BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan. Perubahan-perubahan di bidang kesehatan dapat kita lihat dari perkembangan dalam mengelola pengobatan dan
teknologi
kesehatan
terbaik.
Penggunaan
kemajuan
teknologi untuk diagnosis dan kecepatan dalam memberi pengobatan sering menyebabkan perawat dan tim kesehatan lainnya menilai hubungan dengan klien sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting. Kemajuan teknologi menjadi berbahaya bila tidak disertai dengan latar belakang keterampilan dan pelayanan yang baik. Oleh sebab itu, hingga saat ini petugas kesehatan berupaya meningkatkan mutu dirinya, kemampuan manajerial kesehatan, khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan oleh setiap orang (Potter & Perry, 2010). Hal tersebut di atas sesuai dengan amanat Pasal 28 H, ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Demikian juga dalam Pasal 34 ayat (3) 1
bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Departemen Kesehatan RI, 2007). Masyarakat miskin juga memiliki hak yang sama dengan golongan masyarakat lain dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu tersebut, diperlukan biaya yang cukup mahal sehingga bagi masyarakat miskin hal ini sulit untuk diwujudkan. Oleh sebab itu pemerintah melakukan upaya dalam memenuhi hak-hak masyarakat yang seharusnya mereka dapatkan. Contoh dari upaya pemerintah tersebut adalah dengan dibuatnya program Jamkesmas, Askes, dan lain sebagainya. Namun, program-program tersebut telah dialihkan ke program baru pemerintah yakni program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai dari tahun 2014 hingga 2019 mendatang. Program ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) (Kementerian Kesehatan RI, 2013). BPJS adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. BPJS Kesehatan mulai operasional pada tanggal 1 Januari 2014. Program yang dibuat oleh BPJS 2
Kesehatan adalah program jaminan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jaminan
Kesehatan
merupakan
jaminan
berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Jaminan ini disebut Jaminan Kesehatan Nasional karena semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jaminan Kesehatan Nasional ini dilaksanakan oleh unitunit pelayanan kesehatan seperti balai kesehatan, puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang ikut bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan
upaya
kesehatan.
Pada
hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan penyakit, dan promosi kesehatan. Fungsi yang dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab 3
pemerintah dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Suatu rumah sakit tidaklah terpisahkan dari peran perawat, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan yang lainnya. Perawat merupakan bagian yang berdiri di lini terdepan saat menghadapi pasien. Oleh sebab itu para perawat harus mengetahui terlebih dahulu tugas maupun tanggung jawab yang diembannya. Adapun peran perawat dan fungsi perawat yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu. Tingkat profesionalitas kerja perawat
dinilai saat mereka mampu
menjalankan peran dan fungsinya (Hidayat, 2007). Dalam praktik keperawatan ada satu hal penting yang selalu berhubungan dengan tindakan asuhan keperawatan, yang dinamakan dengan caring. Caring merupakan sentral praktik keperawatan. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Keperawatan dan caring merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dan pada saat yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik harus didasarkan pada perilaku caring (Morison, 2008).
4
Adapun manfaat positif dari perilaku caring adalah untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal dan asuhan keperawatan holistik yang bermutu sehingga kepuasan akan dirasakan pasien serta mendorong dalam mempercepat proses penyembuhan. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam suatu rumah sakit berhubungan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pasien selaku konsumen rumah sakit. Pasien akan mengeluh apabila dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang didapat tidak sesuai dengan harapan mereka sehingga hal ini akan berpengaruh pula pada tingkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2011). Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat penting bagi citra dan kelangsungan suatu rumah sakit. Tingginya tingkat kepuasan pasien juga merupakan bukti nyata dari pelaksanaan visi dan misi rumah sakit. Pasien yang puas akan lebih setia dalam menggunakan jasa pelayanan yang sama. Sedangkan, pasien yang tidak puas akan memberikan rekomendasi dari mulut ke mulut, sehingga mempengaruhi sikap dan
keyakinan
orang
lain
dalam
menggunakan
layanan
kesehatan tersebut (Tjiptono, 2001).
5
Penelitian di lima rumah sakit di daerah metropolitan St. Louis Mid-Missouri dan bagian selatan Illinois Amerika Serikat menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh staf dan perawat merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dibandingkan faktor yang lainnya (Otani, 2009). Di Indonesia, ditemukan bahwa masih ada pasien yang tidak puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan, salah satu penyebab ketidakpuasan tersebut adalah perilaku caring perawat yang kurang memuaskan (Departemen Kesehatan RI, 2008). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zulfa (2009) mengenai kepuasan pasien menunjukkan bahwa pasien umum memiliki tingkat kepuasan yang lebih baik dari pasien Jamkesmas. Penelitian
lain
yang
dilakukan
di
RSUD
Dompu,
NTB
menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan pasien Jamkesmas dan Non Jamkesmas (Subhan, 2012). Pada tahun 2013, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga pernah melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan terhadap pelayanan keperawatan secara umum pada pasien-pasien rawat inap. Dari penyebaran kuesioner tersebut didapatkan
hasil
74.60%
menyatakan
baik
dan
25.40%
menyatakan kurang baik terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat. Menurut ketentuan Bina Upaya Kesehatan, hasil
6
74.60% termasuk dalam kategori baik yang berkisar dari 70.00 – 100.00 % (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Namun, hasil 25.40% dari penyebaran kuesioner yang menyatakan kurang baik terhadap pelayanan yang diberikan harus ditindaklanjuti sehingga nantinya hasil tersebut dapat diminimalisir semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga. Terkait
dengan
berbagai
fenomena
di
atas
dan
berdasarkan hasil kepuasan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai mindset atau cara pikir masyarakat, khususnya pasien apakah masih sama atau sudah berubah, terhadap perilaku caring perawat setelah Jamkesmas dan Askes dirubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Nasional. Di dalam program Jaminan Kesehatan Nasional tersebut juga terdapat pasien Penerima Bantuan Iuran dan Bukan Penerima Bantuan Iuran. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Perbandingan Tingkat Kepuasan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan Non Jaminan Kesehatan Nasional Tentang Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga”.
7
1.2 Fokus Penelitian Bagaimana perbandingan tingkat kepuasan pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan Non Jaminan Kesehatan Nasional tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh
informasi
tentang
perbandingan
tingkat
kepuasan pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan Non Jaminan Kesehatan Nasional tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Memperoleh informasi mengenai tingkat kepuasan pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga. 1.3.2.2 Memperoleh informasi mengenai tingkat kepuasan pasien Non JKN (Non Jaminan Kesehatan Nasional) tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga.
8
1.3.2.3 Menganalisa perbandingan tingkat kepuasan pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan Non Jaminan Kesehatan Nasional tentang perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap RS Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Hasil
penelitian
perkembangan
ini ilmu
dapat
menjadi
keperawatan
masukan
untuk
bagi
mengatasi
permasalahan dalam layanan kesehatan khususnya pada tingkat
kepuasan
pasien.
Tingkat
kepuasan
pasien
merupakan suatu indikator yang dipakai untuk mengetahui mutu dari suatu pelayanan yang telah diberikan. Bila hal tersebut dapat diatasi maka dapat meningkatkan kualitas hidup manusia yang dibuktikan dengan adanya peningkatan mutu pelayanan yang optimal.
9
1.4.2 Praktis 1.4.2.1
Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya dan penerapan prinsip „caring‟ pada pasien oleh seluruh tenaga kesehatan. Dari hasil penelitian ini, peneliti berkontribusi dalam memberikan data kepada Rumah Sakit.
1.4.2.2
Bagi Perawat Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan untuk
meningkatkan
caring
dalam
asuhan
keperawatan kepada pasien. 1.4.2.3
Bagi Peneliti Peneliti menyadari bahwa perilaku caring menjadi penentu dalam kepuasan pasien dan citra kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukkan selanjutnya
serta dalam
landasan
bagi
penelitian
meningkatkan
pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada pasien.
10