BAB I PENDAHULUAN Indonesia sedang mengalami bonus demografi dalam lima tahun terakhir ini dan akan berlangsung sampai dengan tahun 2033. Menurut Yoswahady (2012), bonus demografi adalah bonus atau peluang yang dinikmati suatu Negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentan usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Bonus demografi ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah yang memiliki pengeluaran 2-4 dollar perhari (Tempo, 2012). Mereka akan rela mengkonsumsi atau mengeluarkan uang lebih dari biasanya demi menjaga kesehatannya karena menurut mereka kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia yang harus dipenuhi. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang Indonesia yang berobat keluar negeri untuk mengejar pelayanan kesehatan yang lebih baik (Consumer300.net). Dengan kata lain, bahwa setiap orang menginginkan badannya tetap sehat dalam hidupnya. Sedangkan setiap orang yang sakit juga membutuhkan layanan klinis yang baik agar dapat sembuh secepatnya. Kedua kebutuhan dasar dalam bentuk kesehatan tersebut memicu tumbuh dan berkembangnya industri kesehatan yang menjanjikan. Menurut Nawi (2013), industri kesehatan di Indonesia akan tumbuh mencapai 14% dengan belanja kesehatan mencapai US$ 60,6 milliar. Oleh karena itu, hal ini memicu pemerintah meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan menggunakan skema asuransi seperti Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek, dan Askes (Nawi, 2013).
1
Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan. Menurut LM FEUI (2012), industri kesehatan di Indonesia ada lima macam entitas bisnis yaitu Rumah Sakit yang berdasarkan tipenya, klinik, praktek dokter pribadi, apotek dan laboratorium. Rumah Sakit besar merupakan salah satu bisnis terbesar dalam pelayanan kesehatan karena melayani semua kebutuhan pasien akan jasa kesehatan. Data LM FEUI tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah Rumah Sakit di Indonesia mencapai 1150 yang tersebar di 33 provinsi, sedangkan data dari Kementrian Kesehatan mencapai 2103 Rumah Sakit pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah Rumah Sakit di Indonesia masih jauh dari tingkat memadai dibandingkan populasi penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa pada sensus BPS tahun 2010 dan menurut Jalal (2013), jumlah penduduk tahun 2013 ini akan mencapai 250 juta dengan pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun. Oleh karena itu, peluang investasi dalam Rumah Sakit masih cukup luas dan sangat menjanjikan yang pada gilirannya penambahan Rumah Sakit dari waktu ke waktu sangat dibutuhkan. Dari pada itu, Keberadaan Rumah Sakit yang sangat minim dan jauh dari pemenuhan rasio populasi penduduk Indonesia dituntut untuk meningkatkan profesionalitas manajemen, sumber daya manusia dan sarana prasarananya.
2
Pelayanan kesehatan dalam bentuk Rumah Sakit maupun klinik rawat jalan pratama yang tidak profesional dan kurang memiliki nilai tambah, maka pelan tapi pasti akan tertinggal dan kalah dalam bersaing. Saat ini persaingan antar Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan lainnya sangat ketat dalam merebut hati konsumennya. Sebagaimana diketahui bahwa orang sakit sebagai konsumen lebih sensitif dan mudah pindah ke pelayanan kesehatan lain yang lebih menjanjikan keamanan, kenyamanan, ketepatan dan kecepatan dalam melayani. Oleh sebab itu, Rumah Sakit atau pemberi jasa kesehatan seperti klinik rawat jalan pratama dan klinik rawat inap harus memiliki keunggulan dalam melayani konsumen dan memahami kebutuhan pasien sebagai konsumen. Hal ini akan berdampak pada kepercayaan, kepuasan dan loyalitas konsumen pada pelayanan kesehatan tersebut Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (UU BPJS) yang bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Undang-undang ini akan memberikan peluang bagi klinik rawat inap untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat yang didanai oleh pemerintah. Undang-Undang ini juga memberikan peluang kepada institusi jasa layanan kesehatan untuk memperbaiki pelayanannya.
3
Atas dasar pokok-pokok pemikiran di atas dengan peluang bisnis Rumah Sakit yang sangat besar dengan payung regulasi sebagai acuan operasionalnya. Maka penulis ingin mengembangkan klinik rawat jalan pratama menjadi klinik rawat inap pratama agar dapat memberikan pelayanan yang lebih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen/pasien. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan bisnis yang komprehensif sebagai acuan untuk mengembangkan klinik ini. 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis lingkungan eksternal menunjukkan bahwa peluang dan ancaman selalu dihadapi oleh perusahaan. Selain itu, analisis eksternal juga akan memberikan informasi tentang hambatan yang akan dihadapi. Kedua informasi diatas akan bermanfaat bagi perusahaan untuk merancang strategi. Analisis lingkungan ekternal ini meliputi gambaran umum industri, pemain utama dalam industri, perkiraan nilai penjualan industri, dan posisi perusahaan dalam industri. Setelah itu dilanjutkan dengan pasar sasaran utama, lokasi geografi, karakteristik demografi, kebutuhan dari sasaran utama, pesaing langsung dan tidak langsung, dan hambatan untuk masuk ke industri. 1.1.1. Gambaran Umum Industri Industri pelayanan kesehatan terbagi menjadi dua dalam bidang pelayanan Rumah Sakit dan apotek (LM FEUI, 2012). Pertama Rumah Sakit adalah penyedia layanan Rumah Sakit terbesar karena memberikan layanan kesehatan yang hampir mencakup segalanya mulai dari praktek dokter, laboratorium, dan apotek.
4
Berdasarkan pada skala usahanya Rumah Sakit dibagi menjadi 3 kategori yaitu kecil, sedang dan besar serta dipengaruhi oleh karakteristik pelanggannya. Rumah Sakit besar memiliki alat penunjang yang lebih lengkap dibandingkan dengan Rumah Sakit kecil. Pada Tabel 1.1 dibawah ini menjelaskan tentang jumlah rumah sakit yang ada di Indonesia. Tabel 1.1 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Jenis Rumah Sakit Pemerintah
Privat Jumlah
Instansi Kemenkes Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota Kementrian lain TNI POLRI BUMN Swasta
Jumlah 33 91 451 89 3 117 40 66 506 2103
Sumber: Bina Upaya Kesehatan (rsonline.com) Kedua adalah apotek. Apotek merupakan salah satu mata rantai dalam industri pelayanan kesehatan yang tidak dapat dipisahkan. Jumlah apotek di Indonesia menurut data LM FEUI mencapai 10,688 unit. Sama halnya dengan Rumah Sakit, apotek juga memiliki skala usaha yang berbeda yaitu kecil, sedang, besar Dilihat dari potensi pasar, pengguna jasa pelayanan kesehatan di Indonesia sangat besar karena jumlah penduduk yang mencapai 250 juta pada tahun 213. Menurut WHO satu tempat tidur di Rumah Sakit untuk 500 penduduk, sedangkan
5
menurut Kementrian Kesehatan satu tempat tidur untuk 1.000 penduduk (http://www.pdpersi.co.id/). Rumah Sakit merupakan industri yang terbuka untuk investasi dan inventor asing dapat memiliki sampai 69% (the-marketeers.com). Kelompok usia juga berpengaruh dalam menggunakan jasa layanan kesehatan seperti balita, anak-anak, dewasa, dan usia lanjut (LM FEUI,2012). Mereka menggunakan jasa kesehatan berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing. Selain itu, adanya jaminan sosial dari pemerintah memberikan peluang kepada penyedia jasa kesehatan untuk dapat membantu pemerintah dalam melayani masyarakat. Tren pada industri Rumah Sakit ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam melayani konsumen atau pasien. Hal ini dipengaruhi oleh pesaing yang ingin melayani konsumen dengan lebih baik dan memuaskan. Persaingan antar penyedia jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh paradigma pasien yang ingin selalu sehat, pengelolaan Rumah Sakit yang profesional dan kemajuan teknologi kesehatan. Penyedia jasa pelayanan kesehatan yang berbentuk Rumah Sakit jumlahnya mencapai 41 rumah di Malang Raya yang terdiri dari 4 berada di Kota Batu, 23 di Kota Malang, dan 14 di Kabupaten Malang (http://buk.depkes.go.id/). Berikut ini pada Tabel 1.2 adalah data Rumah Sakit yang beroperasi di wilayah Malang raya berdasarkan instansi yang mengelola.
6
Tabel 1.2. Jumlah Rumah Sakit di Malang Raya Jenis Instansi Jumlah Pemerintah Pemerintah Provinsi 1 Pemerintah Kabupaten 2 Pemerintah Kota 1 POLRI 1 TNI 1 BUMN 1 Swasta Non Profit 5 Privat 31 Jumlah 41 Sumber: data yang diolah. (Ngalam.web.id). 1.1.2. Kebijakan Pemerintah Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesianalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta memiliki fungsi sosial. Sebelumnya di tahun yang sama pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang kemudian Undang-Undang ini yang menjadi acuan terbitnya Peratutan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2011 tentang Klinik. Selain itu, terdapat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666 Tahun 2007 tentang klinik rawat inap pelayanan medik. Pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (UU BPJS) Nomor 24 Tahun 2011 BPJS dibagi menjadi 2 yaitu
7
ketenagakerjaan dan kesehatan. Program ini bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Fungsi dari UU BPJS adalah menyelenggarakan program jaminan kesehatan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas. BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. 1.1.3. Pemain Utama dalam Industri Pemain utama didalam industri Rumah Sakit di Malang Raya terdiri dari 5 Rumah Sakit Besar. Pertama adalah Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar. Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1947, saat ini dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Timur.
Jumlah
tempat
tidur
yang
dimiliki
mencapai
854
buah
(www.infokepanjenfm.com). Kedua RSUD Kepanjen, Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1957 dan memiliki
jumlah
tempat
tidur
mencapai
246
buah
(http://rsud-
kanjuruhan.malangkab.go.id). Selanjutnya Rumah Sakit swasta yaitu RSI AISYAH dan
Panti Nirmala. RSI AISYAH Malang adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh
8
Pengurus Daerah Muhammdiyah Kota Malang yang berdiri pada tahun 1986 (http://rsiaisyiyah-malang.or.id/)
dan
memiliki
90
tempat
tidur
(http://www.pdpersi.co.id). Mereka memiliki 75 tempat tidur dan berdiri pada tahun 1986. Rumah Sakit kedua adalah RS Panti Nirmala Rumah Sakit yang berdiri pada tahun 1920-an
(http://rspantinirmala.com) dan
memiliki 161
tempat tidur
(http://www.pdpersi.co.id). Rumah Sakit Swasta yang terakhir adalah RS Baptis yang terletak di Kota Batu dan memiliki 100 tempat tidur (http://www.pdpersi.co.id). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malang sampai tahun 2013, menyatakan bahwa jumlah klinik rawat inap yang ada di Kabupaten Malang mencapai 12 klinik rawat inap. Klinik rawat inap tersebut tersebar dalam 7 Kecamatan se-kabupaten Malang yang meliputi Sumberpucung, Singosari, Sumbermanjing Wetan, Turen, Ngantang, Purwosari, Kromengan. 1.1.4. Perkiraan Nilai Penjualan Total Berdasarkan data Direktorat Bina Upaya Kesehatan tahun 2012 yang diambil dari rsonline.com BOR (Bed Occupancy Rate) Kabupaten Malang mencapai 90,37% dari 1069 tempat tidur dan termasuk kategori tinggi. Kota Malang BOR-nya mencapai 58,46 % dari 1719 tempat tidur dan termasuk kategori rendah, sedangkan di Kota Batu hanya 36,13% dari 224 tempat tidur dan termasuk kategori rendah. Selain itu, kebutuhan akan tempat tidur untuk melayani pasien masih cukup banyak khususnya di Kabupaten Malang. Tabel 1.3 menunjukkan data jumlah penduduk dengan kebutuhan akan tempat tidur.
9
Tabel 1.3. Kebutuhan Tempat Tidur di Malang Raya
Pemerintah Kabupaten Malang Kota Malang
Data penduduk 2010 (sumber BPS)
Kebutuhan TT (asumsi 1/1000)
Jumlah Minus/Plus TT TT
2,446,218
2,446
2,013
820,243
820
2,737
1,917
434
244
Kota Batu 190,184. 190 Sumber: data yang diolah http://buk.depkes.go.id/
-433
Dilihat dari Tabel 1.3 diatas bahwa kebutuhan akan tempat tidur masih kurang di Kabupaten Malang yaitu kekurangannya mencapai 433 tempat tidur. Tetapi, di Kota Malang dan Batu masih lebih 1917 dan 244 tempat tidur. Hal ini menjadi tantangan untuk dapat memasuk ke Industri Rumah Sakit. Selain itu, jika dilihat dari jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit, maka peluang suatu klinik untuk dikunjungi oleh pasien cukup besar. Berikut ini penulis akan menyajikan data jumlah kunjungan pada Tabel 1.4. Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Rumah Sakit di Malang Raya
Pemerintah Kabupaten Malang Kota Malang
Rawat jalan
Rawap inap
IGD
Total
Rata-rata kunjungan
241,195
24,696
39,052
304,943
60,989
744,981
44,745
654,354
1,444,080
361,020
104,420
34,807
Kota Batu 79,132 9,865 15,423 Sumber: data yang diolah http://buk.depkes.go.id/
10
Perkiraan nilai penjualan total atau industri dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: jumlah tempat tidur dikali rata-rata kunjungan dikali harga. Hasilnya seperti dalam Tabel dibawah ini. Tabel 1.5. Nilai Penjualan Total Industri
Pemerintah Kabupaten Malang Kota Malang
Jumlah Tempat Tidur
Rata-rata kunjungan Harga
Hasil
2,013
60,989
80,000
9,821,668,560,000
2,737
361,020
80,000
79,048,939,200,000
34,807
80,000
1,208,499,040,000
Kota Batu 434 Sumber : data yang diolah
Nilai penjualan total industri di Kabupaten Malang mencapai 9 Triliun rupiah sedangkan Kota Malang dan Batu masing-masing 79 Triliyun rupiah dan 1 Triliun rupiah. Nilai yang dihasilkan cukup tinggi, sehingga dapat dimungkinkan peluangnya masih besar untuk menggarap pasar ini. 1.1.5. Posisi Perusahaan dalam Industri Posisi BPI ALBASRAH merupakan klinik pratama yang melayani rawat jalan yang dilengkapi oleh apotek dan laboratorium dengan nilai penjualan perbulan mencapai mencapai 50 juta per bulan. Nilai tersebut sudah termasuk biaya periksa, obat dan laboratorium. Jumlah pasien kami setiap bulannya mencapai 1.300-1.500. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien setiap sekali periksa sekitar Rp. 30.000 - Rp. 50.000, tapi jika ada tindakan medis lainnya seperti ada jahitan luka maka biayanya
11
bisa mencapai Rp100.000. Oleh sebab itu, target pasar kami adalah kelas menengah ke bawah karena mayoritas penduduk kecamatan Wajak berprofesi sebagai petani. 1.1.6. Pasar Sasaran Utama Sasaran dari klinik adalah kelas menengah bawah. Kelas bawah ini adalah kelas yang memiliki pengeluaran perhari sebesar USD 1,25-2 yang jumlahnya mencapai 14% dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010, sedangkan kelas menengah adalah kelas yang memiliki pengeluaran per hari mencapai 2-6 dollar yang jumlahnya mencapai 38,5% dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 (Tempo, 2012). Target sasaran utama adalah masyarakat dengan pengeluaran per bulan mencapai Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000 atau kelas menengah ke bawah dengan mata pencaharian atau profesi sebagai petani, guru, dan ibu rumah tangga (lampiran 1). 1.1.7. Letak Geografi Klinik rawat jalan BPI ALBASRAH terletak di Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Wajak. Secara geografis Kecamatan Wajak memiliki luas sebesar 9456 Ha. Terletak di sebelah tenggara sekitar 25 Km dari Kota Malang dan pada ketinggian wilayah 525 m/dpl, suhu maksimum / minimum : 32°C /20°C, dalam rupa bumi terletak dikordinat sebelah timur pada pada 112″ 43″ dan garis lintang selatan pada 08’06′. Curah hujan rata – rata pertahun antara 1297 s/d 1925 mm setiap tahunnya. Kecamatan Wajak terletak di kaki Gunung Semeru sebelah barat dan memiliki 13 Desa. Batas wilayahnya, Utara: Kecamatan Poncokusumo, Timur:
12
kecamatan Tirtoyudo dan kawasan hutan, Selatan: Kecamatan Turen dan Dampit, dan Barat: Kecamatan Bululawang dan Tajinan (wajak.malangkab.go.id). 1.1.8. Karakteristik Demografi Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan Wajak mencapai 79.552 jiwa. Jumlah laki-laki mencapai 40.100, sedangkan jumlah penduduk perempuan 39.452 (sp2010.bps.go.id). Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani dan pedagang, disamping itu ada yang berprofesi sebagai pengrajin anyaman tikar dan bambu (wajak.malangkab.go.id). 1.1.9. Kebutuhan dari Sasaran Pasien menginginkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan disesuaikan dengan penghasilannya. Selain itu, terdapat layanan rawat inap untuk perawatan 1-2 x 24 jam. Hal ini ditujukan pada pasien yang terkena diare atau penyakit lain yang membutuhkan perawatan selama 1-2 x 24
jam atau lebih. Untuk memenuhi
kebutuhan mereka, klinik akan berusaha untuk menyediakan rawat inap bagi pasien. Hal ini didukung dengan ketersediaan bangunan yang siap digunakan dan jumlah kamar yang tersedia. 1.1.10. Pesaing Langsung dan Tidak Langsung Pesaing langsung dari BPI ALBASRAH adalah PUSKESMAS Wajak karena fasilitas yang dimiliki cukup memadai mulai dari ambulans, tempat tidur untuk rawat inap dan buka 24 jam. Selain itu, terdapat PUSKESMAS pembantu yang tersebar di 2 desa. Puskesmas Wajak kini memiliki 8 tempat tidur yang terdiri dari 2 tempat tidur
13
untuk Persalinan dan 6 tempat tidur untuk rawat inap. Sebagian besar pasiennya berasal dari masyarakat yang memiliki JAMPERSAL (Jaminan Persalinan) dan JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Menurut data yang kami peroleh, Rawat inap PUSKESMAS Wajak ini telah berdiri selama 1 tahun sejak September 2012. Harga yang ditawarkan untuk rawat inapnya sebesar Rp. 80.000 dan sudah termasuk obat untuk pasien JAMKESMAS maupun pasien biasa (lampiran 6). Tetapi, harga tersebut belum termasuk biaya resep obat tambahan. Jika pasien memerlukan resep obat tambahan maka pasien harus membeli di Apotek karena PUSKESMAS tidak memiliki apotek sendiri. Pesaing tidak langsung adalah Rumah Sakit dan Klinik rawat inap yang berjarak 10-20 Km dari klinik. Rumah Sakit tersebut adalah RS Bala Kesalamatan Bokor, Klinik Rawat Inap Al Basiroh dan Klinik Rawat Inap Cakra Husada yang berjarak 10 Km dari klinik, sedangkan yang berjarak 20 Km dari klinik kami adalah RSI Gondang Legi. Kedua Rumah Sakit tersebut memiliki fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pasien seperti jumlah kamar tidur dan radiologi. Tabel 1.6. dibawah ini adalah data pesaing dari klinik rawat inap.
No 1. 2. 3 4 5
Tabel. 1.6. Data Pesaing Klinik Rawat Inap Pesaing Alamat Keunggulan Pukesmas Wajak Tersedia rawat inap dengan 8 tempat Tidur dan ambulans RS Bala Keselamatan Turen Rumah sakit terdekat dari klinik Klinik Rawat Inap Turen Klinik rawat inap yang terdekat Albasiroh dengan klinik Cakra Husada Turen Anak perusahaan PT. Pindad. RSI Gondang Legi Gondang legi Rumah Sakit terdekat kedua setelah RS bala Keselamatan
14
1.1.11. Hambatan Masuk Industri dan Cara Mengatasinya Hambatan untuk masuk industri kesehatan adalah jumlah dokter terus bertambah setiap tahunnya sedangkan jumlah Rumah Sakit tidak bertambah. Menurut Arto (2013), jumlah dokter umum naik 6.000 dokter pertahun dan semua terkonsentrasi di Kota besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketika dokter tersebut tidak praktek di Rumah Sakit, maka mereka dapat membuka praktek di rumahnya sendiri. Jika dokter tersebut membuka praktek sendiri dirumahnya, maka dapat menjadi ancaman bagi klinik rawat jalan. Hambatan kedua adalah kebutuhan tempat tidur di Kota Malang dan Batu sudah cukup terpenuhi (http://buk.depkes.go.id/), sedangkan di Kabupaten Malang ada kekurangan sekitar 433 tempat tidur (http://buk.depkes.go.id/). Hal ini sangat memungkinkan pasien untuk memilih Rumah Sakit di Kota Malang karena fasilitasnya yang memadai. Hambatan ketiga adalah terkait dengan perijinan pendirian Rumah Sakit. Hal ini menjadi penghambat dibukanya Rumah Sakit baru, karena sebenarnya kebutuhan akan tempat tidur juga masih banyak dibutuhkan. Kesulitan pangajuan ijin Rumah Sakit ini dipicu oleh syarat-syarat yang harus dipenuhi dan birokrasi yang berbelitbelit. Terakhir konsumen lebih mudah untuk berpindah ke Rumah Sakit lain sangat besar, karena Rumah Sakit besar menawarkan fasilitas yang lebih baik. Selain itu,
15
kebutuhan pasien rawat inap di Kota Malang sangat besar dan jarak untuk menjangkau Rumah Sakit umum juga tidak terlalu jauh dari BPI ALBASRAH. Untuk mengatasi hambatan diatas, klinik rawat inap ini harus memiliki keunggulan kompetitif yang berbeda dengan pesaing terdekat minimal dengan Puskesmas yang ada di Kecamatan Wajak. Selain itu, juga harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh pasien. Sedangkan untuk dokter akan diberi tunjangan yang memuaskan agar tidak berpindah ke kompetitor lain ataupun tidak membuka praktek sendiri dekat dengan lokasi klinik saat ini. 1.2. Lingkungan Internal Perusahaan Analisis lingkungan internal perusahaan meliputi status kepemilikan perusahaan, status hukum, sejarah perusahaan, dan lokasi. Selain itu, termasuk pula sumber daya dan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. 1.2.1. Status Kepemilikan Status kepemilikan dari BPI (Balai Pengobatan Islam) ALBASRAH adalah kepemilikan pribadi bisnis keluarga. Kepemilikan saham dipegang 100% perusahaan oleh keluarga. Semua keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah keluarga. 1.2.2. Status Hukum Untuk dapat mendirikan klinik rawat inap harus memenuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku. Berdasarkan dinas kesehatan Kabupaten Malang (www.dinkes.malangkab.go.id) terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu: a. Fotocopy akte pendirian
16
b. Fotocopy ijin mendirikan tempat usaha dari dinas koperasi, industri, perdagangan dan penanaman modal. c. Fotocopy sertifikat hak milik d. Struktur organisasi pelayanan kesehatan e. Fotocopy ijazah, dan SIB f. Surat penugasan oleh Depkes RI g. Pas foto penanggun jawab h. Fotocopy IMB dari dinas pemukiman dan kebersihan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit harus memiliki badan hukum. Klinik ini adalah perusahaan perorangan yang dimiliki oleh keluarga dan berbentuk CV (Commanditaire Vennootschap) yang pengurusnya merupakan anggota keluarga. 1.2.3. Sejarah Perusahaan Klinik rawat jalan diberi nama BPI (Balai Pengobatan Islam) ALBASRAH. Asal-asul nama ALBASRAH berawal dari kelompok dokter yang praktek pertama kali di klinik ini tinggalnya di jalan Basuki Rahmat Malang. Nama ALBASRAH merupakan kepanjangan dari Alumni Basuki Rahmat. Motivasi awal dalam mendirikan balai pengobatan ini adalah untuk memberikan fasilitas kepada dokter muda yang telah melakukan sumpah dokter dan sedang menunggu penempatan untuk PTT (Praktek tidak tetap) atau saat ini disebut
17
internship. Selain itu, menyediakan jasa pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan akhirnya berdiri pada 14 Maret 1994. Seiring berjalan waktu dan semakin banyaknya pasien, Balai pengobatan ini mendapatkan bantuan dari Ir. Akbar Tanjung sewaktu menjabat sebagai Menteri Perumahan Rakyat untuk membangun Rumah Sakit pada tahun 1998. Tapi sayangnya bantuan tersebut hanya cukup untuk membuat bangunan saja. Sampai saat ini, rawat inapnya belum dapat berjalan dengan efektif dan hanya melayani rawat jalan. 1.2.4. Sumber Daya dan Fasilitas Sumber daya yang dimiliki oleh BPI ALBASRAH ini adalah usaha lain yang dimiliki oleh keluarga dan memiliki lembaga pendidikan untuk sekolah menengah. Lembaga pendidikan ini memiliki siswa dan orang tua siswa yang menjadi potensi pasar bagi klinik ini, Potensi pasar yang lain adalah guru dan karyawan. Setiap 6 bulan, klinik melakukan pengobatan gratis ke desa-desa yang dihuni oleh sebagian besar murid dari lembaga pendidikan tersebut atau ke desa yang jumlah kunjungan pasiennya paling banyak. Klinik ini telah berdiri selama 19 tahun dan sudah memiliki kepercayaan dimata konsumen. Jumlah kunjungan pasien tiap bulan mencapai 1.300-1.500 pasien. Dokter yang jaga masih muda dan lebih interaktif dengan pasien. Potensi lain adalah budaya kekeluargaan yang dikembangkan pemilik kepada semua karyawan menjadi kekuatan dalam mempertahankan perjalanan klinik ini.
18
Harga yang ditawarkan untuk rawat jalan kepada konsumen tidak terlalu mahal yaitu untuk biaya periksa hanya Rp. 13.500 dan biaya obat mencapai Rp. 15.000, total biaya untuk berobat mencapai Rp 30.000 sampai Rp. 50.000. Bangunan BPI ALBASRAH luasnya sebesar 400m2 yang memiliki 12 Kamar yang terdiri dari ruang periksa, kamar dokter, kamar karyawan, apotek, dan laboratorium. Sedangkan sisa kamar yang lain belum digunakan secara maksimal. Fasilitas yang ditawarkan adalah buka 24 jam, laboratorium, pananganan yang cepat dan akurat, dan lahan parkir yang luas. 1.2.5. Siklus Bisnis Siklus dari bisnis rawat jalan dapat dilihat dari jumlah pasien per bulan, semester dan tahun. Pemberi jasa kesehatan seperti klinik rawat jalan dan inap sangat dipengaruhi oleh cuaca dan bulan puasa. Jika dilihat dari cuaca, maka jumlah pasien akan naik ketika bulan pancaroba yaitu perpindahan antara musim panas kemusim hujan atau sebaliknya. Pengaruh yang kedua adalah awal tahun tahun ajaran baru sebagian besar orang mengalihkan dana pribadinya untuk keperluan biaya pendidikan. Mereka lebih mengutamakan biaya pendidikan dari pada biaya kesehatan. Fenomena ini dapat dilihat dari data jumlah pasien dari tahun 2010 sampai pertengah 2013. Data pada Tabel 1.7 menunjukkan fenomena jumlah pasien pada bulan Juni sampai Agustus. Pada tahun 2010 jumlah pasien pada tiga bulan tersebut trennya menurun, sedangkan pada tahun 2011 jumlah pasien sempat naik pada bulan Juli
19
tetapi menurun lagi pada bulan Agustus. Pada tahun 2012 tren pada 3 bulan tersebut cenderung naik, sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Juni ke Juli jumlah pasiennya menurun. Tabel 1.7 Data Jumlah Pasien Bulan Juni-Agustus tahun 2010 sampai Pertengahan 2013 Tahun 2010
Bulan Jumlah Pertumbuhan Juni 1.502 Juli 1.306 -13% Agustus 1.224 -6% 2011 Juni 1.271 Juli 1.290 1,5% Agustus 1.266 -1,9% 2012 Juni 1.318 Juli 1.378 5% Agustus 1.644 19% 2013 Juni 1.542 Juli 1.512 -2% Agustus 1.768 17% Sumber: Lampiran 2 Data Pasien
Awal Bulan Puasa 11 Agustus 2010
1 Agustus 2011 19 Juli 2012
8 Juli 2013
Pengaruh yang ketiga adalah adanya Bulan Ramadhan atau puasa. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk berobat karena terbentur oleh ibadah puasa yang wajib dijalankan selama bulan puasa. Ketika mereka sakit dan berobat ke klinik atau rumah sakit maka diharuskan untuk meminum obat 3 kali sehari sehingga mereka tidak dapat menjalan ibadah puasa. Oleh karena itu, alternatif yang diambil adalah meminum obat generik dan tidak berobat ke klinik atau rumah sakit.
20
Kenaikan jumlah pasien pada saat bulan puasa hanya terjadi pada tahun 2012 karena awal puasanya dimulai pada pertengahan dari bulan Juli. Sedangkan pada tahun yang lain jumlah pasiennya menurun (lihat Tabel 1.7) Terdapat siklus menarik dari jumlah pasien dari tahun 2010 sampai pertengahan 2013. Jumlah pasien pada semester pertama (Januari-Juni) lebih rendah dibandingkan dengan semester kedua (Juli-Desember). Dengan kata lain, jumlah pasien trennya akan naik pada semester kedua selama tiga tahun terakhir. Berikut ini data jumlah pasiennya. Tabel 1.8. Data Pasien per Semester Tahun 2010-2013 Tahun 2010
Semester Jumlah Pertumbuhan 1 7.174 2 8.186 14% 2011 1 7.664 -6% 2 8.413 10% 2012 1 8.387 -0,3% 2 9.110 9% 2013 1 10.951 20% Sumber: Lampiran 2 Data Pasien
Rata-rata per bulan 1.196 1.364 1.277 1.402 1.398 1.518 1.564
Dilihat dari jumlah, rata-rata, dan pertumbuhannya dapat dilihat bahwa tren pertumbuhannya selalu positif dari semester 1 ke 2 pada tiap tahunnya. Ini merupakan siklus yang menarik bagi jasa kesehata seperti kliniki rawat jalan 1.3. Analisis Five Forces Analisis ini akan memberikan gambaran umum dan persaingan dalam suatu industri. Analisis ini juga dapat mengukur pesaing didalam industri tersebut dan berikut ini adalah analisis industri untuk industri Rumah Sakit di Kabupaten Malang. 21
1.3.1. Persaingan Perusahaan dalam Industri Persaingan dalam industri kesehatan seperti Rumah Sakit cukup ketat tapi tergantung dari pangsa pasarnya karena setiap Rumah Sakit memiliki pangsa dan target pasar yang berbeda. Data pada Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa persaingan pada industri sakit cukup ketat tapi tergantung dari pangsa pasar yang dibidik. Hal ini senada dengan narasumber kami yang menyatakan bahwa “RS WAVA HUSADA ini, pangsa pasarnya adalah kelas menengah kelas” (lampiran 5). Rumah Sakit WAVA HUSADA ini terletak di selatan Kota Malang yaitu Kepanjen yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Malang sehingga pangsa pasarnya lebih banyak melayani daerah Malang selatan. Dalam menghadapi persaingan yang cukup ketat, Rumah Sakit harus menerapkan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Salah satu strategi tersebut adalah pelayanan dan harga yang dibebankan kepada pasien. Pasien Rumah Sakit untuk kelas menengah ke atas tidak sentitif terhadap harga tetapi lebih meminta pada pelayanan yang terbaik. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang mengatakan bahwa Rumah Sakit akan mempermudah pelayanan kepada pasien dan berusaha memperbaiki jika terdapat kekurangan dalam memberikan fasilitas. 1.3.2. Ancaman Pendatang Baru Menurut hasil wawancara ancaman pendatang baru pada industri Rumah Sakit tidak terlalu berpengaruh karena untuk masuk industri Rumah Sakit sangat sulit. Hal ini dipengaruhi oleh perizinan yang sangat sulit untuk membuka Rumah Sakit baru.
22
Untuk mengantisipasi ancaman ini dapat menggunakan strategi harga dan penambahan fasilitas yang ada di Rumah Sakit. Hal ini dilakukan oleh Rumah Sakit Wava Husada untuk menambah fasilitas kelas 3 untuk mempersiapkan penerapan BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial), menambah fasilitas dokter spesialis kecantikan, dan yang terakhir dengan memberikan fasilitas yang baik dan harganya tidak jauh dari Rumah Sakit di Kota Malang (lampiran 5). Strategi yang terakhir bertujuan untuk menjaring masyarakat Malang selatan agar tidak jauh-jauh berobat ke Kota Malang. 1.3.3. Ancaman Produk Subsitusi Rumah sakit saat ini dihadapkan adanya jasa atau fasilitas yang dapat digantikan oleh pasien yang menjadi ancaman dari produk/jasa subtitusi. Hal ini terkait dengan fasilitas rawat inap yang hampir dimiliki oleh PUSKESMAS disetiap Kecamatan di Kabupaten Malang. Kedua pelayanan poli dan dokter spesialis, biasanya dokter spesialis dan dokter umum selain praktek di Rumah Sakit juga buka praktek dirumahnya. Adanya jasa subtitusi ini tidak berpengaruh pada Rumah Sakit karena fasilitas yang dimiliki Rumah Sakit lebih baik daripada PUSKESMAS atau Rumah Sakit Pemerintah. Selain itu masih ada persepsi dari konsumen bahwa pelayanan dari Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah kurang baik (lampiran 5). Terkait hubungan antara dokter spesialis dan dokter umum, keduanya masih memiliki hubungan yang
23
saling membutuhkan dengan Rumah Sakit. Jadi ancaman produk subsitusi ini tidak berpengaruh pada industri Rumah Sakit. 1.3.4. Daya Tawar Pemasok Rumah Sakit memiliki tiga pemasok penting yaitu obat, alat kesehatan dan dokter. Untuk alat kesehatan hanya dibutuhkan ketika ada penambahan fasilitas seperti menambahkan tempat tidur. Alat kesehatan biasanya juga dibutuhkan ketika awal investasi saja. Pemasok yang paling krusial adalah pemasok obat karena obat menjadi kebutuhan harian secara regular di Rumah Sakit. Rumah Sakit bebas memilih pemasok obat yang diinginkan. Pemasok obat ini biasa disebut PBF (Pedagang Besar Farmasi). Penilaian pemasok (PBF) ini tergantung kontribusi dari pemasok obat tersebut kepada Rumah Sakit seperti memberikan hadiah ketika ada acara Rumah Sakit (lampiran 5). Kontribusi lain bisa berbentuk diskon pembayaran obat atau perpanjangan kredit ketika dibutuhkan. Penilaian terakhir terkait dengan komplain atau keluhan obat yang dipesan dapat diganti atau tidak? Jika bisa, maka pemasok tersebut merupakan pemasok yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, kekuatan pemasok pada industri Rumah Sakit termasuk rendah karena Rumah Sakit memiliki kekuasaan untuk menentukan pemasok obatnya. Pemasok lain dan sangat berpengaruh adalah dokter. Dokter memiliki daya tawar yang tinggi karena dokter dapat praktek di tiga tempat yang berbeda seperti praktek pribadi, Rumah Sakit dan Klinik. Apalagi dokter spesialis, mereka memiliki
24
daya tawar yang tinggi karena jasa mereka sangat dibutuhkan oleh Rumah Saki. Hal ini dipengaruhi oleh keinginan rumah sakit untuk menambah fasilitas dokter spesialis agar memiliki keunggulan kompetitif. 1.3.5. Daya Tawar Pembeli Menurut hasil wawancara, daya tawar pembeli sangat rendah karena keterbatasan Rumah Sakit, luasnya wilayah kabupaten Malang dan persebaran penduduknya terkonsentrasi di beberapa daerah.
Hal ini juga ditambah dengan
kekurangan jumlah tempat tidur di Kabupaten Malang yang mencapai 400 tempat tidur. Sejauh pengamatan penulis di daerah Malang Selatan hanya terdapat 2 Rumah Sakit yait Wava Husada dengan RSUD Kepanjen. Kedua bukti diatas telah memperlihatkan jika posisi tawar pasien rendah di Kabupaten Malang untuk berobat ke Rumah Sakit. Contohnya pasien di Malang Selatan, jika mereka membutuhkan perawatan rawat inap maka hanya 2 pilihannya RSUD Kepanjen dan RS Wava Husada. Kondisi ini sangat berbeda dengan yang ada di Kota Malang karena terdapat banyak pilihan Rumah Sakit dan jaraknya sangat berdekatan antar Rumah Sakit. Selain itu, wilayahnya tidak terlalu luas dan daerah perkotaan. Selain itu, daya tawar pembeli juga rendah karena harus mengikuti keinginan dari dokter. Contohnya adalah pasien harus mengikuti petunjuk dokter untuk rujuk ke dokter spesialis sesuai dengan keinginan dokter tersebut atau jika ingin konsultasi bisa hanya ditemui ditempat praktik pribadinya 1.4. Rumusan Masalah
25
Perkembangan layanan jasa kesehatan menciptakan suatu persaingan yang ketat. Agar dapat bertahan pada industri ini maka harus meningkatkan pelayanan dan fasilitas pendukung dari balai pengobatan atau klinik tersebut. Hal tersebut memunculkan adanya kebutuhan mengembangkan klinik rawat jalan menjadi klinik rawat inap. Oleh karena itu, BPI ALBASRAH sebagai jasa pelayanan kesehatan yang melayani rawat jalan dan ditunjang oleh laboratorium dan apotek ingin dikembangkan menjadi klinik rawat inap yang memiliki 10 tempat tidur untuk memberikan fasilitas kepada pasien. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan studi ini adalah menyusun rencana bisnis bagi BPI ALBASRAH untuk mengembangkan rawat jalan menjadi rawat inap di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang yang menawarkan fasilitas rawat inap sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sekitar. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaaat yang diharapkan dari penyusunan rencana pengembangan bisnis dari klinik rawat jalan menjadi klinik rawat inap adalah: a. Bagi pelaku bisnis/pengusaha dapat menjadi acuan dalam menjalankan dan mengembangkan klinik rawat inap sekaligus dapat memprediksi masa depan.
26
b. Bagi investor dapat memberikan gambaran kelayakan usaha dan proyeksi keuangan klinik rawat inap c. Bagi akademisi dapat memberikan gambaran rencana bisnis klinik rawat inap yang lebih kompetitif. 1.7. Sistematika Penulisan BAB I LATAR BELAKANG: Bab Ini terdiri dari Pendahuluan, Analisis eksternal perusahaan, Analisis internal perusahaan, Analisis five forces Tujuan studi, Manfaat studi dan Sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORI: Pada bab ini menjelaskan tentang Landasan teori rencana bisnis secara fungsional dan pengertian klinik rawat inap BAB III METODE PENELITIAN: Pada bab ini memaparkan Level analisis, Sumber data, Metode pengumpulan data, dan Teknik analisis data BAB IV STRATEGI DAN RENCANA: Pada bab ini dijelaskan Strategi dan rencana bisnis secara Fungsional yang berisi visi, misi, tujuan, rencana pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia. BAB V RENCANA AKSI: Bab ini membahas mengenai tujuan dan sasaran pelaksanaan perencanaan bisnis yang berkaitan dengan fungsi-fungsi yang terkait dengan perusahaan.
27