BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam
kehidupan sehingga dapat dikatakan bahwa IPA bukan hanya konsep-konsep atau prinsip-prinsip. IPA juga merupakan proses penemuan yang berasal dari fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan fenomena-fenomena yang terjadi pada kehidupan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah fisika. Dalam dunia pendidikan mata pelajaran fisika adalah hal yang sangat pokok mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Depdiknas (2007) “Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.” Berdasarkan ungkapan di atas, mata pelajaran fisika dapat membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan yang merupakan salah satu aspek kecakapan hidup seperti kemampuan berpikir, kemampuan bekerja, kemampuan bersikap ilmiah, dan kemampuan memecahkan masalah.
1
2
Tujuan dalam pembelajaran adalah bagaimana siswa tersebut bisa memahami dan menerapkan kembali apa yang telah ia dapatkan setelah pembelajaran. Tujuan mata pelajaran fisika yaitu “Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.” (Depdiknas, 2006:443). Agar mencapai tujuan yang diharapkan perlu kerja keras agar bisa mencapainya. Pada proses pembelajaran di kelas ternyata berbeda dengan yang direncanakan sehingga tujuan tersebut tidak dicapai secara maksimum. Sanjaya (2006:21) mengatakan bahwa guru dalam proses pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Guru merupakan sumber belajar, dimana peran guru inilah yang akan menentukan nasib siswa. Sanjaya (2006:21) mengatakan bahwa peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi sehingga dapat dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai pelajaran dengan baik sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Hasil observasi awal yang dilakukan di salah satu SMP Negeri kota Bandung terhadap siswa kelas VIII A diperoleh bahwa prestasi belajar siswa selama ini rendah (berdasarkan ulangan pada bab tekanan diperoleh nilai rata-rata 62.39), dari nilai ulangan tersebut yang berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 68.29% siswa, sedangkan nilai KKM di sekolah ini untuk pelajaran Fisika adalah 75. Berdasarkan hasil ulangan selanjutnya mengenai bab usaha dan energi diperoleh nilai rata-rata 70.97, dari nilai ulangan tersebut siswa yang berada dibawah nilai KKM hampir 50%. Meskipun telah dilakukan
3
berbagai upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, namun hasilnya masih tetap jauh dari harapan. Dari nilai ulangan tersebut hanya sebagian siswa yang mendapat nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas yang dilakukan oleh guru hanya beberapa siswa yang siap untuk belajar di kelas. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan pada guru dan menjawab pertanyaan dari guru. Jika dilihat proses pembelajaran ini masih jauh dari apa yang diharapkan, padahal metode yang digunakan dalam proses pembelajaran selama ini adalah demonstrasi, ceramah, dan diskusi yang dilengkapi dengan LKS. Materi Fisika kelas VIII semester 2 yang berisi konsep-konsep yang cukup sulit untuk dipahami siswa karena menyangkut dalam kehidupan sehari-hari dan hitungan-hitungan seperti gaya, usaha dan energi, tekanan, getaran, gelombang dan begitu juga pada materi cahaya. Dengan demikian penyampaian materi yang dilakukan pada pembelajaran fisika kelas VIII semester 2 dengan menggunakan metode
demonstrasi, eksperimen, diskusi, ceramah nampaknya masih belum
optimal dalam meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa. Dalam pelaksanaannya demonstrasi yang dilakukan oleh guru jarang dilakukan, penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah disini tidak terlihat semangat siswa dalam memahami apa yang diterangkan oleh guru. Dalam pembelajaran selama ini terlihat kurang menarik sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran fisika dan suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa bertanya pada guru, meskipun materi yang diajarkan belum
4
dapat dipahami. Akibatnya prestasi dan aktivitas siswa pada pelajaran fisika sangatlah rendah. Berdasarkan analisis awal, ternyata rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa tersebut pada umumnya disebabkan oleh kesulitan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam pelajaran fisika akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep fisika dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran fisika. Anita (2007:19) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. “Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dimana faktor intern adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri siswa misalnya faktor intelegensi siswa, minat siswa dalam belajar dan adanya cacat tubuh yang dimiliki siswa. Selanjutnya faktor ekstern adalah faktor penyebab yang berasal dari luar siswa antara lain faktor guru, materi pelajaran, metode mengajar, alat pelajaran (media pelajaran) dan masalah yang berada dalam lingkungan keluarga.” (Anita, 2007:19) Di samping itu, guru kurang memberikan contoh-contoh konkrit tentang konsep fisika yang ada di lingkungan sekitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar fisika. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa rendahnya aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Penyampaian materi fisika oleh guru dengan metode demonstrasi yang hanya sekali-kali dan diskusi cenderung membuat siswa jenuh. Siswa hanya dijejali informasi yang kurang konkrit dan diskusi yang kurang menarik karena bersifat teoritis; (2) Siswa tidak pernah diberi pengalaman langsung dalam mengamati
5
kejadian atau peristiwa nyata sehingga siswa menganggap materi pelajaran fisika adalah abstrak dan sulit dipahami; (3) Metode mengajar yang digunakan guru kurang bervariasi dan tidak inovatif, sehingga membosankan dan tidak menarik minat siswa; (4) Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang maksimal oleh guru dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan akivitas dan prestasi belajar siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang dibuat harus menitikberatkan pada aktivitas belajar yang berpusat pada siswa, dimana siswa belajar secara aktif sehingga aktivitas siswa lebih aktif dibandingkan dengan guru baik dalam menyajikan materi pelajaran serta dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA khususnya fisika. Diharapkan kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan dan siswa lebih bisa memahami konsep-konsep fisika dan bisa memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fisika. Ruseffendi (Anita, 2007:17) menjelaskan bahwa problem solving (pemecahan masalah) merupakan pendekatan yang bersifat umum yang lebih mengutamakan proses daripada hasil. Gerace et al. (Solikhin, 2008:21) menegaskan bahwa dalam riset mengenai proses problem solving, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah tidak hanya bergantung pada tingkat kematangannya tetapi juga ditentukan dari permasalahan yang mereka sendiri mengalaminya. Dapat dikatakan bahwa kemampuan dalam memecahkan suatu masalah tidak ditentukan oleh pola pikir melainkan oleh kerja atau pelatihan. Apabila model pembelajaran problem solving digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.
6
Model pembelajaran problem solving memiliki beberapa keuntungan yaitu (1) problem solving dapat mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa menuju pemamaham lebih dalam mengenai suatu materi (Killen dalam Anita, 2007); (2) problem solving memberikan tantangan kepada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri; (3) problem solving membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran; (4)
problem solving dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka serta dapat mengamati pengetahuan mereka dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata (Shack dalam Anita, 2007). Dalam model pembelajaran problem solving diperlukan media agar model tersebut bisa diarahkan dengan baik. Media yang digunakan dalam model ini adalah simulasi komputer. Simulasi ini dapat membantu agar materi tersebut bisa disampaikan dengan baik. Akan tetapi, disini yang aktif adalah siswa sementara guru hanya menjadi fasilitator, Sanjaya (2006:23) mengatakan guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sanjaya (2006:23) melanjutkan bahwa guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media tersebut sangat diperlukan, guru harus bisa memilihmilih media yang cocok dan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan dan tingkatan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru fisika di salah satu SMP Negeri kota Bandung maka untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa diperlukan model pembelajaran yang cocok yaitu model pembelajaran problem solving dengan menggunakan simulasi komputer. Hal tersebut seperti yang sudah
7
dijelaskan dan sudah dilihat bagaimana keunggulan dari model pembelajaran dan media tersebut. Berdasarkan kesesuaian dengan kurikulum KTSP dimana dalam kurikulum ini yang dituntut aktif adalah siswa. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mencapai harapan di atas dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Konsep Cahaya Melalui Model Pembelajaran Problem Solving dengan Menggunakan Simulasi Komputer (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII A Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung)” B.
Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini adalah
rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII A di salah satu SMP Negeri kota Bandung dalam mata pelajaran fisika. C.
Cara Pemecahan Masalah Permasalahan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VIII A di
salah satu SMP Negeri kota Bandung dalam pembelajaran harus diupayakan untuk bisa diselesaikan. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui model pembelajaran problem solving dengan menggunakan simulasi komputer. Salah satu model pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran problem solving. Pada model ini siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan berbagai solusi yang tepat dan strategis sehingga kemampuan siswa dalam berpikir akan terasah dengan baik. Purba (Rusniawatty, 2007:11) berpendapat bahwa problem solving dipandang sebagai penggunaan berbagai jalan untuk memecahkan masalah, mulai dari
8
mengidentifikasi
masalah,
penentuan
langkah-langkah
dan
kemudian
memecahkannya. Killen (Anita, 2007:20) mengatakan bahwa problem solving dapat membantu siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh kepada situasi yang baru untuk dapat memperoleh pengetahuan yang baru. Dengan menggunakan simulasi komputer sebagai salah satu alternatif media dalam pembelajaran dapat memberikan pengetahuan yang luas bagi siswa. Pramono (2008) menyatakan Media simulasi mirip dengan animasi tetapi ada satu perbedaan yang menonjol. Bila dalam animasi kontrol dari pengguna hanyalah sebatas memutar ulang maka di dalam simulasi kontrol pengguna lebih luas lagi. Pengguna bisa memasukkan variabel-variabel tertentu untuk melihat bagaimana besarnya variabel berpengaruh terhadap proses yang tengah dipelajari. Dalam media ini terdapat interaktif antara siswa dengan simulasi komputer sehingga siswa bisa memahami lebih jauh mengenai konsep fisika. Berdasarkan pemaparan di atas maka permasalahan terhadap rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat diatasi melalui model pembelajaran problem solving dengan menggunakan simulasi komputer. Dimana simulasi komputer ini merupakan alternatif media pembelajaran selain LKS dan buku. Simulasi komputer dilengkapi dengan gambar-gambar yang bergerak dan permasalahan. Diharapkan dengan penerapan model dan simulasi komputer dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VIII A di salah satu SMP Negeri kota Bandung.
9
D.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas
pada kelas VIII A salah satu SMP Negeri di Kota Bandung yaitu: 1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam memahami konsep cahaya dengan menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis simulasi komputer. 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami konsep cahaya dengan menggunakan model pembelajaran problem solving berbasis simulasi komputer. E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman mengenai konsep fisika, dapat memberikan motivasi siswa untuk belajar, dapat memberikan pengetahuan lebih mengenai teknologi selain pengetahuan fisika yang sedang dipelajari, melatih siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan, melatih siswa dalam mengambil keputusan yang tepat dalam permasalahan. 2. Bagi guru dapat lebih memahami akan manfaat terhadap penggunaan simulasi komputer ke dalam model pembelajaran sehingga pengetahuan guru lebih luas dan guru disini bertindak fasilitator, memberikan motivasi kepada guru dalam mengajar agar lebih kreatif, meringankan beban kerja guru dalam mengajar dikarenakan dalam model ini siswa yang aktif. 3. Bagi sekolah yaitu dimana sekolah dapat berkontribusi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Apabila penelitian ini berhasil maka sekolah bisa mengembangkan lebih lanjut terhadap penelitian ini.
10
F.
Indikator Kinerja Indikator kinerja penelitian yang di lakukan dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang berlangsung, peningkatan aktivitas dan prestasi belajar pada setiap tahapannya sehingga dapat menentukan peningkatan dan keberhasilan pada setiap siklusnya. 1. Siswa dikatakan memiliki peningkatan aktivitas jika memenuhi persentase aktivitas siswa dalam memperhatikan penejelasan guru, mengambil data, menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan kerja sama kelompok. Pada setiap komponen aktivitas dalam penelitian kali ini maka aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila mencapai persentase aktivitas siswa berada 75% (Mulyasa, 2004:131) dari jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti tindakan pembelajaran. 2. Siswa dikatakan memiliki peningkatan prestasi belajar jika memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada pelajaran fisika yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.Peneliti mentargetkan dalam penelitian kali ini peningkatan prestasi belajar siswa berdasarkan KKM yaitu dengan tercapainya kriteria keberhasilan 80% dari jumlah keseluruhan siswa yang mengikuti tindakan pembelajaran. Dimana kriteria keberhasilan mengacu pada kriteria ideal yaitu minimal 75% hal ini sesuai yang ditetapkan oleh Depdiknas (2009:2). G.
Hipotesis Tindakan Permasalahan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat diatasi
dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan menggunakan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika.