BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul Judul adalah bagian yang penting dalam sebuah karya tulis atau penelitian. Karena dari melihat judul, suatu karya tulis atau penelitian akan lebih mudah diketahui bagaimana isi atau membicarakan tentang apa suatu karya tulis atau penelitian tersebut. Penelitian ini mengambil judul: Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani Ternak (Studi di Kelompok Tani Anjani, Desa Tlogoguwo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo). Dalam membuat sebuah judul penelitian harus dipikirkan dengan matang. Ada dua alasan yang mendasari penentuan judul penelitian. Yang pertama adalah alasan yang bersifat praktis sedangkan yang kedua adalah alasan yang bersifat teoritis. Alasan yang bersifat praktis dalam menentukan sebuah judul penelitian biasanya berhubungan dengan hambatan dan kemudahan yang mungkin muncul ketika melakukan sebuah penelitian yang akan mempengaruhi selesainya suatu penelitian. Misalnya faktor keuangan, waktu, alat dan tenaga yang biasa disingkat dengan faktor KUWAT. Keempat faktor tersebut yaitu faktor keuangan, waktu, alat dan tenaga menurut penulis masih bisa dijangkau. Lokasi penelitian yang mengambil tempat di Desa Tlogoguwo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo masih satu kabupaten dengan peneliti sehingga biaya, waktu, alat dan tenaga yang diperlukan masih bisa dijangkau dan tidak menghambat penulis dalam melakukan penelitian.
1
Sedangkan alasan yang bersifat teoritis adalah sebuah fokus penelitian yang memenuhi syarat-syarat seperti 1. Aktualitas Yaitu fenomena atau masalah yang akan diteliti tersebut masih aktual atau terkini. Kesejahteraan selalu
menjadi cita-cita berdirinya
sebuah Negara. Untuk mewujudkannya maka Negara merancang berbagai program yang tersusun dalam pembangunan nasional. Dewasa ini program-program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dilakukan dengan menggunakan mekanisme pendekatan kelompok seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan sebagainya. Demikian pula di dalam bidang pertanian, telah banyak kelompok tani dan kelompok ternak berdiri. Program-program yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kelompok tersebut baik kelompok yang didirikan untuk menyambut program-program pemerintah seperti PNPM maupun kelompok-kelompok yang didirikan atas inisiatif bersama, murni untuk bergerak dalam kelompok seperti kelompok tani dan kelompok ternak tentu banyak yang menuai keberhasilan maupun kegagalan. Oleh karena itu penelitian mengenai kelompok ternak bisa dikatakan masih aktual dengan keadaan saat ini. 2. Orisinalitas Sebuah penelitian dikatakan orisinal atau asli apabila masalah yang akan diteliti belum pernah dilakukan sebelumnya, atau jika pernah dilakukan penelitian sebelumnya maka harus dinyatakan secara tegas
2
perbedaannya. Hal ini untuk menghindari adanya praktek-praktek plagiasi di dalam dunia penelitian. Sepengetahuan penulis, sudah banyak dilakukan penelitian mengenai kelompok ternak, namun masing-masing penelitian yang sudah ada memiliki fokus penelitian yang berbeda. Seperti yang dilakukan oleh Siwi Gayatri dkk, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro tahun 2010 dengan judul penelitian “Analisis Mekanisme Pemberdayaan Kelompok Tani Ternak. Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang”. Penelitian ini mengangkat fokus permasalahan tentang mekanisme pemberdayaan masyarakat dan pengaruhnya terhadap performa organisasi di kelompok tani ternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Selain itu penelitian yang lain tentang kelompok ternak adalah skripsi dari Daniel Deny Prasetya, Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol UGM tahun 2009 yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Kelompok Peternak Tegal Makmur di Pinginggiran Kota Yogyakarta”. Penelitian milik Daniel ini meneliti tentang strategi pengembangan
usaha
kelompok
peternak
Tegal
Makmur
dalam
menghadapi era globalisasi perdagangan. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, belum ada yang membahas secara mendalam tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh kelompok tani ternak terhadap peningkatan kesejahteraan anggotanya sehingga kelompok tani ternak tersebut dapat bertahan sampai saat ini. Sehingga yang membedakan dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada aspek kesejahteraan anggota kelompok tani ternak sebagai dampak
3
atas keberadaan kelompok tani ternak tersebut. Aspek inilah yang kemudian menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. 3. Memiliki hubungan dengan bidang ilmu yang dipelajari. Disiplin ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan adalah salah satu cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang pola interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain, baik sebagai individu maupun kelompok dalam proses pembangunan masyarakat. Fokus utama kajiannya adalah pembangunan masyarakat, yakni tindakan-tindakan manusia untuk menciptakan keseimbangan hubungan antara kebutuhan (needs) dengan sumberdaya (resources) guna mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial warga masyarakat. Membentuk kelompok tani ternak merupakan salah satu upaya masyarakat untuk menjadi lebih berdaya, dimana hal tersebut relevan dengan salah satu konsentrasi di dalam disiplin ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan yaitu konsentrasi pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kelompok tani ternak disini berperan sebagai wadah kelembagaan untuk memanfaatkan sumber daya (resources) untuk memenuhi kebutuhan (needs) anggotanya. B. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Sudah hukum alam bahwa manusia akan hidup berkelompok dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejarah telah mencatat bahwa manusia akan hidup berkelompok yang dalam kehidupan yang paling mendasar disebut sebagai masyarakat. Masyarakat terbentuk baik berdasarkan persamaan tempat atau
4
wilayah geografis yang sama misalnya sebuah rukun tetangga (RT), perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan, maupun masyarakat yang terbentuk karena kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identitas kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuha khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental (Miftachul Huda, 2009: 256, 257). Demikian juga dalam hal kehidupan yang lainnya manusia juga membentuk kelompok seperti asosiasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), ikatan persaudaraan yang bersifat kedaerahan misalnya Pakurogo (Paguyuban Keluarga Besar Kulon Progo), keyakinan misalnya dalam agama Islam ada kelompok yang ingin melestarikan tradisi seperti misalnya NU, atau kelompok yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara murni misalnya Muhammadiyah, dalam urusan hobi misalnya, orangorang yang menggemari motor yang telah berumur tua atau biasa disebut motor lawas atau antik berkumpul dalam wadah MACI (Motor Antik Club Indonesia) dan lain sebagainya. Kelompok masyarakat dalam cakupan yang lebih luas dan sangat kompleks adalah Negara. Negara sendiri dibentuk berdasarkan atas kesepakatan bersama karena antara entitas-entitas di dalam Negara tersebut. Dalam ini tentu setiap Negara mempunyai tujuan luhur bagi masyarakat yang menjadi warga Negara tersebut yang biasa disebut dengan tujuan nasional
5
yang berbeda antara Negara satu dengan Negara yang lain. Demikian juga dengan Negara
Indonesia. Sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 tujuan nasional Indonesia adalah pertama, membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Kedua, memajukan kesejahteraan umum. Ketiga, mencerdaskan kehidupan bangsa. Keempat, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. Di dalam implementasinya, usaha untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut dilakukan dengan melakukan pembangunan nasional. Berbagai macam program pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah baik pada masa Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi hingga saat ini mengacu pada tujuan nasional Negara Republik Indonesia. Pada masa Orde Lama, Negara Indonesia baru saja merdeka dan meskipun harus menghadapi situasi politik yang tidak menentu diakibatkan oleh masih adanya campur tangan pihak asing yang ingin merongrong kemerdekaan Indonesia maupun karena adanya konflik kepentingan
antar elite-elite di dalam Indonesia
sendiri, pemerintah telah berhasil membuat kebijakan sebagai dasar dari perencanaan pembangunan nasional yaitu dengan ditetapkannya tiga ketetapan MPRS yaituTAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional
Semesta
Berencana
1961-1969,
dan
Ketetapan
MPRS
6
No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan. Dalam kurun waktu 20 tahun selama Orde Lama berkuasa telah dilakukan berbagai macam program pembangunan nasional Namun karena pada masa tersebut kondisi politik nasional sangat tidak stabil mengakibatkan usaha-usaha untuk kesejahteraan rakyat tidak begitu mendapatkan porsi perhatian dari pemerintah Orde Lama. Arah pembangunan nasional yang lebih terarah baru dimulai pada masa pemerintahan Orde Baru. Pembangunan nasional pun mulai berjalan yaitu dengan dicanangkannya rencana pembangunan lima tahun atau Repelita mulai
Repelita
I
hingga
Repelita
VII.
Pemerintahan
Orde
Baru
mengedepankan pada aspek stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi. Pada mulanya memang pembangunan di bidang pertanian mendapatkan perhatian yang lebih dengan program revolusi hijau namun setelah Indonesia berhasil mendapatkan swasembada beras pada tahun 1984 arah kebijakan pembangunan bergeser pada industrialisasi. Setelah Orde Baru runtuh karena krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan ketidakpercayaan rakyat dan kondisi chaos di berbagai daerah di penjuru Indonesia, dimulailah era Reformasi. Era Reformasi dimulai dengan menyisakan berbagai macam permasalahan warisan dari Orde Baru. Mulai dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang mengurat akar sampai pada disintegrasi bangsa dengan lepasnya Timor- Timur dari Indonesia sesuai dengan hasil jajak pendapat atau referendum yang diselenggarakan untuk mengakomodasi tuntutan rakyat Timor-Timur.
Chaniago
(2001)
dalam
Hermawati
dkk
(2004:
2)
7
menyimpulkan bahwa Indonesia telah gagal melaksanakan pembangunan, sebab pembangunan yang dilaksanakan justru melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan di berbagai bidang, menghancurkan modal sosial yang semula menjadi tiang penyangga ketahanan dan keutuhan bangsa Indonesia, kekacauan tata ruang, merosotnya etika sosial dan moral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan sebagainya. Chaniago menuding bahwa pihak yang paling bertanggung jawab atas kegagalan pembangunan di Indonesia adalah pemerintah Orde Baru. Hal ini karena pemerintah telah menerapkan model pembangunan dengan mengabaikan aspek manusiawi dan bidang lain di luar ekonomi, sehingga menimbulkan banyak distorsi di berbagai bidang; menerapkan sistem sentralistik dan strategi top down, sehingga
menumpulkan
komunitas
dan
kreativitas
daerah
untuk
mengembangkan kapasitasnya sesuai potensi yang dimiliki, menjadikan masyarakt tergantung (dependensif) dan tidak berdaya (powerless), serta kehilangan sikap kritis dan kreativitasnya dalam mengembangkan asepek lokalitasnya. Atau dengan kata lain, divestasi pembangunan yang bersinergi dengan praktik negatif pembangunan (mengalihfungsikan institusi militer untuk mempertahankan system politik yang sentralistik, otoriter dan tertutup) telah menghasilkan banyak ketimpangan dan penyelewengan yang pada hakikatnya bertolak belakang dengan tujuan pembangunan sendiri yang semestinya mensejahterakan rakyat banyak. Sementara itu pembangunan nasional pada era reformasi ditandai dengan disahkannya UU Nomor 22/1999
8
dan UU Nomor 25/1999 yang telah diganti dengan UU Nomor 32/2004 dan UU Nomor 33/2004 tentang otonomi daerah. Salah satu bidang yang selalu menjadi perhatian pemerintah setiap periode adalah bidang pertanian. Terlepas dari segala kekurangan yang telah dilakukan oleh pemerintah pada periode-periode pemerintahan yang lalu hingga saat ini, bidang pertanian merupakan bagian penting bagi bangsa Indonesia sehingga apabila mengacu pada tujuan nasional Negara pada nomor dua yaitu
memajukan kesejahteraan umum, pembangunan di bidang
pertanian untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat merupakan suatu keharusan. Negara Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang melimpah. Tanah yang subur yang dapat ditanami beragam tumbuhan sehingga tidak salah apabila grup bang Koes Plus mengatakan tongkat kayu dan batu jadi tanaman kemudian sumber daya alam di dalam perut bumi yang melimpah, demikian pula dengan potensi kelautan yang luar biasa disamping potensi sumber daya manusia yang besar. Maka dari itu Indonesia harus mampu berdaulat untuk mencukupi kebutuhan kebutuhan hidup masyarakatnya dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia seoptimal mungkin. Selaras dengan hal tersebut masyarakat juga menjadi semakin berdaya dalam usaha-usaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya dengan memanfaatnkan sumber-sumber yang ada di sekitar mereka. Pembangunan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah seyogyanya harus membuat petani lebih sejahtera dan produksi pertanian yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga menekan pemenuhan
9
kebutuhan bahan pokok melalui jalur impor dari luar negeri dan juga hasilhasil produk dari dalam negeri juga mampu bersaing ketika dijual di luar negeri dalam rangka bersaing dalam kerangka perdagangan bebas. Namun yang terjadi adalah bahwa pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya mampu mensejahterakan rakyat. Ketika terjadi krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan jatuhnya Orde Baru, kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di berbagai daerah di tanah air mengindikasikan terjadinya ketimpangan atas pembagian kue kesejahteraan. Walaupun jumlah kelas menengah di Indonesia pada saat ini mengalami kenaikan namun masih berkejar – kejaran dengan jumlah rakyat kelas bawah. Perlu disadari bahwa membicarakan pertanian tentu tidak hanya membicarakan padi saja karena itu terlalu sempit. Masih ada sub bidang pertanian yang lain yaitu
peternakan, perkebunan, hortikultura dan
perikanan. Dalam dunia peternakan, dibagi menjadi dua yaitu kegiatan ternak hewan besar dan kegiatan ternak hewan kecil Kelompok hewan besar meliputi peternakan sapi, kerbau, kuda, kambing, domba. Sedangkan kelompok ternak hewan kecil meliputi aneka unggas seperti ayam, bebek, itik, angsa, burung puyuh dan lain-lain (Sayuti, 2006). Sapi merupakan salah satu ternak yang utama di dalam dunia peternakan dikarenakan kedudukannya dalam pola konsumsi masyarakat mendapatkan posisi yang tinggi. Yang pertama adalah daging sapi. Hal tersebut dapat kita lihat pada tingginya tingkat permintaan daging sapi ketika hari- hari besar keagamaan. Karena keterbatasan produksi daging sapi
10
nasinonal, pemerintah akhirnya membuka kran importasi daging sapi dari luar negeri. Yang kedua, sapi juga diambil susunya, yaitu untuk jenis sapi jenis sapi perah. Produksi susu sapi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan perusahaan-perusahaan susu nasional sehingga sebagian besar pemenuhan produksi perusahaan-perusahaan susu dipenuhi melalui impor susu segar dari luar negeri. Selain itu kulit sapi juga digunakan sebagai lembaran penutup untuk bedug. Untuk jenis kerbau, binatang ternak ini pada jaman dahulu ketika sistem pertanian belum menggunakan peralatan modern, kerbau dijadikan sebagai alat untuk membajak tanah. Memang popularitas kerbau masih kalah dibangingkan denga sapi. Namun kerbau mendapatkan tempatnya di daerah Tana Toraja. Di sana kerbau dijadikan sebagai bagian dari tradisi ritual upacara pemakaman orang Tana Toraja yang meninggal. Kuda dikenal sebagai salah satu alat transportasi yang telah digunakan selama ribuan tahun yang lalu. Peternakan kuda masih terdapat sampai saat ini. Alat angkutan yang menggunakan tenaga kuda juga masih dapat dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Di pulau Sumbawa, susu kuda dijadikan sebagai produk komoditas ekonomi. Kambing dan domba merupakan hewan ternak yang banyak dicari ketika hari raya Idul Adha tiba. Harga kambing dan domba pada saat tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kambing dan domba yang terdapat di Indonesa dimanfaatkan untuk berbagai macam hal. Mulai dari kambing yang diambil dagingnya, diambil susunya dan diambil kulitnya. Namun di Indonesia kegiatan mengkonsumsi susu kambing jarang dilakukan dalam jumlah besar sehingga produk susu kambing
11
masih merupakan produk dari daerah dan belum mendapatkan pasar di tingkat nasional. Sedangkan untuk domba juga dimanfaatkan untuk hal yang sama, namun lebih spesifik untuk diambil bulunya, yang terkenal dengan sebutan wool, yang digunakan sebagai bahan pembuat kain yaitu kain wool. Kelompok ternak hewan kecil meliputi berbagai macam unggas, mulai dari ayam, itik, bebek, angsa, burung dan lain-lain. Ayam adalah unggas yang paling populer di Indonesia. Harga daging ayam dan telur ayam menjadi salah satu komoditas yang menjadi tolok ukur tingkat inflasi dan tingkat daya beli masyarakat. Namun tantangan yang menghadang produktifitas ayam adalah terkait dengan adanya penyakit yang mewabah beberapa tahun belakangan ini yaitu virus flu burung atau virus H5N1 yang telah menyebabkan banyak sekali kerugian materi pada kalangan peternak ayam. Unggas yang lain seperti bebek juga sama populernya dengan ayam belakangan ini. Hal ini bermula dari mulai menjamurnya beragam kuliner yang menjajakan olahan daging bebek sebagai sajian menu spesialnya. Meskipun sebenarnya popularitas bebek telah lebih dahulu diperkenalkan ke publik melalui olahan telur asin yang terkenal di tingkat nasional yaitu telur asin dari Brebes. Untuk unggas jenis itik, nampaknya belum begitu populer di mata masyarakat. Masih lebih populer burung puyuh dengan telurnya. Namun seperti telah diungkap pada paragraf ini, bahwa virus H5N1 masih menjadi momok bagi para peternak unggas apapun jenisnya. Hal ini dikarenakan virus flu burung menyerang berbagai jenis unggas, tidak hanya ayam saja.
12
Membicarakan bidang peternakan selain membahas tentang hewan ternak juga mau tidak mau akan membahas tentang peternaknya. Orang-orang memelihara hewan ternak melalui dua metode. Yang pertama secara individu, dan yang kedua dengan mengikuti kelompok ternak. Pada cara yang pertama biasanya beternak bukanlah sebagai mata pencaharian utama dan ternak yang dipelihara umumnya tidak dalam jumlah besar. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pengusaha atau perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan namun penulis tidak akan membahas tentang hal tersebut. Berternak secara individu adalah sebagai usaha sampingan di samping kegiatan utama, mata pencaharian utamanya bisa sebagai petani yang menggarap sawah atau merupakan pegawai negeri sipil yang menggunakan waktunya setelah pulang dari kantor dengan memelihara ternak yang nantinya dapat digunakan untuk menambah pendapatan atau dijual sewaktu-waktu mempunyai kebutuhan yang mendesak. Itu artinya bahwa ternak adalah sebagai tabungan. Cara beternak yang kedua adalah dengan metode berkelompok. Beternak dengan cara berkelompok biasanya dilakukan karena kegiatan tersebut adalah mata pencaharian utama. Namun juga bisa karena kebutuhan. Jadi meskipun memelihara ternak bukanlah sebagai pekerjaan utama, namun karena dengan berkelompok dirasakan terdapat manfaat atau keuntungan yang lebih besar dari pada memelihara ternak dengan cara sendiri maka yang dilakukan adalah mengikuti kelompok ternak. Aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan di dalam kelompok ternak pada dasarnya sama dengan
13
aktivitas kelompok-kelompok masyarakat yang lain, seperti rapat anggota setiap minggunya yang membahas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan rencana kegiatan, kegiatan membersihkan kandang, membuat makanan ternak sendiri dengan metode yang telah dipelajari, memanfaatkan kotoran ternak dengan membuat pupuk organik, melakukan survey harga di pasar dan mengembangkan jaringan untuk pemasaran produk komoditas. Jika dibandingkan dengan beternak dengan cara individu, beternak dengan cara mengikuti atau berada dalam kelompok ternak tentu lebih banyak mendapatkan kemanfaatannya. Ibarat seekor sapi yang terlepas dari kelompoknya,
tentu
lebih
mudah
menjadi
sasaran
binatang
buas,
dibandingkan ketika bersama di dalam kelompoknya. Dan inilah sebenarnya potensi yang dikandung dalam kelompok ternak yaitu secara bersama-sama untuk mewujudkan tujuan didirikannya kelompok ternak yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan
anggotanya.
Dalam
bidang
peternakan
Kabupaten Purworejo memiliki potensi unggulan namun belum merata pembudidayaannya yaitu kambing peranakan etawa. Kambing peranakan Etawa (P.E) merupakan kambing keturunan Etawa asal negara India yang dibawa oleh penjajah Belanda. Kambing tersebut kemudian dikawinsilangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Saat ini kambing Peranakan Etawa dikenal sebagai ras kambing Peranakan Etawa asli Kaligesing, Purworejo (http://www.purworejokab.go.id/potensi-unggulan/potensi-ternak/kambingetawa diakses pada tanggal 9 Agustus 2012).
14
Kambing peranakan etawa menjadi potensi dan komoditas unggulan bagi Kabupaten Purworejo disebabkan nilai jualnya dapat lebih mahal dari harga sebuah mobil sehingga diperikirakan dengan membudidayakan kambing peranakan etawa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kemungkinan untuk mewujudkan kesejahteraan hidupnya semakin besar. Cara beternak kambing Peranakan etawa bisa dilakukan dengan memelihara ternak sendiri atau secara berkelompok di dalam kelompok ternak. Sebagaimana telah disebutkan bahwa pembudidayaan kambing Peranakan Etawa belum merata di seluruh daerah di Kabupaten Purworejo, saat ini wilayah yang menjadi sentra pengembangan kambing Peranakan Etawa terletak di kecamatan Kaligesing. Salah satu kelompok tani ternak yang cukup populer di kecamatan Kaligesing adalah kelompok tani ternak Anjani yang berada di desa Tlogoguwo, yang selanjutnya akan disebut dengan kelompok tani Anjani. Kelompok tani ternak Anjani adalah kelompok tani yang berdiri pada tahun 1984. Kelompok tani ternak kambing etawa ini adalah salah satu kelompok tani ternak kambing etawa yang dinilai cukup berhasil dibandingkan dengan kelompok tani ternak kambing etawa yang lainnya. Maka sesuai dengan tujuan didirikannya kelompok tani yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, maka menarik untuk mengetahui bagaimana akibat atau dampak keberadaaan kelompok tani Anjani ini terhadap peningkatan kesejahteraan anggotnyaa.
15
C. Rumusan Permasalahan Sesuai dengan tujuan berdirinya kelompok ternak atau kelompok tani pada umumnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di dalam bidang peternakan, kabupaten Purworejo terkenal dengan keberadaan ternak kambing yang khas dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang lain yaitu dengan adanya
ternak kambing Peranakan Etawa yang menjadi
komoditas unggulan di Kabupaten Purworejo. Di Kabupaten Purworejo, pusat pengembangan kambing Peranakan Etawa berada di Kecamatan Kaligesing. Dari puluhan kelompok tani ternak kambing Peranakan Etawa yang terdapat di daerah ini salah satu kelompok tani ternak yang cukup populer adalah kelompok tani Anjani. Sebagai kelompok tani ternak yang membudidayakan kambing Peranakan Etawa yang dijadikan pemerintah Kabupaten Purworejo sebagai komoditas unggulan tentu menjadi daya tarik untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan anggota kelompok tani Anjani. Maka rumusan permasalahan yang menurut penulis menarik untuk diteliti dari latar belakang yang telah penulis paparkan diatas adalah bagaimana kesejahteraan anggota kelompok tani Anjani ? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk a. Tujuan Substansial 1.
Untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan anggota kelompok tani Anjani.
b. Tujuan Operasional
16
1.
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.
2.
Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan dari perkuliahan.
3.
Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kajian Ilmu Sosiatri dan perkembangan kajian tentang pengembangan kelompok tani.
E. Tinjauan Pustaka 1. Kelompok Menurut Abu Huraerah dan Purwanto (2006) terdapat beberapa perspektif atau sudut pandang untuk mengkonseptualisasikan kelompok. Beberapa sudut pandang tersebut meliputi pandangan yang mendasarkan pada persepsi, motivasi, tujuan kelompok, organisasi kelompok, interdependensi, dan interaksi. a. Pengertian kelompok berdasarkan Persepsi Dalam hal ini anggota-anggota kelompok tersebut mempersepsi setiap anggota menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya. Seperti dikemukakan Smith bahwa kelompok sosial adalah sebagai satu unit yang terdiri dari sejumlah orang yang memeiliki persepsi kolektif, mengenai kesatuan mereka, dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka (Iskandar, 1990:120 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:3). Sementara itu,
17
Bales mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan, di mana masing- masing anggota tersebut saling menerima impresi atau persepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu dan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan
kemudian,
yang
membuat
masing-masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual (Yusuf, 1988: dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:3) Masing-masing definisi yang diajukan tersebut baik oleh Smith maupun Bales, memandang bahwa para anggota kelompok diterima sebagai anggota kelompok dengan
menekankan kriteria/ukuran
tertentu, Smith memandang perlunya suatu tuindakan penyatuan dari masing-masing anggota terhadap kelompoknya dan ini mnerutunya merupakan
merupakan
suatu
kemungkinan.
Sedangkan
Bales
menekankan segi persepsi individu sebagai anggota kelompok saling berinteraksi dan saling menerima antar sesama anggota kelompok (Yusuf, 1988:19 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006: 4) b. Pengertian kelompok berdasarkan motivasi Pandangan ini terjadi karena para ahli
mengamati adanya
individu-individu yang bergabung dalam satu kelompok, dan mereka merasa yakin bahwa dengan bergabungnya pada satu kelompok, maka kebutuhan yang muncul pada dirinya dapat terpenuhi. Cattell mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya
18
(Iskandar, 1988:19 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4). Sedangkan Bass memandang kelompok sebagai kumpulan individu yang bereksistensi sebagai kumpulan yang mendorong dan memberi ganjaran pada masing-masing individu (Yusuf, 1988:19 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4). Kedua pendefinisian ini, mengacu pada pemuasan kebutuhan unsur-unsur pengindentifikasian penerimaan sebagai kelompok kelompok (Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4)
c. Pengertian kelompok berdasarkan tujuan Pengertian ini sangat dekat artinya dengan bahasan kelompok yang mendasarkan pada motivasi. Seperti yang dikemukakan Mills bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, dan berada pada satu kelompok untuk satu tujuan dan mereka mempertimbangkan bahwa kontaknya mempunyai arti (iskandar, 1990:120 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4) d. Pengertian kelompok berdasarkan organisasi Pengertian ini lebih mendasarkan pada bahsan sosiologi. Karena sosiologi mempunyai tingkatan analisis yang terkecil adalah kelompok, sedangkan pada psikologi tingkat analisis yang terendah adalah individual. McDavid dan Harari mengatakan kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan pada dua orang atau lebih yang dihubungkan satu dengan lainnya yang mana sistem tersebut menunjukkan fungsi yang sama, memiliki sekumpulan standar
19
(patokan) peran dalam berhubungan antar anggotanya dan memiliki sekumpulan norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya (Iskandar, 1990:120 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:5) e. Pengertian kelompok berdasarkan interdependensi Aspek terpenting dalam hal individu-individu yang berkelompok disebabkan faktor saling ketergantungan satu dengan lainnya. Pengertian kelompok dilihat dari aspek saling ketergantungan (interdependensi) ini adalah dipelopori oleh Kurt Lewin, kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh lain seperti Fiedler, Cartwright dan Zander. Lewis mengatakan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah kelompok sebagai kelompok yang dinamik, yakni menunjukkan saling ketergantungan masing-masing anggota yang direalisasikan dalam persamaan tujuan (Yusuf, 1988:20 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:5). Sedangkan Fiedler mengatakan bahwa kelompok adalah serangkaian individu yang mempunyai persamaan-persamaan yang saling berdekatan dan yang terlibat dalam suatu tugas bersama. Jadi anggota-anggota kelompok merasa saling tergantung dalam mencapai suatu tujuan (Sarwono, 1995:200 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:5). Sementara itu Cartwright dan Zander mengatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain (sesama anggota) yang menunjukkan saling
20
ketergantungan pada tingkatan yang berarti (Yusuf, 1988:20-21 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:5). f. Pengertian kelompok berdasarkan pada interaksi Batasan kelompok dalam tinjauan interaksi diajukan oleh Homans, Bonner, dan Stogdill. Homans menyebutkan: we mean by group a number of person who communicate with one another often over a span of time, and who are few enough so that each person is able to communicate with all the others, not at secondhand, through other people, but face to face. Kemudian Bonner mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesama lainnya, dan interaksi ini (proses interaksi) membedakan bentuk kelompokkelompok bersama dengan kelompook yang lainnya. Sedangkan Stogdill memandang kelompok sebagai: may be regarded as an open interaction system in wich actions determine the strcuture of the system and successsive interaction exert coegual effects upon the indentity of the system (Yusuf, 1988:21 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:6). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan demikian, pada kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti persepsi, adanya kebutuhan pada setiap anggota, interaksi, dan sosialisasi. Proses-
21
proses tersebut akan merupakan sesuatu yang dinamis, ketika terjadi interaksi antar anggota kelompok. Dengan demikian, kelompok terjadi karena adanya energi kelompok diarahkan pada tujuan kelompok (Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:6). Dari keenam sudut pandang tersebut dapatlah ditarik benang merah kesimpulan menutut penulis bahwa kelompok merupakan sebuah unit atau kumpulan individu yang teridiri dari dua orang atau lebih yang terbentuk berdasarkan persepsi yang sama antar anggota, mempunyai tujuan dan motivasi, mempunyai fungsi yang sama kemudian antar anggota terjadi interaksi
dimana
interaksi
tersebut
mempunyai
keterikatan
yang
menunjukkan ketergantungan masing-masing anggota. 2. Pertanian dan Peternakan Bidang pertanian terdiri dari beberapa sub yaitu peternakan, perkebunan, hortikultura dan perikanan. Menurut UU No 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan pengertian pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam
hayati
dalamagroekosistem
yang sesuai
dan
berkelanjutan,
denganbantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemenuntuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagikesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengertian peternakan menurut Rasyaf (1994) adalah kegiatan mengembangbiakkan
dan
membudidayakan
hewan
ternak
untuk
mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
22
Cara beternak yang dilakukan oleh rakyat atau petani pada umumnya adalah untuk digunakan sebagai kegiatan sambilan disamping kegiatan utama mereka bertani atau jenis pekerjaan yang lain meskipun ada usaha peternakan yang memang dilakukan dengan profesional. Petani sendiri dalam kenyataannya ada yang menggembalakan ternaknya secara individu dan ada pula yang mengikuti kelompok tani dan kelompok ternak.
3. Kelompok Tani Ada beberapa definisi mengenai kelompok tani. Pengertian kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Sedangkan definisi terbaru kelompok tani dari Departemen Pertanian menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani, Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Dari dua definisi tersebut, kelompok tani merupakan sebuah kelompok yang dibentuk berdasarkan kepentingan yang
23
sama atau dibentuk berdasarkan motivasi yang sama sesuai dengan yang dikatakan oleh Cattell bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya (Iskandar, 1988:19 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4). Sedangkan Bass memandang kelompok sebagai kumpulan individu yang bereksistensi sebagai kumpulan yang mendorong dan memberi ganjaran pada masing-masing individu (Yusuf, 1988:19 dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006:4). Karena fokus penelitian ini adalah pada kelompok ternak maka kepentingan yang sama antara para peternak dalam padangan ini, membuat mereka kemudian bergabung untuk membentuk satu kelompok ternak. Kelompok tani ternak Anjani merupakan kelompok tani ternak yang usianya sudah termasuk senior karena dibentuk pada tahun 1984 dan sampai saat ini masih keberadaanya masih eksis. Kelompok tani mempunyai kegiatan yang secara garis besar dapat dikaterigorikan dalam tiga jenis sesuai dengan fungsi dibentuknya kelompok tani yaitu kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani). a.
Kelas belajar ; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha
24
tani, sehingga produktivitasnya meningkat,pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera. b.
Wahana
kerjasama;
untukmemperkuat
Kelompok kerjasama
tani diantara
merupakan
tempat
sesama
petani
dalamkelompoktani dan antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, c.
Unit Produksi ; Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Dalam pelaksanaan di lapangan, ketiga jenis fungsi tersebut dapat
dijabarkan dalam beberapa agenda kegiatan seperti para anggota kelompok tani
belajar untuk beternak dengan menerapkan teknologi yang telah
berkembang untuk meningkatkan produksi ternak baik secara kuantitas maupun kualitas, saling berbagi pengetahuan antara anggota, kemudian saling belajar untuk mengorganisasikan diri mereka sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang ada seperti kesempatan dalam bidang permodalan. Dalam bidang kerja sama, kelompok tani dapat bekerja sama dengan instansi terkait seperti Dinas Pertanian atau yang lain untuk mengajukan proposal permohonan dana atau bantuan ternak dan selain itu
25
kerja sama antar kelompok tani untuk saling berbagi pengetahuan. Kerja sama ini juga akan meningkatkan posisi tawar kelompok tani misalnya dengan membentuk gapoktan atau forum kontak tani. Dalam hal unit produksi, masing-masing anggota kelompok tani mengerjakan secara mandiri maupun bersama-sama seperti memproduksi pupuk kandang yang dapat dikomersilkan dan memberi keuntungan bagi kelompok tani sehingga terbentuk unit produksi usaha tani yang pada intinya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani. 4. Kesejahteraan Jika melihat dari pengertitan arti kata atau makna maka pengertian kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesejahteraan adalah
keadaan
sejahtera;
keamanan;
keselamatan;
ketentraman.
Sedangkan pengertian kesejahteraan dilihat dari istilah, sedikitnya ada empat pandangan atau pengertian mengenai konsep kesejahteraan (yang selanjutnya akan ditulis dengan istilah kesejahteraan sosial). Merujuk pada Spicker (1995), Midgley, Tracy dan Livermore (20000), Thompson (2005), Suharto (2005a) dan Suharto (2006), Edi Suharto (dalam Jurnal Mandatory, 2007: 3-4) menyebutkan bahwa keempat pengertian kesejahteraan tersebut adalah a. Sebagai kondisi sejahtera (well being) Pengertian ini biasa menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan kesejahteraan
26
sosial sebagai “…a condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.
b. Sebagai pelayanan sosial Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan sosial umumnya
mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social
security), pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal (personal social services). c. Sebagai tunjangan sosial Ini berlaku khususnya di Amerika Serikat (AS), di mana tunjangan sosial diberikan kepada orang miskin. Karena sebagian besar penerima welfare adalah orang-orang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini kemudian menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, ketergantungan, yang sebenarnya lebih tepat disebut “social illfare” ketimbang “social welfare”. d. Sebagai proses atau usaha terencana Bisa dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarkat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan
27
kualitas kehidupan (pengertian pertama) melalui pemberian pelayanan sosial (pengertian kedua) dan tunjangan sosial (pengertian ketiga). Di dunia internasional, PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto, 2005: 1) Sedangkan dalam konteks Indonesia sendiri, kesejahteraan sosial dapat dimaknai terpenuhinya kebutuhan seseorang, kelompok, atau masyarakat dalam hal material, spiritual maupun sosial. Ini seperti tertuang dalam Undang-Undang tentang Kesejahteraan sosial yang baru disahkan pada 18 Desember tahun 2008 sebagai pengganti terhadap UU No.6 Tahun 1974 juga tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Miftachul Huda, 2009:73).
28
Baik dari beberapa definisi dan konsep mengenai kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh Edi Suharto, PBB maupun seperti yang tercakup dalam pengertian kesejahteraan sosial menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial memang memiliki arti yang berbeda-beda, namun substansinya tetap sama mencakup tiga konsepsi (Suharto, 2005:2) yaitu: a.
Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.
b.
Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
c.
Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera. Dari definisi kesejahteraan atau kemudian disebut kesejahteraan
sosial di atas yang menjadi relevansi dengan kelompok tani Anjani terkait dengan aspek kesejahteraan anggotanya adalah konsepsi yang pertama dan ketiga. Adalah keberadaan kelompok tani Anjani yang dapat dianalogikan sebagai sebuah komunitas yang mempunyai aktivitas atau kegiatankegiatan dalam bidang peternakan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotnaya apakah memberikan peningkatan kesejahteraan dalam arti peningkatan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga anggota kelompok
dan peningkatan kualitas
kehidupan secara intelektual maupun keberfungsian sosialnya. Artinya
29
adalah bahwa dengan mengikuti kelompok tani Anjani maka memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan atau tidak yang kemudian turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani Anjani. Sehingga kemudian yang terjadi adalah kondisi anggota kelompok tani dan keluarganya menjadi sejahtera, yaitu kelompok tani Anjani turut memberikan kontribusi dalam terpenuhinya kebutuhankebutuhan jasmaniah atau materi, rohaniah dan sosial. Untuk menganalisis kondisi tersebut maka yang diperlukan adalah mengetahui ukuran atau indikator yang dapat menggambarkan kondisi sejahtera atau yang mendekati sejahtera dari anggota kelompok tani Anjani. 5. Indikator Kesejahteraaan Untuk
mengetahui
apakah
kelompok
tani
Anjani
dapat
meningkatkan kesejahteraan anggotanya maka yang harus ditentukan terlebih adalah indikator atau kriteria kesejahteraan masyarakat karena indikator akan dikembangkan menjadi panduan wawancara untuk mengetahui
apakah
kelompok
tani
Anjani
dapat
meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, sekaligus indikator tersebut akan menjadi batasan untuk membatasi sampai sejauh mana tingkat kesejahteraan yang akan diteliti. Penulis mengambil pemahaman dari konsep kesejahteraan sebagai sebuah kondisi sejahtera. Menurut Midgley, yang dikutip oleh Edi Suharto, mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai “..a condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan,
30
pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya (Suharto, Jurnal Mandatory, 2007: 2-3), Senada dengan konsep dan definisi dari kesejahteraan sosial tersebut, BKKBN telah mementukan beberapa aspek untuk mengukur tingkat kesejahteraan dari suatu keluarga, yaitu: sandang, pangan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga
berencana,
interaksi
dalam
keluarga,
interaksi
dengan
lingkungan, informasi dan transportasi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1996: 5). Dari konsep dan definisi kesejahteraan sebagai sebuah kondisi sejahtera dan aspek-asepek kesejahteraan
keluarga
penulis
mengambil
kesimpulan
bahwa
kesejahteraan seseorang akan semakin meningkat jika aspek-aspek tersebut semakin banyak terpenuhi. Kelompok tani dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraaan anggotanya. Secara sederhana untuk mengetahui apakah dengan ikutnya seseorang ke dalam sebuah kelompok tani akan dapat meningkatkan kesejahteraannya atau tidak adalah dilihat dari ada atau tidaknya peningkatan jumlah pendapatan yang diterima setiap bulannya sebelum mengikuti kelompok tani dibandingkan setelah mengikuti kelompok tani. Sehingga untuk mengetahui apakah kelompok tani Anjani dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya dapat dilihat dari telah terpenuhi atau belumnya kebutuhan pokok atau kebutuhan primer anggota kelompok tani Anjani sebelum mengikuti kelompok tani Anjani dibandingkan dengan setelah mengikuti kelompok tani Anjani.
31
Quraish Shihab mengatakan bahwa kebutuhan manusia bermacammacam dan bertingkat-tingkat, namun secara umum ia dapat dibagi dalam tiga jenis sesuai dengan tingkat kepentingannya. Primer, sekunder dan tersier. Jenis kebutuhan yang kedua dan ketiga sangat beraneka ragam, dan dapat berbeda-beda dari seseorang dengan lainnya, namun kebutuhan primer sejak dahulu hingga kini dapat dikatakan sama dan telah dirumuskan oleh para pakar sebagai kebutuhan sandang, pangan, dan papan (Quraish Shihab, 1996: 537). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indicator tingkat kesejahteraan yang digunakan oleh Supansih Walmiyatun dalam penelitian dengan judul Profil Pengrajin Kulit dan Tingkat Kesejahteraan Sosial Keluarga meliputi ksejahteraan fisik, kesejahteraan psikis dan dan kesejahteraan sosial (Supansih Walmiyatun, 2008: 236238). a.
Kesejahteraan Fisik meliputi: Kebutuhan Sandang Sandang
diartikan
secara
harafiah
sebagai
pakaian.manusia sebagai makhluk yang berbudaya memerlukan pakaian untuk menutupi tubuh mereka berbeda dengan binatang. Dalam pola berpakaian dibedakan menjadi berberapa yaitu pakaian untuk di rumah, pakaian untuk di tempat kerja dan pakaian untuk kegiatan-kegiatan resmi seperti menghadiri resepsi. Kebutuhan Pangan
32
Yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan anggota kelompok tani Anjani dengan merumuskan pola makan tiga kali sehari dengan menu yang bergizi sebagai dasar ukuran tingkat kesejahteraan. Kebutuhan Papan Papan secara simbolis diartikan sebagai tempat tinggal untuk keluarga. Keluarga yang tidak mempunyai tempat tinggal tentu keaadaanya sangat memprihatinkan. Sehingga untuk itu keberadaan tempat tinggal menjadi penting dalam unsur pembentuk kesejahteraan. Untuk ukuran rumah yang layak huni adalah mempunyai pintu, jendela, atap dari genting, pyan dan lantai rumah bukan dari tanah. Kebutuhan Kesehatan Kesehatan adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia sehingga pemenuhan kebutuhan akan pengobatan ketika sakit menjadi hal yang utama. Oleh karena itu perbedaan tempat berobat apakah ke dukun atau ke pusat pelayanan kesehatan membedakan tingkat kesejahteraan anggota keluarga dari anggota kelompok tani Anjani Kebutuhan Pendidikan Kebutuhan
akan
pendidikan
dewasa
ini
semakin
meningkat dikarenakan pada era sekarang ini persaingan semakin
33
tajam. Sehingga pendidikan akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan. Ukuran tingkat pendidikan yang dirumuskan yaitu sesuai dengan anjuran dari pemerintah yakni pendidikan dasar minimal 12 tahun atau setara SMU dan SMK. b.
Kesejahteraan Psikis Adapun yang dimaksud dengan kesejahteraan psikis adalah adanya perasaan aman dan tenteram dalam keluarga sebelum dan ketika mengikuti kelompok tani Anjani (Supansih Walmiyatun, 2008: 237).
c.
Kesejahteraan Sosial Tingkat hubungan sosial diukur dengan aktif tidaknya informan mengikuti relasi dan kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya. Kegiatan – kegiatan sosial diantaranya keaktifan berpartisipasi dalam kegiatan RT/RW, PKK, bergotong – royong dengan tetangga dalam kegiatan bersih desa, kerja bakti kampung, dan kepedulian membantu meringankan beban tetangga yang sedang mengalami kesusahan atau kesulitan yang sewaktu – waktu menimpa tetangganya (Supansih Walmiyatun, 2008: 238).
34