BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol (E2). Estrogen adalah suatu hormon yang diproduksi oleh ovarium (sel techa folikel) estrogen ini diperlukan untuk beberapa hal, misalnya manifestasi fisiologik dari uterus, mempengaruhi pertumbuhan endometrium uterus, perubahan-perubahan histologis pada ephitelium vagina selama siklus estrus, mengontrol pelepasan hormon pituitary (FSH dan LH), serta mempengaruhi pertumbuhan kelenjar mammae atau kelenjar susu pada hewan mammalia (Suhandoyo dan Ciptono, 2009: 34). Efek estrogen pada uterus yaitu mempengaruhi perubahan pada endometrium, estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi pada stroma endometrium dan meningkatkan perkembangan pada kelenjar endometrium, yang nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi (Guyton dan Hall, 2007: 1070). Estrogen alami tidak hanya ditemukan pada hewan ataupun manusia, akan tetapi senyawa yang mirip dengan estrogen juga ditemukan pada beberapa tanaman yang biasa disebut fitoestrogen. Tiga bentuk fitoestrogen yang paling umum ditemui pada tumbuhan adalah isoflavonoid, lignin dan cousestan.
1
Isoflavon termasuk dalam golongan flavonoid yang merupakan senyawa polifenolik (Schmidl, 2000: 145). Senyawa aktif dari biji pepaya ternyata banyak di antaranya mengandung alkaloid, steroid, tanin dan minyak atsiri (Satriasa dan Pangkahila, 2010: 37-39). Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental etanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin (Tika pangesti, dkk., 2013: 158). Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat pada kelompok tanaman bijibijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan yang memiliki khasiat hampir sama dengan hormon estrogen endogen atau dapat juga berinteraksi reseptor estrogen endogen. Fitoestrogen memiliki dua gugus hidroksil (OH), sama persis dengan estrogen. Gugus OH inilah yang menjadi struktur pokok suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik, sehingga mampu berikatan dengan reseptor estrogen (Achadiat, 2003). Adanya estrogen endogen ini dapat menyebabkan proliferasi ditandai dengan kenaikan ukuran tebal sekaligus pertambahan jumlah kelenjar endometrium uterus tikus putih betina. Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek estrogenik (Lohiya, dkk., 2002: 17-26). Menurut Niken N. Paramesti (2014: 5), bahwa papain dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dari pepaya kecuali akarnya. Enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Enzim proteolitik merupakan kelompok hidrolase yang berperan pada hidrolisa sekelompok protein menjadi
2
protein–protein tunggal. Papain akan mempercepat penguraian protein dari makanan yang dicerna di dalam sistem pencernaan menjadi asam amino, asam amino diperlukan untuk pembentukan sel termasuk sel darah (Dongoran dan Daniel S, 2004: 31). Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit merupakan suatu sel yang kompleks, membrannya terdiri dari lipid dan protein (Muhamad, 2008: 7-8). Lekosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Lekosit dan turunannya merupakan sel dan struktur dalam tubuh manusia yang didistribusikan keseluruh tubuh dengan fungsi utamanya melindungi organisme terhadap invasi dan pengrusakan oleh mikro organisme dan benda asing lainnya (Effendi, 2003: 1&7). Uterus dan ovarium adalah organ yang dipengaruhi oleh hormon estrogen. Hal tersebut menyebabkan peneliti memfokuskan pengamatan pengaruh dari ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) pada salah satu organ tersebut. Organ yang digunakan dalam penelitian ini adalah uterus tikus putih. Estrogen berperan langsung dalam pengeluaran mukus pada endometrium. Salah satu komponen dari lapisan dinding endometrium adalah kelenjar endometrium. Kelenjar ini berfungsi mensekresikan zat makanan untuk pertumbuhan embrio. Ketebalan dinding endometrium memiliki peran yang sangat penting dalam
3
menentukan jumlah kelenjar endometrium akibat pengaruh adanya estrogen. Biji pepaya juga mengandung enzim papain yang dapat mempercepat pemecahan protein menjadi asam amino, dan di antara jenis asam amino tersebut digunakan untuk pembentukan sel darah maka pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) pada jumlah eritrosit dan lekosit (1ml/tikus) juga akan diamati. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek fitoestrogen yang ada di dalam biji pepaya terhadap jumlah kelenjar endometrium, dan mengetahui efek enzim papain yang terdapat pada biji pepaya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina strain Wistar yang belum pernah bunting.
B. Identifikasi Masalah Hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Fitoestrogen yang berasal dari ekstrak biji pepaya belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih betina. 2. Enzim papain yang berasal dari ekstrak biji pepaya belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih. 3. Efek positif dan negatif pemberian ekstrak biji pepaya yang mengandung fitoestrogen belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih betina maka ini perlu penelitian yang lebih lanjut.
4
4. Efek positif dan negatif dari pemberian ekstrak biji pepaya yang mengandung enzim papain belum diketahui pengaruhnya terhadap jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih betina maka ini memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : Penelitian ini dibatasi pada pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium, jumlah eritrosit dan lekosit pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina.
D. Rumusan Masalah a. Apakah ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) berpengaruh terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus) betina? b. Apakah ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) berpengaruh terhadap jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina?
E. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah kelenjar endometrium tikus putih (Rattus norvegicus) betina. b. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap jumlah eritrosit dan lekosit tikus putih (Rattus norvegicus) betina.
5
F. Manfaat Manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk berbagai pihak yang menjadi sasaran, antara lain sebagai berikut : 1. Bidang Penelitian Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya yang akan dilaksanakan. Data hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai data pendukung bagi penelitian lainnya yang sebidang ataupun dapat dipakai sebagai ide bagi penelitian lainnya. 2. Masyarakat Umum Masyarakat dapat menyikapi dengan baik akan kandungan fitoestrogen di berbagai tanaman dan dapat memberikan batas toleransi pengonsumsian tanaman tersebut, Setelah mengetahui pengaruh fitoestrogen ini baik dari media dan lain-lain. 3. Peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan pengaruh fitoestrogen ini tidak hanya pada tikus tapi bisa hewan lain, bahkan manusia, Setelah peneliti mengetahui pengaruh fitoestrogen ini.
6
G. Batasan Operasional 1. Biji pepaya Biji pepaya yang digunakan merupakan jenis biji dengan nama spesies Carica papaya, L. didapat dari pedagang papaya di depan pasar Demangan sebanyak 7,5 kg basah. 2. Tikus Putih Tikus yang dipakai dalam penelitian yaitu tikus putih Rattus norvegicus yang belum pernah bunting, galur Wistar berusia 8-10 minggu, berat 150-250 gram. Tikus ini didapatkan di (LPPT) UGM. 3. Kelenjar Endometrium Kelenjar endometrium yang diamati adalah uterus tikus bagian kiri dan kanan yang dibuat preparat menggunakan metode paraffin, dan dicat menggunakan Haematoxylin-eosin (HE). Kelenjar endometrium dihitung dengan cara sampling, yaitu menghitung kelenjar yang terdapat pada seluruh lapang pandang pada struktur penampang melintang uterus dengan perbesaran lensa objektif 10x (dilihat pada layar monitor) dengan menggunakan mikroskop. 4. Sel darah Sel darah yang diamati berasal dari setiap 1 ml darah dari tiap individu tikus. Darah diambil dari vena orbitalis menggunakan pipa Hematokrit. pengamatan meggunakan Haemocitometer, dan menggunakan larutan Hayem untuk mengecek eritrosit dan Turk untuk Lekosit.
7