BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Cikokol yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) Kabupaten Tangerang, memproduksi air minum dengan mengolah air baku dari Sungai Cisadane. Pengolahan air ini melayani kebutuhan para pelanggannya, yang berada di wilayah di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan DKI Jakarta. Sesuai dengan Perubahan, dan Pernyataan Kembali Perjanjian Kerjasama Rehabilitasi, Peningkatan Kapasitas, Operasi, dan Pemeliharaan IPA Cikokol antara PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dan PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri (PT. TKCM) tertanggal 20 September 2011,
IPA Cikokol
diserahkelolakan kepada PT. TKCM selama 15 tahun dengan skema kerjasama bisnis Rehabilitate, Operate, & Transfer (ROT). IPA Cikokol adalah suatu instalasi pengolahan air baku yang berasal dari air sungai Cisadane untuk diproses menjadi air olahan yang memenuhi persyaratan kualitas air minum dengan kapasitas hasil produksi pengolahan air minum sejumlah 1,275 liter per detik. Gambar 1.1 berikut menunjukan volume air minum hasil proses IPA Cikokol yang dialirkan ke pelanggan selama 11 tahun terakhir.
Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol Sumber: Hasil olahan penulis (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk mengolah air baku dari sungai Cisadane menjadi air olahan yang memenuhi persyaratan kualitas air minum diperlukan beberapa tahapan proses. Sebagai akibat dari proses pengolahan yang berlangsung secara kontinu tersebut, akan ditimbulkan residu, berupa lumpur, yang terutama berasal dari lumpur kimiawi yang terendapkan pada bak sedimentasi, dan buangan air bekas pencucian dari filter pasir cepat. Timbulan lumpur tersebut diperkirakan berada pada kisaran antara 4,000 m3/hari hingga 5,000 m3/hari, atau sekitar 4%–5% kehilangan air dari kapasitas pengolahan air baku. Volume air buangan yang mengandung partikel-partikel lumpur diilustrasikan dalam Gambar 1.2. berikut.
Gambar 1.2. Volume Air Buangan Tahunan di IPA Cikokol Sumber: Hasil olahan penulis (2015)
Pada saat ini telah diberlakukan peraturan mengenai residu dari instalasi ngolahan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 yang pengolahan mempersyaratkan limbah akhir dari proses pengolahan air minum wajib diolah terlebih dahulu, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri. Untuk memenuhi peraturan perundangundangan dan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan baik yang dipersyaratkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam “Perjanjian” Kontrak Kerjasama PDAM dengan Mitra (PT. TKCM) diatur ketentuan pasal 11 tentang Masalah-Masalah Lingkungan, nomor 11.2 (yang mengatur Dokumen Amdal), klausul 1, yang berbunyi, “Setelah Instalasi dioperasikan dan mencapai kapasitas maksimum, maka Mitra Usaha akan menyusun studi kelayakan bagi pengolahan dan pembuangan lumpur yang ditimbulkan oleh Instalasi, dan selanjutnya mengusulkan solusi kepada PDAM
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagai pertimbangan untuk masa yang akan datang”. Dengan dasar klausul ini, PT. TKCM berkewajiban untuk melakukan studi kelayakan pembangunan instalasi pengolahan limbah lumpur di Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol Tangerang. 1.2. Identifikasi Masalah Pada IPA Cikokol ini terdapat dua unit proses pengolahan yang menghasilkan sebagian besar pembuangan residu setiap harinya, yaitu pembuangan lumpur dari bak-bak sedimentasi dan air bekas pencucian dari bakbak filter pasir cepat. 1) Lumpur yang terpisahkan pada proses pengolahan di IPA Cikokol mengandung padatan organik, dan anorganik, alga, bakteri, virus, koloid, dan bahan-bahan kimia, baik itu yang secara alami terdapat dalam air baku, atau bahan kimia yang ditambahkan sebagai koagulan, dan kemudian terendapkan. Sesuai jenis koagulan yang digunakan saat ini, yaitu poly aluminium chloride (PAC), lumpur terdiri dari berbagai macam kandungan seperti alumina (Al2O3), alum hidroksida (Al(OH)3), silika (SiO2), ferri karbonat (Fe2O3), calcium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO). 2) Sesuai Gambar 1.3., lumpur hasil efek samping dari pengolahan air ini selanjutnya dialirkan secara gravitasi keluar lokasi IPA Cikokol menuju ke laguna, atau rawa bekas galian pasir (C), dan akhirnya mengalir kembali ke sungai Cisadane. Laguna tempat pembuangan lumpur ini mempunyai luas sekitar 1 hektar dengan kedalaman awal 10–15 meter. Selama pemanfaatan laguna atau rawa, air limpasan memiliki kualitas yang relatif baik, yaitu konsentrasi total suspended solid (TSS) kurang dari 300 mg/liter. Seiring dengan
perjalanan
waktu,
pembuangan
residu
dari
IPA
Cikokol
mengakibatkan terbentuknya sedimen lumpur dalam laguna tersebut meningkat (Gambar 1.4.), dan umur pakai dari laguna atau rawa tersebut menjadi terbatas, dan diperkirakan habis dalam waktu dekat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 1.3. Diagram Pengaliran Lumpur IPA Cikokol Sumber: Laporan Akhir Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)
Gambar 1.4. Pengoperasian Laguna sebagai Pembuangan Lumpur Akhir Sumber: Laporan Akhir Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, maka dengan demikian sebaiknya dilakukan upaya studi kelayakan baik secara teknis dan finansial atas rencana pembangunan instalasi pengolahan limbah lumpur. Pengembangan ini akan dilakukan oleh pihak sponsor “Mitra” dan PDAM TKR dengan skema BuiltOperate-Transfer (BOT), dimana akan menggunakan aset tanah PDAM TKR yang idle di seberang sungai Cisadane dekat lokasi pengambilan air baku. BOT adalah suatu perjanjian proyek yang dibangun oleh pemerintah, dan membutuhkan dana yang besar, yang pembiayaannya dari pihak swasta. Pemerintah dalam hal ini menyediakan lahan yang akan digunakan oleh swasta guna membangun proyek. Pihak pemerintah akan memberikan ijin untuk membangun, mengoperasikan fasilitas dalam jangka waktu tertentu dan menyerahkan pengelolaannya kepada pembangun proyek (swasta). Setelah melewati jangka waktu tertentu, proyek atau fasilitas tersebut akan menjadi milik pemerintah selaku pemilik proyek. 1.3. Rumusan Masalah Finance, Pola BOT merupakan salah satu pola pendanaan Project Finance sehingga penekanan evaluasi kelayakan investasi pada proyek tersebut menjadi sangat penting bagi investor agar dapat memberikan keuntungan yang diharapkan oleh pihak sponsor/investor. Berdasarkan penjabaran ini, dapat ditarik suatu benang merah dari masalah penelitian yang hendak diteliti oleh penulis, yaitu: 1) Berdasarkan target IRR investasi, berapakah asumsi tarif per-kg lumpur kering dan pengaruh tarif lumpur tersebut terhadap harga jual per-meter kubik air hasil produksi? 2) Dengan asumsi struktur permodalan yang dilakukan, apakah rencana investasi pembangunan pengolahan limbah lumpur di IPA Cikokol layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek keuangan dengan metode capital budgeting? 3) Bagaimanakah probabilitas keekonomian proyek berdasarkan simulasi Monte Carlo? 1.4. Batasan Masalah Agar masalah serta pembahasan tetap fokus pada permasalahan yang diangkat menjadi topik dalam Tesis ini, dilakukan pembatasan-pembatasan masalah, yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1) Analisa kelayakan yang dilakukan terhadap rencana proyek pembangunan pengolahan lumpur ini hanya melihat berdasarkan aspek keuangan. Aspekaspek lain yang berhubungan dengan analisa kelayakan proyek ini tidak dibahas dalam penulisan Tesis ini. 2) Metode penelitian dalam Tesis ini adalah analisa capital budgeting dengan menggunakan metode net present value (NPV), internal rate of return (IRR), payback period (PP) dan profitability index (PI) serta dilakukan analisa skenario terhadap berbagai kemungkinan kejadian yang mempengaruhi kelayakan proyek ini. Selanjutnya dilakukan analisa simulasi Monte Carlo terhadap keekonomian proyek. 1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud kajian Tesis ini adalah untuk membantu sponsor dalam melakukan studi kelayakan finansial terhadap perencanaan pembangunan proyek Pengolahan Limbah Lumpur yang memanfaatkan lahan PDAM TKR, sehingga dari hasil studi ini bisa memberikan rekomendasi bagi sponsor untuk menindaklanjuti rencana pembangunan proyek Pengolahan Limbah Lumpur di Instalasi Pengolahan Air Cikokol, apakah layak secara ekonomi ditinjau dengan menggunakan metode capital budgeting. 1.6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Manfaat
penelitian
ini
adalah
dapat
dipergunakan
oleh
pihak
sponsor/investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan, apakah proyek layak atau tidak, secara kesimpulan analisa keuangan. Melalui penulisan Tesis ini, penulis juga berharap agar penilitian ini dapat memberikan kegunaan atau sumbangsih antara lain kepada: 1) PDAM, menjadi suatu bahan rujukan PDAM dalam pengambilan keputusan proyek pembangunan Pengolahan Limbah Lumpur. 2) Akademisi, menambah pengetahuan dalam penilaian kelayakan proyek dari aspek keuangan, dan praktek penerapan analisa kelayakan risiko proyek terhadap keekonomian menggunakan Simulasi Monte Carlo. 3) Pemerintah Indonesia, menjadi salah satu pertimbangan khususnya bagi pemerintah daerah dalam menjalin kerjasama pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/