BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan Pelabuhan Kelas I di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia yang berada di bawah pengelolaan PT Pelabuhan Indonesia III. Pada awalnya keseluruhan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dikelola secara konvensional oleh Divisi Usaha Terminal Cabang Pelabuhan Tanjung Emas. Kemudian pada Tahun 1997 penanganan kegiatan bongkar muat dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan Terminal Peti Kemas yang berada di bawah Divisi Terminal Peti Kemas (Divisi TPK) dan pengelolaan Terminal Non Peti Kemas (general cargo) yang berada langsung di bawah Divisi Terminal Non Peti Kemas Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Komoditas paling besar yang dikelola oleh Divisi Usaha Terminal Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah komoditas curah cair. Dapat dilihat pada lampiran 1 bahwa besar gross tonase dan jumlah unit kapal yang digunakan untuk angkutan curah cair yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang cenderung mengalami peningkatan selama kurun waktu 5 tahun ke belakang begitu pula dengan jumlah ton komoditasnya. Komoditas curah cair yang memakai jasa bongkar muat Pelabuhan Tanjung Emas Semarang antara lain minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya seperti minyak goreng, tetes tebu (molasses), methanol, serta aspal.
1
Komoditas curah cair terbesar yang memakai jasa bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah CPO dan produk hasil turunannya. CPO merupakan minyak kelapa sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi daging buah kelapa sawit dan merupakan salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia. Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 8590% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di seluruh dunia (indonesiainvestments.com, 2014). Komoditas curah cair lain yang jumlahnya cukup besar adalah molasses atau tetes tebu yang merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula tebu. CPO dan molasses merupakan hasil pengolahan industri perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Indonesia sendiri merupakan industri yang terus berkembang dan menjanjikan mengingat Indonesia dikenal sebaggai negara agraris yang memiliki luas wilayah yang cukup besar dan masih memiliki potensi lahan untuk dikembangkan serta memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi. Dapat dilihat pada lampiran II bahwa laju pertumbuhan hasil produksi kelapa sawit dan tebu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding hasil perkebunan lainnya. Selain CPO dan molasses, komoditas curah cair lain yang memakai jasa bongkar muat Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah aspal. Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat melekat dan berwarna hitam kecoklatan serta tahan terhadap air. Aspal digunakan sebagai bahan dalam pembuatan jalan. Sebagai negara berkembang, konsumsi aspal di Indonesia cukup tinggi. Hal ini berkaitan
2
dengan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan umum, jalan tol, bandara, dan infrastruktur lain. Menurut Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi (bisnis.com, 2015), total kebutuhan aspal nasional pada tahun 2015 mencapai 1,2 juta ton dan sekitar 75% nya masih mengandalkan impor. Jumlah ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pelayanan bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dapat dilakukan di 3 dermaga berbeda yaitu Dermaga Curah Cair, Dermaga BEST, dan Dermaga Samudera. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala divisi operasional curah cair Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Bapak Lufhan Anggoro, saat ini pelayanan bongkar muat curah cair memang masih mengalami banyak kekurangan. Keterbatasan jumlah dan kondisi dermaga menjadi salah satu kekurangan pelayanan bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Saat ini pelayanan bongkar muat curah cair berpencar di tiga dermaga tanpa adanya penghubung antara satu dermaga dengan dermaga lainnya sehingga sarana prasarana belum bisa fleksibel digunakan. Selain hal tersebut, jumlah petugas pandu dan petugas kontrol yang digunakan untuk pelayanan bongkar muat curah cair juga masih terbatas dan disatukan dengan kegiatan bongkar muat komoditas yang lain serta digunakan bergantian. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki pelabuhan Tanjung Emas dalam menunjang proses bongkar muat curah cair juga masih terbatas, termasuk belum adanya modernisasi peralatan bongkar muat. Penyelenggaraan pelabuhan di Indonesia berdasarkan UU No.17/2008 tentang pelayaran menegaskan bahwa pengaturan penyelenggaraan pelabuhan di Indonesia memuat penghapusan monopoli, memisahkan regulator dan operator,
3
serta melibatkan pemerintah daerah dan swasta. Hal tersebut berarti pelabuhan di Indonesia tidak dimonopoli oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) saja dan pihak lain juga dapat mengusahakannya. Hal ini menjadi tantangan bagi PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) untuk memiliki kualitas pelayanan yang tinggi sehingga dapat memiliki daya saing sebagai penyedia jasa penghubung transportasi laut. Melihat potensi perkembangan komoditas curah cair di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa komoditas curah cair memiliki prospek yang besar untuk berkembang dan menjadi salah satu industri yang menjanjikan. Hal ini membuat komoditas curah cair menjadi potensi yang baik bagi pelabuhan termasuk Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang berperan sebagai pintu gerbang keluar masuknya komoditas curah cair di wilayah jawa tengah dan sekitarnya. Peningkatan kualitas kinerja pelayanan operasional pelabuhan menjadi hal yang penting dilakukan. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja atau organisasi dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan (Wahyono, 2002). Peningkatan kualitas kinerja pelayanan operasional pelabuhan khususnya bongkar muat curah cair perlu dilakukan agar pelabuhan memiliki daya saing yang diharapkan dapat berimbas kepada peningkatan distribusi barang yang masuk dan keluar pelabuhan serta berdampak pada peningkatan keuntungan bagi pelabuhan sendiri khususnya dalam hal ini adalah kualitas kinerja bongkar muat curah cair.
4
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, diketahui bahwa komoditas curah cair seperti CPO, minyak goreng, molasses, dan aspal memiliki potensi yang besar untuk berkembang di Indonesia termasuk di kawasan Jawa Tengah. Hal tersebut menjadi peluang bagi Divisi Usaha Terminal Non Peti Kemas Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagai penyedia jasa pelayanan bongkar muat curah cair untuk meningkatkan jumlah konsumen dan jumlah komoditas curah cair yang dapat melewati pelabuhan sehingga dapat meningkatkan daya saing pelabuhan sendiri. Di sisi lain kualitas pelayanan bongkar muat curah cair yang akan diberikan juga harus terjaga dengan baik. Keterbatasan area dermaga, keterbatasan jumlah petugas, ataupun keterbatasan sarana prasarana pelabuhan dapat membuat kualitas kinerja bongkar muat curah cair menjadi kurang baik sehingga belum dapat memuaskan konsumen sebagai pengguna jasa bongkar muat curah cair di pelabuhan. Kualitas kinerja bongkar muat curah cair ditentukan oleh berbagai macam faktor yang terjadi dalam proses bongkar muat curah cair. Apakah keterbatasan dermaga yang berada di 3 tempat berbeda tanpa ada penghubung jalan diantaranya dapat membuat kualitas kinerja bongkar muat menjadi tidak baik atau terbatasnya jumlah petugas dan cara mereka bekerja dapat membuat kualitas kinerja menjadi tidak memenuhi harapan konsumen. Kurangnya kelengkapan sarana dan prasarana dapat juga menjadi penyebab kurangnya tingkat kualitas kinerja bongkar muat. Merujuk pada permasalahan di atas, maka penelitian akan dilakukan untuk mengukur kualitas kinerja bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang selama ini berjalan. Pengukuran kualitas kinerja bongkar muat
5
curah cair dilakukan dengan menggunakan 5 indikator kinerja pelabuhan dan menggunakan Importance Performance Analysis yang berpedoman pada 5 dimensi kualitas jasa untuk mengetahui kualitas kinerja menurut persepsi konsumen sebagai pengguna jasa pelabuhan. Hasil pengukuran tersebut akan menjadi acuan Divisi Usaha Terminal Non Peti Kemas Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dalam melakukan perbaikan yang tepat dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang untuk masa yang akan datang.
1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana tingkat kinerja bongkar muat barang curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang berdasarkan 5 indikator kinerja pelabuhan? 2. Bagaimana kualitas kinerja bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menurut persepsi konsumen berdasarkan 5 dimensi pelayanan jasa dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis? 3. Hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kinerja bongkar muat barang curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan 5 indikator kinerja pelabuhan dan metode Importance Performance Analysis?
6
1.4. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis tingkat kinerja bongkar muat barang curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang berdasarkan 5 indikator kinerja pelabuhan. 2. Menganalisis kualitas kinerja bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menurut persepsi konsumen berdasarkan 5 dimensi pelayanan jasa dengan menggunakan Importance Performance Analysis. 3. Merumuskan hal hal yang harus dilakukan untuk peningkatan kualitas kinerja bongkar muat curah cair di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi perusahaan, akademisi, dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas kinerja operasional pelabuhan pada proses bongkar muat curah cair di pelabuhan serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan di masa mendatang. Divisi Usaha Terminal Non Peti Kemas Cabang Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas kinerja operasional pelabuhan pada proses bongkar muat curah cair dengan tepat sehingga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi baru mengenai kegiatan bongkar muat curah cair di pelabuhan dan mengenai
7
peningkatan kualitas kinerja bongkar muat yang dapat dilakukan di masa mendatang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak tentang kualitas kinerja khususnya pada aktivitas bongkar muat curah cair di pelabuhan serta menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Pihak lain dapat memperoleh manfaat sebagai sumber referensi ilmu dalam peningkatan kualitas kinerja pelabuhan serta wawasan dalam pengaplikasian Importance Performance Analysis pada kualitas kinerja bongkar muat di pelabuhan. 1.6. Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil kuesioner konsumen dan data sekunder yaitu data operasional perusahaan. Adapun lingkup dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan untuk pelayanan pelabuhan pada proses bongkar muat curah cair non BBM di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang 2. Penelitian ini mengkaji kualitas kinerja operasional pelabuhan yaitu kinerja bongkar muat curah cair berdasarkan indikator kinerja pelabuhan dan berdasarkan persepsi pengguna jasa pelabuhan (pemilik barang). 3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data jadi tahunan yang diberikan oleh manajemen pelabuhan selama kurun waktu 5 tahun, yaitu Tahun 2010 sampai 2014. 4. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah petugas operasional curah cair dari setiap perusahaan curah cair di wilayah Pelabuhan Tanjung
8
Emas Semarang dan menggunakan jasa bongkar muat curah cair secara berkelanjutan. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan thesis ini disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini ditulis mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan thesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan mengenai kajian literatur dan teori yang mendukung penelitian, yaitu hal hal yang berkaitan dengan pelabuhan, jasa operasional pelabuhan, serta mengenai kualitas jasa. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini ditulis mengenai metode yang digunakan dalam pengambilan data penelitian, pelaksanaan penelitian, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil pengolahan data dan analisis penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisis penelitian . BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat hasil dari penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan, serta saran untuk pengambilan langkah kebijakan lebih lanjut berdasarkan hasil analisis penelitian.
9