BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 1067.K/DIR/2011 perihal Organisasi PT PLN (Persero) Unit Pembangkitan Jawa Bali, PT PLN UPJB bertindak sebagai Aset Manager yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan optimalisasi aset pembangkit. Sebagai Aset Manager, PT PLN UPJB bekerja sama dengan PT Pembangkitan Jawa Bali dan PT Indonesia Power yang bertindak sebagai Aset Operator, yang bertugas untuk mengoperasikan unit pembangkit yang menjadi aset PT PLN UPJB. Secara garis besar pembagian peran antara Aset Manager dan Aset Operator dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.1 Pembagian Peran Aset Owner, Aset Manager dan Aset Operator (PT PLN UPJB, 2014)
Dalam menjalankan suatu proses bisnis, pengukuran kinerja ini sangat penting dilakukan karena merupakan faktor kunci dalam mengembangkan suatu organisasi dengan kebijakan yang lebih baik atas semua sumber daya yang ada di dalamnya. PT PLN UPJB setiap tahun diberi penilaian berdasarkan Kontrak Manajemen (KM) UPJB yang berisi KPI (Key Performance Indicator) dan target yang harus dicapai pada tahun berjalan. Selain itu, PT PLN UPJB juga memiliki
1
2
Strategic Map yang tertuang dalam RJPP yang berisi rangkaian proses bisnis di PT PLN UPJB dalam mencapai visi. Untuk menyelaraskan antara fungsi tugas Aset Manager dan Aset Operator dalam mencapai Visi dan Misi PT PLN UPJB, perlu dilakukan penyelarasan Performance Indicator (PI) untuk Aset Operator, dengan mengacu pada KM PT PLN UPJB dan RJPP PT PLN UPJB. Namun pada pengelolaan Aset Operator, PT PLN UPJB belum melakukan break down KPI sesuai Kontrak Manajemen UPJB dengan PLN Pusat. Dalam pencapaian visi, tidak dapat diketahui apakah sistem yang ada di Aset Operator sesuai dengan Kontrak Manajemen UPJB atau tidak karena selama ini pengukuran kinerja hanya berdasarkan pada hasil dari Aset Operator. Dengan metode ini, PT UPJB tidak dapat mengetahui ketidaksesuaian proses apabila hasil dari Aset Operator tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Selain menggunakan ukuran berupa PI untuk
Aset Operator sebagai
indikator Kinerja Hasil (lagging Indicator), penilaian kinerja proses Aset Operator juga perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kinerja yang dicapai oleh Aset Operator tidak hanya berorientasi pada hasil, tapi juga pada proses (process and result oriented). Penentuan Kinerja Hasil dan Kinerja Proses pada Aset Operator tersebut digunakan untuk mengukur kinerjanya secara keseluruhan sehingga fungsi monitoring & controlling dalam kegiatan manajemen yang dilakukan Aset Manager bisa dijalankan secara efektif serta efisien untuk mengenali secara dini kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap tujuan perusahaan (dalam hal ini, deviasi terhadap Visi & Misi PT PLN Persero yang diterjemahkan ke dalam KM & RPJJ PT PLN UPJB) sehingga dengan demikian usaha perbaikan akan dapat terus-menerus diumpankan ke fungsi planning dalam management activities di PT PLN UPJB yang pada gilirannya diharapkan continuous improvement terhadap pengelolaan dan optimalisasi aset pembangkit dapat terealisir dan menjadi budaya perusahaan. BUMN sudah memiliki metode penilaian kinerja berbasis kriteria penilaian kinerja unggul (KPKU BUMN) dimana dalam KPKU ini mengadopsi sistem penilaian dari Malcolm Baldrige. Pada pengukuran ini assessor harus datang ke tempat perusahaan yang diukur
3
untuk menilai perusahaan tersebut berdasarkan kriteria Malcolm. Akan tetapi, KPKU yang dipakai oleh BUMN belum merepresentasikan performance indicator yang harus dimiliki oleh Aset Operator karena obyek penilaian KPKU ini adalah PT PLN (Persero). Sehingga diperlukan penyelarasan indikator pengukuran kinerja untuk Aset Operator agar dapat merepresentasikan RJPP dan Kontrak Manajemen PT PLN UPJB dimana dalam pengukurannya mengurangi keterlibatan assessor. Oleh karena itu, sebuah metode pengukuran kinerja Aset Operator yang holistic dibutuhkan agar kinerja pembangkit mampu dinilai secara sistem keseluruhan dari semua aspek yang ada sehingga justifikasi yang diambil tidak partial dan tidak didasarkan hanya pada salah satu aspek saja (Jambekar, 2000), misalnya hanya dari aspek O & M atau operations and maintenance. Pada penelitian ini dilakukan kajian untuk mengembangkan metode pengukuran kinerja baru yang holistic yang akan digunakan oleh PT PLN UPJB untuk mengelola Aset Operator dalam kegiatannya mengoperasikan dan memelihara 10 PLTU serta 4 PLTGU yang menjadi kewenangannya.
Agar
holistic (O'Loughlin dan McFadzean, 1999), metode pengukuran kinerja ini dikembangkan dengan mengadopsi konsep systems thinking (Senge dan Sterman, 1992) agar mampu mengukur performance indicator tidak hanya yang berupa hard-competence namun juga yang berupa soft-competence sehingga - misalnya leadership index, integrity index dan teamwork/social relationship index dari Aset Operator dapat pula dinilai. Dan pula, agar mampu memastikan bahwa kinerja yang dicapai oleh Aset Operator tidak hanya berorientasi pada hasil, tapi juga pada proses (process and result oriented). Dengan konsep systems thinking ini, diharapkan mampu didapatkan metode pengukuran kinerja baru yang holistic yang merupakan hasil pengembangan dari metode-metode pengukuran kinerja yang telah ada yaitu Baldrige Criteria for Performance Excellence (Sadikin, 2010) yang telah diadopsi menjadi standar KPKU BUMN. Pada kajian ini, yang dimaksud dengan terminologi “metode” adalah termasuk di dalamnya konsep dan cara pengumpulan/pengolahan data beserta tool-nya yang dirancang agar mampu
4
mengaplikasikan metode pengukuran kinerja holistic tersebut dengan prinsip selfassessment melalui web-based application. Hasil dari kajian tersebut diujikan ke 1 (satu) Unit PLTU dan 1 (satu) Unit PLTGU agar dapat dinilai applicability-nya.
1.2. Rumusan Masalah Pengukuran kinerja sangat penting dilakukan karena merupakan faktor kunci dalam mengembangkan suatu organisasi dengan kebijakan yang lebih baik atas semua sumber daya yang ada di dalamnya. Akan tetapi, selama ini pengukuran kinerja hanya berdasarkan pada hasil capaian dari Aset Operator. Dengan metode ini, PT UPJB tidak dapat mengetahui ketidaksesuaian proses apabila hasil dari Aset Operator tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Untuk menanggulangi hal tersebut, penilaian kinerja yang dicapai oleh Aset Operator tidak hanya berorientasi pada hasil, tapi juga pada proses (process and result oriented). Penentuan Kinerja Hasil dan Kinerja Proses pada Aset Operator tersebut digunakan untuk mengukur kinerjanya secara keseluruhan sehingga fungsi monitoring & controlling dalam kegiatan manajemen yang dilakukan Aset Manager bisa dijalankan secara efektif serta efisien untuk mengenali secara dini kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap tujuan perusahaan. BUMN menerapkan metode penilaian kinerja berbasis kriteria penilaian kinerja unggul (KPKU BUMN) dimana dalam KPKU ini mengadopsi sistem penilaian dari Malcolm Baldrige. Pada pengukuran ini assessor harus datang ke tempat perusahaan yang diukur untuk menilai perusahaan tersebut berdasarkan kriteria Malcolm. Akan tetapi, KPKU yang dipakai oleh BUMN belum merepresentasikan performance indicator yang harus dimiliki oleh Aset Operator karena obyek penilaian KPKU ini adalah PT PLN (Persero). Sehingga diperlukan penyelarasan indikator pengukuran kinerja untuk Aset Operator agar dapat merepresentasikan RJPP dan Kontrak Manajemen PT PLN UPJB dimana dalam pengukurannya mengurangi keterlibatan assessor. Oleh karena itu, sebuah metode pengukuran kinerja Aset Operator (konsep, cara pengumpulan/pengolahan data, dan tool) yang holistic dibutuhkan agar kinerja pembangkit mampu dinilai secara sistem keseluruhan dari semua aspek yang ada dengan prinsip self-assessment melalui
5
web-based application sehingga justifikasi yang diambil tidak partial dan tidak didasarkan hanya pada salah satu aspek saja (Jambekar, 2000), misalnya hanya dari aspek O & M atau operations and maintenance.
1.3. Asumsi dan Batasan Asumsi 1. Semua organisasi/jabatan dalam internal Aset Operator memiliki susunan yang sama. 2. Semua Aset Operator memiliki jaringan internet yang stabil. 3. Semua pekerja Aset Operator mampu mengoperasikan web browser.
Batasan 1. Hasil penelitian ini diujikan pada satu PLTU dan satu PLTGU. 2. Database dari kuesioner menggunakan Google Drive. 3. Tool dibuat menggunakan sistem CI (Code Igniter).
1.4. Tujuan Adapun tujuan dari penelituan ini adalah: 1. Mengembangkan konsep
dan cara pengumpulan/pengolahan data
pengukuran kinerja Aset Operator pembangkit yang holistic di PT PLN (Persero) Unit Pembangkitan Jawa Bali yang terukur dan yang telah diselaraskan dengan KM UPJB dan RJPP UPJB. 2. Membuat software aplikasi dengan konsep web-based tool untuk mengaplikasikan metode yang dikembangkan pada poin 1 di atas yang applicable untuk mengukur kinerja Aset Operator pada periode tertentu secara self-assessment sekaligus menampilkan hasilnya.
1.5. Manfaat 1.5.1. Bagi Peneliti 1. Meningkatkan keterampilan dalam pembuatan perangkat lunak. 2. Menumbuhkan paradigma pemikiran yang berorientasi pada sistem.
6
1.5.2. Bagi Perusahaan 1. Memberikan suatu alternatif bagi PT PLN UPJB dalam melakukan penilaian performance Aset Operator. 2. Memberikan suatu
alat pengukuran kinerja
yang siap untuk
diaplikasikan.
1.5.3. Bagi Industri Pembangkit 1. Sebagai pembanding dalam melakukan pengukuran terhadap kinerja suatu Aset Operator dengan metode yang berbeda. 2. Pengembangan yang dikakukan membantu untuk menunjukkan bagaimana cara mengadopsi sitem pengukuran kinerja untuk kemajuan industri pembangkit.
1.5.4. Bagi Ilmu Pengetahuan 1. Referensi pengembangan pengukuran kinerja dalam hal konsep, cara pengumpulan
data
dan
tool
melalui
publikasi
ilmiah.