BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud dalam suatu perusahaan yang kegiatannya meliputi menguji dan menilai efektivitas serta kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi (Effendi, 2008). Pengendalian yang efektif dapat diperoleh dengan melaksanakan audit internal pada perusahaan yang dilaksanakan oleh auditor internal. Peran auditor internal adalah untuk menilai dan mengawasi suatu aktifitas berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditetapkan dan untuk merekomendasikan suatu rangkaian tindakan manajemen. Peran tersebut harus dijalankan dengan posisi yang independen di dalam perusahaan atau organisasi (Yudha, 2013). Menurut Lastanti (2005), sikap independensi diperlukan agar bebas dari kepentingan dan tekanan pihak manapun, sehingga auditor internal dapat mendeteksi ada tidaknya fraud pada perusahaan yang diauditnya dengan tepat. Sikap penting lainnya yang harus dimiliki dan dipertahankan oleh auditor adalah sikap profesionalisme. Menurut Widiyastuti (2009), sikap profesionalisme yakni penggunaan kemahiran profesional auditor dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, auditor harus mempunyai dan mempertahankan sikap profesionalisme ini karena sikap-sikap ini sangat diperlukan auditor agar ia tidak gagal dalam 1
2
mendeteksi fraud dan setelah fraud tersebut terdeteksi, auditor tidak ikut menyembunyikan fraud tersebut. Salah satu contoh kasus yang berhubungan dengan profesionalisme auditor yang mendapat sorotan adalah adanya perbedaan opini yang dikeluarkan antara BPK -RI dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC) saat mengaudit Bank Indonesia pada tahun 2000. Widiyastuti (2009) menyebutkan pada saat itu, opini audit yang dikeluarkan BPKRI adalah tidak menyatakan pendapat (disclaimer opinion), sedangkan pendapat PwC adalah tidak wajar (adverse opinion). Peryataan tidak memberikan pendapat (disclaimer) diberikan karena lingkup audit tidak cukup/dibatasi atau karena adanya pembatasan informasi dan data dari audittee sehingga tidak diperoleh bukti yang kompeten. Sedangkan opini tidak wajar diberikan apabila laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam hal semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pada perusahaan perbankan peran auditor internal berada pada organisasi yang disebut dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI). Pentingnya pengendalian internal dan adanya Satuan Pengawasan Intern (SPI) diatur dalam SK Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002. Pada pasal 11 dinyatakan bahwa “direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengedalian Internal yang efektif untuk mengamakan investasi dan asset BUMN” dan UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 juga telah mewajibkan BUMN untuk membentuk unit pengendalian internal. Keberadaan fungsi SPI dalam perbankan menjamin efektivitas pengendalian internal mengahadapi fraud diperbakan.
3
Alison, 2006 dalam Rahmawati (2013) menyebutkan bahwa fraud merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku fraud. Di bidang perbankan, dapat diartikan sebagai tindakan sengaja melanggar ketentuan internal (kebijakan, sistem dan prosedur) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku demi kepentingan pribadi atau pihak lain yang berpotensi merugikan bank, baik material maupun moril. Dari kasus-kasus yang pernah terjadi, fraud di perbankan lebih banyak melibatkan pihak intern bank. Dalam operasional perbankan, beberapa aktifitas yang diidentifikasikan rawan fraud, antara lain aktivitas pendanaan. Dalam hal ini, pegawai bank menarik dana dari rekening nasabah dengan memanfaatkan kepercayaan nasabah. Pejabat bank dan petugas customer service menerima titipan penyetoran deposito (door to door) dan diterbitkan bilyet deposito, namun tercatat dalam pembukuan bank. Uang setoran digunakan untuk kepentingan pribadi. Fraud lain dilakukan dengan menyetujui pencairan deposito prime customer tanpa didiukung dengan bilyet asli (Rahmawati, 2013). Aktivitas lainnya yang rawan fraud adalah perkreditan, yakni memberikan kredit fiktif atau agunan fiktif, antara lain dengan memanfaatkan berkas kredit yang lunas. Kemudian, aktivitas accounting, unit accounting melakukan perubahan parameter bunga sehingga biaya dana meningkat dan dipindahkan ke rekening tabungan yang bersangkutan (Rahmawati, 2013). Menurut Effendi (2008) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendeteksian fraud dan harus dimiliki oleh seorang auditor internal agar dapat
4
menjalankan tugasnya dengan baik. Pertama, memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud. Kedua adalah memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian internal dengan melakukan serangkaian pengujian (test) untuk menemukan indikator terjadinya fraud. Ketiga adalah memiliki keakuratan dan kecermatan (accuracy) dalam mengevaluasi indikatorindikator fraud tersebut. Mendeteksi fraud merupakan suatu tantangan bagi auditor, hal ini disebabkan karena auditor tidak memiliki banyak pengalaman dalam mendeteksi fraud atau temuan yang kemungkinan merupakan fraud telah disamarkan oleh pihak lain yang sebelumnya telah mengantisipasi bagaimana auditor berpikir dan bertindak. Karena pada prinsipnya fraud itu tersembunyi, sehingga para auditor harus memiliki kepekaan untuk mengungkap fakta yang tersembunyi dan dalam proses pencarian fakta fraud, auditor harus berpikir layaknya seseorang yang melakukan fraud tersebut (Lastanti, 2005). Di Indonesia munculnya masalah fraud telah dibuktikan dengan adanya kasuskasus yang melibatkan banyak organisasi dan perusahaan tak terkecuali perusahaan milik negara atau BUMN. Peran BUMN dirasakan cukup dominan, jumlahnya yang mencapai ratusan perusahaan dan asetnya yang secara total mencapai ratusan triliun rupiah dengan lingkup usaha yang rata-rata dapat digolongkan strategis. Oleh karena hal itu tidak heran BUMN menjadi sorotan masyarakat. Masih terdapat banyak kesalahan yang ada pada perusahaan-
5
perusahaan di Indonesia, terutama dalam prinsip akuntabilitas yang sangat rendah karena tidak adanya transparansi (Rahmawati, 2013). Bentuk fraud yang terjadi di PT. Pos Indonesia diantaranya meliputi management fraud dan employee fraud. Management fraud terjadi dalam bentuk penggelapan aktiva perusahaan yang didukung dengan pemanipulasian laporan keuangan, dimana data dan informasi akuntansi yang akan disajikan dalam laporan keuangan diubah dengan sengaja. Employee fraud terjadi dalam bentuk pemalsuan daftar gaji yaitu dengan menciptakan karyawan palsu, kemudian menguangkan gaji tersebut. Hal tersebut dapat menjadi risiko bagi perusahaan (Yaneu, 2012). Fraud asset misappropriation juga terjadi pada PT Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, yang baru terungkap tahun 2013 ini, yaitu terjadinya pembobolan pada bank tersebut. Menurut Novatiani, dkk (2004) kejadian ini bermula pada tahun 2001, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menempatkan dana sebesar Rp 195 milyar di BNI cabang Radio Dalam, Jakarta Selatan. AS selaku Kepala Cabang BNI Radio lantas memindahbukukan dana tersebut ke rekening Faisal A sebesar Rp 50 milyar dan ke rekening DS sebesar Rp 145 milyar. Akibat perbuatan ketiganya, negara dalam hal ini PT BNI Cabang Radio Dalam, telah dirugikan sebesar Rp 50 miliar. Selain itu kasus yang pernah terjadi, fraud diperbankan lebih banyak melibatkan pihak intern bank. Dari berbagai media masa, dapat melihat berbagai kasus fraud yang terjadi sepanjang tahun 2011 antara lain: Pertama, pembobolan kantor kas BRI Tamini Square sebesar Rp29 miliar, melibatkan supervisor bank
6
berinisial AM dan 4 tersangka lain. Modusnya membuka rekening atas nama tersangka lain, kemudian mentransfer uang ke dalam rekening yang kemudian ditukar dalam bentuk dolar. Kedua, pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank BII pada 31 Januari 2011. Tersangka merupakan account officer BII di kantor cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp3,6 miliar. Ketiga, pencairan deposito dan nasabah tanpa sepengetahuan pemiliknya di Bank Mandiri. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011 dengan nilai kerugian Rp18 miliar. Polisi menetapkan lima tersangka, Salah satunya costumer service. Keempat, terjadi di Bank BNI, dengan modus mengirimkan berita telex palsu. Isinya berupa perintah untuk memindahkan slip surat keputusan membuka rekening peminjaman modal kerja. Perkara ini melibatkan wakil pimpinan BNI di sebuah cabang Depok (Jos Luhukay, 2011). Kelima, Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan seorang pelaku dari luar bank. Keenam, pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS. Ketujuh, penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi. Kerugian bank Rp 2,5 miliar. Kedelapan, Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark
7
senilai Rp 16,63 miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut. Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah. Kesembilan, Konspirasi fraud investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka dan Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk. Namun kasus ini berhasil dicegah karena sistem bank berhasil menghentikan transaksi itu (Jos Luhukay, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh KPMG in India’s Fraud Survey 2010 menunjukkan bahwa auditor internal mendapat persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 47%, sehingga dapat diketahui bahwa audit internal merupakan bagian integral di dalam suatu organisasi yang paling efektif untuk mendeteksi fraud. Peran auditor internal dalam budaya etis suatu organisasi, yang menekankan bahwa auditor internal harus mengambil peran aktif dalam mendukung budaya etis organisasi dan dengan cara ini dapat membantu mendeteksi penyalahgunaan aset organisasi (IIA, 2004). Menyadari pentingnya fungsi Audit Internal dalam tubuh organisasi perusahaan, Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai peranan audit internal pada PT. Bank BJB Cabang Tamansari Bandung khususnya dalam rangka pencegahan fraud. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik unutk melaksanakan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul : “Peranan Audit Internal dalam Upaya Pencegahan Fraud (studi kasus pada PT. Bank BJB Cabang Tamansari Bandung)”.
8
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diajukan pertanyaan, Seberapa besar peranan audit internal dalam upaya pencegahan fraud.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan menyimpulkan apakah audit internal memiliki peranan dalam upaya pencegahan fraud. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan audit internal dalam upaya pencegahan fraud. 1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa pihak yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Pengembangan Ilmu Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat menambah referensi di bidang akuntansi khususnya akuntansi forensik dengan penelitian empirik di masa yang akan datang. Selain itu, diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan judul tersebut .
9
1.4.2 Kegunaan Untuk Pemecahan Masalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai informasi dan bahan evaluasi atas peranan audit internal serta pencegahan fraud yang telah dilakukan. Selain itu pula bagi masyarakat umum sebagai bahan referensi untuk digunakan dalam memecahkan suatu masalah atau hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini maupun sebagai bahan pertimbangan untuk membuat laporan ilmiah.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Bank BJB Cabang Tamansari, yang bertempat di jalan Tamansari no 18 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober sampai dengan skripsi ini selesai disusun.