BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan inisiatif baru (Cetak Biru KEA 2013). Tujuan utama dari MEA yaitu untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: 1.
ASEAN sebagai aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas tenaga kerja terdidik, dan bebas modal (single market and production base).
2.
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi (a highly competitive economic region).
3.
ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil menengah (a region of equitable economic development).
4.
ASEAN sebagai kawasan terintegrasi (a region fully integrated in to the global economy). Pembentukan MEA akan memberikan peluang bagi negara-negara anggota
ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi yang dapat dilihat dari porsi perdagangan di antara negara ASEAN menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari 19,4% (1991) menjadi 27% (2010) dari total nilai perdagangan
ASEAN. Demikian pula, intensitas perdagangannya yang ditunjukkan dari indeks intensitas perdagangan regional ASEAN terus meningkat dari 3,65% (1996) menjadi 4,55% (2008) (MPAC,2011). Untuk dapat merebut persaingan MEA 2016, beberapa potensi yang dimililki Indonesia antara lain (www.setneg.go.id):
1.
Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi.
2.
Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%.
3.
Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.
4.
Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen
dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produkproduk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri. 5.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
Khusus sektor logistik, implementasi MEA bakal memantik kompetisi antarperusahaan penyedia jasa logistik khususnya dalam bidang jasa kepabeanan dan transportasi. Eksesnya, konsumen akan menuntut tingkat pelayanan tinggi dengan biaya yang efisien sehingga, harga menjadi makin kompetitif.
Pemilihan topik dengan judul “Formulasi Strategi Bersaing Perusahaan Jasa Logistik PT Karya Kencana dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” adalah karena adanya keinginan agar perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang logistik khususnya Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK)melihat adanya peluang kenaikan kebutuhan logistik yang dapat dilihat dari porsi perdagangan di antara negara ASEAN menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari 19,4% (1991) menjadi 27% (2010) dari total nilai perdagangan ASEAN. Demikian pula, intensitas perdagangannya yang ditunjukkan dari indeks intensitas perdagangan regional ASEAN terus meningkat dari 3,65% (1996) menjadi 4,55% (2008) (MPAC,2011). Secara umum kegiatan logistik terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan pergerakan (move) dan kegiatan penyimpanan (store). Jika kedua kegiatan ini direncanakan dan dikendalikan secara ketat, maka masalah sistem logistik secara keseluruhan akan dapat terselesaikan dengan baik. Dua kegiatan utama tersebut diurai menjadi beberapa kegiatan yaitu: 1. Information 2. Transportation 3. Inventory 4. Warehousing 5. Material handling 6. Packaging 1.1.1. LOGISTIK NASIONAL Secara umum sistem logistik di Indonesia saat ini belum memiliki kesatuan visi yang mampu mendukung peningkatan daya saing pelaku bisnis dan peningkatan kesejahteraan rakyat, bahkan pembinaan dan kewenangan terkait
kegiatan logistik relatif masih bersifat parsial dan sektoral di masing-masing kementerian atau lembaga terkait, sementara koordinasi yang ada belum memadai. Perdagangan menjadi kurang efisien mengingat biaya logistik yang mahal dibandingkan negara anggota ASEAN lainnya, yang dibebankan sebesar 14,08%, jika dibandingkan dengan biaya logistik yang wajar sebesar 7%(Perpres 2012). Dalam Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa berdasarkan survei yang dilakukan World Bank pada tahun 2016 yang kemudian dituangkan dalam Logistics Performance Index (LPI), posisi LPI Indonesia secara menyeluruh turun 10 peringkat dari tahun 2014 dan berada pada peringkat 63(enam puluh tiga) dari 163 (seratus enam puluh tiga) negara. Tabel 1.1. Posisi Indonesia Dalam Logistik Performance Index (LPI) LPI No Country Code score Tahun 2014 1 Singapore SGP 4.00 2 Malaysia MYS 3.59 3 Thailand THA 3.43 4 Vietnam VNM 3.00 5 Indonesia IDN 3.08 Tahun 2016 1 Singapore SGP 4.14 2 Malaysia MYS 3.43 3 Thailand THA 3.26 4 Indonesia IDN 2.98 5 Vietnam VNM 2.98 10 GROWHT Sumber: World Bank (2016)
rank 5 25 35 53 53 5 32 45 63 64
Peringkat LPI 2016 negara-negara ASEAN sebagian besar menurun dibandingkan 2014, hanya Kamboja (83) dan Myanmar (48) yang meningkat dan Singapura (5) tetap. Indonesia juga masih berada di bawah Thailand dan Malaysia.Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, penurunan peringkat Indonesia bukan berarti logistiknya memburuk tetapi dikarenakan membaiknya kinerja negara lain, seperti Italia, Tiongkok, India, bahkan Tanzania dan Rwanda. Untuk tujuan peningkatan peringkat LPI berikutnya, Darmin mengatakan setidaknya ada enam aspek utama dalam membangun sistem logistik nasional, yaitu perbaikan rantai pasok komoditi utama, infrastruktur transportasi logistik, penyediaan pelaku logistik, pengembangan SDM, penerapan teknologi, dan harmonisasi regulasi (Basuki, 2016). Berdasarkan statisik perkembangan ekspor impor, ekspor Indonesia pada bulan Agustus 2016 naik 3,7% dibanding dengan nilai ekpor pada bulan Agustus 2015. Sedangkan untuk impor, naik 37,35 persen (USD3.368,0 juta) dibanding bulan sebelumnya. Demikian pula dengan volumenya naik 38,10 persen hingga menjadi 14.001,7 ribu ton. (bps.go.id) 1.2. Rumusan Masalah Dengan dibukanya MEA diharapkan Industri logistik di Indonesia, khususnya Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) dapat menangkap peluang yang ada dan menghadapi ancaman yang muncul dalam MEA. Dampak positif yang timbul adalah adanya peluang kenaikan kebutuhan logistik yang dapat dilihat dari porsi perdagangan di antara negara ASEAN menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari 19,4% (1991) menjadi 27% (2010) dari total nilai perdagangan
ASEAN. Demikian pula, intensitas perdagangannya yang ditunjukkan dari indeks intensitas perdagangan regional ASEAN terus meningkat dari 3,65% (1996) menjadi 4,55% (2008) (MPAC,2011). Para pengusaha industri logistik khususnya PPJKakan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatkan tingkat kemampuan, kompetensi, dan profesionalitas yang dimilikinya. Namun selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus diperhatikan yaitu potensi perusahaan logistik asing masuk ke Indonesia besar sejalan dengan penerapan MEAawal 2016. Perusahaan logistik asing akan masuk ke pasar Indonesia mengikuti produk-produk yang dibawa produsen dari negara-negara di ASEAN.Bahkan, bukan tidak mungkin perusahaan asing tersebut mengambil alih pasar lokal jika perusahaan logistik lokal tidak bisa bersaing, baik dari segi manajemen maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, dalam menghadapi pasar MEA yang telah dibuka ini, PT. Karya Kencana ingin melihat keadaan industri logistik saat ini khususnya PPJK agar mampu menangkap peluang dan tantangan yang ada dalam MEA untuk merumuskan strategi perusahaan untuk dapat bersaing dalam industri logistik. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian telah disampaikan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana peluang industri logistik khususnya PPJK dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?
2. Bagaimana dampak besarnya pasar MEA terhadap pasar industri logistik
dimana PT. Karya Kencana berada? 3. Bagaimana strategi PT. Karya Kencana dalam menghadapai persaingan
memperebutkan pangsa pasar? 1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis peluang industri logistik khususnya PPJK dalam Masyarakat
1.
Ekonomi ASEAN (MEA). 2. Menganalisis dampak besarnya pasar MEA terhadap pasar industri logistik
dimana PT. Karya Kencana berada. 3. Merumuskan strategi PT. Karya Kencana dalam menghadapi persaingan
memperebutkan pangsa pasar. 1.5. Manfaat Penelitian 1.
Bagi PT. Karya Kencana
a.
Memberikan feedback keperusahaan mengenai evaluasi strategi bisnisyang dilakukan PT. Karya Kencana dalam layanan jasa logistik.
b.
Memberikan informasi mengenai analisa lingkungan eksternal dan internal.
c.
Memberikan
informasi
mengenai
kekuatan,
danancaman yang dimiliki perusahaan. 2.
Bagi Penulis a. Implementasi Model Manajemen Strategik.
kelemahan,
peluang,
b. Implementasi analisis porter’s five forces, value chainanalysis, evaluasi faktor eksternal dan internal pada PT. Karya Kencana. c. Implementasi analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada PT. Karya Kencana. 1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal, antara lain: 1. Cakupan penelitian: meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan di perusahaan logistik PT. Karya Kencana. 2. Lokasi penelitian: penelitian dilakukan di dalam perusahaan dan diluar area perusahaan yaitu tempat penumpukan kontainer dan gudang penumpukan. 3. Cakupan analisis: dilakukan terhadap seluruh operasional PT. Karya Kencana. 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan thesis yang digunakan dalam memaparkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Bab ini menjelaskan hal-hal yang mendasari penyusunan thesis ini, yaitu latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori Bab ini menguraikan teori strategis bisnis dan metode analisa lingkungan bisnis yang melandasi penelitian ini. Bab III. Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang meliputi sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV. Analisis Bab
ini
berisi
analisis
atas
faktor-faktor
yang
berkaitan
dengan
lingkunganeksternal, lingkungan internal, dan formulasi strategi bisnis pada PT. Karya Kencana. Bab V. Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan dari penelitian dan saran yang diharapkan bermanfaatuntuk diimplementasikan bagi perusahaan.