1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan berfungsi sebagai alat mencapai tujuan pengajaran dan bahkan untuk mencapai tujuan jangka panjang yakni tujuan pendidikan nasional.1 Melalui proses pengajaran, ilmu pengetahuan ditransfer dari guru ke siswa sehingga terjadi interaksi belajar antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar akan berhasil bila didukung oleh komponen-komponen pembelajaran, yaitu: tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan evaluasi.2 Antara komponen tersebut saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran yang dinilai berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar adalah bahan pengajaran. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis.3 Secara garis besar materi atau bahan ajar ini berisikan tentang pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik atau life skill), dan minat atau sikap (afektif) yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subyek 1 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), 66. 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 47-57. 3 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi (Bandung: PT.Remaja Rosydakarya, 2007), 173.
2
didik.4 Dikarenakan pentingnya bahan ajar ini, guru yang akan membuat lesson plan tidak cukup hanya mempunyai kemampuan membuat rumusan tujuan pengajaran, tetapi guru juga harus menguasai bahan pengajaran.5 Penguasaan guru terhadap bahan pengajaran akan mempermudah guru untuk menentukan bahan-bahan pengajaran yang cocok dengan minat dan kebutuhan siswanya.6 Hal ini dikarenakan bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan memotivasi siswa dalam belajar. Pemilihan bahan ajar harus diperhatikan oleh guru terlebih lagi untuk guru mata pelajaran yang bersifat pengamalan sehari-hari, yaitu pelajaran PAI. Dalam pembelajaran PAI sumber utama belajarnya adalah al-Qur’an seperti tertuang dalam firman Allah SWT. surat al-Nahl ayat 64 berikut ini: .ِ34ِ5 ًى8@ َ> ً= َو ُه ْ ْ ٍم َو َرDEَ Fِ ن َ DُHIِ ْJKُ LَI َوLَHFْ Mَ Nْ َأP َ 4ْ QَR َ ب َ LَTUِ Fْ اWِ إY َ 4ِّ َ[Tُ Fِ \ُ ]ُ Fَ _ِيFَّا اDُ`QَTَ a ْا Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS. Al-Nahl: 64).7 Sumber pokok pengajaran agama Islam adalah Al-Qur’an dan hadits.8 Al-Qur’an sebagai sumber belajar utama dalam Islam perlu dipahami dan diamalkan oleh setiap yang mempelajarinya, termasuk di antaranya oleh siswa sebagai sasaran pendidikan di sekolah.
4 Mimin Hariyati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 10. 5 Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), 91. 6 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 51. 7 al-Qur’an Surat Al-Nahl: 64. 8 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 122
3
Bila al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pendidikan Islam perlu diamalkan, maka Hadits pun mengikutinya, karena al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam. Keduanya merupakan satu kesatuan, Al-Qur’an sebagai sumber utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itulah hadits sebagai sumber kedua dalam pendidikan Islam sekaligus sebagai penjelas (bayan) keumuman isi al-Qur’an.9 Begitu pentingnya al-Qur’an dan Hadits, maka dalam pembelajaran Qur’an Hadits di sekolah, guru harus mampu memilih bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan perkembangan siswa, jangan sampai dikarenakan ketidaktepatan dalam pemilihan bahan ajar, proses belajar mengajar menjadi terhambat dan menurunkan motivasi belajar siswa. MAN 2 Ponorogo merupakan lembaga pendidikan agama yang bernaung di bawah Depag, yang mana mata pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama. Untuk mata pelajaran agama salah satunya adalah al-Qur’an Hadits. Dan dari sini guru dituntut agar secara tepat dalam memilih bahan ajar untuk proses belajar mengajar. Sedangkan pada tahun pelajaran 2008/2009 bahan ajar untuk Qur’an Hadits benar-benar disusun oleh guru dan guru harus benar-benar memperhatikan permasalahan yang dihadapi saat pembelajaran atau oleh siswa sendiri. Hasil penjajagan awal di lapangan, ditemukan masalah dalam pembelajaran, yaitu suasana belajar yang menjenuhkan dikarenakan siswanya tidak aktif pada saat mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo.10 Hal ini disebabkan materi
9
LKS Hikmah membina kreatifitas dan prestasi, mengkaji Qur’an hadits (Sragen: Akik Pusaka) 20. Dari hasil wawancara dengan bpk Hamida Imammudin (Guru Qur’an Hadits kelas XII) MAN 2 Ponorogo, tanggal 16 Februari 2009 pukul 13.00-13.30 WIB di rumah. 10
4
pelajaran yang diberikan oleh guru dengan metode ceramah dianggap monoton. Sehingga membuat siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Selain itu ditemukan masalah dalam membaca dan menghafal ayat al-Qur’an dikarenakan perbedaan individu baik mengenai kualitas maupun latar belakang pendidikannya.11 Dari kedua masalah di atas juga ditemukan masalah siswa-siswi yang tidak memperhatihan pelajaran pada saat diajar pada mata pelajaran Qur’an hadits.12 Dari realitas di atas, guru akhirnya mampu menyusun bahan ajar atau materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan
judul
“UPAYA
PENYUSUNAN
BAHAN
AJAR
MATA
PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MAN 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009.” B. Fokus Penelitian Fokus penelitiaan ini adalah: Kondisi riil bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadist di MAN 2 Ponorogo, permasalahan yang dihadapi oleh guru Qur’an Hadist di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar, langkah–langkah yang di lakukan oleh guru Qur’an Hadist di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar.
11 Dari hasil wawancara dengan Bpk Supriyadi (Guru Qur’an Hadits kelas X) MAN 2 Ponorogo, tanggal 22 Februari 2009 pukul 15.00-15.30 WIB di rumah. 12 Dari hasil wawancara dengan Mukhtar (siswa kelas X) MAN 2 Ponorogo, tanggal 10 Februari 2009 pukul 14.00-14.30 WIB di kost.
5
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi riil bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo? 2. Apa permasalahan yang dihadapi oleh guru Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar? 3. Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh guru Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar? D. Tujuan penelitian Penelitian yang dilakukan di MAN 2 Ponorogo ini mempunyai tujuan : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kondisi riil bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh guru Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah yang di lakukan oleh guru Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini secara teoritis akan ditemukan pola dalam
6
penyusunan bahan ajar melalui pembuatan RPP yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan dilaksanakan dengan strategi yang menarik. 2.
Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini akan berguna bagi: a. Pihak sekolah yang bersangkutan. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. b. Bagi guru. Dengan adanya penelitian ini, guru bisa mengetahui bagaimana cara menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Bagi peneliti. Untuk menambah pengalaman terutama dalam menyusun bahan ajar.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.13 Dan penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainya. 14 Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 36. Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 4. 13 14
7
explaining). 15 Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian
di
lapangan.16
Penelitian
kualitatif
lebih
banyak
mementingkan segi proses daripada hasil. Pertanyan apa (yang dilakukan) mengapa (hal itu dilakukan), dan bagaimana cara melakukan uraian naratif merajut pemaparan suatu fenomena. 17 Dalm hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial.18 Dalam studi kasus, peneiliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menganalisis penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo serta menaganalisis permasalahan dan pemecahannya. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlangsung saat
15 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 60. 16 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), 3. 17 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan ….. 39-40. 18 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 201.
8
ini.19 2. Kehadiran peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.20 Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument kunci partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang dengan melakukan pengamatan berperan serta yaitu peneliti melakukan interaksi sosial dengan subjek dalam waktu yang lama dan selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis 3. Lokasi Penelitian Penelitian memilih MAN 2 ponorogo sebagai tempat penelitian. Pemilihan lembaga ini dikarenakan ada kesesuaian dengan topik yang peneliti pilih, yaitu mengenai penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an hadits sehingga diharapkan peneliti dapat bekerjasama dengan lembaga secara optimal. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data utamanya adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokuman dan lainnya.21 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Manusia, yang meliputi kepala sekolah, guru Qur’an hadits dan siswa-
19 Sanapiah Faisal, dan Mulyadi Guntur Waseso. Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 42. 20 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 117. 21 Ibid. 112
9
siswi MAN 2 Ponorogo serta semua pihak yang terkait dengan penelitian ini. b. Non manusia, yang meliputi dokumen dan semua buku-buku yang relevan. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: a. Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.22 Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam
penelitian
kualitatif,
peneliti
mengandalakan
pengamatan dan wawancara dalam mengumpulkan data di lapangan pada waktu di lapangan membuat “catatan” setelah pulang ke rumah atau ke tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”.23 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebelum guru mengajar pada mata pelajaran Qur’an hadits dan pada saat pembelajaran berlangsung. b. Wawancara Wawancara yaitu proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, 22 23
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan…… 158 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif….. 153
10
motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interview).24 Macam-macam
wawancara
antara
lain; (1)
wawancara
terstruktur, (2) wawancara tidak terstruktur.25 Sedangkan dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data, dan pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalah yang akan ditanyakan.26 Wawancara tidak terstruktur ini disebut juga wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka dan wawancara etnografis.27 Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada: 1) Kepala sekolah, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang data umum sekolah. 2) Guru Qur’an Hadits, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits. 3) Siswa siswi MAN 2 Ponorogo, yaitu untuk mendapatkan informasi tentang suasana kelas pada saat diajar mata pelajaran Qur’an
24 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kwalitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 143. 25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), 194. 26 Ibid., 233-234. 27 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif …… 180.
11
hadits. c. Dokumentasi Dokumentasi
yaitu
cara
mengumpulkan
data
melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.28 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa: 1) Data-data keadaan guru dan siswa. 2) Struktur organisasi sekolah 3) Dan data-data lain. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.29 Analisis
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan
data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisis data kualitatif, mengutip konsep dari Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data 28 29
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan ……. 181 Sugiono. Metode Penelitian…….. 334
12
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion.30 Langkahlangkah analisis ditujukan pada gambar berikut ini: Data Display
Data Collection
Conclusion Drawing (Verification)
Data Reduction
Keterangan: a. Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan mempermudah
memberikan peneliti
gambaran
untuk
yang
melakukan
lebih
jelas
dan
pengumpulan
data
selanjutnya. b. Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data
30
Ibid. 246.
13
selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian c. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif, dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan ferifikasi. 31 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.32 Karena keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).33 Peneliti
menggunakan
teknik
triangulasi
untuk
memeriksa
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.34 Teknik
triangulasi
dengan
memanfaatkan
sumber,
berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.35 Hal ini dapat diperoleh dengan membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara, atau membandingkan hasil wawancara dari informan satu dengan informan yang lain, atau membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan Penelitian 31 Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syari’ah, Tarbiyah, Ushuluddin (STAIN Ponorogo), 2008, 54. 32 Matthew B. Miles, dan Huberman. Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 19. 33 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif …… 171 34 Ibid., 178. 35. Ibid.,
14
Dalam proses pelaksanaan peneliti melalui tahapan penelitian sebagai berikut: a. Tahap pra lapangan Dalam tahap ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan yaitu: Menyusun rancangan penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, landasan teori, rancangan analisa data dan rancangan pengecekan keabsahan data. b. Memilih lapangan penelitian c. Mengurus perijinan d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Memilih informan f. Menyiapkan perlengkapan penelitian g. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini yang dilakukan peneliti adalah: 1) Memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri. Dalam hal ini yang dilakukan peneliti adalah membaur dengan subyek secara akrab, menyesuaikan penampilan dengan kultur latar penelitian, dan menentukan jumlah waktu studi. 2) Memasuki lapangan. Dalam hal ini peneliti berperan serta di latar penelitian sambil mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. h. Tahap analisis data Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis melakukan analisis
15
terhadap data-data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Pekerjaan analisis ini meliputi: Mengatur, mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan. i. Tahap penulisan laporan Pada tahap ini peneliti menuangkan hasil penelitian ke dalam suatu bentuk laporan penelitian yang sistematis sehingga dapat dipahami dan diikuti alurnya oleh pembaca.
G. Sistematika Pembahasan Adapun pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing tercantum dibawah ini : BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data). Dan sistematika pembahasan BAB II berisi kajian teoritis atau landasan teori tentang penyusunan bahan ajar, meliputi pengertian bahan ajar kriteria dalam memilih bahan ajar dan kajian tentang Qur’an hadits BAB III berisi tentang penyajian data yang meliputi data umum yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian yang terdiri dari visi, misi dan tujuan
16
MAN 2 Ponorogo, sejarah singkat berdirinya MAN 2 Ponorogo, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan paparan data khusus yang
terdiri
dari
data
penyusunan
bahan
ajar,
permasalahan
dan
pemecahannya. BAB IV berisi analisis tentang penyusunan bahan ajar, permasalahan dan pemecahannya di MAN 2 Ponorogo. BAB V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
17
BAB II BAHAN AJAR MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS
A. Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Qur’an Hadits 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.36 Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.37 Bahan ajar bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Secara garis besar materi ajar (instructional material) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran bisa tercapai maka guru harus merancang bahan ajar sedemikian rupa dengan memperhatikan jenis, ruang lingkup, urutan dan perlakuanya. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan
36
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 173. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), 50. 37
18
ajar memerlukan metode dan teknik evaluasi yang berbeda-beda.38 Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. 2. Bentuk-bentuk Bahan Ajar Adapun bentuk bahan ajar dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: a. Bahan ajar cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model atau maket. b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif.39 Melihat pengertian di atas diketahui bahwa bentuk bahan ajar dapat berupa bahan ajar tertulis dan bahan ajar tidak tertulis.
38 Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 10. 39 Abdul Majid, Perencanaan…, 173-174.
19
3. Penyusunan Bahan Ajar a. Patokan dalam penyusunan bahan belajar Bahan belajar dapat disusun dengan beberapa patokan antara lain sebagai berikut: 1) Bahan belajar disusun sedemikian rupa, dimulai dari bahan belajar yang sederhana kemudian meningkat kepada bahan belajar yang lebih beragam (kompleks). 2) Bahan belajar dirumuskan berdasarkan pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh peserta didik. Dengan kata lain, bahan belajar itu berangkat dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki peserta didik. 3) Bahan belajar disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat mempelajarinya dimulai dari keseluruhan, kemudian sampai pada bagian-bagiannya. 4) Bahan belajar disusun secara berurutan yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar melalui langkahlangkah yang berurutan pula. 40 Bahan belajar yang dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip di atas akan memungkinkan tumbuhnya pengalaman belajar yang diikuti dalam kegiatan pembelajaran.
40
Sudjana S dan Djudju, Strategi Pembelajaran (Bandung: Falah Production, 2000), 202.
20
b. Langkah penyusunan bahan ajar Seperti telah disebutkan di atas, maka bahan ajar harus dipersiapkan atau dirancang dengan baik oleh guru. Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan bahan ajar yaitu: 1) Materi pelajaran Materi pelajaran merupakan hal yang urgen dalam pembelajaran agar materi yang dipelajari peserta didik ini sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: a) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan instruksional. b) Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan siswa. c) Materi pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan. d) Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.41 Selanjutnya prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan materi pelajaran atau bahan ajar yaitu: a) Susun materi sesuai dengan urutan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.
41
102.
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
21
b) Harus
memenuhi
prinsip
kontinyuitas.
Ada
hubungan
fungsional antara materi satu dengan materi lainnya. c) Sistematis, artinya disusun menurut suatu alur tertentu. Pola susunan materi bisa mengikuti: (1) Dari yang mudah menuju yang susah (2) Dari yang sederhana menuju yang komplek atau rumit (3) Dari khusus menuju yang umum. (4) Dari yang umum menuju yang khusus. (5) Harus bisa dijelaskan dengan jelas, sehingga bisa diproyeksi untuk mencapai tujuan. 42 Adapun
langkah-langkah
dalam
memilih
materi
pembelajaran (bahan ajar) antara lain: a) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini perlu dilakukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
42 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Pengembangan Mata Pelajaran dalam KTSP, 2008, 30.
22
b) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Materi ajar kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain: pertama, materi jenis fakta yaitu materi berupa nama-nama obyek, nama tempat, nama orang, nama lambang, peristiwa atau sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya. Kedua materi konsep, yaitu berupa pengertian, definisi, hakekat, inti dan isi. Ketiga materi jenis prinsip, yaitu berupa rumus, dalil, postulat, adagium, paradigma dan teorema. Keempat materi jenis prosedural, yaitu berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut misalnya langkah-langkah pembuatan bel listrik dan sebagainya.43 c) Berorientasi pada tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai. Hendaknya memilih materi yang betul-betul sejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Karena itu dalam konteks KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang berbasis kompetensi, sekolah/ guru harus mampu mengurai kompetensi dasar ke dalam rumusan indikator hasil belajar secara tepat dan jelas. Agar jenis materi apa dan sejauh mana kedalamannya bisa ditentukan secara mantap. d) Urgensi materi, artinya pilihlah materi yang dipandang penting diketahui dan merupakan prerequisite (persyaratan) untuk
43
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian…, 11.
23
mempelajari materi selanjutnya. Dalam hal ini guru dituntut menguasai bahan ajarnya. e) Tuntutan kurikulum. Dalam dokumen kurikulum sudah tercantum garis besar tujuan dan materi yang harus tercakup. Dan dalam konteks KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dituntut mengetahui SI (Standar Isi) dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan). f) Nilai kegunaan materi. Pilihlah materi pelajaran yang dipandang akan berguna bagi siswa. Hal ini penting dilakukan karena dewasa ini informasi dan ilmu pengetahuan sangat melimpah, sehingga perlu dipilih materi yang benar-benar akan berguna.44 Pada dasarnya bahan ajar atau materi pelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang berisi pesan. Adapun pesan yang terkandung dalam materi pelajaran adalah dalam bentuk sebagai berikut: (1) Konsep Konsep adalah gagasan atau ide-ide yang memiliki ciriciri umum misalnya keimanan, ketaqwaan.
44 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Pengembangan ……, 29.
24
(2) Prinsip Prinsip adalah kebenaran dasar yang merupakan pangkal tolak untuk berpikir, bertindak, dan sebagainya. (3) Definisi Definisi merupakan kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, ciri-ciri utama diri orang, benda, proses atau aktivitas. (4) Konteks Konteks adalah suatu uraian kalimat yang mendukung atau menjelaskan makna atau situasi yang dihubungkan dengan suatu kejadian. (5) Data Data adalah keterangan yang dapat dijadikan bahan kajian baik berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis. (6) Fakta Fakta adalah sesuatu keadaan atau peristiwa yang telah terjadi, dikerjakan atau dialami. Misalkan peristiwa perang tabuk. (7) Proses Proses adalah serangkaian peristiwa yang merupakan gerakan-gerakan perkembangan dari suatu benda atau manusia.
25
(8) Nilai Nilai adalah sesuatu yang diharapkan, diinginkan dan dicita-citakan
oleh
suatu
masyarakat.
Dan
merupakan
pengakuan masyarakat secara umum mengenai ukuran baik dan buruk. (9) Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan dan mengerjakan sesuatu secara jasmaniah (menulis, membaca, berlari, gerakan sholat dan sebagainya) dan keterampilan rohaniah
(berpikir,
menganalisa,
membedakan
dan
sebagainya.45 2) Penyajian bahan ajar Selain menetapkan materi pelajaran langkah yang perlu diperhatikan adalah dalam menyajikan materi pelajaran atau bahan ajar. Adapun yang harus dilakukan oleh guru dalam penyajian bahan ajar adalah sebagai berikut: a) Pemeriksaan awal, bahan pelajaran yang akan digunakan harus diperiksa lebih dahulu, supaya guru dapat menentukan apakah bahan tersebut dapat berguna bagi siswa dalam mencapai tujuan. b) Persiapan lingkungan, dimanapun penyajian bahan pengajaran akan berlangsung, semua perlengkapan harus ditempatkan 45 Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 114-116.
26
pada tempat yang baik dan benar. Hal-hal penting yang mendukung suasana belajar harus dipikirkan betul-betul. c) Persiapan siswa, dari pengalaman dan penelitian dapat membuktikan bahwa apa yang dapat dipelajari dari sesuatu sangat tergantung dari “bagaimana para siswa dipersiapkan” untuk menerima bahan dan materi pelajaran yang disajikan. Dari segi pendidikan guru harus mempunyai pandangan yang luas tentang bahan yang akan diajarkan dan bagaimana cara menyajikan bahan tersebut, topik harus rasional dan ada motivasi.
Bagaimana
siswa
tetap
tertarik
dan
selalu
memusatkan perhatian mereka kepada bahan yang disajikan oleh guru. d) Penyajian
bahan
pengajaran,
suatu
hal
yang
harus
dipersiapkan oleh guru dan ia harus mampu melaksanakannya ialah menyajikan bahan pelajaran. Sebagaimana seorang pemain sandiwara menarik perhatian penonton, demikian pula seorang guru harus mampu menarik perhatian dalam kelas.46 Agar pelajaran
dalam
dapat
penyajian
diterima
baik
atau
menyampaikan
oleh
siswa
guru
materi harus
memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran sebagi berikut:
46
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008), 161- 162.
27
(1) Prinsip perkembangan Pada prinsipnya siswa yang diajar di kelas sedang berada
dalam
proses
perkembangan,
dan
akan
terus
berkembang. Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas berbeda-beda. Anak pada jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi dari yang di bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikannya dengan kemampuan anak tersebut. (2) Prinsip perbedaan individu Guru perlu mengerti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa, baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran
maupun
dalam
memberikan
tugas
dan
pembimbingan. Guru hendaknya menyesuaikannya dengan perbedaan-perbedaan individu siswa tersebut. (3) Minat dan kebutuhan anak Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendirisendiri. Anak di kota berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak di desa, oleh karena itu bahan ajar dan cara penyampaian sedapat mengkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
28
(4) Aktivitas siswa Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran siswalah yang menjadi subyek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktifitas belajar. (5) Motivasi Setiap perbuatn termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motif memiliki peranan yang cukup besar di dalam upaya belajar, tanpa motif hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar.47 3) Pemilihan metode pembelajaran yang tepat Metode ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/ klasikan, agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.48 Metodemetode yang digunakan dalam menyampaikan bahan ajar adalah 47 48
1997), 52.
R. ibrahim dan Nana Saodih, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) 24- 28 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka setia,
29
sebagai berikut: a) Metode ceramah Metode ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada peserta didik dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.49 b) Metode diskusi Metode diskusi ialah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang siswa dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.50 c) Metode tanya jawab Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan.51 d) Metode resitasi atau tugas Metode resitasi dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu atau perlu
49 50
Zuhairi, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), 83. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Ciputat Press,
2002), 36. 51
2005), 43.
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Ciputat Press,
30
dicari uraiannya pada buku pelajaran.52 e) Metode pemberian ganjaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “ganjaran” adalah Hadiah (sebagai pembalas jasa), hukuman; balasan. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa “ganjaran” dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk.53 f)
Metode everyone is a teacher here Metode everyone is a teacher here ialah suatu metode membagi secarik kertas ke siswa dan siswa diminta membuat satu pertanyaan tentang materi kemudian mengumpulkan kertas dan mengacaknya dan membagikannya ke siswa. Setelah itu siswa diminta membaca pertanyaan dan jawabannya. Sedangkan siswa yang lain diminta untuk menambah jawabannya.54
g) Metode learning starts with a question Metode learning starts with a question ialah metode pembelajaran yang dimulai dengan pertanyaan. Yaitu dengan cara memilih bacaan dan membagikannya ke siswa kemudian minta siswa menulis pertanyaan tentang materi setelah itu mengumpulkan pertanyaan
52
yang
ditulis
siswa
kemudian
menyampaikan
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka Setia,
1997), 134. 53
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
125. 54 Tim Penyusun Modul-2, Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa Peserta PPLK II Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI dan PBA (Ponorogo: STAIN Ponorogo, Oktober 2008).
31
pembelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.55 h) Metode practice rehealshal pairs (simulasi berpasangan) Yaitu metode sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktekkan suatu ketrampilan atau prosedur dengan teman belajar, tujuannya adalah unutk meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan ketrampilan.56 Dengan demikian agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka metode yang dipilih haruslah tepat. Dalam penyampaian materi guru bisa menggunakan beberapa metode pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton.
55 56
Melvin L. Silberman, Active Learning (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2006), 157. Ibid., 238
32
4) Alokasi waktu Hal yang tidak kalah pentingnya dalam suatu proses belajar mengajar adalah keterkaitan dengan alokasi waktu karena waktu menjadi unsur yang menentukan berapa lama suatu pelajaran harus dipelajari. Hal ini berimplikasi terhadap penentuan seberapa luas dan seberapa dalam suatu materi pelajaran harus diberikan sesuai dengan alokasi waktu yang ada. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/ MTs dan SMA/ MA/ SMK/ MAK yang menggunakan sistem SKS pengaturannya adalah sebagi berikut: a) Satu SKS pada SMP/ MTs terdiri atas 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. b) Satu SKS pada SMA/ MA/ SMK/ MAK terdiri atas 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.57 Jadi dengan demikian dalam pembelajaran alokasi waktu ini harus benar-benar diperhatikan agar materi yang disampaikan atau proses pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana.
57 Dirjen Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kepandidikan, Pengembangan, 28.
33
5) Sarana dan prasarana Salah
satu
faktor
pembelajaran
yang
tidak
kalah
pentingnya dalam penyusunan bahan ajar adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang membantu atau menunjang dalam pembelajaran. Dari berbagai macam sarana dan prasarana yang sangat perlu dipertimbangkan keberadaannya bahkan bisa dikatakan wajib adalah perpustakaan. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.58 6) Evaluasi Pembelajaran Langkah terakhir dalam penyusunan bahan ajar yaitu siswa diberi evaluasi. Evaluasi ialah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.59
58 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007), 69-70. 59 Anas Sujiono, Pengantar evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 1.
34
c. Sekuens (urutan) penyusunan bahan ajar Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-sub topik tertentu. Tiap topik atau sub topik mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau sub-sub topik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu: 1) Sekuens
kronologis.
Untuk
menyusun
bahan
ajar
yang
mengandung urutan waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa
sejarah,
perkembangan
historis
suatu
institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis. 2) Sekuens kausal. Masih berhubungan erat dengan sekuens kronologis adalah sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para siswa akan menemukan akibatnya. 3) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. 4) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan
urutan
logis.
Rowntree
(1974:77)
melihat
35
perbedaan antara sekuens logis dengan psikologis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian. 5) Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960), bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok bahan tertentu. Dari topik atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam. 6) Rangkaian ke belakang (backward chaining). Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. 7) Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini dikembangkan oleh Gagne (1965), dengan prosedur sebagai berikut: tujuantujuan khusus utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai siswa, berturut-turut sampai dengan perilaku terakhir.60
60 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), 105-107.
36
Alur analisis penyusunan bahan ajar.61
Standar Kompetensi
Bahan Ajar
Kompetensi Dasar
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Materi Pembelajaran
B. Mata Pelajaran Qur’an Hadits Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA atau aliyah dikelompokkan menjadi lima materi pokok, yaitu: Al-Qur'an, Keimanan, Akhlaq, Fiqih atau ibadah ,dan Tarikh.62 Unsur pertama dalam Pendidikan Agama Islam adalah al-Qur'an termasuk di dalamnya juga materi hadits. Bila dalam kurikulum di MA masing-masing unsur ini diajarkan dan menjadi nama pelajaran sendirisendiri, maka kurikulum SMA hanya memakai nama pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang di dalamnya menyangkut aspek Qur’an hadits, keimanan, aqidah, fiqih ibadah, dan tarikh. Dikarenakan materi Pendidikan Agama Islam di SMA yang menyangkut beberapa aspek ini maka beban materi yang diberikan juga berbeda. Mata pelajaran Qur’an hadits adalah mata pelajaran yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami al-qur’an dan hadits Nabi 61
Tim Penyusun Modul-2, Materi…2008. Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 155. 62
37
sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi al-qur’an dan hadits dalam kehidupan sehari-hari.63 Materi al-Qur'an dan hadits ini perlu diajarkan di sekolah dikarenakan al-Qur'an dan hadits adalah sumber utama agama Islam, disusul dengan ra’yu.64 Al-Qur'an sebagai sumber pertama dalam Islam perlu dipahami dan diamalkan oleh setiap siswa dengan petunjuk dan penjelas dari hadits. Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. AlQur'an-hadits menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. a. Pengertian Al-Qur'an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.65 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah:
Y َ 4ِETَّ >ُ Qْ Fِ ًى8 ُه3ِ 4ِ5 { َ Kْ َرW ب ُ LَTUِ Fْ اP َ Fَِذ Artinya: Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Qur’an Surat al-Baqarah: 2)66 Sedangkan hadits artinya ialah “baru”. Di dalam al-Qur'an, kata hadits ini berarti berita (kabar). Menurut ahli ilmu hadits, hadits adalah:
ٍ Kْ ِ ْEَ ل َا َُْو ٍ Lَ
5ْ ْل َا ٍ َاDْ ْ َاYIِ م. ص ّ~ [ِ H F اY ِR َ ُ Eِ Nُ LَI 63
Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat pembelajaran, 10 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 90. 65 Mardiyo, Pengajaran Al-Qur'an (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), 23. 66 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (JakartaProyek pengandaan kitab suci al-Qur’an, 64
1971), 8.
38
Artinya: Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau. 67 Jadi hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik merupakan perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat fisik atau kepribadian. Sebagaimana Allah pun memerintahkan kepada kita untuk taat kepada RasulNya karena dengan begitu akan mendapat petunjuk. Firman Allah dalam surat al- Nur ayat 54:
LَI ْ\Uُ 4ْ QَR َ َو َ >ِّ @ ُ LَI 3ِ 4ْ QَR َ Lَ>Nَّ ِ 5َ ْاDFَّDَ َ ْ ِن5َ َلDَُّ Fا اDُ
4ِ َوَأ3َ QَّFا اDُ
4ُِْ َأ Y ُ 4ِ[>ُ Fْ غ ا ُ َ[Fْ اWِل إ ِ Dَُّ Fَ اQR َ LَIوا َو8ُ Tَ ]ْ َ ُ Dُ
4ُِ ْ\ْ َوِإنTُ Qْ >ِّ @ ُ Artinya: Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (Q. S al-Nur: 54).68 Melihat ayat di atas maka mengikuti atau mentaati Rasul adalah sesuatu yang penting. Salah satu jalan untuk itu adalah dengan mempelajarinya. Karena Al-Qur’an dan hadits adalah petunjuk maka perlu untuk diajarkan. Mata pelajaran al-Qur'an hadits di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari al-Qur'an hadits yang telah dipelajari oleh 67 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1984/1985), 77. 68 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1995), 692.
39
peserta didik di MTs atau SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian al-Qur'an dan al-hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif al-Qur'an dan al-hadits sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial mata pelajaran al-Qur'an hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'an hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. b. Tujuan Tujuan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yaitu agar siswa bisa membaca
al-Qur’an
menghafalkannya,
dan
serta
hadits
dengan
mempelajarinya,
benar
dan
memahami,
mampu meyakini
kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.69 Tujuan mata pelajaran Qur’an Hadits tidak hanya agar siswa membaca al-Qur’an saja tetapi menuntut siswa agar mampu menghafal
69
Dirjen Pembinaan Agama Islam, Metodik Khusus, 69
40
ayat-ayat al-Qur’an. Menghafal al-Qur’an adalah suatu proses mengingat di mana seluruh materi ayat (rincian bagian-bagiannya seperti fonetik, waqaf, dan lain-lain) harus diingat secara sempurna.70 Secara umum mata pelajaran al-Qur'an hadits bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap al-Qur'an dan hadits. 2) Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam alQur'an dan hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan. 3) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan al-Qur'an dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur'an dan hadits.71 4) Agar peserta didik gemar untuk membaca al-Qur'an dan hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupanya.72 Dalam pendidikan di sekolah kegiatan belajar Qur’an hadits dibagi menjadi dua yaitu membaca dan menghafal.
70
Sa’dullah, S.Q, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta; Gema Insani, 2008) 45. Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Mata Pelajaran: AlQur'an Hadits (Departemen Agama RI, 2007), 3. 72 Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat Pembelajaran Al-Qur’an Hadits (Ponorogo: MAN 2 Ponorogo, 2007-2008), 9. 71
41
1) Membaca Membaca al-Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, dan membaca al-Qur’an merupakan sebuah ibadah dan di dalamnya terkandung pahala yang besar.73 Sebagaimana firman Allah dalam surat Faathir ayat 29-30:
ْ\ ُهLَHْ َر َزLّ>َ Iِ اDُE`َ Nْ ّ َة َوَأ َ Fا اDُILَ َوَأ3ِ QَّFب ا َ LَTن ِآ َ DُQTْ Kَ Y َ Kِ_Fَّن ا َّ ِإ ْ\ َر ُهDُ ُ]\ْ ُأ4َ 5ِّ Dَ 4ُ Fِ . َرDُ[َ ْYFَ َر ًةLَِ ن َ DُْKَ =ً 4َ Nِ َR ًّا َو ِ .ٌرDُU َ ٌرDُ` َ 3ُ Nَّ ِإ3ِ Qِ ْ 5َ ْYIِ ْ\ ُه8َ KِMKَ َو Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diamdiam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.(Q.S Faathir: 29-30).74 Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah akan memberikan atau menyampurnakan karunia orang tersebut, maka dari itu untuk mencapai kemampuan membaca al-Qur’an diperlukan latihan dan belajar secara berkesinambungan dengan bimbingan seorang guru ngaji, dan guru ngaji bisa berasal dari seorang ulama, kayai atau seorang yang dipandang mampu dalam kegiatan pengajian. Di sini guru dituntut memliki beberapa dasar ilmu al-Qur’an, seperti ilmu tajwid yang berguna untuk membantu dalam cara membaca al-qur’an secara baik dan benar. Pelajaran diberikan dengan sistem private (individual) 73 74
Shalih bin Fauzan Haya ar-Rasyid, Keajaiban Belajar al-Qur’an (Solo: KDT, 2007), 12 Depag RI, Al-Qur’an .. 853.,
42
atau seorang demi seorang, yang tiap anak membaca di bawah bimbingan guru sekitar 15-30 menit.75 Begitu pentingnya membaca alQur’an karena al-Qur’an mempunyai banyak keistimewaan, antara lain: a) Al-Qur’an merupakan kalamullah (wahyu Allah) yang dibukukan, kemurnian dan eksistensinya dijamin pemeliharaannya oleh Allah sendiri. Firman Allah SWT dalam surat al-Hijr ayat 9:
ن َ Dُ5ِ LَFَ 3ُ FَLّNَ ِّ_ ْآ َ َوِإF اLَHFْ Mَّ Nَ Y ُ ْ Nَ LّNَ ِإ Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q. S. al-Hijr: 9)76 b) Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara bertahap, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan fikiran, diterima oleh Nabi dengan perasaan khusus. c) Al-Qur’an mengandung ajaran yang bersifat universal, berlaku pada segala tempat dan situasi, menjadi pedoman sepanjang zaman. d) Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat ditandingi, baik dari isi, susunan kalimat (bahasa) dan keabadian berlakunya. e) Kemurnian dan keaslian al-Qur’an terjamin dengan pemeliharaan Allah sendiri. f) Ajaran yang dikandung oleh al-Qur’an secara umum dan prinsip meliputi seluruh aspek kehidupan.
75 Toto Suharto, dkk, Rekontruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2005), 52-60 76 Depag RI, Al-Qur’an…, 490.
43
g) Membaca al-Qur’an (walaupun belum mengerti terjemahannya), dinilai sebagai suatu ibadat. h) Kebenaran yang dibawa oleh al-qur’an bersifat mutlak dan tidak diragukan.77 Adapun keutamaan membaca al-Qur’an adalah: a) membaca al-Qur’an mendatangkan rahmat Allah SWT b) membaca satu huruf al-Qur’an mendapat pahala c) al-Qur’an menentukan tempat di surga bagi pembacanya d) al-Qur’an akan memberi syafaat kepada pembacanya e) balasan di akhirat bagi orang tua yang anaknya membaca dan mengamalkan al-Qur’an f) membaca al-Qur’an akan mendatangkan ketentraman, ketengan dan kedamaian serta rahmat Allah yang selalu menyertainya.78 2) Menghafal Dalam menghafal al-qur’an orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas
dari
pembacaan
yang
berulang-ulang
sampai
dapat
mengucapkannya tanpa melihat mushaf sedikitpun.79 Keutamaan menghafal ayat-ayat al-Qur’an, para ulama menyebutkan antara lain: a)
Kemenangan di dunia dan akhirat, jika disertai dengan amal shaleh dan menghafalnya.
77
Dirjen Pembinaan Agama Islam, Metodik Khusus, 69-70 Imam Nawawi, Etika Mempelajari al-Qur’an (Jakarta: 1993) 23-28. 79 Sa’dullah, S.Q, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani, 2008), 52. 78
44
b)
Tajam ingatannya dan cenderung pemikirannya, karena itu para penghafal al-Qur’an lebih cepat mengerti, teliti dan lebih apik karena
banyak
latihan
untuk
mencocokkan
ayat
serta
membandingkannya ke porosnya. c)
Bahtera ilmu, dan ini sangat terperhatikan dalam hafalan. Di samping itu menghafal bisa mendorong seseorang untuk berprestasi lebih tinggi dari pada teman-teman mereka yang tidak hafal dalam banyak segi, sekalipun umur, kecerdasan dan millieu mereka berdekatan.
d)
Memiliki identitas yang baik dan berprilaku jujur
e)
Fasih dalam berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan fonetik arab dari landasan-nya serta tabi’i (alami) Ada beberapa cara dalam menghafal ayat-ayat al-Qur’an antara
lain sebagai berikut: a)
mempersiapkan diri sebaik-baiknya
b)
menata niat
c)
harus ikhlas dalam melakukan semuanya
d)
jangan terpaksa, lakukan atas keinginan sendiri
e)
pilih waktu yang baik dan tepat
f)
pilih tempat yang tepat dan mendukung
g)
menggunakan satu mushaf al-Qur’an
h)
jangan setengah-setengah memanfaatkan potensi diri sepenuhnya
45
i)
harus teratur dan tidak tergesa-gesa, santai, serius, kemudian sukses.
j)
Harus selalu mengoreksi hafalan
k)
Sambungkan hafalan yang lama dengan hafalan yang baru
l)
Mengulang-ulang hafalan secara rutin
m) Istiqomah n)
Hindari perbuatan maksiat dan dosa
o)
Nikmati proses menghafal al-Qur’an
p)
Mencintai al-Qur’an sepenuh hati
q)
Waspadai semua gangguan dan godaannya
r)
Harus sabar.80 Ada beberapa penyebab kesulitan menghafal ayat-ayat al-
Qur’an diantaranya sebagai berikut:
80
a)
Maksiat dan dosa
b)
Sering menunda shalat, padahal shalat memiliki waktu tertentu
c)
Memutuskan hubungan silaturrahim
d)
Dusta
e)
Suka menyakiti orang lain
f)
Mengghibah atau menggunjing orang lain
g)
Mengadu domba sesama manusia.
h)
Hasad
i)
Berbuat dzalim.81
Mahbub Junaidi, Menghafalal-Qur’an Itu Mudah, 61-194
46
Upaya yang dapat dilakukan agar siswa mampu menghafal ayat-ayat al-Qur’an adalah dengan menggunakan cara-cara yang disebutkan di atas, selain itu dari pihak guru juga memberikan motivasi. Motivasi ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motivasi ada dua macam, yaitu: a) Motivasi instrinsik yaitu dorongan yang datang dari dalam diri sendiri. b) Motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan yang datangnya disebabkan dari luar diri sendiri. Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.82 c. Ruang lingkup Adapun ruang lingkup materi atau bahan mata pelajaran al-Qur'an dan hadits, meliputi: 1) Dasar ulum al-Qur'an dan ulum al-hadits meliputi: a) Pengetahuan al-Qur'an dan wahyu. b) Al-Qur'an sebagai mukjizat Rasul. c) Kedudukan, fungsi dan tujuan al-Qur'an. d) Cara-cara wahyu diturunkan. e) Hikmah al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. 81
Shalih bin Fauzan Haya ar-Rasyid, Keajaiban Belajar al-Qur’an (Solo: KDT, 2007), 49-63 Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah Pondok Modern Gontor, Psikologi Pendidikan (Ponorogo: 2004), 73-77. 82
47
f) Tema pokok al-Qur'an. g) Cara mencari surat-surat dan ayat-ayat al-Qur'an. h) Pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar. i) Kedudukan dan fungsi hadits. j) Unsur-unsur hadits.83 k) Pengertian al-Qur'an menurut para ahli. l) Bukti keotentikan al-Qur'an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya. m) Isi pokok ajaran al-Qur'an dan pemahaman kandungan ayat-ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur'an. n) Fungsi al-Qur'an dalam kehidupan. o) Fungsi hadits terhadap al-Qur'an. p) Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.84 q) Pengenalan beberapa kitab kumpulan hadits: r) Kitab bulughul maram. s) Kitab shahih muslim. t) Kitab shahih Bukhari. u) Kitab subulussalam.85 v) Kitab Sunan Abu Daud. w) Kitab Sunan Nasa’i. x) Kitab jami’ Tirmizi. 83
Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat Pembelajaran Al-Qur'an Hadits (Ponorogo: MAN 2 Ponorogo, 2007-2008), 10-11. 84 Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Mata Pelajaran: AlQur'an Hadits…, 3. 85 Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat Pembelajaran…, 11.
48
y) Kitab Sunan Ibnu Majah. z) Kitab Masnad Imam Ahmad. aa) Kitab Ma’ajimus Tsalatsah. bb) Kitab Sunan Daruquthni. cc) Kitab Shahih Abu Awanah. dd) Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah.86 2) Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur'an dan al-hadits yaitu: a) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi. b) Demokrasi. c) Keikhlasan dalam beribadah. d) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya. e) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup. f) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa. g) Berkompetisi dalam kebaikan. h) Amar ma’ruf nahi munkar. i) Ujian dan cobaan manusia. j) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat. k) Berlaku adil dan jujur. l) Toleransi dan etika pergaulan. m) Etos kerja. n) Makanan yang halal dan baik. o) Ilmu pengetahuan dan teknologi87
86
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus…, 78.
49
d. Fungsi mata pelajaran Qur’an hadits 1) Pemahaman Yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis al-Qur'an serta kandungan al-Qur'an hadits. 2) Sumber nilai Yaitu
memberikan
pedoman
hidup
untuk
mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3) Sumber motivasi Yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan kwalitas hidup beragama, bermasyarakat, dan bernegara. 4) Pengembangan Yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. 5) Perbaikan Yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
87 Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Mata Pelajaran: AlQur'an Hadits…, 4.
50
6) Pencegahan Yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman. 7) Pembiasaan Yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai al-Qur'an dan hadits pada peserta didik sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.88 Dengan demikian fungsi mata pelajaran al-Qur’an adalah pemahaman, sumber nilai, sumber motivasi, pengembangan, perbaikan, pencegahan dan pembiasaan. Hal tersebut membuktikan bahwa al-Qur’an sangat penting untuk diajarkan.
88
Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat Pembelajaran…, 9-10.
51
BAB III PEMBELAJARAN QUR’AN HADITS DI MAN 2 PONOROGO
A. Gambaran Umum MAN 2 Ponorogo 1. Sejarah Berdiri dan Letak Geografis MAN 2 Ponorogo Ditinjau dari segi sejarahnya MAN 2 Ponorogo adalah bukan MAN murni sejak berdirinya, namun merupakan Mdrasah Aliyah Alih fungsi dari PGAN Ponorogo. Dalam membantu program pemerintah dalam pendidikan untuk mencerdaskan bangsa, maka para tokoh ulama Tegalsari Kecamatan Jetis yang dipelopori oleh K. Muchsinul Qomar, K. Sardjuni, K. Yasin, K. Iskandar pada tahun1966 mendirikan madrasah dengan nama PGA swasta Ronggo Warsito. Pada tahun 1968 PGA swasta Ronggo Warsito dinegerikan oleh Departemen Agama RI menjadi PGA Negeri 4 tahun Jetis, dengan Kepala Sekolahnya Bapak Zubairi Maskur (Alm). Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 240 tahun 1970 PGAN 4 tahun Jetis ditingkatkan statusnya menjadi PGAN 6 tahun Jetis Kabupaten Ponorogo. Namun seiring dengan tuntutan jaman serta dengan adanya perubahan kurikulum secara nasional, maka PGAN 6 tahun Jetis Kabupaten Ponorogo beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 64 tahun 1990 dan Nomor 42 tahun 1992. Saat ini MAN 2 Ponorogo memiliki 27 kelas rombongan belajar dengan 953 orang siswa dari kelas X sampai kelas XII. keberadaan siswa ini dilayani oleh 74 orang tenaga guru (39 berstatus PNS dan 35 orang non PNS) dan 14 orang
52
karyawan/karyawati (3 orang berstatus PNS dan 11 orang non PNS).89 Sejak berdiri tahun 1992 MAN 2 Ponorogo telah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan yaitu : a. A.Z. Qoribun, BBA
Tahun 1992 - 1994
b. Drs. H. Muslim
Tahun 1994 - 2000
c. Kasanun, SH.
Tahun 2000 - 2006
d. Imam Faqih Edris, SH.
Tahun 2006 - 2007
e. Abdullah, S.Pd.
Tahun 2007 – sekarang
Adapun letak geografis MAN 2 Ponorogo adalah: Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ponorogo terletak disebelah utara kota, kurang lebi 1,5 Km dari poros kota Ponorogo, tepatnya di JL. Soekarno Hatta No. 381 dengan nomor telepon (0352) 481168, dibangun di atas tanah 9593 M2.90 2. Visi, Misi dan Tujuan MAN 2 Ponorogo a. Visi MAN 2 Ponorogo “Terwujudnya lulusan madrasah yang beriman, berilmu dan beramal saleh, serta memilki daya saing dalam bidang iptek, olah raga, dan berwawasan lingkungan”. Indikator-indikatornya meliputi: 1) Menjadikan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam kehidupan sehari-hari. 2) Memiliki daya saing dalam prestasi UNAS
89 90
Lihat Transkip Dokumentasi: 01/ D/ F-1/ 5-IV/ 2009 dalam lampiran skripsi ini Lihat Transkip Dokumentasi 02/ D/ F-1/ 5-IV/ 2009 dalam lampiran skripsi ini
53
3) Memiliki daya saing dalam memasuki madrasah dan perguruan tinggi yang favorit. 4) Memiliki daya saing dalam memasuki lapangan pekerjaan. 5) Memiliki daya saing dalam prestasi olimpiade matematika, IPA, KIR pada tingkat lokal, nasional dan/atau internasional. 6) Memiliki daya saing dalam prestasi ICT. 7) Memiliki daya saing dalam prestasi seni dan olah raga. 8) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. 9) Memiliki kemandirian,
kemampuan
beradaptasi dan
survive
di
lingkungannya. 10) Memiliki lingkungan Madrasah yang nyaman dan kondusif untuk belajar. b. Misi MAN 2 Ponorogo 1) Menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan amaliah keagamaan Islam di Madrasah. 2) Menumbuhkan semangat belajar ilmu keagamaan Islam 3) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki 4) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya saing yang sehat kepada seluruh warga Madrasah baik dalam prestasi akademik maupun non akademik 5) Menciptakan lingkungan Madrasah yang sehat, bersih dan indah
54
6) Mendorong, membantu dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan minatnya, sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal dan memiliki daya saing yang tinggi. 7) Mengembangkan life-skills dalam setiap aktivitas pendidikan. 8) Mengembangkan sikap kepekaan terhadap lingkungan. 9) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga Madrasah, Komite Madrasah dan stakeholders dalam pengambilan keputusan. 10) Mewujudkan Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. c. Tujuan Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo Tahap I (tahun 2008-2010) Madrasah berusaha untuk mencapai tujuan: 1) Meningkatkan pengamalan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) pada seluruh warga Madrasah. 2) Meningkatkan pengamalan shalat berjamaah dhuhur di madrasah 3) Meningkatkan nilai rata-rata UNAS secara berkelanjutan. 4) Mewujudkan tim olahraga dan tim kesenian yang mampu bersaing di tingkat Propinsi dan nasional. 5) Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima pada madrasah atau PT yang favorit. 6) Meningkatkan kepedulian warga Madrasah terhadap kesehatan, kebersihan dan keindahan lingkungan Madrasah. Tahap II (tahun 2011-2013) Madrasah berusaha untuk mencapai tujuan:
55
1) Mewujudkan tim olimpiade matematika, IPA, dan KIR yang mampu bersaing di tingkat nasional. 2) Meningkatkan jumlah sarana/prasarana serta pemberdayaannya yang mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik 3) Meningkatkan jumlah peserta didik yang menguasai bahasa Arab dan Inggris secara aktif. 4) Mewujudkan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang diperhitungkan oleh masyarakat kota/kabupaten khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. 5) Mewujudkan Madrasah sebagai Madrasah rujukan.91
91
Lihat Transkip Dokumentasi: 03/ D/ F-1/ 5-IV/ 2009 dalam lampiran skripsi ini
56
3. Struktur Organisasi MAN 2 Ponorogo92 Berikut gambar struktur organisasi MAN 2 Ponorogo: Kepala MAN 2 Abdullah, S.Pd NIP. 150190123
Kepala Ur. TU Muhyar, S.Pd.I NIP. 1050200937
Waka Kesiswaan Drs. Siswo
Widodo, MM NIP. 150256011
Waka Kurikulum Drs. Muchammmad Ngubaini NIP. 150262702
Waka Sar/Prasarana
Waka Humas
Drs. H. Suhanto, M.A NIP. 150211876
Drs. Abidin Cahyono NIP. 150276559
Guru dan Wali Kelas
Siswa/ Murid
92
Lihat Transkip Dokumentasi: 04/ D/ F-1/ 5-IV/ 2009 dalam lampiran skripsi ini.
57
4. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Siswa MAN 2 Ponorogo93 a. Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan MAN 2 Ponorogo Sebuah lembaga pendidikan tentunya melibatkan tenaga dalam menjalankan tugasnya baik untuk tenaga edukatif maupun administratif. Untuk memperlancar dalam pencapaian tujuan dan meningkatkan mutu pendidikan maka MAN 2 Ponorogo berusaha memberikan yang terbaik untuk anak didik, diantaranya adalah menyediakan tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan profesionalisme masing-masing. Berikut tenaga pendidik dan kependidikan MAN 2 Ponorogo. Tabel 3.1 Tenaga Pendidik dan Kependidikan MAN 2 Ponorogo No
Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
D2
2
1
3
2
S1
31
35
66
3
S2
3
2
5
36
38
74
Jumlah
b. Keadaan siswa MAN 2 Ponorogo Siswa MAN 2 Ponorogo terbagi atas kelas X dengan jumlah 354 siswa, kelas XI dengan jumlah 339 siswa dan kelas XII dengan jumlah 293 siswa. Adapun perincian secara lengkap adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 93
Lihat Transkip dokumentasi 06/ D/ F-1/ 7-IV/ 2009 dalam skripsi ini
58
Siswa MAN 2 Kelas X No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
A
16
23
39
2
B
14
26
40
3
C
16
24
40
4
D
13
26
39
5
E
16
22
38
6
F
16
23
3
7
G
14
25
39
8
H
16
24
40
9
I
15
25
40
Jumlah
126
228
354
Tabel 3. 3 Siswa MAN 2 Kelas XI No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
A1
11
28
39
2
A2
11
28
39
3
A3
10
29
39
4
A4
13
24
37
5
S1
14
22
36
6
S2
16
22
38
7
S3
14
22
36
8
S4
14
23
37
9
S5
16
22
38
119
220
339
Perempuan
Jumlah
Jumlah
Tabel 3. 4 Siswa MAN 2 Kelas XII No
Kelas
Laki-laki
59
1
A1
10
23
33
2
A2
8
24
32
3
A3
4
28
32
4
A4
6
28
34
5
S1
12
22
34
6
S2
11
21
32
7
S3
8
2
32
8
S4
14
18
32
9
S5
8
24
32
81
212
293
Jumlah
5. Keadaan Sarana dan Prasarana MAN 2 Ponorogo Salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah sarana dan prasarana. Untuk itu MAN 2 Ponorogo berupaya memenuhi sarana prasarana agar pembelajaran dan pencapaian tujuan dapat berjalan dengan lancar. Berikut sarana dan prasarana yang ada di MAN 2 Ponorogo:94 Tabel 3. 5 Sarana dan Parasarana MAN 2 Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
94
Nama Ruang Belajar Ruang Kepala Madrasah Ruang Waka Madrasah Ruang Guru Ruang Tata Usaha Ruang BP/ BK Ruang Perpustakaan Ruang Laboratorium Ruang Keterampilan Komputer Ruang Keterampilan Menjahit Ruang OSIS
Lihat Transkip Dokumentasi 07/ D/ F-1/ 7-IV/ 2009 dalam skripsi ini
Jumlah 27 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1
60
12 13 14 15 16 17 18
Ruang Kantin/ KOPSIS Ruang Ganti Tempat Olahraga Tempat Beribadah Ruang Tamu Ruang UKS Gudang
7 1 4 1 1 1 1
6. Kurikulum MAN 2 Ponorogo Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas empat program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3) Program Bahasa, dan (4) Program Keagamaan, khusus
61
untuk MA.95 Adapun struktur kurikulum di MAN 2 Ponorogo adalah sebagai berikut Tabel 3. 6 Kurikulum MAN 2 Ponorogo Kelas Program X
XI, XII IPS
1. Agama
1. Agama
1. Agama
a. Al-Quran dan Hadits
a. Al-Quran dan Hadits
a. Al-Quran dan
b. Aqidah Akhlaq
Hadits
b. Aqidah Akhlaq
c. Fiqih
b. Aqidah Akhlaq
c. Fiqih
d. SKI
c. Fiqih
d. SKI
n dan
4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris
7. Pendidikan Jasmani 8. Geografi
3. Bahasa
dan
Sastra
Indonesia
Sastra Indonesia
6. Matematika
2.
Kewarganegaraan
Kewarganegaraa
3. Bahasa
d. SKI
2. Pendidikan
2. Pendidikan
95
XI, XII IPA
4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 6. Matematika 7. Pendidikan Jasmani 8. Geografi 9. Ekonomi 10. Akuntansi 11. Sejarah
Lihat Transkip dokumentasi 08/ D/ F-1/ 7-IV/ 2009 dalam skripsi ini.
Pendidikan
Kewarganegaraan 3. Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Bahasa Arab 5. Bahasa Inggris 6. Matematika 7. Pendidikan Jasmani 8. Sejarah 9. Fisika 10. Kimia
62
9. Fisika
12. Sosiologi
11. Biologi
10. Kimia
13. Seni Budaya
12. Seni Budaya
11. Biologi
14. Teknologi Informasi dan 13. Komunikasi
12. Sejarah
15. BP
13. Seni Budaya 14.
Teknologi Informasi
dan
Komunikasi
- Muatan Lokal Kitab Kuning - Pengembangan Diri
15. BP
Teknologi Informasi
dan
Komunikasi 14. BP - Muatan Lokal Kitab Kuning -Pengembangan Diri
- Muatan Lokal Kitab Kuning -Pengembangan Diri
B. Deskripsi Data Upaya Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo 1. Kondisi Riil Bahan Ajar Mata Pelajaran Qur’an hadits Mata Pelajaran Qur’an hadits adalah suatu mata pelajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar sesuai tajwidnya, selain memberikan bekal kepada siswa untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi Al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Abdullah sebagai berikut:
63
Tujuan mata pelajaran Qur’an hadits di MAN 2 Ponorogo yaitu agar siswa dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar seseuai dengan tajwidnya dan bagi siswa yang ingin masuk di MAN 2 sudah mempunyai bekal bisa membaca al-Qur’an tapi terkadang ada yang belum bisa membaca al-Qur’an. Maka diharapkan pada saat lulus dari MAN 2 Ponorogo atau bahkan sebelum lulus bisa membaca al-Qur’an dan pada saat lulus dari MAN 2 Ponorogo kegiatan membaca al-Qur’an sudah rutin diamalkan atau dilakukan setiap hari di rumah. Upaya kami agar siswa dapat belajar al-Qur’an dengan benar yaitu: 1. Siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an diberi jam tambahan sore hari mulai dari jam 14.00 sampai jam 16.00 WIB, tidak hanya membaca saja tetapi juga diajari dalam menulis. 2. Setiap sebelum mulai mata pelajaran Qur’an hadits siswa disuruh membaca atau menghafal ayat al-Qur’an secara bersama-sama selama 10 menit. 3. Bagi siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an sering dites untuk membaca al-Qur’an. 4. Bagi siswa yang terlambat pada saat mata pelajaran Qur’an hadits diberi sanksi atau ganjaran disuruh membaca al-Qur’an di ruang piket. 5. Bagi siswi yang berhalangan (haid) tidak membaca al-Qur’an tetapi mengganti hari lain. 6. Selain itu semua siswa diajarkan dan diberi motivasi untuk membaca alQur’an di rumah setiap hari.96 Terkait membaca al-Qur’an guru mata pelajaran Qur’an hadits berupaya keras agar siswa dapat membaca al-Qur’an. Dalam mata pelajaran Qur’an hadits membaca adalah bagian pokok bahasan, tetapi tidak hanya membaca saja menghafal ayat yang ada dalam al-Qur’an juga menjadi bagian pokok terpenting pada mata pelajaran Qur’an hadits. Dalam mata pelajaran Qur’an hadits membaca merupakan bagian terpenting, oleh karena itu guru berupaya keras agar siswa dapat membaca Alqur’an. Selain itu guru harus menguasai bahan atau materi pelajaran merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru terutama guru mata pelajaran Qur’an hadits. Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran Qur’an hadits, 96
Lihat Transkip Wawancara: 07/ 4- W/ F- 2/ 2- IV/ 2009 dalam skripsi ini
64
bahwa semua guru mata pelajaran Qur’an hadits menggunakan bahan ajar berupa buku paket, LKS, Al-Qur’an dan terjemahnya dan kitab-kitab hadits tergantung guru masing-masing kelas, karena setiap guru memakai refrensi ktab hadits yang berbeda-beda seperti Bulughul Maram dan subulussalam.97 Terkait dengan bahan ajar guru mata pelajaran Qur’an hadits memakai refrensi tidak hanya dari satu buku saja tetapi juga memakai refrensi lain yang ada kaitannya dengan materi. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Supriyadi sebagi berikut: Dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam mata pelajaran Qur’an hadits profesionalitas dan kompetensi guru sangat besar sekali pengaruhnya. Peran guru bukan saja sebagai pengajar yang hanya mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan juga memiliki kompetensi dasar yaitu kompetensi menguasai bahan ajar khususnya mata pelajaraan Qur’an hadits. Karena mata pelajaran Qur’an hadits erat kaitannya dengan pengamalan sehari-hari dan sekaligus pedoman hidup umat Islam. Pada mata pelajaran Qur’an hadits saya mengajar menggunakan bahan ajar LKS, buku paket, al-Qur’an dan terjemahnya, dan Kitab- kitab Hadits seperti Bulughul Maram dan Subulus Salam, dan terkadang saya memakai buku umum yang ada kaitannya dengan materi pelajaran. Dengan penggunaan buku-buku tersebut diharapkan agar pengetahuan siswa menjadi lebih luas tidak hanya dari satu refrensi saja. Selain itu, supaya materi yang disampaikan tidak monoton dari LKS saja.98 Adapun penuturan dari Bapak Hamida Imammudin terkait dengan bahan ajar Qur’an hadits adalah sebagai berikut: Dalam mengajar saya memakai LKS dan sebagai panduan setiap harinya memakai buku paket, al-Qur’an dan terjemahnya dan dalam mengajar Hadits yang saya sampaikan juga dari LKS sebagai panduan setiap harinya dalam mengajar. Dalam menyampikan materi hadits terkadang saya tambahi dari kitab hadits Shahih Bukhari Muslim.99 Sedangkan Bapak Imam Asyhari menuturkan sebagai berikut: 97
Lihat Transkip Observsi: 01/ O/ F- 2/ 25- III/ 2009 dalam skripsi ini Lihat Transkip Wawancara: 01/ 1- W/ F- 1/ 20- III/ 2009 dalam skripsi ini 99 Lihat Transkip Wawancara 04/ 3- W/ F- 1/ 2- III/ 2009 dalam skripsi ini 98
65
Untuk menyampaikan materi Qur’an hadits saya menggunakan buku paket dan LKS, dan untuk bahan ajar yang dari LKS siswa harus wajib punya. Kalau untuk buku paket bisa bergabung dengan temannya minimal 2 siswa 1 buku atau bisa foto copy, selain itu saya menggunakan alQur’an dan terjemahnya dan memakai kitab-kitab hadits yang bermacammacam tergantung hadits yang ada di dalam LKS.100 Dalam kegiatan belajar mengajar, terutama dalam mata pelajaran Qur’an hadits profesionalitas dan kompetensi guru sangat besar sekali pengaruhnya. Peran guru bukan saja sebagai pengajar yang hanya mentransfer ilmu kepada siswa, melainkan juga memiliki kompetensi dasar yaitu kompetensi menguasai bahan ajar khususnya mata pelajaraan Qur’an hadits. Karena mata pelajaran Qur’an hadits erat kaitannya dengan pengamalan sehari-hari dan sekaligus pedoman hidup umat Islam. Karena al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman umat Islam, maka ajaranajarannya dan isi kandungannya perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Abdullah sebagai berikut: Saya sebagai Kepala MAN 2 Ponorogo mewajibkan awal masuk mata pelajaran Qur’an hadits siswa disuruh membaca atau menghafal ayat alQur’an selama 10 menit tergantung gurunya masing-masing kelas berbeda-beda ayat yang dibaca atau dihafalkan, dan diharapkan bagi siswa mengamalkan kegiatan membaca al-Qur’an setiap hari di rumah dan mengamalkan ajaran-ajaran dan isi kandungan al-Qur’an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.101 Selain membaca siswa dalam pembelajaran Qur’an Hadits juga dituntut untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, sebagimana hasil wawancara dengan Bapak Supriyadi sebagai berikut: Saya mengajar selain menggunakan LKS dan buku paket, saya juga menggunakan al-Qur’an dan terjemahnya untuk mengetes siswa membaca al-Qur’an dan untuk menghafal ayat al-Qur’an begitu juga 100 101
Lihat Transkip Wawancara: 09/ 2- W/ F- 1/ 10- IV/ 2009 dalam skripsi ini Lihat Transkip Wawancara: 07/ 4- W/ F- 2/ 2- IV/ 2009 dalam skripsi ini
66
materi hadits untuk dihafalkan setiap awal masuk mata pelajaran Qur’an hadits. siswa saya suruh maju satu persatu untuk menghafalkan ayat alQur’an dan Hadits yang sudah saya sampaikan minggu lalu 102 Adapun hasil wawancara dengan Bapak Imam Asyhari adalah sebagai berikut: Untuk materi al-Qur’an dam Hadits siswa saya suruh menghafal supaya siswa tersebut terlatih untuk membaca al-Qur’an dan hadits meskipun ada juga siswa yang belum lancar dalam menghafal dan bahkan ada juga yang belum hafal.103 Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Hamida Imammudin adalah sebagai berikut: Setiap awal masuk mata pelajaran al-Qur’an siswa saya suruh menghafal ayat al-Qur’an utamanya juz 30 karena sering diamalkan setiap hari selain itu ditambahi hafalan ayat kursi.104 Pada mata pelajaran Qur’an hadits guru tidak hanya menyampaikan materi saja tetapi lebih menekankan pada melatih siswa terampil membaca alQur’an dan menghafal ayat- ayat Al-Qur’an dan hadits, dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Permasalahan dalam Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Qur’an hadits Dalam penyampaian atau penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits, tiap guru mempunyai kendala ataupun permasalahan yang berbeda-beda. Berikut
hasil
wawancara
dengan
Bapak
Supriyadi
mengenai
permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan bahan ajar: Dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an hadits saya menghadapi beberapa masalah, salah satunya yaitu masalah perbedaan 102
Lihat Transkip Wawancara: 02/ 1- W/ F- 2/ 20- III/ 2009 dalam skripsi ini Lihat Transkip Wawancara: 10/ 2- W/ F- 2/ 10- IV/ 2009 dalam skripsi ini 104 Lihat Transkip Wawancara: 04/ 3- W/ F- 4/ 2- III/ 2009 dalam skripsi ini 103
67
individu siswa dari mereka ada yang mempunyai kecerdasan tinggi, sedang dan rendah, karena mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang dari sekolah umum dan ada yang dari MTs. Secara umum adalah masalah siswa yang belum bisa membaca Al-qur’an hal ini disebabkan karena siswa berasal dari sekolah yang berbeda-beda, dan kebanyakan dari MTs sudah bisa membaca Al-Qur’an sedangkan siswa yang berasal dari sekolah umum rata-rata belum bisa membaca Alqur’an dan bahkan ada yang belum bisa membaca sama sekali. Masalah lain yang saya hadapi adalh masalah alokasi waktu.105 Adapun hasil wawancara dengan Bapak Imam Asyhari mengenai permaslahan yang dihadapi dalam penyusunan bahan ajar pelajaran Qur’an Hadits adalah sebagai berikut: Masalah yang saya hadapi dalam penyusunan bahan ajar yaitu masalah kemampuan atau potensi siswa yang berbeda-beda, ada siswa yang pandai dan ada juga siswa yang bodoh dan kemampuan atau potensi siswa mempengaruhi, yang pandai hafalannya lebih cepat meskipun ayatnya panjang- panjang, tetapi yang bodoh tetap sulit menghafal meskipun ayatnya sedikit. 106 Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Hamida Imammudin guru mata pelajaran Qur’an hadits kelas XII sebagi berikut: Dalam mengajar mata pelajaran Qur’an hadits permasalahan yang saya hadapui dalam penyusunan bahan ajar yaitu latar belakang siswa karena setiap siswa berasal dari sekolah yang berbeda-beda, ada yang dari SMP dan MTs, dan kebanyakan dari sekolah umum yang belum bisa menguasai membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar karena belum menguasai ilmu tajwid.107 Untuk mengatasi permasalahan dalam penyusunan bahan ajar Qur’an Hadits tiap guru mempunyai langkah atau upaya tersendiri tergantung permasalahan yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan membaca dan menghafal, karena menghafal ayat al- Qur’an juz 30 merupakan program awal
105
Ibid. Lihat Transkip Wawancara: 10/ 2- W/ F- 2/ 10- IV/ 2009 dalam skripsi ini 107 Lihat Transkip Wawancara: 05/ 3- W/ F- 2/ 21- III/ 2009 dalam skripsi ini 106
68
sampai akhir semester dan dijadikan ujian praktek pada saat Ujian Akhir (UAN), selain itu hafalan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits pada pertemuan sebelumnya dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dalam hafalan ada siswa yang sulit menghafal ayat al-Qur’an dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghafal sebagaimana hasil wawancara dengan siswa kelas XII Oktavia Andriani sebagi berikut: Kesulitan yang saya alami pada saat diajar mata pelajaran Qur’an hadits yaitu kesulitan dalam menghafal karena daya ingat saya rendah sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menghafal.108 Upaya yang dilakukan dengan Bapak Hamida Imammudin dalam mengatasi permasalahan penyusunan bahan ajar adalah sebagimana hasil wawancara berikut: Materi yang saya sampaikan dalam mengajar tidak saya beda-bedakan artinya siswa yang berasal dari sekolah umum dan dari MTs disamakan tetapi siswa yang berasal dari sekolah umum lebih sering diberi pertanyaan terkait materi dan sering diberi tugas untuk membaca alQur’an. Selain itu sebelum siswa saya suruh menghafal ayat al-Qur’an juz 30 seperti surat- surat pendek dan tiga surat yang panjang- panjang seperti surat al- Dhuha, al- Ghasyiyah, al- A’la dan ditambah Ayat Kursi, terlebih dahulu saya suruh membaca dan menghafal ayat- ayat tersebut, dan setiap awal masuk mata pelajaran Qur’an hadits siswa saya suruh membaca bersama- sama. Karena hafalan merupakan program awal sampai akhir semester maka bagi siswa yang belum hafal konsekweksinya pada nilai. 109 Adapun upaya yang dilakukan Bapak Supriyadi adalah sebagaimana hasil wawancara berikut: Upaya yang saya lakukan bagi siswa yang belum bisa membaca alQur’an yaitu dengan cara saya beri les pada waktu sore hari, tiap-tiap kelas siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an dkumpulkan menjadi satu kelas dan setiap mata pelajaran Qur’an Hadits saya tes untuk membaca al-Qur’an, dan supaya terlatih dan bisa membaca. Dan untuk 108 109
Lihat Transkip Wawancara: 15/ 8- W/ F- 2/ 13 IV/ 2009 dalam skripsi ini Lihat Transkip Wawancara: 05/ 3- W/ F- 2/ 21 III/ 2009 dalam skripsi ini
69
mengatasi keterbatasan waktu karena banyak hari libur pada saat mata pelajaran Qur’an hadits, sehingga materi yang direncanakan untuk disampaikan kepada siswa tidak bisa terlaksana dengan maksimal. Dan terkait masalah alokasi waktu yang berkurang siswa saya beri tugas terkait materi pelajaran yang belum disampaikan, pada intinya siswa diberi tugas dan dikumpulkan hasilnya.110 Sedangkan langkah yang dilakukan oleh Bapak Imam Asyhari adalah sebagaimana hasil wawancara berikut: Salah satu upaya yang saya lakukan agar siswa bisa membaca Al-Qur’an yaitu dengan cara saya konsultasikan dengan wali kelas bagaimana siswa ini agar bisa membaca Al-qur’an dan mengkonsultasikan apa penyebab siswa tersebut tidak bisa membaca Al-Qur’an. Sedangkan untuk materi yang berkaitan dengan hafalan ayat al-Qur’an dan hadits, siswa saya panggil melalui absen tetapi diacak agar semua siswa siap tidak hanya yang nomer absen awal saja, tetapi terkadang nomer terakhir saya suruh maju pertama kali. Kalau masih ada siswa yang belum hafal saya beri motivasi sampai siswa tersebut hafal, kecuali bagi siswi yang berhalangan boleh tidak hafalan tetapi mengganti hari lain untuk hafalan.111
Pada mata pelajaran Qur’an Hadits selain membaca dan menghafal siswa juga diberi tugas mengerjakan soal-soal latihan yang diambil dari LKS setelah pokok bahasan telah selesai disampaikan dan tugas hafalan ayat al-Qur’an dan hadits sebagaimana hasil wawancara dengan Ahmad Nurdin siswa kelas X sebagai berikut: Tugas yang diberikan pak Supriyadi yaitu mengerjakan tugas yang ada di LKS dan hafalan-hafalan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits.112 Dari hasil wawancara tersebut bahwa permasalahan yang dihadapi guru mata pelajaran Qur’an hadits MAN 2 Ponorogo yaitu perbedaan individu siswa ada yang berasal dari SMP dan ada yang dari MTs, ada yang memiliki kecerdasan 110
Lihat Transkip Wawancara: 02/ 1- W/ F- 2/ 20- III/ 2009 dalam skripsi ini Ibid. 112 Lihat Transkip Wawancara: 13/ 6- W/ F- 2/ 12- IV/ 2009 dalam skripsi ini 111
70
tinggi, ada juga yang memiliki kecerdasan rendah. Selain itu permasalahan yang umum yang sering dihadapi guru mata pelajaran Qur’an hadits dalam penyusunan bahan ajar yaitu permasalahan siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an, menghafal ayat al-Qur’an dan hadits dan juga masalah alokasi waktu
3. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Qur’an hadits Langkah-langkah penyusunan bahan ajar dibuat diawal tahun ajaran atau awal semester oleh semua guru khususnya guru mata pelajaran Qur’an hadits mengumpulkan perangkat pembelajaran yang salah satunya RPP, sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Mohammad Ngubaini Waka Kurikulum MAN 2 Ponorogo berikut: Sebelum mengajar semua guru khususnya guru mata pelajaran Qur’an hadits di awal tahun ajaran atau awal semester mengumpulkan perangkat pembelajaran yang salah satunya RPP.113 Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru mata pelajaran Qur’an hadits dalam penyusunan bahan ajar adalah sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: Bapak
Hamida
Imammudin
menuturkan
bahwa
langkah
yang
dilakukannya dalam penyusunan bahan ajar Qur’an Hadist untuk kelas XII adalah sebagai berikut: Langkah-langkah yang saya lakukan dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an hadits yaitu dengan membuat RPP dengan metode yang bisa mengaktifkan siswa seperti learning starts with a question, true and false, information search, group resume, dan lain-lain. Selain dengan metode yang bisa mengaktifkan siswa, yaitu dengan mengidentifikasi materi, memilih materi, menetapkan alokasi waktu dan
113
Lihat Transkip Wawancara: 12/ 5- W/ F- 2/ 02- IV/ 2009 dalam skripsi ini
71
untuk mengetes siswa saya memberi evaluasi.114 Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Imam Asyhari guru Qur’an hadits kelas XI adalah sebagai berikut: Saya dalam menyusun bahan ajar Qur’an hadits langkah-langkah yang saya lakukan yaitu mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, melihat materi dan memilih metode yang sesuai dengan materi, misalnya diskusi ataupun tanya jawab tergantung materinya, saya berikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar dan beribadah. Langkah selanjutnya yaitu terkait dengan sarana dan prasarana yang ada diperpustakaan. Setelah materi saya sampaikan siswa saya suruh keperpustakaan untuk mencari kitab aslinya, misalnya materi hadits yang ada di kitab Bulughul Maram, Riyadus Shalihin dan kitab- kitab hadits yang lain yang ada kaitannya dengan materi, tujuannya agar siswa mengerti kitab aslinya apa lagi sekolah di MAN minimal harus mengerti kitab-kitab hadits.115 Dalam penyusunan bahan ajar langkah-langkah yang dilakukan yaitu menyusun materi atau bahan ajar dengan metode yang sesuai dengan materi seperti metode diskusi, metode ceramah, metode tanya jawab, metode resitasi, sebagimana hasil wawancara dengan Bapak Supriyadi sebagi berikut: Untuk mata pelajaran al-Qur’an Hadits langkah-langkah yang saya lakukan dalam menyusun bahan ajar atau materi adalah dengan metode yang sesuai dengan materi seperti metode diskusi, metode ceramah, metode tanya jawab, metode resitasi atau tugas dan sebagi pembuka materi pelajaran saya menggunakan metode ceramah. Selain itu saya juga memperhatikan materi, penyusunannya didasarkan pada kemampuan siswa juga yaitu dari materi yang sederhana kemudian menuju yang beragam, dari yang mudah-mudah dulu baru yang sulit diajarkan, kalau yang sulit diajarkan dulukan kasihan sama muridnya, semuanya itu biar lebih mudah dalam menjelaskan dan menyampaikannya kepada siswa, jadi sebelum mengajar saya terlebih dahulu mendalami materi, artinya sebelum mengajar saya harus menguasai materi atau bahan ajar terlebih dulu sebelum saya sampaikan ke siswa yang bertujuan agar materi yang saya sampaikan bisa semaksimal mungkin dan bisa dipahami oleh siswa116
114
Lihat Transkip Wawancara: 11/ 2- W/ F- 3/ 10- IV/ 2009 dalam skripsi ini Ibid. 116 Lihat Transkip Wawancara: 03/ 1-W / F- 3/ 20- III/ 2009 dalam skripsi ini 115
72
Mengenai tujuan penyusunan RPP dengan metode yang bisa mengaktifkan siswa adalah sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Hamida Imammudin sebagai berikut: Tujuan saya menyusun dengan metode yang bisa mengkatifkan siswa adalah agar siswa aktif dan kreatif di bawah pengawasan saya artinya menyerahkan kegiatan pembelajaran ke siswa dan tugas saya mengklarifikasi materi pelajaran yang belum bisa dipahami oleh siswa.117: Berdasarkan hasil penelitian (observasi) yang penulis lakukan selama pembelajaran Qur’an hadits menguasai materi atau bahan ajar merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki terutam guru mata pelajaran Qur’an hadits sebelum guru mengajar. Dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an hadits selain dengan metode, mengidentifikasi Standar kompetensi dan Kompetensi dasar, memilih materi, menetapkan alokasi waktu, memberikan evaluasi, dan diberi motivasi.118 Jadi dengan demikian apa yang dilakukan oleh guru pada dasarnya adalah merujuk pada teori tentang penyusunan bahan ajar yang ada dengan maksud agar tujuan dari pembelajaran Qur’an Hadits dapat tercapai.
117 118
Lihat Transkip Wawancara: 06/ 3- W/ F- 3/ 21- III/ 2009 dalam skripsi ini Lihat Transkip Observasi: 02/ O/ F- 2/ 20- III/ 2009 dalam skripsi ini
73
BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MAN 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009
A. Analisis Tentang Kondisi Riil Bahan Ajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di Man 2 Ponorogo Bahan ajar merupakan hal yang urgen dalam pendidikan karena tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didik.119 Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Macam-macam bentuk bahan ajar adalah cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, model atau maket, bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio, bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film, dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interaktif.120 Adapun bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits yang dipakai di MAN 2 Ponorogo ialah LKS yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi dan evaluasi, Buku Paket dari Departemen Agama yang digunakan sebagai panduan dalam menyampaikan materi, al-Qur’an dan terjemahnya, dan kitab-kitab hadits
119 120
Syaiful Bahri djamarah dan Aswan zain. Psikologi belajar. 50. Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. 173-174
74
seperti Bulughul Maram, Riyadus Shalihin dan Subulussalam yang digunakan sebagai dasar dalam menyampaikan materi. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang digunakan guru mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo ialah hanya menggunakan satu bentuk bahan ajar yaitu bahan ajar cetak (printed) pada hal ada empat macam bentuk bahan ajar. Jadi belum sepenuhnya sesuai dengan teoritik. Tujuan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits yaitu agar siswa bisa membaca alQur’an dan hadits dengan benar dan mampu menghafalkannya, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.121 Adapun tujuan mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo adalah agar siswa dapat membaca al-Qur’an dan hadits dengan benar serta mampu menghafalnya, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dalam seluruh aspek kehidupannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Qur’an Hadits sudah sesuai dengan apa yang ada dalam teori. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi riil bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo adalah sudah baik, meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan teori karena tujuan pembelajaran sudah sesuai teori tetapi bahan ajarnya masih hanya menggunakan satu macam bentuk bahan ajar yaitu cetak.
121
Dirjen Pembinaan Agama Islam, Metodik Khusus, 69
75
B. Analisis Tentang Permasalahan Dalam Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Al-Qur’an hadits di MAN 2 Ponorogo Dalam suatu pelaksanaan kegiatan tidak lepas dari suatu permasalahan, begitu juga dalam penyusunan bahan ajar. Dengan adanya suatu permasalahan guru akan mengetahui kekurangan yang dihadapinya sehingga harus berusaha dengan keras untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun permasalahan yang dihadapai guru mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam penyusunan bahan ajar yaitu masalah perbedaan individu siswa, ada siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, ada siswa yang memiliki kecerdasan rendah. Sebagaimana teori dalam bab II bahwa guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran salah satunya yaitu perbedaan individu siswa. Sedangkan guru mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo dalam menyampaikan materi pelajaran memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru dalam menyampaikan materi sudah sesuia dengan teori. Masalah lain dalam penyusunan bahan ajar pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo terdapat siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Selain itu siswa juga sulit menghafal ayat al-Qur’an dan hadits yang ditugaskan oleh guru, karena tujuan mata pelajaran Qur’an adalah agar siswa dapat membaca dan menghafalkan ayat al-Qu’an dan hadits secara benar serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
76
Berdasarkan teori bab II, tujuan mata pelajaran al-Qur’an dan hadist di MAN 2 Ponorogo yaitu agar siswa bisa membaca al-Qur;an dan hadits dengan benar dan mampu menghafalkanya, tetapi ada siswa yang belum bisa membaca ataupun menghafal ayat al-Qur’an atau hadits. Jadi belum sepenuhnya sesuai dengan teori. Selain masalah tersebut masih ada lagi masalah yang dihadapi guru dalam penyusunan bahan ajar yaitu masalah alokasi waktu. Di MAN 2 Ponorogo alokasi waktu untuk 1 jam pelajaran adalah 45 menit alokasi waktu ini sudah sesuai dengan teori namun pelaksanaan alokasi waktu ini kurang bisa maksimal karena banyak hari libur pada saat pelajaran Qur’an Hadits, dan juga karena ada kepentingan guru ataupun kegiatan lain yang menyita waktu pelajaran Qur’an Hadits. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi guru dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits adalah perbedaan individu siswa, ketidak mampuan dalam membaca dan menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, serta alokasi waktu pembelajaran. C. Analisis Tentang Langkah-langkah Dalam Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo Agar pembelajaran
dapat berjalan
dengan baik maka
perlu
dipersiapkan bahan ajar dengan baik sehingga bahan ajar harus disusun sedemikian rupa demi tercapainya tujuan daripada pembelajaran. Dalam penyusunan
bahan
ajar guru
harus
memperhatikan
patokan-patokan
penyusunan bahan ajar yaitu bahan belajar disusun sedemikian rupa, dimulai dari bahan belajar yang sederhana kemudian meningkat kepada bahan belajar yang lebih beragam (kompleks), bahan belajar dirumuskan berdasarkan
77
pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh peserta didik, bahan belajar disusun secara berurutan yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar melalui langkah-langkah yang berurutan pula. 122 Dalam penyusunan bahan ajar guru juga harus memperhatikan permasalahan yang dihadapi dan melakukan upaya penyelesaian masalah tersebut dengan cara yang bijak. Untuk mengatasi tentang perbedaan individu upaya yang dilakukan oleh guru MAN 2 Ponorogo adalah dalam menyampaikan materi disamakan, tetapi bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah guru sering memberi pertanyaan terkait materi dan sering disuruh membaca al-qur’an supaya terlatih dan lancar dalam membaca alqur’an. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi siswa yang tidak mampu atau sulit menghafal atau membaca ayat-ayat al-qur’an dan hadit adalah guru memberikan bimbingan khusus (jam tambahan) yaitu memberikan les pada waktu sore hari. Tiaptiap kelas siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu kelas dan diajari membaca al-Qur’an secara privat. Pada saat mata pelajaran Qur’an Hadits siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an disuruh membaca supaya terlatih membaca al-Qur’an bagi siswa yang kurang mampu atau berkesulitan dalam hal membaca ataupun menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, selain itu guru selalu memberikan motivasi kepada siswa, di awal jam pelajaran Qur’an Hadits siswa yang kurang atau tidak bisa membaca diberi prioritas untuk membaca dan diberi pertanyaan-pertanyaan.
122
Sudjana S dan Djudju, Strategi Pembelajaran (Bandung: Falah Production, 2000), 202.
78
Hal tersebut sesuai dengan apa yang ada dalam teori yaitu untuk mencapai kemampuan membaca al-Qur’an diperlukan latihan dan belajar secara berkesinambungan dengan bimbingan seorang guru ngaji. Dan seorang guru ngaji harus berasal dari ulama, kyai atau seseorang yang dipandang mampu dalam kegiatan pengajian. Selain itu guru dituntut memiliki beberapa dasar ilmu al-Qur’an, seperti ilmu tajwid yang berguna untuk membantu dalam cara membaca al-Qur’an secara baik dan benar. Pelajaran diberikan dengan sistem privat (individual) atau seorang demi seorang, tiap anak membaca dibawah bimbingan guru sekitar 15-30 menit.123 Dan untuk itu semua
dibutuhkan
motivasi
karena
tujuan
motivasi
adalah
untuk
menggerakkan atau menggugah sesorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.124 Adapun upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah alokasi waktu adalah guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi yang belum disampaikan. Sedangkan langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar yaitu: 1. Menguasai materi atau bahan ajar sebelum mengajar karena merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru,125 2. Memilih materi (bahan ajar) antara lain: a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa. 123
Toto Suharto, dkk. Rekonstruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam. 52-60. Kulliyatul Mu’allim al-islamiyah Pondok Modern Gontor.Psikologi Pendidikan. 73-77 125 Suparlan. Menjadi Guru Efektif. (yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005). 99 124
79
b. Identifikasi jenis bahan ajar atau materi126 c. Berorientasi pada tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai. d. Urgensi materi e. Tuntutan kurikulum f.
Nilai kegunaan materi.127
3. Cara penyajian bahan ajar, yang harus dilakukan guru adalah pemeriksaan awal, persiapan lingkungan, persiapan siswa, penyajian bahan ajar. 4. Memilih metode yang sesuai dengan materi. Metode ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok atau klasikan, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.128 5. Menyusun materi secara sistematis dan kontinuitas sebagai berikut: dari yang mudah menuju yang kompleks atau rumit, dari yang khusus menuju yang umum, dari yang umum menuju yang khusus, harus bisa dijelaskan dengan jelas. Sedang kontinuitas yaitu ada hubungan fungsional antar materi satu dengan materi lainnya.129 6. Menetapkan alokasi waktu, untuk alokasi waktu SMA/ MA satu jampelajaran adalah 45 menit,130
126
Mimin Haryati. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. 11 Dirjen Kependidikan. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pengembangan mata Pelajaran dalam KTSP. 29 128 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo. Strategi Belajar Mengajar. 52. 129 Dirjen Kependidikan. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pengembangan mata Pelajaran dalam KTSP. 30 130 Ibid., 27 127
80
7. Evaluasi, yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.131 Adapun langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo adalah sebagai berikut: Sebelum mengajar terlebih dulu guru mendalami atau menguasai materi sebelum diajarkan ke siswa, setelah itu guru memilih materi yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kurikulum yang ada di MAN 2 yaitu KTSP dan memilih materi yang berguna bagi siswa. Selanjutnya guru memilih metode yang sesuai dengan materi. Sebelum materi tersebut
disampaikan
ke
siswa
guru
menyusun
secara
sistematis
dan
berkesinambungan atau kontinuitas, dengan menetapkan alokasi waktu dan langkah terakhir yang dilakukan adalah memberikan evaluasi kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemapuan siswa dalam memahami materei pelajaran. Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di Man 2 Ponorogo adalah sudah sesuai dengan teori, selain itu guru juga membuat RPP dengan strategi yang menarik, dan juga dengan mengupayakan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi saat pembelajaran Qur’an Hadits.
131
Anas Sujiono. Pengantar evaluasi Pendidikan. 1
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kondisi riil bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo adalah sudah baik, meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan teori karena tujuan pembelajaran sudah sesuai teori tetapi bahan ajarnya masih hanya menggunakan satu macam bentuk bahan ajar yaitu cetak. 2. Masalah yang dihadapi guru dalam penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits adalah perbedaan individu siswa, ketidak mampuan dalam membaca dan menghafal ayat-ayat al-Qur’an dan hadits, serta alokasi waktu pembelajaran. 3. Langkah penyusunan bahan ajar mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN 2 Ponorogo adalah sudah sesuai dengan teori, selain itu guru juga membuat RPP dengan strategi yang menarik, dan juga dengan mengupayakan penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi saat pembelajaran Qur’an Hadits.
B. Saran Dalam dunia pendidikan Agama Islam (khususnya mata pelajaran Qur’an Hadits) bahan ajar memiliki peranan yang sangat penting, karena bahan ajar merupakan bagian dari komponen kurikulum. Dan diharapkan bagi guru mata pelajaran Qur’an Hadits menguasai bahan ajar sebelum mengajar.
82
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajare Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002 B. Miles, Matthew. dan Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia, 1992 Bahri Djamarah, Syaiful. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992 Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 Departemen Pendidikan Nasional, Pengembangan Mata Pelajaran dalam KTSP, 2008. Direktorat Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Mata Pelajaran: Al-Qur'an Hadits Departemen Agama RI, 2007. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1984/1985 Faisal, Sanapiah dan Mulyadi Guntur Waseso. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982 Hariyati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta: Gaung Persada Press, 2007 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000 Madjid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo, Perangkat Pembelajaran Al-Qur'an Hadits (Ponorogo: MAN 2 Ponorogo, 2007-2008
83
Mardiyo, Pengajaran Al-Qur'an Jakarta: Rajawali Pers, 1993 Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Melvin L. Silberman, Active Learning(Bandung: Penerbit Nusamedia, 2006 Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 S, Sudjana dan Djudju, Strategi Pembelajaran Bandung: Falah Production, 2000 Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitati.f Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: CV. Alfabeta, 2005 ---------- Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2006 Syah, Darwyn. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Islam Jakarta: Gaung Persada Press, 2007 Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 Syaodih, Nana Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997 Tafsir, Ahmad. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992 Tim Penyusun, Modul- 2: Pembekalan Mahasiswa PPLK II, Program StudiPendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, 2008 -------------. LKS Hikmah membina kreatifitas dan prestasi, mengkaji Qur’an hadits. Sragen: Akik Pusaka ------------- Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo Jurusan Syari’ah, Tarbiyah, Ushuluddin (STAIN Ponorogo), 2008 ------------- Modul-2, Materi Pembekalan Bagi Mahasiswa Peserta PPLK II Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI dan PBA (Ponorogo: STAIN Ponorogo, Oktober 2008). Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam Jakarta: PT. Ciputat
84
Press, 2002 Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006 Zuhairi, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1981.