BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan ibu pada masa nifas merupakan suatu hal yang sangat penting dan ikut menentukan berhasil tidaknya peran dan fungsi keluarga, dimana keluarga mendukung proses pemulihan ibu post partum. Pada masa nifas akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan fisik meliputi ligamen-ligamen bersifat lembut dan kendor otot-otot tegang, uterus membesar postur tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan pada masa hamil. Berat badan akan bertambah menjadi 10-15 kg sehingga proses persalinan berlangsung (Wiknjosastro, 2009). Pada proses persalinan dinding panggul selalu tegang dan mungkin terjadi kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar panggul menjadi longgar karena diregang begitu lama saat hamil maupun bersalin dimana wanita sering mengeluh „kandung turun‟ setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia dan jaringan alat genetalia menjadi kendur. Proses ini terjadi setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi psikologi karena proses persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) pada nifas di dunia mencapai 500.000 jiwa setiap tahun. kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,125% dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Cakupan pelayanan pada ibu
nifas tahun 2009 yaitu 80,29% menurun bila dibandingkan pencapaian cakupan tahun 2008 (92,94%) dan dibawah target SPM tahun 2015 (90%). Cakupan tertinggi adalah Kabupaten Grobogan (102,79%) dan terendah Kabupaten Tegal (25,34%). Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah masih ada 18 Kabupaten/Kota yang belum mencapai target. Postpartum atau masa nifas merupakan masa setelah partus selesai dan berakhirnya setelah kira-kira 6 minggu. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis (Mansjoer Arif, 1999). Involusi adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi disebabkan oleh kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Gejala dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas akibatnya terjadinya perdarahan. Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkirakan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya (Anggraini, 2010). Perdarahan yang masif berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus. Perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus ini juga berbahaya. Perdarahan merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dalam masa perinatal yaitu berkisar 5-15% dari seluruh persalinan. Penyebab
terbanyak dari perdarahan post partum tersebut yakni 50-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan yang terjadi pada masa hamil, persalinan dengan melaksanakan senam nifas agar kembali seperti semula seperti sebelum hamil. Manfaat senam nifas adalah memulihkan kembali kekuatan otot dasar panggul, mengencangkan otot-otot dinding perut dan perinium, membentuk sikap tubuh yang baik dan mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat dicegah sedini mungkin dengan melaksanakan senam nifas adalah perdarahan post partum. Saat melaksanakan senam nifas terjadi kontraksi otot-otot perut yang akan membantu proses involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah proses involusi (Tesisjogya, 2006). Pada masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (Wiknjosastro, H, 2005). Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah kira-kira 2 cm di bawa umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat (Bobak, 2005). Abdomen, terutama uterus, harus diawasi secara teliti pada masa nifas. Pada hari pertama post partum, tinggi fundus uteri kira-kira satu jari dibawah pusat, setelah lima hari post partum
menjadi sepertiga jarak antara simfisis kepusat dan setelah sepuluh hari fundus uteri sukar diraba diatas simfisis (Wiknjosastro, H, 2005). Ada tiga alasan mengapa orang tidak melakukan senam
nifas setelah
persalinan. Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua, karena terlalu bahagia dan yang dipikirkan hanya si kecil. Ketiga, karena alasan sakit. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, secara teratur setiap hari. Setelah 6 jam persalinan normal atau 8 jam setelah operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas (Mutia Alisjahbana, 2008). Pengamatan senam nifas belum dilakukan baik dirumah sakit maupun di pelayanan-pelayanan tertentu, begitu juga poster-poster yang berhubungan dengan senam nifas belum ada. Kenyataannya di masyarakat masih banyak ibu-ibu post partum belum tahu tentang senam nifas, sehingga ibu-ibu tidak melaksanakan. Hal ini disebabkan antara lain kurang informasi, ibu belum menyadari tentang manfaat senam nifas. Melakukan senam nifas akan mempengaruhi kebutuhan otot terhadap oksigen yang mana kebutuhan akan meningkat, berarti memerlukan aliran darah yang kuat seperti otot rahim bila dilakukan senam nifas akan merangsang kontraksinya, sehingga kontraksi uterus akan semakin baik, pengeluaran lochia akan lancar sehingga mempengaruhi proses involusi rahim. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Nur Hikmah pada bulan mei 2011 diketahui jumlah ibu nifas yaitu sebanyak 12 ibu nifas. Dari hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara
kepada 10 responden tentang pengaruh senam nifas
terhadap involusi uterus menunjukkan bahwa dari 10 responden kurang mengerti dan belum pernah melakukan senam nifas. Berdasarkan uraian tersebut dan banyak kasus ibu nifas yang mengalami permasalahan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk studi eksperimen mengenai pengaruh
senam nifas dengan involusi uterus pada ibu nifas di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah “Bagaimana pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu nifas di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh antara senam nifas terhadap involusi uterus di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan involusi uterus pada Ibu postpartum pada hari pertama Di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011 b. Menganalisa pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada Ibu postpartum pada hari ke tujuh Di BPS Nur Hikmah Desa Kwaron Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan tahun 2011
D. Manfaat Penelitian 1. Praktis a. Bagi BPS Dengan adanya penelitian ini diharapkan bidan dapat meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan dalam memberikan motivasi senam nifas bagi ibu postpartum.
b. Bagi Peneliti Mampu menjelaskan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh tentang pengetahuan senam nifas. c. Bagi masyarakat Menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai senam nifas d. Bagi Institusi Pendidikan Menambah
materi
pendidikan
kesehatan
untuk
mahasiswa
Universitas
Muhammadiyah Semarang dan dapat menambah referensi untuk perpustakaan serta mata kuliah maternitas, khususnya tentang senam nifas. 2. Teoritis a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Untuk mengetahui secara spesifik pengaruhi senam nifas terhadap involusi uterus b. Metodologi Penelitian Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
E. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Penelitian Tentang Senam Nifas Judul,
Sasaran
Tahun
Varian yang
Metode
Hasil
Persamaan
Perbedaan
diteliti
Pengaruh
Ibu
30 responden ibu
Eksperime
Dari hasil
Sama-sama
Terdiri dari
senam
nifas
nifas yang terbagi
ntal
studi di
metode
3 variabel
nifas
menjadi 2
Rancangan
RSKIA PKU
eksperiment
responden
terhadap
kelompok pada 15
Nonequiva
Muhammadiy
Variabel
hanya 30
involusi
responden sebagai
lent
ah Kotagede
senam nifas
dimana 15
uteri
kelompok
Control
belum
dengan
akan
pada ibu
perlakuan dan 15
Group
menyelenggar
involusi
diberikan
post
responden
Design
akan senam
uterus
perlakuan
partum
dikelompokkan
Sampel
nifas bagi
Sampel
dan 15 tidak
hari I-III
dalam kelompok
pada
postpartum
penelitian
diberi
di RS
kontrol
penelitian
yang
sama
perlakuan.
PKU M
Sampling
dirawat.Hal ini
menggunaka
Rancangan
uhamma
Jenuh
disebabkan
n Sampling
Nonequivale
diyah
kurangnya
Jenuh
nt Control
Kotagede
informasi
Group
tentang senam
Design
nifas dan adanya tradisi dan budaya yang berkaitan dengan kepercayaan Ibu post
Ibu
30 responden ibu
Eksperime
Dari hasil
Sama-sama
Terdiri dari
partum
nifas
nifas yang terbagi
ntal
studi di Pos
metode
3 variabel
hari I-VII
menjadi 2
Rancangan
praktek
eksperiment
responden
dengan
kelompok pada 15
Nonequiva
poltekes
Variabel
hanya 30
dan tanpa
responden sebagai
lent
denpasar
senam nifas
dimana 15
senam
kelompok
Control
taahun 2005
dengan
akan
nifas
perlakuan dan 15
Group
belum
involusi
diberikan
terhadap
responden
Design
menyelenggar
uterus
perlakuan
involusi
dikelompokkan
Sampel
akan senam
Sampel
dan 15 tidak
uterus di
dalam kelompok
pada
nifas bagi
penelitian
diberi
pos
kontrol
penelitian
postpartum
sama
perlakuan.
praktek
Sampling
yang
menggunaka
Rancangan
poltekes
Jenuh
dirawat.Hal ini
n Sampling
Nonequivale
denpasar
disebabkan
Jenuh
nt Control
th 2005
kurangnya
Group
informasi
Design
tentang senam nifas dan adanya tradisi dan budaya yang berkaitan dengan kepercayaan