1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Dalam
hal luasnya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi Kongo, hutan-hutan ini memiliki kekayaan hayati yang unik. Tipe-tipe hutan utama di Indonesia berkisar dari hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah yang selalu hijau di Sumatera dan Kalimantan, sampai hutan-hutan monsoon musiman dan padang savana di Nusa Tenggara, serta hutan-hutan nonDipterocarpaceae dataran rendah dan kawasan alpin di Papua. Indonesia juga memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Luasnya diperkirakan 4,25 juta hektar pada awal tahun 1990. Sebagian besar habitat ini menghadapi ancaman kritis. Saat ini Indonesia kehilangan sekitar 2 juta hektar hutan setiap tahun. Survei terbaru hasil mengenai tutupan hutan Indonesia memprediksikan bahwa hutan-hutan Dipterocarpaceae dataran rendah akan lenyap dari Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2010 jika kecenderungan-kecenderungan saat ini tetap tidak dicegah (Holmes, 2000). Departemen Kehutanan melaporkan bahwa hutan merupakan aset nasional, hak milik umum bagi masyarakat global dan merupakan sumber penghidupan bagi 10 juta dari 36 juta masyarakat miskin di Indonesia (Dephut 2008). Rotan merupakan salah satu hasil hutan yang banyak diminati setelah kayu. Hal ini disebabkan karena rotan memiliki sifat yang unik, mudah untuk diolah,
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
kuat dan memiliki penampilan yang cukup menarik. Keunggulan rotan yang tidak kalah dari kayu tersebut menjadikan komoditi rotan banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri khususnya furniture. Indonesia merupakan Negara yang mendominasi perdagangan rotan dunia, dengan pasokan yang melimpah dari rotan liar dan hasil budidaya yang mencapai 80 sampai 90% dari pasokan rotan di seluruh dunia (Dephut 2008). Rotan sudah sejak lama dikenal sebagai komoditi hasil hutan non kayu yang penting dan sangat potensial di Indonesia. Diperkirakan terdapat 4-5 juta orang terlibat di industri dasar rotan. Total dari 600 species rotan di dunia, 516 nya ditemukan di Asia Tenggara yang masuk ke dalam 9 genes (ITTO PD 108/01 Rev. 3(I), 2007), dari 350 species yang diketahui di Indonesia baru 53 species yang diketahui diperjual belikan di pasar lokal maupun internasional. Potensi Indonesia menghasilkan rotan menurut data dari Dephut, jumlah AAC rotan adalah 60.000 sampai 690.000 ton (Dephut 2008). Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan nilai ekspor dalam Tabel 1.1 TABEL 1.1 PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR INDUSTRI FURNITURE TAHUN 2008-2010 No
Kategori
1
Furniture
2008 US$ 2,47 miliar
Market size value 2009 US$ 2,25 miliar
2010 US$ 2,70 miliar
Sumber : Harian Ekonomi Neraca 12 Jan 2011.
Realisasi ekspor sektor industri furniture mengalami pertumbuhan pendapatan dari produk industri furniture tahun 2008 sebesar US$ 2,475 miliar, pada tahun 2009 menurun menjadi US$ 2,25 miliar yang dan perlahan meningkat pada tahun 2010 menjadi US$ 2,70 miliar. Hal tersebut dapat dilihat bahwa
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
industri furniture di Indonesia bersaing dalam bidang ekspor barang furniture dengan industri di negara-negara lain yang juga bergerak dalam kegiatan ekspor furniture. Tahun 2010 nilai ekspor produk furniture masih didominasi oleh produk-produk furniture kayu, rotan, bambu, baja, plastik dan furniture lainnya yang memberikan kontribusi pada nilai total ekspor. Sektor furniture rotan nilai nominal 7,84 pada tahun 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 6,8 sedangkan untuk sektor furniture lainnya mengalami peningkatan, nilai nominal sebesar 8,10 pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan sebesar 16 pada tahun 2010 (www.asmindo.com). Keseluruhan nilai pertumbuhan sektor furniture di Indonesia sebesar 15,25% pada tahun 2009 dengan nilai ekspor furniture sebesar US$ 2,249 miliar. (Harian Kompas 13 Agustus 2009, data yang diolah dari data BPS). Peningkatan nilai ekspor yang mecapai 20% pada tahun 2010 meliputi semua sektor industri furniture, Industri furniture masih mengalami pertumbuhan negatif adalah sektor industri furniture rotan, dimana ekspor rotan setiap tahunnya mengalami pertumbuhan minus (www.asmindo.com). Kebijakan pengelolaan sumber daya hutan termasuk rotan sampai sekarang masih mengacu kepada ketentuan pengelolaan kehutanan dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan Tahun 1967. Berdasarkan data Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) setelah Permendag No 12 Tahun 2005 berlaku, pengolahan rotan di sentra mebel rotan Cirebon mengalami gulung tikar karena kesulitan mendapatkan bahan baku. Mengatasi permasalahan tersebut pemerintah mengeluarkan Permendag No.36/M-DAG/PER/8/2009 tentang Ketentuan Ekspor Rotan.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Berlakunya Permendag mengakibatkan pasokan rotan untuk dalam negeri mengecil dengan harga tinggi dan industri rotan gulung tikar. Permendag yang dibuat tanpa reserve dan mempertimbangkan kesiapan industri lokal dalam menghadapi persaingan terlihat setelah ACFTA (Asean Cina Free Trade Agreement) berlaku sejak Januari 2010, kondisi industri rotan nasional terpuruk karena industri pengolahan rotan di negara-negara pesaing terus berkembang sehingga merebut pangsa pasar dan potensi ekspor produk rotan nasional. (Harian Ekonomi Neraca 22 Maret 2010). Tabel 1.2 menunjukan indeks pertumbuhan industri furniture rotan di Indonesia. TABEL 1.2 INDEKS PERTUMBUHAN INDUSTRI FURNITURE ROTAN DI INDONESIA 2008-2010 No
Sektor
1
Industri Rotan
2008 US$ 198, 35 miliar
Market size value 2009 US$ 167,75 miliar
2010 US$ 137,95 miliar
Sumber : Harian Ekonomi Neraca 12 Jan 2011, data yang di olah dari data BPS
Indeks pertumbuhan industri furniture rotan setiap tahunnya mengalami penurunan pertumbuhan, perubahan kinerja ini terlihat pada tahun 2008 dengan nominal pendapatan sekitar US$ 198,35 miliar, kondisi berangsur kurang membaik pada tahun 2009-2010 dengan nominal pendapatan sekitar US$ 167,75 miliar dan US$ 137,95 miliar. Penurunan tersebut dikarenakan adanya persaingan dengan produk rotan sintetik (plastik) yang menguasai 35% pangsa furniture rotan. Hal ini dialami oleh produk furniture rotan Negara ASEAN lainnya, seperti terungkap dalam ASEAN Furniture Industries Council (www.AMKRI.com) Berorientasi pada pola umum perdagangan rotan yang berada di industri
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
hulu, rotan mentah banyak dihasilkan oleh petani di daerah Sulawesi, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Industri furniture rotan setengah jadi didominasi oleh Sulawesi 42%, disusul oleh Jawa dan Bali 34,9% dan Kalimantan 15,2%. Disisi hilir, industri furniture rotan jadi sebagian besar berada di Jawa dan Bali 78,1%, disusul oleh Kalimantan 10,1% dan Sulawesi 5,3% (www.AMKRI.com). Adapun industri yang bergerak sebagai produsen furniture rotan yang tersebar di Indonesia : TABEL 1.3 INDUSTRI FURNITURE ROTAN DI INDONESIA No
Wilayah
1
Sumatra Barat
2 3 4
Riau Sumatera Selatan Bengkulu
5
Jawa Barat
6
Jawa Tengah
7 8
Yogyakarta Kalimantan Timur
9
Kalimantan Tengah
10 11 12
Sulawesi Selatan Jawa Timur Jakarta
Nama Perusahaan Anyaman Rotan Asmidar Furniture Rotan Satria Rotan Perabot Rotan Warman CV. Natural Sari Indah Rattan Aggun Rotan, CV PT. Indosurya Mahakam Pesona Rattan Nusantara Bahama Rotan, CV California Rotan F, CV Latansa Rattan, CV PT. Harost Irmi Rimbun Jaya Teknik Furima Hakim Wicaksana, PT. Andiri Rattan Furniture Pengrajin Rotan Pak Hadi Rotan Dheni Siwi Riang Anggun Rotan Nur Hidayah Rattan PT. Cerna Utama PT. Dadahup Utama Rotan Mahawu Jaya Kali Jaya Putra, PT Rotan Sentosa
Lokasi (Kabupaten/Kota) Padang Padang Padang Pekanbaru Palembang Bengkulu Cirebon Cirebon Cirebon Cirebon Cirebon Cirebon Bandung Depok Bekasi Cimahi Semarang Semarang Ungaran Bantul Samarinda Pontianak Pontianak Makasar Sidoarjo Jakarta utara
Sumber : BPS & Disperindag 2010.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
Sentra industri dan kegiatan produksi untuk rotan sebagian besar tersebar di Pualu Jawa, industri furniture rotan yang paling besar dan maju pesat di Indonesia terdapat di Cirebon, sedikitnya 80% penjualan produk jadi rotan Indonesia disumbangkan oleh industri furniture rotan yang berada di Cirebon sehingga industri rotan menjadi mata pencaharian utama dari penduduk. Sentra furniture rotan Cirebon digolongkan sebagai sentra furniture rotan terbesar di Indonesia dengan total penjualan furniture rotan sebesar 47,7 ton atau senilai USD 121,66 juta menurut data asosiasi industri permebelan dan furniture Indoensia (www.asmindo) pada tahun 2007 silam. Pada masa jayanya, sentra furniture rotan di Cirebon mampu memasarkan sekitar 3000 kontainer dalam satu bulannya dan furniture rotan Cirebon menguasai 90% pasar dunia (sumber www.gatra.com) Produsen furniture di Cirebon mendapat banyak sorotan dan perhatian karena sektor furniturenya tumbuh negatif sehingga mengalami penurunan dalam penjualan. Produsen furniture rotan menghadapi persaingan dengan furniture dari Cina dan Vietnam serta dengan dibukanya kran ekspor bahan baku rotan melalui keputusan Menperindag No.12 tahun 2005 yang merugikan para produsen furniture rotan di Indonesia salah satunya di Cirebon. Tabel 1.4 menunjukkan pertumbuhan produsen furniture rotan di Cirebon tahun 2008-2010. TABEL 1.4 INDEKS PERTUMBUHAN INDUSTRI FURNITURE ROTAN CIREBON 2008-2010 Tahun 2008 2009 2010
Market size value US$ 119,71 juta US$ 117,2 juta US$ 115,19 juta
Sumber : asmindo data yang di akses www.beritadaerah.com
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Indeks pertumbuhan produsen furniture rotan Cirebon seperti halnya pada perhitungan pertumbuhan produsen furniture rotan secara keseluruhan setiap tahunnya mengalami penurunan dari US$ 119,71 juta pada tahun 2008, berangsur menurun US$ 117,2 juta dan US$ 134,2 juta pada tahun berikutnya. Kegagalan
meraih
devisa
karena
pasaran
furniture
rotan
direbut
negara
lain
(www.asmindo.com). Berbagai teori perilaku pelanggan dan pemasaran menyatakan bahwa kebutuhan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi melainkan juga hal-hal eksternal seperti budaya, sosial dan ekonomi. Keputusan pembelian dan pilihan produk seringkali dipengaruhi oleh dorongan-dorongan yang bersifat psikologis. Saat
ini
dapat
dijumpai
konsumen
memutuskan
untuk
memilih
dan
mengkonsumsi produk tertentu dalam rangka aktualisasi diri sekaligus sebagai sarana masuk kedalam komunitas yang diharapkan. Selain itu faktor eksternal akan mempengaruhi sikap seseorang dalam menggunakan produk. Persaingan yang tinggi membuat produsen furniture harus lebih memperhatikan bahwa pengenalan produk furniture rotan tidak hanya sekedar mencari perhatian konsumen, mendidik, mengingatkan, dan meyakinkan calon pelanggan, tetapi bagaimana membangun sistem komunikasi dengan konsumen, pelanggan dan khalayak luas. Setiap produsen akan berkompetisi untuk menjadi pemenang dan tampil menjadi yang terdepan. Menurut Buchari Alma (2009:59) setelah melakukan penilaian maka diambilah keputusan membeli atau tidak membeli. Hal ini akan mempengaruhi selisih antara jumlah penjualan dengan target yang dituju oleh produsen.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
TABEL 1.5 PANGSA PASAR (MARKET SHARE) FURNITURE ROTAN DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2008-2010 Industri Furniture Rotan CV. Latansa Rattan CV. Anggun Rattan CV. Bahama Rattan Lainnya
2008 32% 28% 27.5% 12.5%
Tahun 2009 30,7% 27.2% 26.1% 16%
2010 31% 25,6% 25.4% 18%
Sumber : BPS Kab. Cirebon, Asmindo.
Produk furniture rotan saling berkompetisi untuk memperluas market share, terlihat pada produk dari CV. Bahama Rattan yang memiliki pangsa pasar 27.5% pada tahun 2008 akan tetapi cenderung menurun setiap tahunnya. Market share yang cukup luas akan mempengaruhi tingkat penjualan dari produk furniture CV. Bahama Rattan, sehingga perluasan dari market share menjadi acuan dalam pencapaian kesuksesan suatu produsen furniture. Pangsa pasar yang luas akan mempengaruhi keputusan pembelian karena ketersedian produk yang berada diberbagai tempat. Pangsa pasar yang dimiliki CV. Bahama Rattan seharusnya dapat meningkatkan hasil penjualan, data yang diperoleh tingkat penjualan furniture rotan CV. Bahama Rattan mengalami penurunan. Kondisi produsen furniture rotan Cirebon yang merupakan barometer produsen furniture rotan nasional kondisinya mengalami penurunan hasil penjualan yang fluktuatif (www.asmindo.com) ini dapat dilihat dalam Tabel 1.6.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
TABEL 1.6 VOLUME PENJUALAN FURNITURE ROTAN DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2007-2010 (Dalam Rupiah) No
Nama Industri Furniture Rotan
1
CV. Latansa Rattan
2
CV. Anggun Rattan
3
CV. Bahama Rattan
Tahun
Volume penjualan
2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010
911.062.500 793.767.350 562.947.000 627.863.053 798.124.600 581.801.200 556.823.300 487.378.550 782.562.950 570.775.100 521.475.500 465.721.850
Sumber : (CV. Bahama Rattan, CV. Anggun Rattan, CV Latansa Rattan dan BPS Kab. Cirebon).
Volume penjualan pada beberapa produsen furniture rotan di Cirebon mengalami penurunan, produsen furniture CV. Bahama Rattan dalam periode empat tahun terakhir mengalami penurunan volume penjualan dan merupakan produsen furniture rotan yang volume penjualannya berada dibawah para kompetitornya yang sama bergerak dalam produsen furniture rotan yaitu CV. Anggun Rattan dan CV. Latansa Rattan. Tantangan bagi produsen furniture CV. Bahama Rattan saat ini melakukan perbaikan kinerja yang dijalankan sesuai selera dari keanekragaman produk furniture rotan yang ada serta memberikan manfaat dari produk furniture rotan yang telah di modifikasi. Oleh karena itu perusahaan harus menyadari keinginan dan kebutuhan konsumen, salah satunya yaitu mengenai keputusan pembelian konsumen terhadap produk furniture rotan. Keputusan pembelian furniture rotan dari CV. Bahama Rattan mengalami penurunan terlihat dari hasil penjualan yang menurun, hal ini mengindikasi
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
loyalitas terhadap pembelian furniture rotan akan menurun sehingga berdampak negatif terhadap kelangsungan produsen furniture. Apabila keputusan pembelian terhadap suatu produk menurun atau rendah maka akan mempengaruhi kinerja produsen furniture sehingga harus segera membuat strategi untuk meningkatkan kinerja produk agar produknya dapat bersaing dipasaran dan meningkatkan penjualan. Kesenjangan yang dievaluasi konsumen menjadi penting mengingat hasil evaluasi itulah yang akan menentukan nilai produk bagi konsumen. Suatu produk dikatakan mampu memenuhi nilai yang diharapkan konsumen ketika biaya atau upaya untuk mendapatkan produk lebih kecil daripada hasil atau manfaat yang diperolehnya. Ketika konsumen merasa puas maka produsen berhasil menghantarkan nilai konsumen yang lebih tinggi. Berbagai strategi telah dilakukan oleh setiap produsen untuk mendapat simpati dari konsumen guna untuk meningkatkan keputusan pembelian dari produk furniture rotan. Produk furniture rotan yang dipasarkan saat ini mempunyai kesamaan dalam bahan baku dan gaya desain. Dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah pendirian orang lain dan faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi, faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Keputusan pembelian konsumen terdiri dari 5 tahapan yaitu pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan penyaluran, waktu pembelian, jumlah pembelian. Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan hal yang sulit untuk diprediksi secara pasti. Akan tetapi, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dapat diprediksi dari berbagai unsur. (Kotler dan Amstrong 2008:228)
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
Produsen furniture rotan dapat mengambil tindakan untuk mempengaruhi konsumen terutama saat konsumen membutuhkan informasi dan pada saat konsumen membutuhkan informasi mengenai suatu produk, produsen furniture dapat menerapkan strategi produk. Salah satu strategi produk yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah melakukan modifikasi produk. Hal ini dilakukan karena persaingan suatu produsen furniture menciptakan produk yang ditawarkan sangat dimungkinkan ditawarkan pula oleh produsen furniture lain, dengan tipe desain dan karakteristik yang relatif sama. Hal ini terlihat dalam Tabel mengenai realisasi penjualan produk furniture rotan CV. Bahama Rattan 1.7. TABEL 1.7 REALISASI PENJUALAN PRODUK FURNITURE ROTAN CV. BAHAMA RATTAN TAHUN 2007 - 2010 (DALAM UNIT) Penjualan / Tahun
Jenis Barang Dalam Rumah
Sofa Kursi tamu Penyekat ruangan Rak sepatu Tempat koran Rak pakaian Box bayi
Luar Rumah Kursi teras Vas bunga Kursi goyang Lain-Lain Keranjang parcel Mainan anak-anak Sumber : CV. Bahama Rattan
2007
2008
2009
2010
348 234 177 29 149 198 225
242 140 130 21 125 174 130
138 124 128 24 125 69 97
36 120 124 20 120 68 26
104 337 262
198 292 247
101 320 106
92 298 48
449 380
423 274
398 172
376 55
Besarnya realisasi penjualan
pada CV. Bahama Rattan dapat dilihat
bahwa secara total penjualan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 menunjukkan keadaan fluktuasi. Keadaan ini tentu saja tidak menguntungkan pihak produsen
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
karena keputusan pembelian yang tidak stabil akan berpengaruh terhadap hasil penjualan yang diterima produsen yang pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang akan diraih. Kinerja produsen furniture rotan yang terus menurun menjadikan tantangan, terutama CV. Bahama Rattan yang masih di bawah bayang-bayang CV. Latansa Rattan dan CV. Anggun Rattan. Perkembangan produsen furniture rotan dapat diketahui dari data penjualan untuk digunakan sebagai acuan dalam menghadapi persaingan yang ada dan juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi produsen furniture rotan khususnya CV. Bahama Rattan, apakah mampu bersaing dengan produsen furniture rotan lainnya. CV. Bahama Rattan sebagai produsen furniture rotan melakukan peninjauan kembali strategi untuk dapat meningkatkan keputusan pembelian. Dalam upaya meningkatkan kembali penjualan furniture rotan, dengan menganalisis kembali strategi bisnis agar dapat memenangkan pasar dengan mengedepankan kualitas produk, desain produk dan harga murah sebagai keunggulan daya saingnya (www.asmindo.com). CV. Bahama Rattan melakukan promosi (promotion) produk furniture rotan dengan mengikuti pameran atau event marketing didalam negeri juga di pasar luar negeri tujuannya untuk lebih mendekatkan kepada konsumen sehingga strategi penjualan akan menjadi taktik yang mampu menangkap market share yang lebih luas (www.AMKRI.com). Merespon hal tersebut maka perusahaan berusaha memperbaiki dari segi produk. Karena produk itu merupakan suatu identitas dari perusahaan sehingga semaksimal mungkin harus memiliki keunggulan bersaing. CV. Bahama Rattan
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
menyadari bahwa konsumen furniture rotan saat ini mulai peka terhadap produk yang akan dibeli sehingga sebelum membeli produk furniture rotan mereka berupaya mencari informasi mengenai kualitas produk furniture rotan, fitur produk furniture rotan, dan desain produk furniture rotan. Adanya kendala atau masalah yang timbul merupakan suatu kesempatan untuk melakukan perbaikan peningkatan walaupun perbaikan dan peningkatannya kecil dan tidak memerlukan investasi yang besar (Gaspersz, 2008b, p.157). Segala penambahan dengan melakukan perubahan karakteristik pada suatu perbaikan mutu, perbaikan fitur dan gaya produk untuk menarik pengguna baru, menurut Kotler (2009:369) adalah modifikasi produk. Modifikasi produk merupakan salah satu strategi yang dilakukan pada saat produk berada pada tahap pematangan, dimana pada tahapan ini pertumbuhan penjualan produk mengalami penurunan sehingga modifikasi produk diperlukan untuk dapat meningkatkan keputusan pembelian. Modifikasi produk dapat diukur dari 3 variabel yang terdiri dari, perbaikan mutu, perbaikan fitur, perbaikan gaya. Modifikasi produk, di implementasikan melalui peningkatkan kinerja fungsional produk serta karakteristik operasional (perbaikan mutu), penambahan tampilan baru yang yang meliputi keistimewaan tambahan atau pelengkap tambahan seperti ukuran, desain, aksesoris, spesifikasi (perbaikan fitur), meningkatkan daya tarik dan menggambarkan penampilan yang ditimbulkan oleh produk bagi pembeli (perbaikan gaya). Berikut Tabel 1.8 implementasi modifikasi produk CV. Bahama Rattan.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
TABEL 1.8 IMPLEMENTASI MODIFIKASI PRODUK CV. BAHAMA RATTAN Dimensi modifikasi Perbaikan mutu
Perbaikan fitur
Implementasi
Jenis Produk
2006
2007
2008
2009
2010
Berkonsentrasi pada perubahan bahan baku, dengan menciptakan produk furniture dengan dua jenis bahan yaitu sintetik dan rotan alami dan tetap mementingkan mutu kualitas produk agar mempunyai nilai mutu yang lebih efisien. Mengkombinas ikan rotan sintetis dan rotan asli dalam perbaikan fitur produk yang akan dipasarkan
Menggunakan rotan yang sudah dicuci dan dibelerang (wash and sulfurized), webbing, split. pengerjaan produk rotan olahan ini melalui proses semi mekanis. Sehingga perawatan terhadap produk furniture tidak begitu rumit. Menggunakan rotan asli, selain itu menambahkan campuran dengan bahanbahan lain (besi, kayu, enceng gondok,
Menggunakan kembali beberapa jenis rotan asli dengan mengkombinasi kan bahan rotan tanpa menghilangkan kekhassan ciri rotan dan tidak menggunakan bahan kimia dalam proses pembuatannya sehingga dapat tahan lama.
Dengan menggunakan bahan yang masih alami dan segar, terpusat pada model kontemporer dengan mutu tinggi dan tampilan, memerlukan perawatan minim, kualitas cukup lama.
Sofa Kursi tamu Penyekat ruangan Rak sepatu Tempat koran Rak pakaian Box bayi Kursi teras Vas bunga Kursi goyang Keranjang parcel Mainan anakanak
Menggunakan rotan sintetis karena lebih tahan terhadap tekanan dan mudah dibentuk meskipun dalam beberapa bentuk tekukan sehingga furniture rotan yang dihasilkan tetap kuat.
Penggunaan rotan sintetis masih dominan selain karena daya tahan dan daya elastisitas rotan sintetis bsa lebih kuat, hal lain yang memutuskan untuk menggunakan bahan rotan sintetis yaitu harga bahan yang lebih murah.
Penambahan corak dan model yang disesuaikan dengan karakteristik serta mode-mode yang up to date.
Sofa Kursi tamu Penyekat ruangan Rak sepatu Tempat koran Rak pakaian Box bayi
Menggunakan rotan sintetis dikarena kan bahan yang mudah diwarnai dan diberi corak semenarik mungkin.
Penambahan dan mengkombinasi kan corak warna dan model untuk memberikan kesan yang tidak kaku serta monoton.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Memperlihatkan kelebihan sifat jenis bahan rotan yang memiliki karakteristik furniture. Dan menawarkan beberapa mode baru sesuai
Perbaikan gaya
Desain warna yang tidak mencolok, elegan, natural dan praktis untuk dapat digunakan dalam beberapa fungsi.
Kursi teras Vas bunga Kursi goyang Keranjang parcel Mainan anakanak
Tanpa menggunakan banyak bahan karena sifat rotan sistetis yang lebih praktis
Sofa Kursi tamu Penyekat ruangan Rak sepatu Tempat koran Rak pakaian Box bayi Kursi teras Vas bunga Kursi goyang Keranjang parcel Mainan anakanak
Menggunakan rotan sintetis di karenakan tahan terhadap abrasi/keropos, elastis sehingga untuk eksplorasi bentuk lebih luas untuk jenis molding atau knock down.
Sumber : CV. Bahama Rattan
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mulai memberikan tambahan pada produk yang sebelumnya hanya memiliki satu fungsi menjadi beberapa fungsi dikarenakan berat produk jadi rotan sintetis lebih ringan.
disesuaikan dengan bentuk serta ukuran. Contoh produk kursi disesuaikan dengan tinggi dan berat badan pengguna. Menggunakan warna-warna yang sedang trend dengan memanfaatkan warna dari segi psikologis warna terhadap produk furniture sehingga mempunyai kesesuaian antara desain dan fungsi nilai guna.
bantalan). Sehinnga memeberikan kenyamanan lebih kepada konsumen
perkembangan sesuai karakteristik konsumen yang menjadi tujuan pemasaran
Memperlihatka n kesan praktis untuk semua jenis furniture, dengan menambahkan bhan yang disesuaikan dengan gaya/pola produk furniture.
Menambahkan nilai estetis dengan, mengeksplorasi desain natural, simple seta memiliki beberapa fungsi ganda disesuaikan dengan ciri khas gaya/mode yang sesuai dengan konsumen
16
Tabel 1.8 menunjukan bagaimana modifikasi produk yang dilakukan oleh CV. Bahama Rattan yang digunakan sebagai strategi dalam membedakan dengan produk para kompetitor. Peran modifikasi produk adalah agar konsumen dapat mengetahui perbedaan bahwa kualitas produk furniture CV. Bahama Rattan memiliki perbedaan mutu, fitur, dan gaya dari kompetitor yang lain. CV. Bahama Rattan selalu melakukan terobosan-terobosan dalam peluncuran produk furniture rotan yang lebih berkualitas dan selalu menyesuaikan dengan keinginan konsumen, yaitu dengan menggunakan bahan yang masih alami dan segar, terpusat pada model kontemporer dengan mutu tinggi dan tampilan, memerlukan perawatan minim, kualitas cukup lama (mutu). Penambahan corak dan model yang disesuaikan dengan karakteristik serta mode yang up to date (fitur). Desain warna yang tidak mencolok, elegan, natural dan praktis untuk dapat digunakan dalam beberapa fungsi (gaya). Penelitian dilakukan pada konsumen produsen furniture rotan CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon karena konsumen di wilayah tersebut dalam menentukan keputusan pembelian furniture rotan di perlukan modifikasi produk. Hal ini yang menjadi alasan penelitian dilakukan pada konsumen CV. Bahama Rattan sehingga mengetahui kondisi pasar serta antusias konsumen dalam melakukan keputusan pembelian furniture rotan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Modifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Rotan (Survei pada Konsumen Bisnis CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kec. Weru Kab. Cirebon).”
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
1.2
Identifikasi Masalah Periode empat tahun ke belakang produksi furniture rotan dan permintaan
konsumen dalam negeri mulai menurun, hal ini di sebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah dengan membuka kembali ekspor bahan baku rotan ke luar negri. Sehingga bahan baku rotan untuk industri furniture dalam negri mulai sulit, karena petani rotan lebih mengutamakan permintaan ekspor. Selain mendapatkan keuntungan yang lebih besar harga bahan baku untuk di ekspor ke luar lebih mahal dibandingkan harga jual untuk kebutuhan industri furniture dalam negri. Selain itu kurangnya promosi produk furniture rotan menjadikan suatu kendala yang dihadapi produsen furniture rotan dalam negri khususnya di Cirebon. Keadaan ini menuntut produsen furniture untuk terus berinovasi dengan melancarkan strategi yang bisa memberikan kepuasan bagi konsumen sehingga bisa menguasai pasar. Adapun strategi yang dilakukan CV. Bahama Rattan yaitu dengan menjalankan modifikasi produk. Upaya yang dilakukan industri pengrajin furniture rotan dalam meningkatkan keputusan pembelian yaitu dengan menggunakan modifikasi produk. Menurut Kotler (2009;369) modifikasi produk adalah segala penambahan dengan melakukan perubahan karakteristik pada suatu perbaikan mutu, perbaikan fitur dan gaya produk untuk menarik pengguna baru, Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Dengan adanya kebijakan pemerintah yaitu membuka kembali ekspor rotan, bahan baku untuk industri furniture rotan dalam negeri menjadi lebih sulit dan harganya cukup mahal. Biaya produksi yang cukup tinggi menjadikan harga jualnya produk furniture rotan menjadi mahal dan Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
permintaan barang terus menurun sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kembali keputusan pembelian dan mempertahankan hasil penjualan dengan beberapa perbaikan melalui modifikasi produk. 1.3
Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran modifikasi produk pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. 2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian bisnis furniture rotan pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. 3. Seberapa besar pengaruh modifikasi produk terhadap keputusan pembelian bisnis furniture rotan pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui gambaran modifikasi produk pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mengetahui gambaran keputusan pembelian bisnis furniture rotan pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh modifikasi produk terhadap keputusan pembelian bisnis furniture rotan pada CV. Bahama Rattan di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
1.5
Kegunaan Penelitian Suatu penelitian diarahkan untuk dapat memiliki kegunaan. Begitu juga
dengan penelitian ini memiliki kegunaan, yaitu : 1. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu Manajemen, khususnya pada bidang Manajemen Pemasaran melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama mengenai aspek strategi modifikasi produk yang dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian bisnis furniture rotan. 2. Kegunaan praktis Adapun kegunaan praktis ini, diharapkan dapat berguna dan dapat memberikan sumbang pemikiran bagi industri furniture rotan dalam meningkatkan hasil penjualan yang ditunjang dari strategi modifikasi produk yang berorientasi pada keputusan pembelian bisnis.
Syamsul Huda Mubarok, 2012 Pengaruh Modifikasi Produk Terhadao Keputusan Pembelian Bisnis Furniture Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu