BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005). Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan menekankan pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah yang dimaksudkan dikenal dengan istilah 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Adanya pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013 menuntut peserta didik agar lebih aktif, kreatif dan mampu berpikir kritis dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang menempatkan guru sebagai sentral atau pusat dalam proses pembelajaran tidak lagi digunakan, sebab hal itu membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak bisa berkontribusi dalam pembelajaran di sekolah. Saat ini,
kegiatan
pembelajaran
lebih
mengedepankan
pembelajaran
yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran (student center). Peserta didik dituntut untuk aktif dalam menyumbangkan ide dan pendapat mereka dalam proses pembelajaran, aktif untuk mencari materi pelajaran dari sumber lain disamping sumber belajar yang disampaikan oleh guru. Guna mencapai hal tersebut maka guru diharapkan untuk dapat menyusun 1
desain pembelajaran yang tepat, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 mengenai Standar Proses menyatakan bahwa: “Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.” Berdasarkan teori diatas maka perencanaan pembelajaran tertuang dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. Pendekatan ilmiah diharapkan dimunculkan guru dalam perencanaan pembelajaran hingga proses pelaksanaanya. Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, komponen RPP memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Guru
diharapkan
dapat
menyusun
komponen–komponen
RPP
tersebut
berdasarkan KD dan mewujudkan adanya pendekatan ilmiah yang dituangkan dalam strategi pembelajaran yang baik. Penyusunan RPP tidak bisa dilepaskan dari tujuan pembelajaran yaitu menciptakan pengalaman belajar siswa dalam memperoleh pengetahuan mengenai konsep dan pengertian. Terdapat tiga hal 2
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merumuskan pengalaman belajar siswa, hal tersebut adalah karakteristik konsep/materi yang diajarkan, kesiapan siswa dan fasilitas yang tersedia. Karakteristik materi berkaitan dengan tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk setiap materi pada umumnya. Setiap materi memiliki karakteristik tersendiri yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merumuskan pembelajaran bagi siswa. Hal itu untuk memudahkan siswa dalam menguasai konsep yang bersangkutan (Nuryani Rustaman, 2003: 90-91). Djohar (1987: 1) menyatakan bahwa, pembelajaran biologi merupakan interaksi antara peserta didik dengan objek yang terdiri dari benda (makhluk hidup), kejadian, proses, dan produk. Guru biologi dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan interaksi dengan objek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep (Suratsih, 2010: 8). Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk seorang peserta didik dapat berinteraksi secara langsung dengan objek biologi dan melakukan metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran biologi sering diidentikkan dengan kegiatan pengumpulan data melalui eksperimen atau percobaan di laboraturium saja, padahal pembelajaran biologi juga dapat dilakukan dengan kegiatan lainnya seperti observasi lingkungan di sekitar siswa. Kedua kegiatan tersebut memfasilitasi siswa untuk dapat berinteraksi langsung dengan objek belajarnya, baik berupa fakta, gejala atau fenomena biologi. Meskipun mempunyai prinsip yang sama yaitu kegiatan interaksi langsung dengan objek belajar, akan tetapi 3
kegiatan tersebut mempunyai cara dan langkah-langkah yang berbeda. Oleh karena itu kemampuan dan keterampilan yang dapat dikuasai siswa dalam melakukan kegiatan ini akan berbeda, sehingga dalam merumuskan kegiatan pembelajarannya guru juga akan membuat rancangan kegiatan yang berbeda pula antara kegiatan di laboraturium dengan kegiatan di lapangan. Menurut White (1996: 768) kegiatan laboratorium sangat melekat dengan adanya penemuan konsep melalui suatu kegiatan percobaan, sedangkan kegiatan observasi lingkungan lebih pada pengamatan langsung terhadap objek tanpa adanya perlakuan khusus seperti pada kegiatan percobaan. Guru diharapkan memilih kegiatan yang tepat dalam proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan kegiatan pembelajaran ini kemudian dituangkan dalam rumusan RPP yang dibuat oleh guru, tentunya dengan rancangan kegiatan yang telah disesuaikan dengan materi, kondisi siswa dan fasilitas sekolah yang tersedia. Rezba, et al. (1995: 5) mengemukakan, keterampilan proses sains terdiri dari dua bagian, yakni keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi. Keterampilan proses sains dasar terdiri dari observing, communicating, classifying, measuring metrically, inferring, dan predicting. Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri dari identifying variables, constructing a table of data, constructing a graph, describing relationships between variables, acquiring and processing your own data, constructing hypotheses, defining variables operationally, designing investigations, dan 4
experimenting. Pengertian lain menurut Herlen (Indrawati, 1999:3) menyatakan bahwa keterampilan proses ( prosess-skill ) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Lebih lanjut Indrawati (1999:3) mengemukakan bahwa: "Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan(falsifikasi)" Jadi keterampilan proses sains adalah kemampuan anak untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains menjadi bekal bagi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan secara lebih efektif dan mandiri. Dengan menguasai keterampilan proses sains maka seorang anak dapat terlatih untuk senantiasa berpikir dan bekerja untuk menemukan sebuah konsep dari fakta-fakta yang ditemukan di sekitarnya. Keterampilan proses sains adalah sebagian dari persyaratan agar dapat menguasai pengetahuan sains dengan baik. Salah satunya adalah Biologi. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2 Lampiran 53, Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan beragai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi sebagai salah satu cabang ilmu sains yang mempunyai kekhasan dalam berpikirnya. Proses berpikir dalam Biologi meliputi proses pengindraan, adaptasi dan abstraksi (Nuryani Y. Rustaman, 2003: 13-34). Oleh karena itu, pembelajaran biologi sebagai salah satu rumpun dari ilmu sains harus bisa dikemas dalam 5
bentuk yang efektif untuk mewujudkan adanya pendekatan ilmiah dan mengembangkan keterampilan proses sains yang dapat dimiliki oleh siswa. Mengacu pada implementasi Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan scientific (observing, measuring, questioning, experiment, communicating) dan keterampilan proses sains lainnya. Kegiatan yang berbasis scientific inilah yang dimunculkan baik ketika menyusun RPP, LKPD maupun ketika pelaksanaan pembelajaran IPA. Menurut Piaget (1988:166) taraf perkembangan operasi pemikiran formal dimulai rata-rata pada umur sekitar 11-12 tahun dan dicirikan oleh operasi formal dan
abstrak.
Pada
tahapan
ini,
siswa
telah
memiliki
kemampuan
mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun berurutan, misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsipprinsip abstrak. Kapasitas merumuskan hipotesis yang dimiliki oleh siswa adalah mampu memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan, sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsipprinsip abstrak, siswa mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, misalnya agama, matematika dan lainnya. Kondisi budaya lingkungan yang maju, memungkinkan terbentuknya suatu system struktur pemikiran yang stabil pada usia 14 tahun ke atas. Sesuai tahapan kognitif yang dimiliki anak didik, siswa kelas X SMA sudah mampu untuk diajak berpikir kritis dan logis sehingga mampu melaksanakan proses sains dengan tepat dan benar dengan skema-skema yang dibangunnya dalam pikiran mereka. 6
Beberapa SMA di Kota Yogyakarta sudah menerapkan Kurikulum 2013, maka dalam implementasinya guru juga telah menyusun perangkat pembelajaran baik silabus, RPP maupun LKPD sesuai dengan kurikulum 2013. Peneliti akan lebih fokus pada RPP biologi kelas X yang ditulis oleh guru berdasarkan 2013 agar lebih bermanfaat. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Keberadaan keterampilan proses sains pada RPP biologi sma kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat diidentifikasi antara lain: 1. Apakah terdapat pengaruh karakteristik materi dalam keberadaan keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam RPP biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta? 2. Apa saja ragam keterampilan proses sains
yang muncul dalam RPP
biologi kegiatan lapangan dan RPP biologi kegiatan laboraturium kelas X di Kota Yogyakarta? 3. Apa perbedaan pengembangan keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi pada jenjang yang berbeda yaitu kelas X, XI, dan XII?
7
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada analisis keberadaan keterampilan proses sains pada RPP Biologi SMA kelas X berdasarkan Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta. Ragam keterampilan proses sains yang akan diidentifikasi meliputi keterampilan proses sains essensial yaitu merumuskan
masalah,
merumuskan
hipotesis,
melakukan
percobaan,
mengorganisasi data, menyimpulkan dan mengkomunikasi. Hal tersebut berdasarkan sintesis aspek keterampilan proses sains menurut Rezba, et al (2010: 5) yang mendukung pelaksanaan langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi) dengan disesuaikan prinsip metode ilmiah.
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keberadaan keterampilan proses sains yang terdapat dalam RPP Biologi SMA Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta ? 2. Apakah terdapat perbedaan pada jenis dan persentase keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP biologi kegiatan lapangan dengan RPP biologi kegiatan laboraturium berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta?
8
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Keberadaan keterampilan proses sains yang terdapat dalam RPP Biologi SMA Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta. 2. Perbedaan jenis dan persentase keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP biologi kegiatan lapangan dengan RPP biologi kegiatan laboraturium yang disusun berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi Guru Mengetahui keberadaan keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP Biologi SMA kelas X dan mengetahui perbedaan keterampilan proses sains dalam RPP Biologi kegiatan lapangan dan kegiatan laboraturium berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta, sehingga sebagai sarana refleksi diri dalam penyusunan RPP yang lebih baik selanjutnya. 2. Bagi Peneliti Mengetahui ragam keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP Biologi SMA kelas X di Kota Yogyakarta sebagai variable pada penelitian yang dilakukan. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh wawasan mengenai keberadaan keterampilan proses sains yang dirumuskan
9
guru pada jenis kegiatan pembelajaran yang berbeda, apakah sama atau berbeda pola keberadaannya.
G. Definisi Operasional 1. Keterampilan Proses Sains Ragam keterampilan proses sains yang diteliti pada penelitian ini meliputi
keterampilan
merumuskan
masalah,
merumuskan
hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan, menganalisis data, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Hal tersebut berdasarkan aspek keterampilan proses sains menurut Rezba, et al (2010: 5) yang mendukung pelaksanaan langkah pembelajaran 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi) dengan disesuaikan prinsip metode ilmiah sebagaimana ditekankan pada rumusan kurikulum 2013. 2. Keberadaan keterampilan proses sains Keberadaan keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini yakni keberadaan dilihat dari aspek materi pembelajaran dalam RPP dan keberadaan dilihat dari jenis item keterampilan proses sains. 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus. RPP dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perangkat pembelajaran RPP yang dibuat oleh guru biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta. 10
4. RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium Penelitian ini menggunakan 2 kelompok RPP yaitu RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium. Penentuan kelompok RPP ini berdasarkan atas observasi awal sebelum penelitian dimulai. RPP kegiatan lapangan didefinisikan sebagai RPP yang memuat kegiatan inti berupa pengumpulan data di lingkungan sekitar sekolah (observasi sederhana di lingkungan luar kelas) siswa dengan jenis pengamatan langsung. RPP kegiatan laboraturium didefinisikan sebagai RPP yang memuat kegiatan inti berupa pengumpulan data di dalam laboraturium (eksperimen).
11