perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia dan Malaysia adalah dua Negara serumpun yang memiliki adat-istiadat, budaya, ras serta agama yang hampir sama. Bukan hanya itu saja hubungan kekerabatan kedua Negara pun sangat erat. Sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan Negara Malaysia pada 31 Agustus 1957, Asia Tenggara memiliki hubungan sejarah yang sangat rapat dan panjang. Mulai dari kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7, kerajaan Majapahit pada abad ke-11 yang menjalin hubungan (politik, budaya, dan ekonomi) dengan kerajaan-kerajaan Melayu (Malaysia) hingga kerajaan Iskandar Muda pada tahun 1607. Sejak awal hubungan diplomatik mereka begitu erat, yang dimulai pada dasawarsa 1950-an. Kerjasama kedua Negara di bidang ekonomi saling membutuhkan satu sama lain. Ekonomi Indonesia membutuhkan Malaysia terutama bagi ekspor-impor, TKI dan Pendidikan, begitu pula dengan Malaysia mereka membutuhkan pendidik dari Indonesia. Ekspor dan impor kedua Negara juga makin erat seiring dengan adanya globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang. Eratnya kedua Negara inipun tidak terlepas sebagai dua Negara yang paling erat di Asia Tenggara daripada Negara-negara lainnya, masalah kerap user Awal mula hubungan kedua kali menghadang hubungan commit kedua to Negara.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Negara renggang ketika salah satu pulau milik Indonesia jatuh ke tangan Malaysia. Masalah lain yang membuat hubungan kedua Negara memanas terjadi saat konfrontasi Indonesia dan Malaysia pada dasawarsa 1960-an. Pada saat itu, Indonesia menentang rencana pembentukan Federasi Malaysia. Protes dan sentimen anti-Malaysia terjadi di beberapa kota, seperti Jakarta dan Surabaya. Di masa ini, kita mengenal sebuah slogan yang cukup terkenal “Ganyang Malaysia!”. Sebuah slogan yang hingga kini masih sering dikobarkan sebagian masyarakat kita ketika Indonesia bermasalah dengan Malaysia. Permasalahan lain yang terjadi bukan hanya pada hubungan masyarakat dan pemerintahan kedua Negara tetapi merambah hingga ke beberapa aspek seperti sengketa perbatasan, klaim antar budaya kedua Negara, folklore, dan bahkan masalah yang terakhir merambah pada dunia sepakbola. Hubungan Indonesia dan Malaysia pun terjalin erat pada hubungan politik kedua Negara. Hal ini yang menjadi landasan yang kuat hubungan Indonesia dengan Malaysia selama ini, gejolak politik yang terjadi selama masa konfrontasi hingga saat ini lebih dilatarbelakangi oleh kepentingankepentingan kelompok maupun politis tertentu yang berkeinginan menganggu serta merusak hubungan Indonesia dengan Malaysia. Sejauh ini hubungan politik kedua Negara merupakan pilar penting dalam memajukan organisasi ASEAN yang telah berkembang secara pesat dalam empat dekade terakhir, baik di tingkat regional maupun internasional. Hubungan kedua Negara juga telah menjadi perhatian dan role model bagi Negara-negara Asia Tenggara lainnya maupun di dunia Internasional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beberapa aspek hubungan antar kedua Negara diatas menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi penulis dalam mengambil penelitian. Penelitian yang penulis ambil ini berkaitan dengan aspek ekonomi kedua Negara yang menarik untuk dibahas. Pada kesempatan kali ini penulis mengambil penelitian studi perbandingan kedua Negara, bukan pada permasalahan hubungan masyarakat, pemerintah maupun politik kedua Negara tetapi perbandingan yang berkaitan dengan masalah ekonomi antar perusahaanperusahaan di Indonesia dan Malaysia. Dan dalam hal ini perusahaan manufaktur di kedua Negara yang penulis bandingkan apakah berpengaruh pada struktur kepemilikan hutang privat di kedua Negara yang penulis peroleh dari analisis informasi-informasi keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia. Ketertarikan peneliti untuk memilih perusahaan manufaktur sebagai perusahaan yang dibandingkan karena perusahaan manufaktur lebih rentan terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi. Rentannya perusahaan manufaktur terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi dikarenakan perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual produksinya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus nilai dari pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual yang dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga perubahan harga bahan baku, harga bahan bakar, perubahan nilai tukar mata uang negara terhadap US dollar, dan lain sebagainya mempengaruhi operasionalitas perusahaan-perusahaan manufaktur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Proses produksi perusahaan manufaktur juga tidak terlepas pada sumber dana yang ada dalam menjalankan operasional perusahaan sehingga sumber dana tersebut akan terikat lama pada aktiva tetap. Perusahaan manufaktur membutuhkan sumber dana yang besar, baik mendapatkannya dengan menggunakan sumber dana jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang untuk membiayai operasional perusahaan mereka, salah satunya dengan pemilihan sumber dana privat maupun publik yang berhubungan dengan struktur kepemilikan hutang perusahaan. Dalam era globalisasi dan teknologi ini, dimana persaingan perusahaan semakin ketat yang berakibat perusahaan dituntut untuk selalu bertahan dan berkembang untuk mencapai tujuan-tujuannya. Salah satu tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan, melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham & Daves, 2004: 5). Tidak hanya perusahaan kecil sekalipun, perusahaan-perusahaan besar dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan, mengembangkan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam tuntutan pasar yang semakin global di masa depan. Pada persaingan industri dan perekonomian yang semakin ketat, perusahaan dengan skala global cenderung memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan pertumbuhan perusahaannya. Akan tetapi dalam perjalanannya, persaingan dalam dunia usaha mengalami berbagai hambatan dan perusahaan perlu melakukan strategi-strategi khusus untuk menghadapinya. Salah satunya yaitu menyangkut pemenuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendanaan perusahaan. Oleh karena itu, peran pemegang saham dalam memberikan kepercayaan kepada manajer untuk mengelola dan menjalankan perusahaannya sangatlah besar. Dalam menjalankan perusahaannya, manajer harus memiliki sikap teliti dalam mengambil keputusan pendanaan baik secara sifat maupun biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini dikarenakan masing-masing sumber pendanaan memiliki risiko finansial yang berbeda-beda dan pola akibat yang ditimbulkannya pun berbeda. Masalah keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun yang berasal dari luar (external) yang berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam memilih sumber pendanaan.
Keputusan pendanaan keuangan
perusahaan juga akan menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasional. Dalam memenuhi kebutuhan dananya, perusahaan dapat mengambil kebijakan sumber dana internal perusahaan seperti investasi perusahaan induk (holding company) maupun sumber dana eksternal perusahaan seperti mengeluarkan saham baru (external equity financing) maupun dari hutang (debt financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. Perusahaan yang telah go public dalam perkembangannya masih memerlukan tambahan modal guna membiayai kegiatan usahanya atau untuk melakukan ekspansi. Tambahan modal yang diperlukan untuk pendanaan perusahaan dalam jumlah yang relatif besar akan membuat perusahaan benarbenar memperhatikan manajemen pendanaannya di samping masalah-masalah operasional, pemasaran, maupun personalia. Tambahan modal tersebut dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berasal dari berbagai sumber dan bentuk yang berbeda-beda. Namun semua sumber modal yang ada dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe dasar, yaitu hutang dan modal (Brigham, et. al., 1999). Perusahaan harus menentukan sumber pendanaan yang akan digunakan. Ketika manajer dihadapkan pada keputusan mengenai manajemen pendanaan bagi perusahaan, maka hal tersebut tidak terlepas dari kemungkinan penggunaan sumber dana internal perusahaan (retained earnings atau laba ditahan) ataupun dengan sumber dana eksternal (hutang), karena sesuai dengan pendapat Brigham, sumber dana perusahaan digolongkan menjadi dua kelompok yakni sumber dana internal dan sumber dana eksternal (Riyanto, 1997: 185). Sumber dana internal berupa penggunaan laba ditahan dan pengeluaran saham baru (modal sendiri) sedangkan sumber dana yang ada akan memiliki implikasi yang berbeda bagi perusahaan yaitu: 1. Penggunaan hutang akan membuat perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan angsuran pokok atas hutang yang digunakan. 2. Penggunaan laba ditahan, maka perusahaan harus mengurangi aliran kas sebagai hak atas pemegang saham. 3. Pengeluaran saham baru akan mempengaruhi jumlah dan harga saham beredar yang dimiliki perusahaan di pasar modal.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan keputusan pendanaannya karena kesalahan dalam pembuatan keputusan tersebut dapat menurunkan nilai perusahaan yang berarti menurunnya kesejahteraan para commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemegang saham. Selain itu, perusahaan juga menghadapi berbagai pilihan kebijakan struktur hutangnya (Barclay, et. al., 1995 dan 2003). Kebijakan struktur hutang perusahaan yang diambil oleh manajer tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan manajer dalam mengelola manajemen struktur hutang mereka, sehingga mereka dapat lebih mudah menjaga kestabilan return perusahaan. Salah satu bagian manajemen struktur hutang yang harus disusun secara efektif dan efisien yaitu keputusan investasi pada hutang privat dan hutang publik terutama mengenai bagaimana menggunakan dan komposisi keduanya akan mempengaruhi risiko perusahaan. Modal diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan (pendanaan) dan pengembangan perusahaan. Manajemen struktur modal yang efektif sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal untuk memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya akan mengalami kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal merupakan proses terus-menerus selama perusahaan beroperasi, terutama dipengaruhi oleh: 1) Tingkat investasi aktiva perusahaan, 2) Proporsi hutang lancar dan hutang tidak lancar yang digunakan, 3) Tingkat investasi pada setiap jenis aktiva, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Sumber dana
yang spesifik dan komposisi hutang
yang harus
dipertahankan.
Menurut Barclay dan Smith (1995) ketika perusahaan memilih hutang sebagai sumber pendanaan, maka perusahaan juga harus mempertimbangkan kebijakan-kebijakan keuangan yang lain, misalnya: struktur hutang (debt structure), priority, apakah menggunakan hutang privat (private debt) ataukah hutang publik (public debt), dan lain-lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila perusahaan memilih hutang sebagai sumber keuangan perusahaannya, maka perusahaan juga dihadapkan pada keputusan untuk menentukan
pilihan
tentang
bauran
hutang
secara
bersama-sama
(simultaneously). Hal ini dikarenakan pemilihan bauran hutang (mix of debts) akan mempengaruhi struktur kepemilikan hutang (Houston dan James, 1996 dalam Antoniou, Guney dan Paudyal, 2008). Campuran hutang privat dan hutang publik sangat berpengaruh pada kepentingan perusahaan untuk mengurangi masalah likuidasi dan renegosiasi yang pada akhirnya dapat menekan biaya likuidasi kebangkrutan dan renegosiasi hutang. Hal ini dapat dijadikan dasar bagi perusahaan untuk menentukan struktur kepemilikan hutang yang optimal. Struktur kepemilikan hutang yang optimal memberi keuntungan bagi perusahaan. Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) menjelaskan bahwa struktur kepemilikan hutang adalah penting bagi perusahaan karena struktur kepemilikan hutang yang buruk dapat menyebabkan ketidakefisienan likuidasi kebangkrutan dan renegosiasi hutang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menyebabkan biaya yang tinggi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Chemmanur dan Fulghieri (1994) yang menyatakan bahwa renegosiasi hutang publik adalah sukar, mahal, dan cenderung kearah likuidasi dari perusahaanperusahaan yang mengalami kebangkrutan. Artinya, perusahaan dengan risiko tersebut cenderung menghindari hutang publik. Selain itu struktur kepemilikan hutang yang optimal juga dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi masalah moral hazard (niat buruk) dan adverse selection (salah pilih) yang termasuk dalam asimetri informasi. Yu, Johnson dan Hsieh (2008) sejalan dengan Fama (1985), Berlin dan Loeys (1988), Diamond (1991) dan Berlin dan Mester (1992) menyatakan bahwa perusahaan dapat menggunakan pengawasan Bank untuk mengurangi masalah yang berhubungan dengan informasi asimetri, dengan meningkatkan leverage dan nilai perusahaan secara optimal. Fama (1985) mengatakan bahwa cara mengontrol underinvestment problem selain dengan menggunakan hutang dalam jumlah yang kecil, juga dilakukan dengan menggunakan hutang privat. Pendapat ini juga dikuatkan dengan pendapat Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan konflik agensi yang potensial ditantang untuk menggunakan hutang privat daripada hutang publik. Houston dan James (1996) meneliti lebih lanjut faktor-faktor campuran hutang privat dan publik menggunakan informasi yang lebih detil pada struktur hutang. Penemuan mereka menyatakan bahwa hubungan antara pinjaman Bank dengan pentingnya peluang tumbuh berpengaruh pada jumlah Bank yang digunakan oleh perusahaan, dan apa atau tidakkah perusahaan meminjam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diluar hutang publik. Lebih spesifik lagi, ketika perusahaan meminjam kepada banyak Bank yang berbeda, hutang Bank dan peluang tumbuh berhubungan positif. Sebaliknya, ketika perusahaan meminjam hanya dari satu Bank, hutang Bank dan peluang tumbuh berhubungan negatif. Diamond (1991) menguraikan hubungan negatif antara peringkat kredit dengan campuran hutang privat dan hutang publik. Yaitu, peminjam dengan peringkat kredit yang tinggi lebih memilih pendanaan dengan hutang privat, sedangkan peminjam dengan peringkat kredit yang rendah cenderung memilih hutang publik. Sebagai tambahan, Diamond (1991) mengungkapkan bahwa pihak peminjam dengan peringkat kredit yang rendah tidak mempunyai pilihan selain hutang privat walaupun pengawasan atas hutang tersebut diberikan kepada pihak pemberi pinjaman.
Lebih lanjut, Diamond
mengidentifikasi dua tipe peminjam hutang jangka pendek: (1) peminjam dengan peringkat kredit yang sangat rendah tidak mempunyai pilihan selain mengambil hutang privat karena penjatahan dari kreditur yang berakibat pada perusahaan dengan peringkat kredit yang sangat rendah biasanya “dipaksa” untuk menggunakan hutang privat, dan tipe kedua adalah peminjam (perusahaan) dengan peringkat kredit yang sangat tinggi karena risiko likuiditas yang terkandung dalam hutang privat dianggap kurang relevan bagi mereka dibanding dengan biaya moral hazard mereka. Sedangkan peminjam dengan peringkat kredit yang berada di antaranya (menengah) cenderung menggunakan hutang publik untuk mencegah likuiditas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Biaya flotasi (pengambangan) diharapkan tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan struktur kepemilikan hutang privat. Blackwell dan Kidwell (1988) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) berpendapat bahwa perusahaan besar memungkinkan meraup untung yang lebih besar dari keuntungan biaya hutang publik yang diterbitkannya. Dalam hal ini, hanya perusahaan-perusahaan besarlah yang meraup keuntungan banyak. Namun penelitian tersebut dilakukan dengan studi kasus pada perusahaan manufaktur di Eropa (Inggris dan Jerman) yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan manajemen perusahaan di Indonesia dan Malaysia. Fixed-Asset Ratio diharapkan berpengaruh terhadap penggunaan hutang privat. Boot, et. al. (1991) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) memprediksi bahwa perusahaan dengan jaminan yang potensial cenderung menggunakan pinjaman Bank. Edwards dan Fischer (1994) dalam Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) menyatakan bahwa jaminan tampaknya menjadi salah satu persyaratan untuk mayoritas perusahaan yang meminjam di Bank, penelitian tersebut dilakukan perbandingan antara perusahaan-perusahaan di Jerman dan Inggris. Penelitian
mengenai
struktur
kepemilikan
hutang
perusahaan
menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Antara lain penelitian yang dilakukan Stulz (1998) dalam Datta, IskandarDatta, dan Raman (2005) yang menyatakan bahwa hutang jangka pendek dapat digunakan sebagai alat yang sangat kuat untuk memonitor manajemen. Sebagai tambahan, Rajan dan Winton (1995) menunjukkan bahwa hutang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jangka pendek memberikan para kreditor untuk memonitor para manajer lebih efektif dengan usaha yang minimum. Manajer yang tidak memiliki kepentingan yang sama dengan pemegang saham, mereka akan lebih memilih hutang jangka panjang guna mengurangi potensi pengawasan oleh pihak eksternal. Penelitian yang dilakukan Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) yang membagi penelitiannya kedalam tiga hipotesis utama, yaitu likuidasi dan renegosiasi, moral hazard dan adverse selection, dan biaya flotasi (pengambangan) serta satu hipotesis sebagai variabel kontrol. Penelitian yang dilakukan Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) mengambil sampel pada perusahaan-perusahaan di Inggris (ekonomi berbasis pasar) dan Jerman (ekonomi berbasis Bank). Hipotesis likuidasi dan renegosiasi menerima beberapa dukungan di Inggris dan Jerman. Rasio jatuh tempo hutang dan rasio cakupan bunga berhubungan negatif dengan rasio hutang Bank di kedua Negara. Rasio hutang Bank dengan leverage memiliki hubungan negatif di Jerman tetapi memiliki hubungan yang positif di Inggris. Hasil rasio likuiditas di Inggris memiliki hubungan yang negatif, sedangkan di Jerman berpengaruh signifikan. Artinya, perusahaan-perusahaan yang likuid di Inggris cenderung mengurangi pinjaman Bank yang memungkinkan memiliki masalah hold-up atau biaya pengawasan, yang tidak spesifik terhadap hutang publik yang wajar. Hal ini juga memungkinkan bahwa likuiditas internal yang tinggi mengurangi kebutuhan pinjaman jangka pendek terutama yang berasal dari Bank. Hipotesis moral hazard dan adverse selection menerima dukungan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuat di Inggris tetapi tidak di Jerman. Peluang tumbuh dan kualitas perusahaan memiliki hubungan negatif terhadap penggunaan hutang Bank di Jerman dan Inggris. Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki masalah undervalued dengan prospek pinjaman masa depan yang baik dari pinjaman privat (Bank) yang berinformasi baik. Hal ini sebagian besar mengurangi masalah informasi asimetri dan perusahaan yang dinilai kembali kedalam tingkat ekuilibrium mereka. Hubungan negatif antara rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) di Inggris dan hubungan yang sebaliknya di Jerman terjadi. Implikasi ini terjadi karena perusahaanperusahaan di Inggris cenderung mengurangi konsekuensi kesalahan (adverse consequences) penggunaan
hutang publik ketika mereka memotong
pembayaran dividen. Selain itu, volatilitas laba signifikan memiliki hubungan negatif di Inggris dan memiliki hubungan positif di Jerman terhadap hutang Bank. Penemuan ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahan di Inggris dengan laba volatilitas yang tinggi menggunakan hutang publik yang menyangkal prediksi hipotesis adverse selection dan penemuan yang dikemukakan oleh Johnson (1997). Hasil ini memungkinkan perusahaan dengan volatilitas laba yang tinggi tidak ingin menutup pengawasan dan meminimalkan pinjaman Bank. Pada hasil hipotesis biaya flotasi (pengambangan) penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) memiliki hubungan yang negatif di kedua Negara antara ukuran perusahaan dengan pinjaman Bank. Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan kecil mengurangi penggunaan hutang publik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat mengakibatkan tingginya biaya flotasi (pengambangan). Hipotesis faktor kontrol penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) yang diwakili oleh rasio aktiva tetap memiliki hubungan positif di Jerman dan memiliki hubungan terbalik di Inggris terhadap hutang Bank. Kesimpulan dari hasil penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2008) mengenai faktor-faktor pengaruh struktur kepemilikan hutang di dua Negara yaitu Inggris dan Jerman menemukan bukti bahwa, pertama, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki target struktur kepemilikan hutang, dan perusahaan di Inggris dengan cepat menyesuaikan struktur kepemilikan hutang mereka. Kedua, hasil di Inggris mendukung prediksi hipotesis likuidasi dan renegosiasi. Jatuh tempo hutang, cakupan bunga, rasio leverage dan likuiditas selalu berpengaruh terbalik dengan penggunaan hutang Bank sedikitnya di satu Negara. Ketiga, ditemukan hubungan yang terbalik antara penggunaan hutang Bank dan peluang tumbuh pada perusahaan-perusahaan di Inggris. Keempat, hipotesis moral hazard dan adverse selection menerima dukungan yang kuat di Inggris tetapi tidak di Jerman. Yang terakhir, volatilitas return saham dan performa dalam harga saham mengurangi nominal hutang Bank yang digunakan di Inggris, secara relatif tinggi rendahnya suku bunga jangka panjang menginspirasi manajer di Jerman (Inggris) untuk meminjam dari Bank. Secara keseluruhan, penemuan tersebut menetapkan bahwa keputusan kepemilikan hutang tidak hanya menghasilkan karakteristik kepemilikan mereka tetapi juga dihasilkan dari lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hukum dan keuangan dan tradisi tata kelola perusahaan yang mereka operasikan. Daniels, Ejara dan Vijayakumar (2009) juga menyusun hipotesis bahwa perusahaan dengan kualitas kredit yang lebih tinggi (risiko likuiditas rendah) cenderung memilih penggunaan hutang publik menemukan bukti yang mendukung hipotesis tersebut. Berger, Espinosa-Vega dan Miller (2005) menemukan bukti yang mendukung prediksi model Flannery dan Diamond pada perusahaan yang berisiko rendah (kualitas perusahaan yang tinggi) dimana perusahaan ini cenderung menggunakan hutang privat (terdapat hubungan negatif antara kualitas perusahaan dengan hutang Bank) dan hutang Bank tersebut secara signifikan cenderung meningkat ketika informasi asimetri perusahaan berkurang. Hasil penelitian Yener Altunbas (2005) menunjukkan bahwa penggunaan obligasi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan, financial leverage, profitabilitas, dan fixed-asset ratio dengan total modal. Jadi perusahaan yang memiliki kemungkinan bertumbuh yang baik akan lebih memilih obligasi. Namun penelitian tersebut dilakukan dengan studi kasus pada perusahaan-perusahaan manukfaktur di Eropa yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dengan manajemen perusahaan di Indonesia. David J. Denis dan Vassil T. Mihov (2002) melakukan penelitian mengenai pengaruh firm size, fixed-asset ratio, credit quality, dan growth opportunities terhadap rasio struktur hutang. Hasil penelitiannya menunjukkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa semua variabel dalam penelitiannya berpengaruh signifikan terhadap struktur hutang, dan pengaruh terbesar diberikan oleh credit quality. Sedangkan menurut Pablo de Andres Alonso, Felix J. Lopez Iturriaga, Juan A. Rodriguez Sanz dan Eleuterio Vallelado Gonzalez (2005) perusahaan dengan proyek-proyek investasi yang menguntungkan enggan untuk menggunakan
hutang
Bank,
karena
mereka
ingin
mempertahankan
fleksibilitas peluang pertumbuhan yang dapat hilang jika ada pengawasan Bank yang lebih rinci. Hukum sipil-negara Spanyol mendorong perusahaanperusahaan besar untuk mempertahankan hubungan dekat dengan Bank. Sehingga perusahaan yang lebih dekat dengan kebangkrutan terbukti lebih sering menggunakan proporsi yang lebih tinggi pada hutang Bank sehingga menghindari likuidasi yang tidak efisien di pasar keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Antoniou, Guney dan Paudyal (2008), yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel likuidasi dan renegosiasi, moral hazard dan adverse selection, biaya flotasi (pengambangan) dan fixed-asset ratio terhadap struktur kepemilikan hutang privat perusahaan di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini menggunakan rasio total hutang Bank (total Bank debt) sebagai variabel dependen, rasio jatuh tempo hutang (maturity debt ratio), rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio peluang tumbuh (growth opportunities ratio), rasio kualitas perusahaan (firm quality ratio), rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), ukuran perusahaan (firm size), dan rasio aktiva tetap (fixed-asset ratio) sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel independen. Variabel-variabel tersebut diseleksi berdasarkan teoriteori dan penelitian empiris terdahulu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan di kedua Negara mengenai pilihan campuran hutang privat maupun hutang publik sebagai sumber dana perusahaan dalam menjalankan, mengoperasikan, dan menggunakan sumber dana sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan strategi kepemilikan hutang dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham (investor) dan kreditur di kedua Negara. Dengan melihat eratnya latar belakang hubungan diplomatik Indonesia dan Malaysia yang dilihat baik dari sisi historis, geografis, rasa persaudaraan (garis keturunan) hingga hubungan politik serta ekonomi dan berdasarkan latar belakang teori dan penelitian empiris terdahulu yang jarang meneliti faktorfaktor spesifik negara dan lingkungannya pada pilihan sumber hutang di kedua Negara, maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS FAKTOR LIKUIDASI DAN RENEGOSIASI, MORAL HAZARD DAN ADVERSE SELECTION, BIAYA FLOTASI, DAN FIXED-ASSET RATIO TERHADAP STRUKTUR KEPEMILIKAN HUTANG PRIVAT (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia)”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. PERUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel Jatuh Tempo Hutang (Debt Maturity) dan Likuiditas (Liquidity)
yang
tergolong
dalam
“Likuidasi
dan
Renegosiasi”
berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat? 2. Apakah variabel Peluang Tumbuh (Growth Opportunities), Kualitas Perusahaan (Firm Quality), dan Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) yang tergolong dalam “Moral Hazard dan Adverse Selection” berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat? 3. Apakah variabel Ukuran Perusahaan (Firm Size) yang tergolong dalam “Biaya
Flotasi
(Pengambangan)”
berpengaruh
terhadap
Struktur
Kepemilikan Hutang Privat? 4. Apakah variabel Rasio Aktiva Tetap (Fixed-Asset Ratio) berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat? 5. Apakah variabel “Likuidasi dan Renegosiasi, Moral Hazard dan Adverse Selection, Biaya Flotasi (Pengambangan), dan Fixed-Asset Ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat?
C. BATASAN MASALAH
Untuk lebih memusatkan penelitian pada pokok permasalahan serta untuk mencegah terlalu luasnya pembahasan yang mengakibatkan terjadinya kesalahan interpretasi terhadap kesimpulan yang dihasilkan, maka dalam commit penelitian. to user penelitian ini dilakukan pembatasan Dalam penelitian ini batasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian hanya terbatas pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Main Market Bursa Efek Malaysia (KLSE) selama periode 2004 s/d 2009 dengan sampel penelitian yang mengujikan delapan variabel Independen kedalam empat hipotesis yang meliputi Likuidasi dan Renegosiasi, Moral Hazard dan Adverse Selection, Biaya Flotasi (Pengambangan), dan FixedAsset Ratio yang mempengaruhi satu variabel dependen yaitu Struktur Kepemilikan Hutang Privat (Rasio Total Hutang Bank).
D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguji secara empiris pengaruh Jatuh Tempo Hutang (Debt Maturity) dan Likuiditas (Liquidity) yang tergolong dalam “Likuidasi dan Renegosiasi” terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat. 2. Menguji
secara
Opportunities),
empiris Kualitas
pengaruh Perusahaan
Peluang (Firm
Tumbuh
Quality),
(Growth
dan
Rasio
Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio) yang tergolong dalam “Moral Hazard dan Adverse Selection” terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat. 3. Menguji secara empiris pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) yang tergolong dalam “Biaya Flotasi (Pengambangan)” terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat. 4. Menguji secara empiris pengaruh Rasio Aktiva Tetap (Fixed-Asset Ratio) commit to user terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Menguji secara empiris pengaruh “Likuidasi dan Renegosiasi, Moral Hazard dan Adverse Selection, Biaya Flotasi (Pengambangan), dan FixedAsset Ratio” secara bersama-sama terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat.
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi ilmu pengetahuan khususnya manajemen keuangan, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu pengetahuan empiris mengenai pengukuran pilihan sumber penggunaan hutang perusahaan dengan variabel Likuidasi dan Renegosiasi, Moral Hazard dan Adverse Selection, Biaya Flotasi (Pengambangan), dan Fixed-Asset Ratio terhadap Struktur Kepemilikan Hutang Privat (Rasio Total Hutang Bank) di Indonesia dan Malaysia. 2. Bagi Investor (Emiten) Bagi investor penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai beberapa variabel yang dapat mempengaruhi pilihan pada campuran struktur kepemilikan hutang sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan strategi kepemilikan hutang dan dapat menjadi manfaat sebagai bahan pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham dan kreditur di kedua Negara, yaitu di Indonesia dan Malaysia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi pihakpihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf yang lebih lanjut dengan topik sejenis juga diharapkan mampu menambah referensi bagi Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh strategi likuidasi dan renegosiasi, moral hazard dan adverse selection, biaya flotasi (pengambangan), dan fixed-asset ratio terhadap struktur kepemilikan hutang privat perusahaan, sehingga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dalam menentukan kebijakan strategis perusahaan dimasa yang akan datang. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dan informasi tambahan agar penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user