap, juga teori nilai.
Universitas Sumatera Utara
1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun kemasyarakatan. Menurut Alo Liliweri (2004:64), ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan fungsi komunikasi organisasi,
Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu : a.
Sebagai tindakan koordinasi. Komunikasi
dalam
organisasi
bertujuan
untuk
mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang yang
terbagi
dalam
tugas
dan
fungsi
masing-masing
yang
melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain (tanpa
Universitas Sumatera Utara
sinkronisasi organisasi
dan tanpa
harmonisasi). komunikasi
Organisasi sama
tanpa
dengan
koordinator,
organisasi
yang
menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama. b.
Membagi informasi. Salah
satu
tujuan
komunikasi
yang
penting
adalah
menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai hasil dan pengambilan keputusan. c.
Menampilkan perasaan dan emosi. Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan
kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin. Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran
dan kecemasan
yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat mengungkapkan kepercayaan mereka tentang apa yang dikerjakannya.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi, a.
Fungsi Umum -
To Tell. Komunikasi berfungsi untuk
“menceritakan”
informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan. -
To Sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan.
-
To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar: tentang atau dari organisasi lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh orang lain tentang organisasi.
-
To Decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
b.
Fungsi Khusus -
Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam issuissu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah “komando”.
-
Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antar sesama bagi peningkatan produk organisasi.
-
Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang “ambigu dan tidak pasti”.
Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya (semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur). Sehingga dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok.
Teori Komunikasi Antar Pribadi (KAP) Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan
komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya. Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka organisasi merupakan “konteks” tempat terjalinnya komunikasi antar manusia. Dalam konteks tersebutlah para anggota dan pimpinan organisasi melaksanakan komunikasi antar pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah pertukaran informasi yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi dyad – yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya, dapat diketahui dengan segera. Menurut Alo Liliweri (2004) yang menjadi fungsi KAP, yaitu : a.
Menumbuhkan informasi Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif (teori penetrasi sosial). Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung – mendekati dia secara langsung. Self – Disclosure acap kali digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
b.
Membangun satu konteks pemahaman. Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam satu konteks tertentu.
c.
Membentuk identitas. Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain, menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.
d.
Memenuhi kebutuhan antar pribadi William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation), telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni : •
Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain.
•
Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain.
•
Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.
Komunikasi Antar Pribadi akan berhasil, jika pengenalan akan diri telah berlangsung terlebih dahulu. Teori yang dapat dipelajari untuk
Universitas Sumatera Utara
dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self Disclosure.
Teori Self Disclosure Self Disclosure (SD) dilihat sebagai strategi yang bermanfaat
untuk membagi (sharing) informasi dengan orang lain. Dengan membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain dan relasi antar pribadi makin diperkuat. SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita bahkan tentang dirinya sendiri. Daya guna SD dapat dilihat dalam model (bagan) Jendela Johari (Johary Windows) berikut. Dengan bagan ini, dapat ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak informasi dari orang lain mengenai diri anda.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1.1 Jendela Johari Diketahui oleh diri anda
Tidak
diketahui
oleh
diri anda Bidang Terbuka Diketahui
Bidang Buta
oleh Diketahui oleh diri anda dan Tidak
orang lain
diketahui pula oleh orang lain
diri
diketahui anda,
diketahui
oleh
oleh namun orang
lain Tidak diketahui Bidang Tersembunyi oleh orang lain
Bidang Gelap
Terbuka bagi diri anda, namun Tidak tersembunyi bagi orang lain
diketahui
oleh
diri anda maupun orang lain
Keterangan : •
Bidang Terbuka, merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi. Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 (dua) orang yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan, tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis.
•
Bidang Buta. Pada bidang buta, diri sendiri tidak mengetahui informasi yang relevan secara lengkap tetapi orang lain mengetahuinya.
Universitas Sumatera Utara
•
Bidang Tersembunyi, berisi informasi yang menurut anda harus disembunyikan karena bersifat
pribadi. Misalnya, keinginan dan
kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda. •
Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan tugas mereka.
Teori Komunikasi Kelompok Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America
mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better then one. Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok
kecil
dan
bukan
deskripsi
mengenai
bagaimana
seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Joseph de vito). Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi penelitian dan
Universitas Sumatera Utara
terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda, membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini.
Dinamika Kelompok Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari
dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face. Santosa (1999) mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut : a.
Kohesi/ persatuan Dalam persoalan komunikasi ini akan dilihat tingkah laku
anggota dalam kelompok. Seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
b.
Motif/ dorongan Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap
kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya. c.
Struktur Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk
hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya. d.
Pimpinan Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan
kelompok,
dimana
kepemimpinan,
tugas
hal
ini
terlihat
pimpinan,
pada
sistem
bentuk-bentuk
kepemimpinan,
dan
sebagainya. e.
Perkembangan Kelompok Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan
kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan lain sebagainya.
1.6.2 Teori Sosialisasi Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(1990:855),
sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan kelompok lainnya. Keseluruhan budaya (kebiasaan) yang dipunyai manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi (socialization). Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” – artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978 : 116). Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran.
Universitas Sumatera Utara
Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan/ kebudayaan yang baru diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang ditunjukkan, antara lain : a.
Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan kepercayaan,
perubahan
pendapat
ataupun
penambahan
pengetahuan. b.
Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan kesukaan akan suatu nilai.
c.
Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai kecenderungan perilaku/ tindakan terhadap suatu nilai.
d.
Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain.
1.6.3 Teori Nilai Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:615), nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa “suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih disukai secara pribadi atau sosial daripada suatu modus perilaku atau
Universitas Sumatera Utara
keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan. Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita. Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan tidak seharusnya. Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada tiaptiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik kelompok
tersebut
mempunyai
nilai
tinggi
atau
kelompok
mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi.
1.7
Kerangka Konseptual Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual, yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah, yang diterapkan untuk membantu anda mengenali dan menyusunnya.
Universitas Sumatera Utara
Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok kecil. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu: 1.
Variabel Bebas atau Independent Variabel (X), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau penyebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi Organisasi.
2.
Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi IMPERATIF.
3.
Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z), yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial Responden.
Universitas Sumatera Utara
1.7.1 Kerangka Teoritis Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis Variabel Bebas (X) Kegiatan Komunikasi Organisasi
Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1.7.2 Operasionalisasi Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi. Tabel 1.1
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis 1.
Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
a.
Bentuk kegiatan organisasi
Komunikasi Organisasi
b.
Frekuensi kegiatan organisasi
c.
Topik/ isi pesan dalam kegiatan
d.
Media dalam organisasi
e.
Komunikator
Universitas Sumatera Utara
2.
Variabel Terikat (Y)
a.
Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi
Memahami nilai-nilai organisasi (sikap kognitif)
b.
Menerima nilai-nilai organisasi (sikap afektif)
c.
Melakukan nilai-nilai organisasi (sikap behavioral)
d.
Meneruskan nilai-nilai organisasi (regeneratif)
3.
Variabel Antara (Z)
a.
Usia
b.
Jenis kelamin
c.
Lama menjadi anggota
1.7.3 Defenisi Operasional Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut : 1.
Variabel Bebas (X) a.
Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi.
Dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, variabel operasional yang digunakan adalah kegiatan organisasi IMPERATIF. b.
Frekuensi
kegiatan
organisasi
adalah
kuantitas
pelaksanaan kegiatan/ pertemuan rutin yang dilakukan di organisasi. c.
Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan/ pertemuan yang dilaksanakan.
d.
Topik/ isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam pertemuan.
e.
Media dalam organisasi adalah media/ alat yang digunakan organisasi.
f.
Komunikator/ pembicara adalah orang yang dipercayakan menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan/ pertemuan.
2.
Variabel Terikat (Y) a.
Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai organisasi.
b.
Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
Universitas Sumatera Utara
c.
Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai.
d.
Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu nilai.
e.
Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih muda.
3.
Variabel Antara (Z) a.
Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang digunakan dalam mendapatkan data penelitian.
b.
Usia adalah umur responden.
c.
Jenis kelamin responden, pria atau wanita.
d.
Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati responden menjadi anggota organisasi.
1.8
Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan kenyataan (fakta) suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran, jika telah diadakan penelitian ilmiah terhadap dugaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Statistik (Sugiyono, 2005:58), yaitu : H0 : ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF. Ha : ρ ≠ 0, jika tidak sama dengan nol (lebih besar atau kurang dari nol), maka
terdapat
hubungan
antara
teknik
atau
peranan
komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF. Dimana ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
1.9
Metodologi Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode korelasional yaitu suatu model penelitian yang mencoba untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode ini memang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian tertentu, karena penelitian ini tertarik meneliti perilaku kelompok khusus, seperti judul yang peneliti ajukan.
Universitas Sumatera Utara