BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan perempuan. Proses yang diawali dari konsepsi hingga pengeluaran bayi merupakan periode krisis yang mempengaruhi dinamika keluarga dan ikatan afektif pada semua anggota keluarga. Kehamilan menuntut respon adaptif dari ibu hamil itu sendiri dan orang-orang terdekatnya (Araujo, et.al., 2009). Perubahan fisik dan psikologis pada perempuan hamil dapat mempengaruhi ikatan afektif dengan suami, khususnya dalam aktivitas seksual. Menurut Uwapusitanon & Choobun (2004) dan Araujo, et.al., (2009) pada trimester pertama gairah seksual ibu hamil umumnya menurun karena morning sickness dan kelelahan yang mempengaruhi semangat, hasrat dan libido. Memasuki trimester kedua, libido membaik karena tubuh telah dapat menerima dan beradaptasi dengan kehamilan. Ibu hamil dapat menikmati aktifitas seksual dengan lebih leluasa. Pada trimester ketiga libido dapat menurun kembali karena semakin besarnya usia kehamilan, ketidaknyamanan, rasa nyeri punggung dan ketakutan menghadapi persalinan. Berdasarkan epidemiologi masalah seksual masa kehamilan, 30 – 50% pasangan takut aktivitas seksual akan membahayakan janinnya. Suami takut menyakiti istri dan istri khawatir tidak dapat memuaskan suami (Brtnicka, et.al., 2009). Sebagian ibu hamil menganggap selama kehamilan penting
1
untuk menghindari hubungan seksual dan menganggap kehamilan merupakan masa bebas dari hubungan seksual, terdapat perempuan hamil tidak percaya diri, merasa tidak menarik dan tidak diinginkan suami (Bobak; Lowdermilk & Jensen, 2004). Kehamilan dirasakan sebagai beban berat, sehingga pada masa kehamilan dapat mengalami gangguan hubungan seksual (NANDA, 2012). Berdasarkan penelitian kualitatif etnografi pada tujuh partisipan melaporkan bahwa libido menurun selama kehamilan. Beberapa penyebab yang mengganggu aktifitas seksual adalah rasa nyeri selama aktivitas seksual, kelelahan dan perasaan terjadinya penurunan janin yang membahayakan. Perempuan hamil mempunyai harapan bahwa aktivitas seksual akan kembali seperti sebelum hamil setelah melahirkan (Araujo, et.al., 2009). Pada penelitian lain, 37% perempuan hamil mengalami peningkatan gairah seksual selama kehamilan. Perubahan fisik pada payudara dan peningkatan sirkulasi darah ke vagina meningkatkan sensitifitas dan mampu meningkatkan sensasi sensual. Anggapan bahwa aktifitas seksual menjadi jaminan pasangan masih mencintainya (Khamis, et.al., 2007). Menurut Pangkala (2001) dalam Hapsari & Sudarmiati (2011) hubungan seksual dapat lebih aktif bila selama kehamilan bebas dari ketidaknyamanan. Perubahan gairah seksual pada perempuan hamil dapat dipengaruhi oleh perubahan hormon progesteron, estrogen dan androgen. Peningkatan libido dipengaruhi oleh peningkatan hormon androgen, sensitifitas dan persepsi diri perempuan hamil (Aduboffour, 2010). Perubahan hormon
2
estrogen dan progesteron mempengaruhi ketidaknyaman fisik dan mental dan berefek pada libido (Brtnicka, et.al., 2009). Penurunan pemenuhan kebutuhan seksual dapat menjadi masalah dan dapat berkontribusi terhadap kecemasan yang dapat mengganggu status kesehatan ibu dan janinnya. Berkurangnya aktivitas seksual dapat menjadi penyebab suami mencari hubungan seksual tidak aman diluar perkawinan. Seksualitas yang bermasalah dapat sebagai salah satu faktor yang menyebabkan retaknya hubungan perkawinan. Terdapat 4 – 28% suami berselingkuh selama kehamilan istri dan meningkatkan resiko terjadinya penyakit menular seksual seperti infeksi HIV yang berdampak buruk bagi status kesehatan ibu hamil dan janinnya (Brtnicka, et.al., 2009). Data dari Pusdatin Depkes RI (2012) jumlah perempuan hamil di Indonesia sebesar 4.809.863 jiwa. Kunjungan pemeriksaan kehamilan 4 kali/K4 pada tahun 2011 sebesar 85,56 % dan pada tahun 2012 sebesar 88,27%. Data Profil Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2012, jumlah perempuan hamil yaitu 50.484 jiwa dengan kunjungan kehamilan K4 sebesar 93,31%. Jumlah perempuan hamil di Kabupaten Bantul 14.834 jiwa dengan kunjungan K4 sebesar 91,78% dan data Puskesmas Kasihan II Bantul jumlah perempuan hamil sebanyak 982 jiwa dengan kunjungan K4 sebesar 96, 9 %. Menurut Mochtar (2004) kunjungan kehamilan diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil, janin dan orang terdekatnya, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Pelayanan pada
3
kunjungan kehamilan berupa pemeriksaan perkembangan kehamilan dan kesejahteraan janin serta mempersiapkan kelahiran bayi. Pendidikan kesehatan untuk memelihara kesehatan ibu dan janin diberikan sampai masa nifas, namun informasi mengenai pemenuhan kebutuhan seksual pada masa kehamilan masih minim diberikan kepada ibu hamil. Penelitian di Turki oleh Erenel, et.al., (2011) terdapat 35,7% ibu hamil yang mendapat informasi mengenai hubungan seksual selama kehamilan, 23,5% diantaranya mendapat informasi dari dokter, 5,7% dari media pelayanan yang disediakan dan 5,1% dari perawat. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral dari upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Perawat mempunyai peranan memberikan asuhan keperawatan melalui perannya sebagai pendidik. Pendekatan yang dapat digunakan adalah teori model promosi kesehatan Nola J. Pender. Perilaku promosi kesehatan terutama terintegrasi dalam gaya hidup sehat untuk peningkatan kesehatan (Peterson & Bredow, 2004; Tomey & Alligood, 2006). Promosi kesehatan melalui pendidikan seksualitas masa kehamilan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dalam memenuhi kebutuhan seksual masa kehamilan dengan aman. Pasangan dengan ibu hamil perlu mengenali masalah seksual pada masa kehamilan dan menentukan jalan keluar untuk mengatasinya. Pendidikan seksualitas dengan metode diskusi kelompok merupakan metode yang tepat sebagai upaya promosi kesehatan. Frith (2000) menyatakan metode diskusi kelompok akan memberikan kenyamanan dan keterbukaan membahas tentang
4
seksualitas, dapat mengeksplorasi dan mengklarifikasi pendapat yang beragam, pengalaman dan sikap pada saat yang sama (Frith 2000; Olsson 2005). Alerston & Davies (2001) menyatakan dengan metode diskusi kelompok, peserta dapat saling belajar dan dapat merefleksikan pandangan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman seksualnya.
Penelitian oleh
Moodley & Khedun (2011), terdapat 406(66%) ibu hamil
menyukai
pendidikan seksual berkelompok, 196(32%) secara individu dan 9(0,15%) menyukai secara individu dan berkelompok. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Kasihan II Bantul, perempuan hamil yang melakukan antenatal care tahun 2012 yaitu 982 orang. Rata-rata kunjungan pemeriksaan kehamilan setiap bulan adalah 80 orang. Pelayanan pemeriksaan kehamilan dilaksanakan setiap Selasa dan Rabu. Hasil observasi pada 7 perempuan hamil yang sedang antenatal care pada 17 Juli 2013, tenaga kesehatan tidak menanyakan mengenai aspek seksualitas dan tidak memberikan informasi tentang seksualitas masa kehamilan, sehingga masalah seksualitas masa kehamilan menjadi tidak teridentifikasi. Hasil wawancara pada tiga pasangan dengan ibu hamil setelah antenatal care, satu subyek menyatakan melakukan hubungan seksual apabila suami sangat menginginkan saja. Subyek kedua dan ketiga menyatakan tidak mau melakukan hubungan seksual masa kehamilan untuk menjaga keselamatan janinnya. Dua subyek tidak mendapat informasi tentang seksualitas masa kehamilan dan satu subyek mendapat informasi dari tenaga kesehatan untuk mengurangi aktifitas seksualnya.
5
Penelitian ini bermaksud melanjutkan penelitian terdahulu oleh Budiarti (2010) tentang “Studi Fenomenologi: Pengalaman Seksualitas Perempuan Selama Masa Kehamilan”. Hasil penelitian didapatkan masih minimnya pelayanan terkait seksualitas yang diberikan petugas kesehatan. Pemberian informasi tentang hubungan seksual melalui pendidikan kesehatan atau konseling menjadi harapan besar perempuan masa kehamilan. Perawat dengan perannya sebagai pendidik, turut bertanggung jawab dalam pemberian informasi tentang hubungan seksual masa kehamilan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh pendidikan seksual melalui diskusi kelompok terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan seksual pasangan masa kehamilan di Puskesmas Kasihan II Bantul.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah: “Apakah terdapat pengaruh pendidikan seksual melalui diskusi kelompok terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan seksual pasangan masa kehamilan di Puskesmas Kasihan II Bantul?
6
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui pengaruh pendidikan seksual melalui diskusi kelompok terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan seksual pasangan masa kehamilan di Puskesmas Kasihan II Bantul. 2.
Tujuan Khusus a. Dapat diketahui perbedaan skor perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) pemenuhan kebutuhan seksual pasangan dengan ibu hamil sebelum dan setelah diberikan pendidikan seksual pada kelompok eksperimen. b.
Diketahui perbedaan skor perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) pemenuhan kebutuhan seksual pasangan masa kehamilan antara pre test dan post test kelompok kontrol.
c.
Dapat diketahui perbedaan skor perilaku pemenuhan kebutuhan seksual pasangan masa kehamilan kelompok eksperimen dan kontrol.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan Dapat
memberikan
kontribusi
dalam
mengembangkan
ilmu
keperawatan maternitas dan menjadi evidence based dalam pendidikan seksualitas pasangan dengan ibu masa kehamilan. Dapat berkontribusi dalam membangun intervensi keperawatan berbasis kebutuhan seksual pada masa kehamilan.
7
2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Pelayanan Keperawatan Dapat menjadi data dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan antenatal, melalui perubahan kebijakan pelayanan keperawatan yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar yang mencakup aspek pemenuhan kebutuhan seksual masa kehamilan. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan kurikulum terkait promosi kesehatan tentang pemenuhan kebutuhan seksual pasangan pada masa kehamilan. c. Bagi peneliti lain Dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan pengembangan penelitian selanjutnya yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan seksual pada masa kehamilan.
E.
Keaslian penelitian 1.
Penelitian oleh Uwapusitanon, et.al. (2004) di Hat Yai tentang “Sexuality and Sexual Activity in Pregnancy”. Bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas seksual, menggambarkan sikap dan sumber informasi mengenai aktivitas seksual selama kehamilan. Merupakan studi kohort dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner pada 300 wanita hamil pada 3 periode waktu (trimester I, II dan III) selama Juni 2003 – Mei 2004. Persamaannya merupakan penelitian
8
kuantitatif dan variabel terikat yaitu pemenuhan kebutuhan seksual pada masa kehamilan. Perbedaannya pada penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian quasi experiment, sampel lebih kecil, analisis data menggunakan uji parametrik. 2. Penelitian oleh Najimi, et. al. (2013) tentang “The effect of Educational Program on Knowledge, Attitude, and Practice of Mothers Regarding Prevention
of
Febrile
Seizure
in
Children”.
Tujuan
untuk
mengeksplorasi program pendidikan pada ibu dalam mencegah kejang demam pada anak. Merupakan penelitian eksperimen dengan 88 subyek yang dipilih secara random, dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Uji statistik dengan chi square, t-test dan paired t-test. Hasil terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek secara signifikan setelah diberi program pendidikan dibandingkan sebelum diberikan program, hal ini tidak terjadi pada kelompok kontrol. Persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan merupakan penelitian
kuantitatif, variabel terikat dan variabel bebas, dan analisis statistik. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan merupakan quasi eksperiment, jumlah sampel lebih sedikit. 3. Penelitian Budiarti (2010) tentang “Studi Fenomenologi: Pengalaman Seksualitas Selama Masa Kehamilan di Surabaya”. Tujuan untuk mengungkapkan fenomena pengalaman seksualitas perempuan selama masa kehamilan. Pendekatan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Data dikumpulkan dengan wawancara semi
9
terstruktur dan dianalisis dengan menggunakan Colaizzi. Persamaan pada variabel penelitian yaitu seksualitas selama masa kehamilan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi experiment. Subyek penelitian lebih besar, pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dan menggunakan analisis statistik parametrik. 4. Penelitian Frith (2000) tentang “Focusing on Sex: Using Focus Groups Discussion in Sex Research”. Tujuan untuk mengetahui aspek pengalaman, kepercayaan, sikap dan perasaan yang mendasari perilaku seksualitas. Penelitian menggunakan studi kualitatif melalui diskusi kelompok pada 3 kelompok remaja, masing-masing 8-9 partisipan. Topik diskusi meliputi pendidikan seksualitas dan HIV, diskusi dilaksanakan 70 menit. Pada hasil diskusi kelompok dapat diketahui pandangan terhadap seks sebelum nikah, perkosaan dan upaya pencegahan HIV oleh remaja. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan metode diskusi kelompok pada pendidikan seksualitas, terdiri 3 kelompok diskusi dan pada setiap kelompok
terdiri
8-9
partisipan.
Perbedaannya,
penelitian
ini
menggunakan studi kualitatif, partisipan remaja, topik diskusi tentang seksualitas remaja dan HIV. Pada penelitian ini menggunakan studi kuantitatif, kuasi eksperimen, terdiri variabel bebas yaitu pendidikan seksualitas dan variabel terikat perilaku pemenuhan kebutuhan seksual,
10
responden pasangan dengan ibu hamil, topik diskusi tentang seksualitas pada masa kehamilan dan menggunakan analisis statistik. 5. Penelitian Kumboyono, et. al. (2004) tentang “Perbedaan Pengaruh Pendidikan Seks Metode Simulasi dan Diskusi Kelompok terhadap Sikap Remaja pada Upaya Pencegahan Perilaku Seks Menyimpang”. Tujuan untuk mengetahui perbedaan pemberian pendidikan seks dengan metode simulasi dan diskusi kelompok dengan perubahan sikap remaja tentang perilaku seks. Merupakan studi kuantitatif kuasi eksperimen, pretest dan posttest design. Sampel terdiri 90 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan perubahan sikap lebih besar dengan metode diskusi kelompok. Persamaannya yaitu menggunakan studi kuantitatif, desain kuasi eksperimen, metode diskusi kelompok. Perbedaannya, pendidikan seksualitas dengan metode simulasi, variabel terikat yaitu sikap pada perilaku seks, sampel 90 orang. Pada penelitian yang akan dilakukan variabel bebas dengan metode diskusi kelompok, variabel terikat perilaku pemenuhan kebutuhan seksual, sampel terdiri 52 pasangan dengan ibu hamil.
11