BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat dibandingkan dengan di negara-negara berkembang, namun secara absolut jumlah lansia di negara berkembang jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara maju. Pertumbuhan jumlah lansia di Indonesia tercatat sebagai yang paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 19902025 (Nugroho, 2008). Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit yang prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Makin panjangnya umur harapan hidup merupakan tantangan yang sangat berat akibat dampak penuaan. Perubahan-perubahan secara fisik maupun mental banyak terjadi saat seseorang memasuki usia senja. Penyakit-penyakit mental akibat penuaaan, seperti depresi, hipokondriasis, dimensia, delirium, ansietas, paranoid dan sebagainya meningkat secara signifikan pada lansia lebih besar pada usia lebih dari 60 tahun pada negara maju dan negara berkembang (Wijeratne & Davenport, 2006). Permasalahan mental yang biasanya sering terjadi pada lansia adalah depresi. Depresi merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada
1
2
waktu yang lampau. Prevalensi depresi pada lansia di Indonesia cukup tinggi. Kejadian diruang geriatric sebanyak 76,3% dengan proporsi pasien geriatri yang mengalami depresi ringan adalah 44,1%, depresi sedang sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 10,8% dan depresi sangat berat sebanyak 3,2% (Soejono dalam Sari, 2006). Pada tahun 2020 depresi menduduki urutan teratas dinegara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). Prevalensi depresi di antara penghuni panti lebih tinggi dari kalangan yang lansia yang hidup di masyarakat. Diperkirakan 10-15% lansia yang tinggal dalam masyarakat memperlihatkan gejala depresi, Sedangkan lansia yang berada dipanti menunjukan angka depresi ringan sampai sedang antara 50% sampai 70% (Huang, 2011). Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada usia lanjut tidak dikenali dan tidak diobati karena gambaran klinisnya tidak khas (Wijeratne & Davenport 2006). Terjadinya depresi pada usia lanjut dapat berasal dari 3 aspek yaitu biologis, psikologis dan sosial. Aspek sosial adalah berkurangnya dukungan sosial keluarga, teman, kesepian, berkabung, kemiskinan. Aspek psikologis yang berperan dalam timbulnya depresi adalah tipe kepribadian introvet yang timbul rasa kurang percaya diri, suka menyendiri dan dikatakan bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering mendahului episode pertama gangguan mood. Dari aspek biologik, penurunan serotonin dapat mencetuskan pasien bunuh diri dan pengeluaran serotonin berpengaruh terhadap pengeluaran kadar serotonin pada otak (Kaplan, 2010). Pada awalnya depresi pada lansia dilihat sebagai akibat perubahan-perubahan aspek fisiologis. Akan tetapi pada waktu belakangan ini, perhatian depresi beralih
3
pada peran dan faktor aspek psikologi dan sosial. Aspek psikologis dan sosial pada usia lanjut dapat merupakan masa yang menimbulkan depresi seperti halnya kehilangan keluarga, teman, status dan penghargaan. Hal-hal tersebut lebih besar terjadi pada usia lanjut yang tinggal dipanti (Semiun, 2006). Lansia yang tinggal dipanti sering kali menganggap bahwa tinggal dipanti merupakan bentuk pengasingan dan pemisahan dari keluarga. Perasaan-perasaan negativakan muncul dalam benak lansia seperti halnya, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, marah, dendam dan sebagainya. Perasaan seperti itu akan muncul dan menimbulkan depresi.Depresi yang tidak ditangani dapat menimbulkan masalah gangguan jiwa yang lebih serius, lansia akan mengalami kehilangan minat dan kesenangan, sulit berkonsentrasi, dan lansia akan bunuh diri (Casey, 2013). Salah satu penanganan depresi dapat dilakukan dengan menerapkan terapi psikologik atau psikoterapi. Beberapa psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan depresi pada lansia, diantaranya adalah dengan terapi relaksasi otot progresif. Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, ketegangan jiwa yang akan berdampak pada penurunan ketegangan jasmani (Richmond, 2007). Teknik relaksasi otot progresif via letting go merupakan salah satu jenis terapi relaksasi otot progresif yang bertujuan agar individu dapat lebih peka terhadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan yang dialami sehingga individu dapat mengurangi ketegangan akibat depresi yang dialaminya (Ramdhani, 2004). Teknik relaksasi otot progresif via letting go diberikan sebagai intervensi agar individu dapat merelaksasi saat mereka mulai merasa tidak tenang karena kemunculan gejala-gejala atau pikiran negatif dalam diri mereka yang memicu timbulnya depresi.
4
Dari hasil studi pendahuluan di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang, yang dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2013, diperoleh hasil sementara dari pengujian skala Depresi Geriatric Yesavage (GDS), dari 10 lansia yang diambil secara acak, terdapat 5 lansia mengalami depresi ringan, 3 lansia mengalami depresi sedang dan 2 lansia tidak mengalami depresi. Sebelumnya terapi relaksasi otot pogresif via letting go tidak pernah dilakukan di Panti ini. Berdasarkan uraian tersebut peneliti terdorong untuk meneliti “ Hubungan terapi relaksasi otot progresif via letting go terhadap tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya asih Lawang”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan terapi Relaksasi otot progresif : via letting go terhadap tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui hubungan terapi Relaksasi otot progresif: via letting go terhadap tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang
1.3.2
Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karateristik lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang.
5
b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang sebelum dilakukan terapi Relaksasi otot progresif: via letting go. c. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia yang tinggal di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Tingkat depresi sesudah dilakukan terapiRelaksasi otot progresif: via letting go. d. Menganalisis hubungan terapi relaksasi otot progresif: via letting go terhadap tingkat depresi pada lansia di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Lansia Sebagai intervensi bagi lansia yang mengalami ketegangan akibat depresi, agar lansia dapat tetap mempertahankan keberfungsiannya dalam kehidupan sehari- hari, serta dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
1.4.2
Bagi Pengelola Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Sebagai referensi dan sumber informasi dalam melakukan usahausaha untuk mengatasi depresi pada lansia sehingga lansia dapat menjalankan fungsinya sehari-hari dan menjaga agar kualitas hidupnya terjaga dengan baik.
1.4.3
Bagi Penelitian selanjutnya Sebagai informasi untuk dijadikan bahan penelitian berikutnya yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan depresi pada lansia
1.4.4
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai penatalaksanaan terapi relaksasi otot
6
progresif via letting go terhadap kemampuan mengurangi ketegangan akibat depresi pada pasien lansia. 1.5
Keaslian Penelitian
1.5.1
Windarti (2011) Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif (via tension relaxation) terhadap penurunan skor depresi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pandaan Kabupaten Pasuruan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif jenis tension relaxation terhadap penurunan skor depresi lansia. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi-experimental dengan rancangan rangkaina waktu ( Times Serias Design). Sampel penelitian ini adalah lansia dengan depresi di UPT Pelayanan sosial lanjut usia pandaan. Sampel dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan cara total sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 orang lansia. Didapatkan hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan pada nilai mean skor depresi lansia, dimana diperoleh mean pretest sebesar 10,9 sedangkan mean posttest 1 dan 2 menurun menjadi 6,4 dan 5,7 berdasarkan uji hipotesa menggunakan uji repeated ANOVA (parametritl dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), sehingga dapat diartikan bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya penurunan skor depresi lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia Pandaan.
1.5.2
Agustin (2008) Perbedaan Tingkat Depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam bugar lansia di Panti werdha wening wardoyo unggaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam bugar lansia. Penelitian ini dilaksanakan dengan desain pre–post test one group, menggunakan
7
pendekatan cross sectional dan purposive sampling metode. Bentuk perlakuan yang diberikan adalah senam bugar lansia sebanyak 6 sesi. Hasil uji Z menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi pada lansia antara sebelum dan sesudah dilakukan senam bugar lansia dimana Z = -3,276 dan p value = 0,001 (p < 0,05). Jumlah keseluruhan lansia yang mengalami penurunan depresi adalah 66,7 % dan diklasifikasikan sebagai depresi fisiologis. Ada perbedaan tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam bugar lansia. 1.5.3
Ayu (2011). Kejadian Dan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia: Studi perbandingan dipanti werdha dan komunitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kejadian dan tingkat depresi serta faktor risiko yang berperan terhadap kejadian depresi pada lanjut usia di panti wreda dan komunitas. Metode yang digunakan yaitu Studi cross sectional dengan melibatkan 52 lanjut usia dari panti wreda dan 50 lanjut usia dari komunitas sebagai subyek penelitian. Data depresi, usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, partisipasi sosial, status kesehatan, obat berefek samping depresif, status kognitif, status fungsional, gangguan pendengaran, dan gangguan penglihatan dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Nilai Geriatric Depresion Scale–Short Form (GDS-SF)≥5 mengindikasikan depresi. Uji chi square dan Mann Whitney U dilakukan dengan program aplikasi komputer. Didapatkan Hasil Proporsi depresi pada lanjut usia di komunitas (60%) lebih besar dari pada proporsi depresi pada lanjut usia di panti wreda (38,5%). Uji beda kejadian dan tingkat depresi mendapatkan nilai p=0,030 dan p=0,036. Uji hubungan partisipasi sosial kurang, partisipasi sosial cukup, dan gangguan fungsional sedang dengan kejadian depresi pada lanjut usia di panti wreda mendapatkan nilai p<0,05.
8
Semua faktor risiko yang diteliti mendapatkan nilai p>0,05 pada uji hubungan dengan kejadian depresi pada lanjut usia di komunitas. Terdapat perbedaan kejadian dan tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal dipanti wreda dan komunitas. Partisipasi sosial kurang, partisipasi sosial cukup, gangguan fungsional sedang berhubungan dengan kejadian depresi pada lanjut usia di panti wreda. Perbedaaan dari penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa penelitian diatas yaitu peneliti akan memberikan perlakuan kepada klien yang mengalami depresi ringan sampai depresi sedang dengan terapi relaksasi otot progresif: via letting go pada lansia yang ada di Panti Werdha Griya Asih. Pada penelitian ini peneliti akan megukur tingkat depresi lansia yang ada di panti werdha griya asih sebelum dilakukan perlakuan relaksasi otot progresif: via letting go dan setelah diberikan perlakuan terapi relaksasi otot progresif: via letting go. Dimana relaksasi otot progresif: via letting go memiliki tujuan untuk memperdalam relaksasi sehingga diharapkan lansia dapat mengurangi secara maksimal depresi yang dialami.