BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fashion menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penampilan dan gaya hidup keseharian.Gaya hidup(lifestyle) secara sosiologis merujuk pada gaya hidup khas suatu kelompok tertentu.Sedangkan dalam masyarakat moderen gaya hidup(lifestyle) membantu mendefinisikan mengenai sikap,nilai-nilai,kekayaan serta posisi sosial seseorang. Benda-benda seperti baju dan aksesori yang dikenakan bukanlah sekadar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi.
Dalam perkembangan selanjutnya fashion tidak hanya menyangkut soal busana dan aksesoris semacam perhiasan seperti kalung dan gelang, akan tetapi benda-benda fungsional lain yang dipadukan dengan unsur-unsur desain yang canggih dan unik menjadi alat yang dapat menunjukkan dan mendongkrak penampilan si pemakai.Konsumen menilai pakaian pokok yang mereka gunakan menggambarkan karakter dan status sosial. Dengan gaya berpakaian seseorang yang bekerja akan cendrung berubah dari cara berpakaiannya semasa kuliah. Perbedaan yang signifikan adalah individu tersebut akan tampil lebih formal dan terlihat rapih. Hal tersebut juga merubah kebutuhannya dalam membeli pakaian.faktor tersebutlah yang membuat fashion dan lifestyle yang ada selalu berubah.
Setiap individu juga memiliki cara berpakaian yang berbeda sesuai kebutuhan dan tempatnya. Mereka akan menyesuaikan gaya berpakaiannya yang mereka nilai
1
2 pas dengan situasi dan kondisinya. sebagai contoh orang yang sudah bekerja memiliki pakaian yang hampir sama disaat dia bekerja seperti menggunakan sepatu kulit yang formal , kemeja formal, dan celana
bahan, dan disaat ia ingin pergi
refreshing atau hang out ia akan menyesuaikan gaya berpakaian nya sesuai tempat yang ia tuju seperti jeans, sepatu kulit ,dan polo shirt jika ia hendak pergi ke salah satu mall yang ia tuju sehingga ia merasa nyaman dan cocok dengan situasi dan kondisi yang ada. Setiap individu memiliki presepsi bahwa mamakai jeans menimbulkan rasa bahwa mereka cukup pantas berpakaian sesuai zaman dan trend yang ada. Dari sekian banyak merk jeans yang ada jeans merk levi'smerupakan jeans yang terkenal dengan kualitas dan daya tahan yang baik. Jadi, persepsi yang ditimbulkan oleh merek levi's adalah sebuah jeans. Pandangan yang ditimbulkan jika melihat atau mengingat nama levi's pasti tentu saja adalah penemu jeans. Dari persepsi merek tersebutlah timbul sebuah brand image yang melekat pada P.T Levi's adalah penemu jeans.
Pada abad ke 18 jeans mulai masuk ke Amerika, pada tahun 1890 pertama kali di eropa jeans tersebut diperkenalkan pada penambang - penambang emas di San Fransisco. pada zaman tersebut jeans memiliki fungsi yang diperuntukan supaya jeans tidak mudah sobek untuk mengantungi emas, dan levi's pun lahir ketika para penambang merasa nyaman. Pada tahun 1970 disaat denim atau celana khususnya yang berbahanjeans diproduksi masal momen inilah yang membuat jeans mencapai popularitas pada saat itu.
3 Jeeans levi's berkembang pesat pada tahun 1920-an di amerika serikat,dan banyak dipakai oleh banyak pekerja di selatan amerika seperti Cowboys,pekerja tambang dan rel kereta api.Pada era perang dunia ke-2,celana jeans dipakai oleh tentara Amerika Serikat. Periode tahun 1950-an sampai 1980-an levi's sangat populer di kalangan anak muda termasuk para hippies,rockers dan skinheads.Lebih dari seabad semenjak levi's mepopulerkan celana jeans,kini jeans semakin digemari bahkan naik kelas karena juga menjadi produk perancang dunia.Sehingga levi's menjadi perusahaan raksasa yang memiliki lebih dari 470 toko di era-nya dan celana levi's telah menjadi pakaian standart orang muda amerika. Levi Strauss sekarang lebih dikenal dengan Levi's dimana nama tersebut merupakan singkatan dari Levi Strauss. Di saat tren celana jeans mulai melanda dunia fashion,banyak pesaing baru yang muncul.Salah satu pesaing yang bisa mengancam levi's adalah VF corporation,dengan tiga merek celana yaitu lee,wrangler,dan rustler.Tetapi pada tahun 1990 lev'is menguasai pangsa pasar 48,2% dalam kategori jeans,lee dan wrangler 22,1% "merek lain" menguasai 26,5% dan merek desainer mendapatkan 3,2%.Pada tahun 1998,pangsa pasar levi's menurun menjadi 25,0%,lee dan wrangler naik menjadi 31,9%,merek lain menguasai 22,7%,dan merek desainer naik menjadi 20,5%.Dunia telat terbalik pada penemu jeans.Kepimpinan pasar mereka telah menguap,begitu juga penjualan.Itu menunjukan bahwa para pesaing dari lei's mulai mengancam pasar jeans.
4 Merek Jeans
Pangsa pasar 1990
Pangsa pasar 1998
Levi's
48,2%
25%
Tabel 1.1 Penurunan pangsa pasar Levi's Sumber :Big Brands Big Trouble by Jack Trout
Pada awal mulanya di indonesia produk levi's yang masuk adalah jeans.Produk tersebut dijual melalui toko-toko retail,dimana toko retail tersebut menjual kembali ke beberapa outlet sehingga bercampur dengan merek lain.Tanpa diduga merek ini menjadi pilihan utama para masyarakat indonesia.Seiring dengan tingganya penjualan dam permintaan akhirnya pada tahun 1996 levi's resmi mumbuka toko toko resmi di Indonesia. Levi's masuk indonesia dengan 3 kategori yakni,women,men dan accesorries.Pada saat ini pertumbuhan jeans levi's di indonesia sangat baik,sehingga sering melampaui target pasar dari yang mereka tentukan. Di Indonesia merek levi's mulai terkenal sekitar tahun 1980, tetapi dengan harga jual yang hanya bisa dicapai oleh ekonomi tingkat menengah ke atas dan diatur oleh ritel-ritel indonesia. Situasi ini menmbuat banyak terjadi penumpukan sisa dalam penjualan di gudang diakibatkan terbatasnya jumlah gerai retail di indonesia. Dalam mengatasi hal ini PT levi staruss indonesia berusaha membuat kemitraan untuk memecahkan masalah. Dengan menjual secara global pada para pengusaha atau bisa dikatakan waralaba di indonesia. Tetapi dengan persyaratan membuka outlet pabrik untuk mendapatkan produk levi's. Pada tahun 2012 levi's mempunyai 31 original store di indonesia, dan akan menambah 5 - 6 store lagi di indonesia. Selain di toko original, Levi’s juga terdapat di departement store antara lain Sogo, Matahari, Seibu, dan Debenhams. Pada
5 kategori men atau celana jeans khusus laki-laki penjualan di indonesia adalah yang paling tinggi,sehingga kebanyakan pengguna produk ini adalah laki-laki
Penjualan
Lev'is
International
di
indonesia
juga
di
jual
kepada
Franchiser.Dari sekian banyak toko yang ada di Indonesia,hanya sekitar 80-an toko yang dikontrol langsung oleh levi's indonesia.Pesaing levi's di indonesia tidak hanya dari level intarnational tetapi juga dari lokal.Tetapi di indonesia levi's sudah menjadi leading brand di indonesia.Levi's mempunyai keuggulan di Indonesia,di mana konsumen merek levi's dikenal dengan kualitas dan daya tahan jeans yang awet. Jika mendengar atau melihat nama levi's akan mengingat sebuah jeans berkualitas.dan membuat merek levi's menjadi trademark jeans di indonesia. Hampir semua penjahit jeans yang ada di indonesiamenggunakan nama levi's dalam toko mereka,hal itu dikarenakan brand image yang sudah melekat pada levi's adalah sebuah jeans.
Gbobalisasi dari media yang masuk indonesia dari mancanegara berupa majalah-majalah mode dan gaya hidup sekitar tahun 1900-an, yang pada saat itu terbit dalam bahasa indonesia. Majalah-majalah itu diperuntukan untuk masyarakat wanita dan pria menengah ke atas. Dan menawarkan gaya hidup yang tidak mungkin terjangkau oleh kebanyaka masyarakat indonesia.Sehingga hanya orang kalagan menegah atas saja yang dapat bergaya dalam fahsion.
Dalam berpakaian sangatalah penting, supaya memberikan nilai tambah dimata orang lain. Dalam fashion banyak macam kelengkapan tubuh yang dapat dipakai oleh para konsumen. Salah satunya yang sudah menjamur saat ini adalah
6 trend jeans, dan merek yang sudah ternama dalam kategori jeans adalah levi's yang terkenal sebagai penemu jeans.
Levi's merupakan penemu atau inovator dalam kategori celana jeans, dan menjadi pemimpin pasar.Tetapi seiring pergantian zaman banyak desainer dan merek yang mulai lebih fokus di dalam kategori jeans. Levi's mulai kesulitan dalam menghadapi gempuran dari kompetitor lain, Sehingga pangsa pasar yang tadinya pada tahun 1990 sebesar 48,2% turun menjadi 25% pada tahun 1998. Penurunan ini disebabkan karena levi's terlalu terburu-buru dalam mencoba inovasi baru dan gagal dibandingkan kompetitornya. Sebagai contoh pada tahun yang sama pangsa pasar lee dan wrangler sebesar 22,1% dan tahun selanjutnya melewati levi's sebesar 31,9%.
Individu
bertindak
dan
bereaksi berdasarkanpersepsi mereka,
tidak
berdasarkan realitas yang objektif.Jadi,persepsi konsumen itu berbeda-beda,bukan hanya dari kualitas saja seperti apa yang difokuskan oleh levi's dalam mengembangkan produk dalam kategori celana jeans mereka. Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata - kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dan dampak dari negara pejualan). Persepsi pada sebuah merek dapat menimbulkan brand image yang positif atau negatif pada perusahaan.Pada P.T Levi's pandangan para konsmen pada produknya yaitu memiliki daya tahan yang baik dan kualitasnya tidak diragukan
7 lagi.Brand image yang baik dimata konsumen mengenai jeans levis menjadi pemimpin pasar di indonesia. Tetapi pada jaman sekarang levi's sudah mulai tertinggal oleh para pesaingnya sehingga orang yang dulu memakai levi's sudah berani membedakan jeans levi's dengan merek lain bahkan konsumen berani untuk berpindah ke merek lain. Perubahan gaya hidup yang berbeda dari taun ke tahun juga mempengaruhi persepsi konsumen terhadap suatu barang. Pada periode 2011-2013 di indonesia sedang trend Korea karena adanya K-Pop. Hal ini menyebabkan sebuah produk celana baru bernama Bean Pole Jeans yang berasal dari korea bisa melebihi penjualan dari levi's. Produk baru ini meningkat 30%, karena mereka menggunakan model dari bintang Korea itu sendiri. Persepsi konsumen jika memakai celana jeans ini akan mengikuti gaya dari idola mereka sendiri. Sedangkan Levi's di indonesia kurang cermat dalam membaca perkembangan trend di indonesia sehingga pada 2bulan terakhir penjualan mereka dilampaui oleh Bean Pole Jeans. Menghasilkan
pelanggan
yang
puas
saat
ini
tidaklah
cukup.Bagi
kelangsungan bisnis, menciptakan pelanggan yang loyal menjadi agenda penting bagi setiap perusahaan. Dengan kondisi market yang dinamis, produsen gencar mengeluarkan produk baru, dan dikombinasikan dengan trend masyarakat yang senang mencoba, maka menciptakan loyalitas merupakan tugas yang sangat berat. Loyalitas akan menjadi legenda dalam dunia service karena konsumen yang gemar mencoba hal yang baru. Loyalitas konsumen berbeda dengan perilaku pembelian berulang (repeat purchasing behavior).Perilaku pembelian berulang adalah tindakan pembelian berulang pada suatu produk atau merek yang lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan.Dalam loyalitas konsumen, tindakan berulang terhadap merek tersebut dipengaruhi oleh kesetiaan terhadap merek. Namun setiap konsumen yang setia bisa saja membandingkan dengan produk merek lain atau bisa dikatakan loyal dengan yang lain. Hal ini yang menyebabkan konsumen berfikir untuk melakukan pembelian ulang dikarenakan membandingkan produk yang sering ia beli dengan produk lain.
8
Minat adalah suatu keadaan dalam diri seseorang pada dimensi kemungkinan subjektif yang meliputi hubungan antar orang itu sendiri dengan beberapa tindakan.Minat beli ulang adalah suatu kecenderungan untuk melakukan pembelian lebih dari satu kali, setelah ada respon positif atas tindakan masa lalu.(Peter dan Olson, 2000; Sutisna, 2001). Pembeli yang merasa puas, maka akan melakukan pembelian ulang.
Definisi yang cukup baik dan sering menjadi acuan adalah definisi loyalitas yang diusulkan oleh Oliver (1999). Loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli kembali atau menjadi pelanggan kembali suatu produk yang lebih disukainya dimasa yang akan datang, dengan demikian menyebabkan pembelian ulang merek atau sejumlah merek yang sama meskipun pengaruh situasional dan usaha pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Perusahaan yang bergerak dibidang lifestyle haruslah mempertahankan loyalitas para konsumen nya. Pada pembahasan ini tentang jeans merk levi’s produk ini ingin menjadi salah satu brand yang memiliki loyalitas pelanggan yang tertinggi di pasar. Seiring munculnya brand brand baru dari luar negri maupun dalam negri yang menjual produk jeans timbulah suatu fenomena dimana sebagian konsumen yang sudah loyal terhadap Levi’s mulai beralih ke produk produk jeans pesaing, karena levi’s berfokus pada satu faktor yakni kualitas pada jeans tersebut tanpa memperhatikan inovasi produk Hal tersebut dapat kita lihat dari penurunan jumlah pelanggan pada produk Levi’s yang cukup signifikan pada kurun waktu 3 bulan terakhir pada kurun waktu july - september berdasarkan data dari PT. Levi Strauss.
9 Data ini diambil dari outlet yang berada di pondok indah. Bulan
Total
pelanggan Pelanggan lama
(Orang)
Persentase Pelangan lama
July
520
349
67,11%
Agustus
828
456
55,07%
September
960
510
53,12%
sumber:P.T Levi's Tabel 1.2 Penurunan Pelanggan lama P.T levi's (2013) Kedua outlet ini yang berada di jakarta selatan mengalami penurunan loyalitas pelanggan yang loyal. Pada outlet yang berada di pondok indah banyak pesaing levi's yang membuka outlet baru tetapi sudah bisa mempunyai pelanggan yang lebih ramai dilihat dari lapangan. Misalnya seperti Goods dept yang tidak hanya menyediakan berbagai macam produk tetapi juga membuat Goods cafe sehinggan membuat pelanggan merasa lebih nyaman. Faktor tersebut bisa menjadikan penurunan loyalitas pada levi's yang tadinya mau membeli levi's bisa beralih pada outlet baru tersebut. Begitu juga denga di lippo mall kemang, konsumen lebih banyak cenderung tertarik kepada sebuah produk baru, seperti topman , pull & bear dan zara misalnya. Image levi's yang vintage menjadi salah satu faktor mengapa para konsumen beralih pada kedua outlet tersebut. Pada pembahasan ini jeans merk levi’s produki ingin menjadi salah satu brand yang memiliki loyalitas pelanggan yang tertinggi di pasar. Seiring muncul nya brand brand baru dari luar negri maupun dalam negri yang menjual produk jeans timbulah suatu fenomena dimana sebagian konsumen yang sudah loyal terhadap levi’s mulai beralih ke produk produk jeans pesaing, karena levi’s berfokus pada satu faktor yakni kualitas pada jeans tersebut, Dalam jangka panjang loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar strategic (Kotler, 1987). Konsumen levi's yang loyal berpresepsi jika memakai celana jeans dengan merek levi's maka akan menambah nilai yang dimiliki oleh pelanggan tersebut,atau
10 bisa juga disebut nilai tambah yang memberikan perbedaan pada pandangan konsumen.Levi's memiliki nilai tambah berupa kulaitas di mata konsumen. Persepsi konsumen adalah suatu proses di mana seseorang menyeleksi, mengorganisir, dan menginterprestasi stimulus ke dalam suatu gambaran yang menyeluruh dan memiliki arti (Kotler,2003:173).Dengan makin banyaknya pilihan jeans yang beredar di pasaran bukan berati levi's tidak bisa kehilangan pelanggan mereka yang loyal. Di dalam perusahaan ini perubahaan gaya hidup dari tahun ke tahun dan persepsi
konsumen
yang
berbeda-beda
bisa
semakin
mengancam
dalam
mempertahankan loyalitas konsumen.Serta memberikan konsumen untuk berfikir ulang dalam membeli kembali dari produk yang sama. Berdasarkan masalah yang terjadi di atas maka kami terdorong untuk mengambil judul peelitian tentang " ANALISIS PENGARUH GAYA HIDUP DAN BRAND IMAGE TERHADAP MINAT PEMBELIAN ULANG DAN DAMPAKANYA
TERHADAP
LOYALITAS
PELANGGAN
PT
LEVI
STRAUSS DI OUTLET LIPPO MALL KEMANG DAN PONDOK INDAH MALL 2" 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada konsumen PT.LEVI'S dan aktivitas volume penjualan terpadat pada perusahaan ini.Supaya tidak menyimpang dari permasalahan yang ada maka penulisan membatasi ruang lingkup sebagai berikut: 1.Penelitian dilakukan terhadap pelanggan PT.LEVI'S 2.Data yang diperoleh peneliti berdasarkan penyebaran pada pelanggan perusahaan 1.3 Rumusan masalah
11 Berdasarkan latarbelakang yang dijelaskan sebelumnya ada beberapa masalah yang akann diteliti,antara lain: 1.Apakah gaya hidup dapat mempengarui minat beli ulang pada P.T Levi's? 2.Apakah persepsi konsumen dapat mempengaruhi minat beli ulang pada P.T Levi's? 3. Apakahgaya hidup dan persepsi konsumen secara simultan mempengaruhi minat beli ulang pada P.T Levi's? 4.ApakahGaya hidup dapat mempengaruhi loyalitas konsumen P.T Levi's? 5.Apakah persepsi konsumen dapat mempengaruhi loyalitas konsumen P.T Levi's? 6.Apakah ada pengaruh minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen pada produk P.T Levi's ? 7. Apakah ada pengaruh gaya hidup, persepsi konsumen dan minat beli ulang terhadap loyalitas konsumen pada produk P.T Levi's?
1.4 Tujan dan manfaat penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang disimpulkan sebelumnya,maka tujuan penelitian ini adalah: 1.4.1 Tujuan dan penelitian 1.Untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup dengan minat beli ulang pada P.T Levi's 2.Untuk mengetahui hubungan antara brand image dengan minat beli ulang pada P.T Levi's
12 3.Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan brand image secara simultan dengan minat beli ulang pada P.T Levi's 4.Untuk mengetahui hubungan gaya hidup terhadap loyalitas P.T Levi's 5.Untuk mengetahui hubungan brand image dengan loyalitas pelanggan pada P.T Levi's 6.Untuk mengetahui hubungan minat beli ulang terhadap loyalitas pelanggan pada P.T Levi's 7.Untuk mengetahui hubungan gaya hidup brand image
dan minat beli ulang
terhadap loyalitas pelanggan pada P.T Levi's
1.4.2 Manfaat penelitian 1.Bagi perusahaan a) Perusahaan dapat mengetahui pengaruh atribut produk,gaya hidup,dan brand image
terhadap minat beli ulang.
b) Perusahaan dapat menarik konsumen dalam minat beli ulang untuk menciptakan loyalitas
pada konsumen
2.Bagi pembaca a) Memberi informasi mengenai hubungan antara atribut produk,gaya hidup dan persepsi
konsumen terhadap minat beli ulang dan
dampaknya terhadap loyalitas konsumen
1.5 Penelitian terdahulu
13 1. This study emphasizes the importance of lifestyle and its influence on the consumer’s purchase behavior. The main purpose of this study is to empirically examine the association between the consumers’ general life styles and their consumption pattern. AIO measure was used to identify the lifestyle dimensions of the consumers. The study confirmed that there was a significant association between the lifestyle of the consumers and the brands of products used by them. From the study it was concluded that consumers often choose products, services and activities over other because they are associated with a certain lifestyle. The products are the buildings blocks of lifestyle, marketersshould therefore, have a complete idea of these changing lifestyles so as to segment them and position their products successfully.
Dari kesimpulan diatas diambil dari penelitian sebelumnya di teliti oleh Jayasree Krishnan (2011) di Int. Journal of Economics and Management 5(1): 283 – 298 (2011) dengan judul Lifestyle – A Tool for Understanding Buyer Behavior .Hasil yang didapat dari penelitian ini gaya hidup mempunyai dampak yang besar pada perilaku pembelian. Dari journal diatas dapat dikatakan bahwa dimensi dari gaya hidup itu adalah Activity , interest dan opinion (AIO).
2. ketatnya persaingan bisnis di bidang industri produk dan jasa, membuat perusahaan harus menciptakan sesuatu yang berbeda. Perusahaan dituntut untuk memiliki citra merek yang baik di mata konsumen, untuk membedakan satu perusahaan dengan produk yang lain. Merek tidak dapat ditiru apalagi citra merek yang baik yang tersimpan dalam benak konsumen. Jika citra merek dianggap positif bagi konsumen maka merek akan selallu diingat, diucapkan kepada orang lain, dan konsumen akan menjadi loyal dan berani membayar harga tinggi.
Kesimpulan dari penelitian yang diteliti oleh Heny Noor dalam jurnal manajemen Vol.10 No.3 april 2013 adalah untuk mengetahui, menganalisis, dan menjelaskan hubungan antara brand image terhadap loyalitas pelanggan pada farina beauty clinic
14
3. This study aims to understand the influence of consumer’s emotional response and social norm on repurchase intention. The subjects are university smoking students attaining legal age and .convenience sampling was used in collecting questionnaires. Structural equation modeling was employed to make confirmatory factory analysis and path analysis. The results showed that consumer’s emotional response and social norm have positive and negative influence on purchase intention respectively
Kesimpulan diatas pada
penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Lung-Yu
Chang dalan The Journal of International Management Studies, Volume 5, Number 2, August, 2010. Dengan judul The Influence of Consumer’s Emotional Response and Social Norm on Repurchase Intention: a Case of Cigarette Repurchase in Taiwan. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh respon emosional konsumen dan norma sosial pada niat pembelian kembali. Subyek yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah mahasiswa perokok. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa respon emosional konsumen dan norma sosial mempunyai
pengaruh positif dan negatif dalam proses niat
pembelian kembali.
4. In today's high competitive and globalize banking context, increasing Customer loyalty emerges as the most important challenges faced by marketers. Cultivating loyal customers is frequently argued to be the single most important driver of organizations’ long-term financial performance, which can lead to increased sales and customer share, lower costs, and higher prices. Therefore marketing scholars emphasize the influence of relationship marketing as a strategically important tool from which customer loyalty can be secured and, as a result, the attainment of higher competitiveness and enhanced customer satisfaction can be achieved. The purpose of this study is to empirically investigate the impact of relationship marketing orientation on customer loyalty. The study also aims to test the impact of demographic variables, in association with relationship marketing dimensions, on customer loyalty. The study was carried out in 2008 on a convenience sample of 450 respondents through the
15 distribution of structured questionnaires to bank customers within the area of Amman,Jordan. The data were factor analyzed to determine the key dimensions of relationship marketing orientation measurement scale. Results confirm that the fivedimensions scale (Bonding, trust, communication, satisfaction and commitment) possess adequate reliability and internal consistency as well as convergent validity. Results ofregression analysis show that relationship marketing orientation is significant in explaining the variation incustomer loyalty. In addition, sex and income displayed a significant impact on the relationship marketing-customer loyalty relationship. The findings contribute to understanding the relationships between different dimensions of relationship marketing orientation, customer loyalty and demographic variables; provide critical implications for bank managers; and highlight directions for future research.
Kesimpulan dalam penelitian sebelumnya dari International Journal of Marketing Studies Vol. 2, No. 1; May 2010 yang diteliti oleh Laith Alrubaiee dan nahla al-Nazer dengan judul Investigate the Impact of Relationship Marketing Orientation on Customer Loyalty: The Customer's Perspective. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari marketing orientation terhadap loyalitas konsumen. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji dampak dari variabel-variabel demografis , yang berkaitan dengan marketing orientation terhadap loyalitas konsumen. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa marketing orientasi mempunyai hubungan positif yang significan terhadap loyalitas konsumen.