1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelelahan kerja dapat mengurangi aktivitas yang akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan meneruskan pekerjaan secara maksimal. Kelelahan terbagi menjadi dua, yaitu kelelahan fisik dan kelelahan pikiran. Jelas tidak mungkin dipisahkan antara emosi yang stabil dan kesehatan mental dari kelelahan, karena konflik dan emosi berhubungan erat dengan kelelahan. Kelelahan merupakan faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan membuat kejenuhan dalam bekerja. Pengaruh kelelahan tidak hanya pada penurunan produktivitas, tetapi juga perubahan metabolisme tubuh, dan menimbulkan kejenuhan serta instabilitas emosi (negative mood) (Mursi, 1997). Kelelahan pada saat bekerja merupakan potensi terjadinya kecelakaan kerja karena menurunnya kewaspadaan kerja. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja sehingga menurunkan efisiensi serta produktivitas kerja. Kondisi lelah merupakan salah satu alasan seseorang mengalami mood yang negatif. Sifat emosional dapat dibedakan menjadi 2 sisi pokok, yaitu secara umum dan sewaktu melakukan pekerjaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kecelakaan sering terjadi pada individu yang sedang diliputi oleh keadaan emosional yang negatif, seperti sedih, takut, ragu-ragu, dan marah. Hubungannya dapat dijelaskan bahwa emosi biasanya akan mengganggu penggunaan kecerdasan
1
2
individu dan kemampuan-kemampuan khusus dalam menyelesaikan masalahmasalah kerja secara tepat. Keadaan emosi yang tidak stabil juga mengganggu proses penentuan kebijakan-kebijakan serta kemampuan membedakan dan membandingkan sesuatu. Terkadang menyebabkan kelalaian terhadap aturanaturan dan kehilangan konsentrasi. Sifat-sifat emosional mendorong individu melakukan kesalahan-kesalahan (Mursi, 1997). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan K3, maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, risiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah lelah (Sucipto, 2014). Di antara faktor terpenting pemicu kelelahan adalah kondisi lingkungan, misalnya cahaya dan udara. Hasil penelitian menyatakan bahwa produktivitas akan meningkat bila tempat bekerja diberi pencahayaan yang baik, menghindari silau, dan bayang-bayang karena kesalahan pengaturan cahaya. Pengaturan cahaya yang keliru akan mempengaruhi pekerjaan dan merusak mata. Pencahayaan yang baik dan tepat akan membantu tercapainya kenyamanan kerja. Pada pengaturan udara, sangat berpengaruh pada produktivitas pekerja. Pada penelitian di industri penenunan, panas atau lembabnya udara dapat menambah kelelahan pekerja, meskipun hal itu membantu ketahanan benang tenunan. Jika sirkulasi udara baik
2
3
dan cukup, maka kenyamanan bekerja akan tercipta, sehingga meningkatkan produktivitas tanpa membahayakan benang (Mursi, 1997). Job Safety Engineering (JSA) merupakan salah satu metode K3 yang menjelaskan pekerjaan berdasarkan urutan deskripsi kerja, dengan potensi bahaya dan pencegahannya, sehingga lebih fokus terhadap detail pekerjaan. JSA sendiri lebih kepada hubungan peralatan, mesin, dan manusia. Kansei Engineering (KE) dalam penelitian ini lebih kepada faktor verbal (mood manusia) untuk kelelahan, dan faktor lingkungan. KE sendiri, menurut Nagamachi (2010) memiliki definisi sebagai metode untuk mengartikan faktor verbal, non verbal, dan lingkungan manusia untuk membantu mengidentifikasi apa yang manusia butuhkan dan kepuasannya. Penggunaan JSA dan KE dalam penelitian ini adalah kombinasi untuk membuat alat kesehatan dan keselamatan kerja yang terdiri dari 4 aspek, meliputi peralatan, mesin, faktor manusia, dan faktor lingkungan. Faktor verbal KE sebagai bahan pertimbangan tambahan untuk dasar pembuatan JSA, sedangkan faktor lingkungan adalah untuk tambahan di JSA. Penelitian yang mengkombinasikan hasil JSA dengan KE sebelumnya belum pernah ada. Penelitian ini dilakukan di PT. Sarihusada Generasi Mahardika, yaitu salah satu perusahaan bidang pangan yang bergerak pada produksi susu untuk bayi, anak-anak serta ibu hamil. Pabrik SH (Sarihusada) terletak di Yogyakarta dan Klaten, pada penelitian ini dilakukan di SH Yogyakarta dan di bagian gudang. Pemilihan SH sebagai partner penelitian adalah karena perusahaan ini merupakan salah satu agroindustri menengah ke atas di Yogyakarta, dimana dari topik penelitian ini, output-nya diharapkan dapat menjadi usulan bagi perusahaan.
3
4
Walaupun, SH sendiri merupakan role model K3 tahun 2015 di Yogyakarta, dengan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang sudah diberlakukan sejak tahun 1997 dan selama 3,5 juta jam tercatat zero accident (Aditya, 2015). Metode kombinasi antara JSA dengan KE, diharapkan dapat memberikan sudut pandang K3 dari faktor lingkungan dan kelelahan (mood) pekerja. Di gudang SH Yogyakarta, pekerja dibedakan menjadi 2, yaitu pekerja operasional dan non operasional. Pekerja operasional terdiri dari tim (group leader, checker, dan 3 driver forklift), dengan hari kerja Senin-Minggu yang dibagi menjadi beberapa shift. Karyawan operasional ini turun langsung ke gudang. Sedangkan karyawan non operasional memiliki hari kerja Senin-Jumat dan bekerja di dalam ruang kantor gudang. Pemilihan gudang SH sebagai obyek penelitian, selain rekomendasi dari manajer bagian K3, juga karena sebenarnya walaupun tidak memberi nilai tambah kepada suatu produk, tetapi gudang merupakan salah satu tempat vital karena merupakan pusat aktivitas logistik dengan keadaan-keadaan yang tidak menentu, misalkan terjadinya penumpukan barang atau mobilisasi yang tinggi untuk mengangkut barang. Selain itu, untuk checker dan driver kesemuanya merupakan karyawan kontrak sehingga memiliki kecenderungan sulit diatur, padahal di gudang SH ini menggunakan forklift sebagai alat mobilisasi yang cukup berbahaya apabila tidak dikendalikan oleh operator yang tidak berwawasan luas. Jam sibuk gudang yang membuat mobilisasi kendaraan menjadi lebih tinggi, membuat potensi kecelakaan baik antar forklift, pejalan kaki, lingkungan, dan material juga semakin tinggi. Selain itu, setelah diukur faktor lingkungannya
4
5
(suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya), gudang memiliki nilai pengukuran di luar ambang batas untuk suhu (>28oC) dan intensitas cahaya (<100 lux). Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, persyaratan suhu adalah 18-28oC, dan persyaratan intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux di gudang.
B. Rumusan Masalah Kelelahan dapat meningkatkan tingkat kesalahan kerja dan menimbulkan potensi kecelakaan kerja. Kelelahan dapat menjadikan seseorang mengalami emosi yang negatif. Untuk mengetahui tingkat kelelahan para pekerja operasional di bagian gudang SH, maka dilakukan pengukuran kuesioner POMS (Profile of Mood States). Hasil tingkat kelelahan pekerja operasional yang paling besar dijadikan bahan pembuatan JSA (Job Safety Analysis), hal ini dikarenakan kelelahan dapat memicu kecelakaan kerja, sehingga harus diminimalkan kemungkinannya. Kemudian selain faktor kelelahan, faktor lingkungan juga mempengaruhi produktivitas pekerja, sehingga perlu dilakukan pengukuran terhadap suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya di gudang SH 1 Yogyakarta, serta usulan perbaikan yang dapat dilakukan.
C. Batasan Masalah 1.
Pekerja yang dijadikan objek penelitian adalah kelima pekerja operasional pada shift 1 bagian gudang SH Yogyakarta.
5
6
2.
Kuesioner POMS dibagikan 2 kali, pada saat akan bekerja (pukul 06.30 WIB) dan akan istirahat (11.00 WIB).
3.
Faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya.
4.
Pengukuran faktor lingkungan dibagi menjadi beberapa area karena area gudang yang sangat luas.
5.
JSA yang dibuat adalah jobdesk yang berdasarkan hasil perhitungan TMD (Total Mood Disturbance) kuesioner POMS yang paling banyak mengalami kenaikan skor.
D. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui tingkat kelelahan pekerja operasional bagian gudang SH Yogyakarta berdasarkan kuesioner POMS.
2.
Membuat JSA berdasarkan tingkat kelelahan pekerja operasional gudang SH Yogyakarta.
3.
Menganalisis kondisi lingkungan kerja dan usulan perbaikan yang dapat dilakukan di gudang SH Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian Memberikan usulan kepada perusahaan tentang JSA yang dibuat berdasarkan tingkat kelelahan yang paling besar, dan usulan perbaikan mengenai sirkulasi udara dan sistem pencahayaan gudang Sarihusada Yogyakarta.
6