BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Program KB saat ini tidak hanya ditujukan untuk penurunan angka kelahiran namun dikaitkan pula dengan tujuan untuk pemenuhan hak-hak reproduksi, promosi, pencegahan dan penanganan masalahmasalah kesehatan reproduksi seksual, kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi dan anak (BKKBN, 2005). KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan
salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi
fertilitas
(Prawirohardjo, 2007, p.905). Di Indonesia program KB mulai berkembang namun pada akhirakhir ini mengalami degradasi (penurunan), sehingga perlu revitalisasi.
Untuk melakukan revitalisasi tersebut perlu ditingkatkan peran serta kaum pria. Hal ini sesuai dengan tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yang nomor 3 yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat dan dikonstruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial (Widyastuti, 2009, p.132) 1 Pria sebagai kepala keluarga harusnya mengambil bagian aktif dalam pelaksanaan KB sehingga dapat dicapai norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Namun kurang kesadaran bagi pria untuk berpartisipasi dalam pelaksanannya membuat perencanaan ber-KB menjadi tidak seimbang. Metode KB pria yang dapat digunakan adalah memakai kondom, koitus interuptus, pantang berkala dan vasektomi sebagai kontrasepsi mantap (MOP) (Manuaba, 2002, p.217) Rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB menjadi salah satu penyebab rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak, meningkatnya partisipasi pria dalam ber-KB diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah kesehatan reproduksi yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan bayi (BKKBN, 2005). Dari hasil pelaksanaan program kependudukan dan KB Provinsi Jawa Tengah pada bulan Januari-Desember tahun 2010, untuk peserta aktif
KB wanita yang meliputi KB Intra Uterine Devices (IUD), Medis Operatif Wanita (MOW), Implant, Suntik dan Pil
total targetnya 903.926,
realisasinya 941.272 (104,13%). Peserta aktif KB pria yang menggunakan Kondom 52.228 (108,83%) melebihi target yang sudah ditetapkan yaitu 47.989 sedangkan peserta KB aktif MOP 3.925 (157%) juga melebihi target yang sudah ditetapkan yaitu 2500. Di kota Semarang pada tahun 2009 peserta aktif KB pria yang menggunakan MOP sebanyak 90 dari 247.228 PUS dan pada tahun 2010 yang menggunakan KB MOP sebanyak 89 dari 392.500 PUS (BKKBN, 2009, 2010) Di Kecamatan Mijen terdapat 14 kelurahan. Dalam 14 kelurahan tersebut peserta aktif KB pria yang menggunakan KB MOP pada tahun 2009 yaitu 58 jiwa dari 7918 Pasangan Usia Subur (PUS) dan pada tahun 2010 sebanyak 54 jiwa dari 8613 PUS. (PLKB, 2009, 2010) Di Desa Wonolopo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Mijen. Di sana mempunyai 10 RW (Rukun Warga) dan 31 RT (Rukun Tetangga), jumlah PUS 1078 jiwa, jumlah KK (Kepala Keluarga) 1719 KK dengan rincian jumlah duda 303 KK, janda 238 KK dan sisanya PUS, jumlah penduduk laki-laki 3046 jiwa dan penduduk perempuan 2999 jiwa. Pada tahun 2009 didapatkan jumlah suami yang mengikuti KB MOP sebanyak 4 orang dari 841 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah suami yang mengikuti KB MOP sebanyak 3 orang dari 901 jiwa. Di desa Wonolopo RW VI tidak ada suami yang mengunakan KB MOP (PLKB, 2009, 2010)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Januari dan April tahun 2011 didapatkan bahwa dari 10 orang pria yang sudah menikah di Desa Wonolopo RW VI tentang alat kontrasepsi mantap pria (MOP) menyatakan tidak bersedia menggunakan KB MOP. Semua (100%) suami menyatakan takut dan tidak mau menggunakan KB MOP karena bagi mereka KB hanya digunakan untuk wanita serta didukung kebudayaan yang sangat mendominan. Berdasarkan data diatas, maka diketahui lebih lanjut tentang Gambaran Karateristik dan Tingkat Pengetahuan Suami Usia Reproduktif Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria (MOP) di Desa Wonolopo kecamatan Mijen kota Semarang. B. Perumusan Masalah Jumlah akseptor KB pria yang menggunakan MOP masih sedikit. Dari hasil studi pendahuluan didapat bahwa para suami takut dan tidak mau menggunakan KB MOP karena bagi mereka hanya perempuan yang ber-KB. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Karateristik dan Tingkat Pengetahuan Suami Usia Reproduktif Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria (MOP) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Semarang.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk
mengetahui
Gambaran
Karateristik
dan
Tingkat
Pengetahuan Suami Usia Reproduktif Tentang Alat Kontrasepsi Mantap Pria (MOP) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karateristik responden meliputi umur dan pendidikan. b. Mendeskripsikan pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi mantap pria (MOP). c. Mendeskripsikan pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi mantap pria (MOP) berdasarkan umur dan pendidikan. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi maupun referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah bahan kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Semarang terutama Prodi DIII Kebidanan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan a. Meningkatkan promosi kesehatan dibidang pelayanan Keluarga Berencana, khususnya KB steril pada pria (vasektomi). b. Meningkatkan cakupan penggunaan kontrasepsi pada pria. 3. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan dan informasi bahwa tidak hanya wanita saja yang harus ikut serta dalam program Keluarga Berencana, Namun pria kini juga dapat mensukseskan program pemerintah untuk Keluarga Berencana.
4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan serta bahan kajian yang dapat dijadikan bahan penilitian berikutnya tentang gambaran karateristik dan tingkat pengetahuan suami usia reproduktif tentang alat kontrasepsi mantap pria (MOP) di Desa Wonolopo RW VI Kecamatan Mijen Semarang.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1
2
Judul, Nama Tahun Tingkat Pengetahuan Suami tentang Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) di Wilayah Puskesmas Bandarharjo Semarang April 2005, Yohana Triani Ratnawati, 2005
Sasaran
Metode
Hasil
Perbedaan
Persamaan
30 suami yang mempunyai pasangan (istri) yang masih dalam usia subur (usia reproduktif) 20-35 tahun.
Deskriptif dengan cara survey
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan suami tentang MOP adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 0%, cukup 63,3% dan baik 36,,7%.
Variabel penelitian ini hanya mengetahui tentang pengetahuan pria saja ,sedangkan variabel yang akan saya ambil yaitu tentang umur , pendidikan dan pengetahuan.
Sama-sama meneliti tentang KB MOP
Hubungan Tingkat pengetahuan Suami Tentang metode Kontrasepsi Kondom & MOP dengan Sikap suami dalam
237 orang pasangan suami istri dalam usia subur dimana tinggal di RW III kelurahan Banyumanik Semarang
Studi Korelasi dengan pendekatan croos sectional
Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dan sikap didapatkan nilai korelasi sebesar 22,518. Berarti terdapat
Variabel yang diteliti yaitu tentang KB MOP dan kondom, sedangkan yang akan diteliti yaitu hanya KB MOP saja.
Sama-sama meliti tentang KB MOP
menggunakan Kontrasepsi di RW III Kelurahan Banyumanik Semarang, Agustin Rahmawati, 2008
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami tentang metode kontrasepsi kondom & MOP dengan sikap suami dalam menggunakan kontrasepsi di RW III Kelurahan banyumanik Semarang.