BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Organisasi merupakan perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama dan mempunyai ikatan untuk mencapai suatu tujuan bersama (Gaol, 2014). Keberhasilan organisasi dalam menjalankan misinya dapat diukur dengan kinerja organisasi, kinerja organisasi dapat diukur dengan kinerja masingmasing individu yang berperang didalamnya. Kinerja suatu organisasi akan lebih baik bila setiap individu yang bekerja didalamnya dapat menjalankan peranannya dengan baik dalam menjalankan strategi organisasi (Wibowo, 2010). Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi dan organisasi yang dituangkan melalui perencanaan estrategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok yang telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan oleh organisasi (Moeheriono, 2009). Inspektorat Jenderal Kementrian Pedidikan Timor Leste tersedia dalam Undang-Undang (Decreto Lei Artigo 28/2012) merupakan institusi teknis yang diberikan kewenangan untuk melakukan Inspeksi terhadap Gestão Administração, Recursos Humanos, Financeiras, Materiais do Estado, dan proses pengajaran pendidikan oleh guru-guru di seluruh sekolah yang berada dalam wilayah Kementrian Pendidikan Timor Leste.
1
2
Undang-Undang Dasar pendidikan tersedia dalam Pasal 42 istilah umum dan relevansi dengan inspektorat pendidikan, untuk memajukan dan menjamin efisiensi, efektivitas dan kualitas sistem pendidikan. Ketentuan Pasal 44 Keputusan-Undang-Undang Nomor 22/2010, tanggal 9 Desember. Undangundang ini menetapkan pentingnya strategis departemen Kementerian Pendidikan, pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan, pelaksanaan kebijakan pendidikan yang berhubungan dengan sekolah dan mutu pendidikan. Keberhasilan program inspeksi pengajaran pendidikan tentu dipengaruhi oleh banyak faktor yang berada di sekitarnya yang membutuhkan kompetensi aparatur pengelola yang berkualitas, dan juga tingkat partisipasi seluruh elemen yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja Inspeção Geral do Ministerio da Educação de Timor Leste dalam lima tahun terakhir melalui pengukuran pencapaian sasaran kegiatan inspeksi dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini. Gambar 1.1 Grafik Kinerja Inspeksi Kementerian Pendidikan Timor Leste
Sumber: Resultado Avaliação do Servisços Inspeção Geral do ME - RDTL, 2014
3
Pada Gambar 1.1 ditunjukkan grafik hasil pencapai kerja (kinerja) kementerian pendidikan melalui program inspeksi dalam lima tahun terakhir belum mencapai target yang diharapkan. Kinerja Inspeção Geral do Ministerio da Educação de Timor Leste dalam lima tahun terakhir dipengaharui oleh kinerja para pengawas sekolah yang belum maksimal. Kinerja pengawas sekolah diukur dengan hasil evaluasi dari tiga program yang dijalakan dalam
melakukan
program inspeksi. Ketiga program inspeksi yaitu inspeksi rutin (inspeção rutina), inspeksi pencegahan (inspeção preventiva), dan inspeksi investigasi (inspeção insvestigativa). Hasil evaluasi ketiga program
inspeksi dalam
lima tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.2 dibawah ini. Gambar 1.2 Grafik Kinerja Pengawas Sekolah Dengan Tiga Program Utama
Sumber: Resultado Avaliação do Serviços Inspeção Geral do ME - RDTL, 2014 Berdasarkan pada
Gambar 1.2 ditujukkan grafik pengukuran kinerja
pengawas sekolah. Kinerja pengawas sekolah diukur dengan hasil evaluasi dari ketiga program tersebut, dari hasil evaluasi ketiga program belum linier. Hal ini disebabkan masih banyak kompetensi pengawas sekolah minim dalam melakukan inspeksi, hal ini menjadi kendala bagi para pengawas sekolah dalam melakukan
4
program inspeksi sebab kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk melakukan inspeksi investigasi dan inspeksi pencegahan terhadap guru, kepala sekolah, dan staf administrasi sekolah masih rendah. Kompetensi yang baik harus didukung oleh level pendidikan yang cukup, level pendidikan para pengawas sekolah yang tersebar di 65 kecamatan dalam 13 kabupaten memiliki level pendidikan yang berbeda. Banyak diantaranya yang berpendidikan rendah. Pada Tabel 1.1 ditunjukan tingkat pendidikan para pengawas sekolah. Table 1.1 Pendidikan Terakhir Pengawas Sekolah Kabupaten
Baucau Lautem Manatuto Viqueque Dili Liquica Aileu Ainaro Manufahi Covalima Bobonaro Ermera Oe-Cusse
SMA
SPG
1 1
1 4 1 1
1
KPG
Level Pendidikan Terakhir IPI.D2 IPI, KPG, PGSD / D2 SPG, / D3
1 1 1
1
2
3
3 3 1 1 2 19
1 2
1 1
3
2
4
Licenciado (S1)
2 2 1 2 1 3 5 1 1 1 4 3 26
Masterado (S2)
1
3
1 2
1
7
1
Total Inspektor
6 5 5 4 5 4 5 5 5 5 6 5 5 65
Sumber :Data Level Pendidikan Inspektorat Jenderal 2014
Pada Table 1.1 ditunjukkan perbedaan level pendidikan para pengawas sekolah dan rata-rata SPG dan D3, paling rendah SMA sedangkan sarjana S1 sangat sedikit dan sarjana (S2) satu orang. Ketidak seimbangan level pendidikan ini yang mempengaruhi kinerja. Untuk itu Inspektorat Jenderal kementerian pendidikan Timor Leste, harus memperbaiki kompetensi pengawas sekolah yang selama ini masih rendah dengan memberi pelatihan atau meningkatkan
5
mutu pendidikan. Kompetensi sangat berguna dalam membantu organisasi menciptakan budaya kerja yang tinggi (Wibowo, 2012), maka kompetensi merupakan
tools
yang penting bagi seorang pengawas sekolah (inspector
escolar) dalam melakukan proses inspeksi (inspeção) disekolah. Penelitian Yunus, (2009) mengenai pengaruh kompetensi sumber daya manusia
terhadap
kinerja
pegawai,
mengatakan
bahwa
kemampuan
berkomunikasi pegawai merupakan penghambat bagi suksesnya pekerjaan kelompok atau suatu tim kerja. Keputusan yang baik adalah keputusan yang dihasilkan dari analisis menyeluruh terhadap suatu masalah, dan keputusan mempengaruhi
peningkatan
kinerja
pegawai
(qualitas
desempenho
funcionalismo). Hasil penelitian Kaushiki Tripathi, (2014) mengatakan bahwa manajemen berbasis kompetensi sebagai pendekatan baru untuk membuat karyawan lebih mahir dalam pekerjaan mereka sehingga organisasi dapat mencapai keunggulan yang kompetitif. Kinerja inspektorat jenderal pendidikan Timor Leste lebih ditingkatkan melalui prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja para pengawas sekolah (inspector escolar) dengan kompensasi. Kompensasi merupakan balas jasa berupa uang atau barang agar supaya para pegawai selalu berupaya berkontribusi untuk organisasi (Gaol, 2014).
6
Tabel 1.2 Gaji Pokok Pegawai Negeri Berdasarkan Level/Golongan Level 1 2 3 4 5 6 7
Golongan G F E D C B A
Gaji Pokok $. 115.00 $. 136.00 $. 191.00 $. 247.00 $. 336.00 $. 412.00 $. 561.00
Berdasarkan Table 1.2 ditunjukan gaji pokok pengawas berdasarkan level kerja dan golgongan. Dimana para pengawas sekolah rata-rata level 3 dan level 4, jadi gaji pokok untuk level 3 adalah $.191.00 dan level 4 adalah $.247.00, sedangkan gaji jabatan adalah $.510.00 sebagai pengawas sekolah. Dari 65 orang pengawas sekolah dengan gaji jabatan total sama rata. Yaitu $.510.00 adalah penambahan dari gaji pokok, penambahan gaji jabatan level 3 = $.319.00 (63%) dan level 4 = $. 263.00 (52%). Penambahan ini tidak seimbang karena disama ratakan dari nilai total bukan disama ratakan nilai dari penambahan. Sehingga tidak ada kepuasan bagi pengawas sekolah. Selain itu nilai penambahan gaji jabatan tidak seimbang dengan volume pekerjaan yang dibebankan. Volume pekerjaan meliputi, seorang pengawas sekolah harus melakukan inspeksi rutin pada setiap sekolah yang ditanganinya dalam satu bulan dan setiap bulan harus membuat laporan. Dari 65 kecamatan terdapat minimal 25 s/d 40 sekolah yang terdiri dari TK s/d SMA dan sekolah kejuruan, baik negeri maupun swasta. Volume kerja ini membuat para pengawas sekolah malas, karena penambahan gaji jabatan tidak terlalu meninkatkan taraf hidup ekonomi keluarga karena tidak ada biaya operasional lapangan. Sebab seorang pengawas sekolah bekerja turun lapangan setiap hari dan sekolah yang ditanganinya jaraknya berjauhan dan kondisi
7
geografis yang sulit dilalui oleh kendaraan bermotor sehingga para pengawas sekolah harus berjalan kaki. Masalah-masalah tersebut yang menyebabkan program inspeksi rutin yang seharusnya dilakukan masih belum maksimal, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2. Oleh karena itu, diperlukan paket kompensasi yang dirancang khusus untuk memberi semangat dan motivasi kerja yang tinggi dalam meningkatkan kinerja pengawas sekolah. Penelitian Ellis, (2011) tentang manajemen konpensasi untuk memperbaiki kinerja organisasi sektor publik menyatakan bahwa kompensasi finansial bagi karyawan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja, dan kompensasi finansial yang diterima tidak sepadan dengan upaya karyawan, karena manajemen kompensasi yang buruk. Maka dari itu kompensasi finansial
harus dirancang
khusus
untuk
menghubungkannya
dengan kinerja. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Osibanjo (2014) mengatakan paket kompensasi dan kinerja karyawan serta retensi mempunyai hubungan kuat antara variabel dependen dan independen yang diuji (gaji, bonus, insentif, dan tunjangan). Namun, pengambil keputusan harus meninjau paket kompensasi pada berbagai tingkat untuk mendapatkan kepuasan di antara anggota staf yang melakukan pengawasan. Kompensasi yang akan didapat oleh pengawas sekolah (inspector escolar) ada dua bentuk kompensasi, yaitu bentuk financial yang merupakan upah dan gaji, kemudian kompensasi yang non financial yang merupakan tunjangan untuk pengawas sekolah (inspector escolar).
8
Kinerja (desempenho) yang baik dan sesuai target yang direncanakan juga merupakan harapan Inspektorat Jendral, Kementrian Pendidikan Timor Leste. Dalam upaya untuk mencapai hal itu, Inspektorat Jendral Kementrian Pendidikan Timor Leste membutuhkan para pengawas sekolah (inspector escolar) yang
berkompeten dalam upaya mencapai target kinerja institusi yang di
harapkan
serta dapat berkontribusi positif
kearah pencapaian visi misi
Inspectorat Jendral Kementrian Pendidikan di Timor Leste. Menyikapi fenomena umum yang ada pada Institusi Inspektorat Jendral Kementrian Pendidikan dan khususnya pada tingkat Inspeksi Pendidikan (Inspeção Educação)
yang
ada di Kabupaten
tersebut, maka dilakukan
penelitian tentang pengaruh konpensasi dan kompetensi terhadap kinerja pengawas
sekolah
(desempenho
inspector
escolar)
tingkat
kabupaten.
Berdasarkan identifikasi masalah melalui hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti maka telah menunjukan sebagai berikut, ada pengawas sekolah yang sering mengelukan, karena pekerjaan yang dilakukan terlalu berat dan tidak sebanding dengan gaji yang diterima, serta tidak ada biaya operasional ke lapangan, dan banyak pengawas sekolah yang tidak berkompeten dalam menyelesaikan masalah karena banyak yang berpendidikan rendah.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di sajikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap kinerja pengawas sekolah (desempenho inspector escolar)?
9
2.
Bagaimana pengaruh kompetensi pengawas sekolah (inspector escolar) terhadap kinerja pengawas sekolah (desempenho inspector escolar)?
1.3. Tujuan penelitian 1. Menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja pengawas sekolah (desempenho inspector escolar). 2. Menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kinerja inspeksi pengawas sekolah (desempenho serviços inspector escolar).
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat
Teoritis. Memberikan pemahaman deskriptif mengenai
hubungan antara dua variable bebas (indepedent) kompensasi dan kompetensi terhadap variable terkait (dependent) kinerja sebagai sebuah model untuk memperbaiki kinerja pengawas sekolah. 2. Manfaat
Praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
Direção Inspeção Geral do Miniterio da Educação de Timor Leste dalam
merancang strategi untuk meningkatkan kinerja pengawas
sekolah. Disamping itu, penelitian ini diharapkan mampu sebagai solusi bagi Direção Inspeção Geral do Miniterio da Educação de Timor Leste jika kedua variable kompetensi dan kompensasi dirancang dengan baik secara khusus bagi pengawas sekolah, maka akan menjadi motivasi bagi pengawas sekolah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.