BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arus globalisasi membuat negara-negara di dunia mau tidak mau harus melakukan berbagai cara demi mempertahankan eksistensinya di dunia internasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi itu adalah dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain baik secara bilateral, regional, maupun multilateral. Kerjasama ini penting dilakukan agar setiap negara bisa saling memenuhi kebutuhannya sekaligus memperkenalkan negaranya di kancah internasional. Salah satu negara yang saat ini sedang berada di puncak prestasi adalah Tiongkok. Setelah sempat terpuruk selama beberapa dekade, Tiongkok kini muncul di muka dunia dengan berbagai prestasi mengagumkan dalam bidang ekonomi. Kebangkitan ekonomi Tiongkok memberikan pengaruh besar terhadap hubungan Tiongkok dengan negara-negara di dunia, khususnya Indonesia. Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Tiongkok sendiri sempat mengalami fluktuasi ketika masa pemerintahan Presiden Soekarno berakhir dan digantikan oleh Soeharto pada tahun 1967. Paradigma ketertarikan menjalin hubungan diplomatik Indonesia saat pemerintahan Soekarno dengan Soeharto jelas saling bertabrakan satu sama lain. Ketika Soekarno memimpin, politik luar negeri Indonesia lebih condong ke Timur yang salah satunya Tiongkok (Jakarta-Beijing), bahkan bisa dikatakan pada 1
2
saat itu Soekarno begitu anti melakukan hubungan diplomatik dengan Barat. Namun berbeda dengan Soeharto yang begitu welcome dengan melakukan hubungan diplomatik bersama Barat khususnya Amerika Serikat dan sangat anti timur. Semenjak tahun 1967 dimana saat itu Indonesia telah berhasil mengusir komunisme di tanah air, hubungan diplomatik Indonesia dengan Tiongkok terputus hingga 23 tahun lamanya. 1 Meskipun sempat mengalami hubungan bilateral yang pasang surut pada masa sebelum dan sesudah orde baru, namun akhirnya pemerintah Tiongkok dan Indonesia mulai kembali melakukan normalisasi terhadap hubungan kerjasama kedua negara. Hal itu dibuktikan dengan berbagai bentuk kerjasama yang dilakukan Tiongkok dan Indonesia dalam berbagai bidang seperti bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya. Keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian kerjasama ACFTA (Asean China Free Trade Area) juga menjadi salah satu bentuk upaya Indonesia untuk memperbaiki hubungannya dengan Tiongkok disamping untuk meningkatkan perekonomian negara. Dengan kerjasama ini diharapkan hubungan Tiongkok dengan negaranegara di Asia Tenggara khususnya Indonesia akan semakin erat dan saling menguntungkan. Hubungan kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok berpengaruh pula terhadap penyebaran bahasa Mandarin di Indonesia. Apalagi penggunaan bahasa Mandarin kini menempati urutan kedua dalam penggunaan bahasa
1
Devi Anggraini. Hubungan Indonesia dengan Asia Timur (http://devi-anggraini-fisip12.web.unair.ac.id/artikel, diakses pada tanggal 15 Juni 2015).
3
internasional setelah bahasa Inggris.2 Selain itu bahasa ini juga menjadi salah satu bahasa resmi yang dipakai dalam forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). 3 Banyaknya pengusaha dan pekerja asal Tiongkok yang datang ke Indonesia untuk melakukan berbagai kesepakatan ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya membuat penguasaan terhadap bahasa Mandarin sangat diperlukan demi terserapnya berbagai informasi secara akurat dan maksimal lewat bahasa yang mudah dipahami satu sama lain. Menyadari akan pentingnya mempelajari bahasa Mandarin di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia kini mulai berlomba-lomba untuk menguasai bahasa Mandarin. Peminatnya tidak lagi terbatas pada kalangan etnis Tionghoa dan para pelajar saja, tetapi juga berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai kepentingan yang berbeda, baik itu untuk keperluan pendidikan, pekerjaan, maupun sekedar untuk memenuhi rasa ingin tahu terhadap salah satu bahasa tersulit di dunia ini. Semakin tingginya minat masyarakat untuk menguasai bahasa Mandarin
menimbulkan
semakin
banyak
lembaga
pendidikan
yang
mengadakan pengajaran bahasa Mandarin di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun hal ini baru populer di daerah perkotaan, namun peminatnya semakin bertambah dari waktu ke waktu. Sebagai akibat dari hal tersebut, di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta saat ini telah banyak ditemukan berbagai perguruan tinggi, sekolah swasta, 2 3
Azwar.2012. Bahasa Mandarin Menjadi Bahasa Kedua di Dunia (www. Kompasiana.com , diakses 23 Maret 2015). Tan Tiong Hwat. 2001. Bahasa Mandarin Modern Tingkat Dasar Jilid 1. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi.
4
lembaga kursus, bahkan perseorangan yang menawarkan berbagai pelatihan bahasa Mandarin. Hal ini didukung dengan banyaknya lulusan perguruan tinggi jurusan bahasa dan sastra Mandarin yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Meskipun maraknya peminat belajar bahasa Mandarin di beberapa daerah menjadi keuntungan tersendiri bagi para penyelenggara pendidikan bahasa Mandarin, namun hal ini tidak lantas berjalan tanpa kendala. Semakin banyak lembaga yang mengadakan pendidikan bahasa Mandarin, maka semakin tinggi pula permintaan terhadap pengadaan guru bahasa Mandarin. Banyaknya permintaan akan guru bahasa Mandarin tersebut salah satunya dibuktikan dengan banyaknya iklan di internet yang membuka lowongan menjadi guru bahasa Mandarin, khususnya sebagai guru privat. Dalam proses pembelajaran, ketersediaan tenaga guru
yang
berkualitas adalah hal yang sangat penting guna meningkatkan kualitas pengetahuan anak didik, begitu pula dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Meningkatnya jumlah peminat bahasa Mandarin menjadi tantangan bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga yang terkait dengan pendidikan bahasa Mandarin untuk memberikan layanan pendidikan bahasa Mandarin yang berkualitas sesuai tuntutan global. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah melalui pengadaan guru-guru bahasa Mandarin yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
5
Yogyakarta adalah salah satu kota yang memiliki peran dalam penyebaran bahasa Mandarin di Indonesia. Sebagai kota pelajar, Yogyakarta tidak kalah eksis dibanding kota-kota besar lainnya dalam mendukung tersebarnya bahasa Mandarin. Eksistensi bahasa Mandarin di kota Yogyakarta semakin terlihat dengan maraknya sekolah swasta yang memberikan pelajaran bahasa Mandarin baik di tingkat taman kanak-kanak (TK), SD, SMP, maupun SMA. Bahkan, lembaga-lembaga kursus, bimbingan belajar (bimbel), bahkan pengajar privat berlomba-lomba menarik peminat bahasa Mandarin. Sebagai salah satu upaya mengembangkan bahasa Mandarin di Yogyakarta, telah berdiri Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin (APPBMI) yaitu organisasi yang bertujuan menyebarluaskan pendidikan bahasa Mandarin melalui penugasan guru di sekolah-sekolah, serta meningkatkan mutu pengajar bahasa Mandarin di Yogyakarta. Keberadaan asosiasi ini sangat membantu dalam mengarahkan guru-guru bahasa Mandarin di Yogyakarta sehingga penyebaran guru bahasa Mandarin di Yogyakarta menjadi lebih merata. Ketua Asosiasi Pendidik dan Pengembangan Bahasa Mandarin (APPBIMI) DIY Nicodemus Sanny mengemukakan, sekolah Bahasa Mandarin semakin merebak seiring dengan banyaknya perusahaan asing yang membuka Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Meskipun perkembangannya di Yogyakarta belum sebanyak di Jakarta maupun Surabaya, namun bahasa mandarin di Yogyakarta sudah cukup meningkat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu di Yogyakarta
6
sendiri tenaga pengajar bahasa Mandarin ini masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya. Berdasarkan latar belakang diatas, kebutuhan guru bahasa Mandarin dinilai cukup tinggi dan mendesak melihat semakin luasnya penggunaan bahasa Mandarin saat ini di Indonesia, khususnya di daerah Yogyakarta. Maka sebagai sebuah organisasi yang menghimpun para pendidik bahasa Mandarin, APPBMI dinilai memiliki peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan guru bahasa Mandarin di lembaga pendidikan formal di Yogyakarta. Dalam tugas akhir ini penulis akan menguraikan bagaimana peran APPBMI Yogyakarta dalam upaya pemenuhan terhadap kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin di Yogyakarta yang meliputi sistem pengadaan tenaga, penempatan
guru
di
sekolah-sekolah,
serta
cara
APPBMI
untuk
meningkatkan kualitas guru yang tergabung daalm APPBMI. Selain itu akan dipaparkan juga berbagai kendala yang dihadapi APPBMI dalam upaya memenuhi kebutuhan guru bahasa Mandarin serta bagaimana langkah APPBMI dalam mengatasi kendala tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut : a. Apa yang disebut dengan APPBMI? b. Bagaimana pemenuhan kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin di Yogyakarta oleh APPBMI?
7
c. Apa saja kendala dalam penyediaan tenaga guru bahasa Mandarin di Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan tugas akhir ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : a. Menjelaskan pengertian APPBMI. b. Menjelaskan langkah APPBMI dalam pemenuhan kebutuhan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta. c. Menjelaskan beberapa kendala yang menghambat penyediaan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penulisan Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan bagi penulis, para mahasiswa jurusan Mandarin, dan pembaca pada umumnya mengenai apa yang disebut dengan Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia dan bagaimana peranan APPBMI dalam pengadaan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta agar pendidikan bahasa Mandarin bisa tersebar dengan merata di sekolah-sekolah. Selain itu, tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi bagi mahasiswa jurusan Mandarin maupun orang-orang yang tertarik untuk belajar bahasa Mandarin mengenai peluang dan prosedur untuk menjadi guru bahasa Mandarin di Yogyakarta, serta menjadi bahan referensi untuk penelitian dan penulisan karya ilmiah selanjutnya.
8
1.5 Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka Teknik pengumpulan data melalui metode studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai data tertulis yang meliputi buku-buku, skripsi, tesis, majalah, koran, dan berbagai artikel baik cetak maupun online yang berhubungan dengan informasi yang akan dibahas penulis. b. Wawancara Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi mengenai data-data yang diperlukan. Pertanyaan wawancara terutama ditujukan kepada ketua dan pengurus APPBMI DPD DIY dan beberapa pengajar bahasa Mandarin di Yogyakarta. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas akhir ini disusun dalam lima bab, yaitu : Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang yang menjadi alasan ketertarikan penulis untuk membahas masalah ini, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
9
BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Bab II terdiri atas dua bagian yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori. Tinjauan pustaka menjelaskan tentang berbagai hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk kemudian penulis jadikan sebagai pedoman dalam penulisan tugas akhir ini. Landasan teori menjelaskan tentang berbagai teori para ahli tentang pengertian pemenuhan kebutuhan dan pengertian guru dan teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan tersebut. BAB III Sekilas Tentang APPBMI DPD D.I Yogyakarta Pada bab ini akan dijelaskan sekilas mengenai sejarah berdirinya APPBMI di Yogyakarta, visi dan misinya, tujuan pembentukannya, serta anggotaanggotanya. BAB IV Peran APPBMI dalam Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Guru Bahasa Mandarin di Yogyakarta dan Kendalanya Bab ini membahas tentang peran APPBMI DPD DIY dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin di Yogyakarta yakni meliputi pengadaan tenaga guru, penempatan guru, dan peningkatan kualitas guru. Selain itu dalam bab ini dijelaskan pula kendala-kendala yang ditemui APPBMI dalam penyediaan guru bahasa Mandarin di lembaga pendidikan formal di Yogyakarta. BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis dalam tugas akhir ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka diperlukan dalam sebuah penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah penelitian yang akan dilaksanakan pernah dilakukan orang lain sehingga tidak terjadi duplikasi 4 . Tinjauan pustaka menguraikan tentang berbagai hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu berkaitan dengan tema pemenuhan terhadap kebutuhan guru. Bagian ini menjelaskan mengenai bagaimana penelitian dilakukan, termasuk pengumpulan data dan dimana letak persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dijelaskan dalam tugas akhir ini. Guru dipandang sebagai salah satu komponen penting dalam keberhasilan belajar mengajar. Penelitian yang bertema pemenuhan kebutuhan guru di sekolah pada dasarnya sudah banyak dilakukan. Namun demikian, berdasarkan pencarian penulis melalui berbagai sumber, penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan guru bahasa Mandarin belum dilakukan pada penelitian sebelumnya. Berikut ini ada beberapa hasil penelitian yang relevan dan penulis jadikan sebagai acuan dalam penulisan tugas akhir ini. Tugas akhir yang ditulis oleh Rina Hidayati berjudul Peran Asosiasi Pendidik
dan
Pengembang
Bahasa
Mandarin
di
Indonesia
dalam
Pengembangan Bahasa Mandarin di Yogyakarta. Dalam tugas akhir ini 4
Penyusunan Tinjauan Pustaka. (http://www.kti-skripsi.net/2009/06/penyusunan-tinjauan-pustaka.html, diakses 7 Mei 2015).
10
11
penulis memaparkan mengenai pentingnya keberadaan APPBMI sebagai suatu wadah organisasi yang mengorganisir pendidik, pengembang serta pemerhati bahasa Mandarin di Yogyakarta. Dalam hal ini, peran APPBMI tidak hanya mengorganisir para pakar yang peduli terhadap perkembangan bahasa Mandarin di Yogyakarta, tetapi juga mengadakan berbagai kegiatan yang menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan bahasa Mandarin seperti mengadakan kegiatan festival bahasa Mandarin dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan observasi. Sementara itu Erni Susiyawati dalam jurnal yang berjudul Pengadaan Guru Sekolah Dasar di Yayasan Hang Tuah Cabang Surabaya menjelaskan mengenai pentingnya sistem perekrutan dan penyeleksian tenaga guru di sekolah sebagai cara untuk mendapatkan tenaga guru yang berkualitas sesuai kebutuhan sekolah tersebut. Sistem perekrutan dan penyeleksian yang baik dan benar dengan memfokuskan perhatian terhadap kebutuhan sekolah merupakan tahap yang penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Jurnal ini juga menjelaskan mengenai cara perekrutan guru SD di Yayasan Hang Tuah Cabang Surabaya yang meliputi sumber internal dan eksternal, sementara itu proses seleksi guru meliputi seleksi administratif, wawancara, tes mengajar dan keputusan seleksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
12
Permasalahan yang hendak penulis bahas dalam tugas akhir ini masih berhubungan dengan peran APPBMI Yogyakarta. Namun yang membedakan penelitian ini dari penelitian yang sudah ada adalah tugas akhir ini secara khusus lebih membahas peranan APPBMI dalam hal pemenuhan kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin di lembaga pendidikan formal di Yogyakarta. Hal yang dibahas meliputi sistem perekrutan dan penempatan guru oleh APPBMI, serta upaya peningkatan kualitas guru bahasa Mandarin oleh APPBMI. Selain itu akan dipaparkan juga kendala yang menghambat pengadaan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta serta bentuk kerjasama APPBMI dengan berbagai instansi berkaitan dengan peran APPBMI tersebut.
2.2 Landasan Teori Untuk memperkuat sebuah penelitian diperlukan landasan teori yang menjadi dasar permasalahan yang dibahas sekaligus menjadi pedoman mengenai pemecahan persoalan tersebut. Permasalahan yang dibahas penulis dalam tugas akhir ini adalah mengenai pemenuhan kebutuhan guru sehingga teori yang dibahas masih seputar definisi peran, definisi guru secara umum, definisi kebutuhan, serta teori-teori pendukung lainnya. 2.2.1. Pengertian Peran Arti kata peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 854) berarti perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yg berkedudukan dalam masyarakat. Definisi tentang peran juga dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya di ungkapkan oleh Soekanto (1990: 268) bahwa peran adalah
13
aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang itu menjalankan suatu peran. Sementara itu menurut Soejono Soekamto, peran adalah suatu perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
kemasyarakatan. Pengertian selanjutnya dijelaskan oleh Biddle dan Thomas, bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.5 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa peran merupakan tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang berkaitan dengan posisi atau kedudukannya (status) dalam lingkungan. Rangkaian tugas yang berbeda antara satu status dengan status lainnya menghasilkan peran yang berbeda pula bagi pelakunya. Peran-peran yang tertanam dalam diri manusia menurut kedudukannya menjadi panduan untuk berperilaku dalam lingkungannya. Sebagai contoh dalam keluarga, seorang ayah akan memiliki peran yang berbeda dengan anaknya karena memiliki status yang berbeda pula. Peran ini membuat seorang ayah harus berperilaku sebagai seorang pelindung dan pendidik bagi anaknya, sementara seorang anak harus menaruh rasa hormat dan menuruti apa yang dinasihatkan sang ayah. Selain contoh tersebut masih 5
Abul Mufahir. 2013. Teori Peran dan Definisi Peran Menurut Para Ahli. (http://fahir-blues.blogspot.com/2013/06/teoriperan-dan-definisi-peran-menurut.html, diakses pada tanggal 2 Juli 2015).
14
banyak lagi contoh peran yang ada dalam masyarakat. Semua peran tersebut menuntut adanya tanggung jawab dari setiap pelakunya agar tercipta keseimbangan dalam tatanan masyarakat. 2.2.2 Pengertian Guru Pengertian guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sebuah kata benda yang berarti orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar. Setiap orang dewasa yang pekerjaannya mengajar bisa disebut sebagai guru, baik mengajarkan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan maupun di luar lembaga, mengajarkan ilmu pengetahuan seperti matematika, bahasa, ilmu pengetahuan alam, maupun mengajarkan keterampilan seperti belajar menjahit, memasak, menyetir dan lain-lain. Menurut Noor Jamaludin, guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.6 Definisi tersebut mencerminkan bahwa tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan agar siswa memiliki pengetahuan yang luas, tetapi juga mendidik siswanya secara psikologis agar dapat mencapai kedewasaan dan mampu berperan sebagai manusia yang mandiri namun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama manusia.
6
Shabri Shaleh Anwar. 2014. Teologi Pendidikan.. Tembilahan : Yayasan Indragiri. hlm. 174.
15
Sementara itu dalam Islam sebagaimana disebutkan oleh Al-Ghazali bahwa guru memiliki istilah dengan berbagai kata seperti al-mu’allimin (guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik) dan al-walid (orang tua). Mereka adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).
7
Pendapat ini lebih menegaskan lagi pengertian guru yang telah dikemukakan dalam teori sebelumnya disebutkan diatas. Seorang guru bukan hanya sebagai pen-transfer pengetahuan, tetapi juga layaknya orang tua yang harus memiliki perhatian terhadap perkembangan anak serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orang tua dinilai sebagai guru pertama dan utama bagi anakanaknya. Namun ketika di sekolah, guru lah yang bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan anak-anak. Maka tidak salah jika tanggung jawab seorang guru sangat besar dan mulia. Pernyataan guru sebagai pendidik di tegaskan pula dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen :
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional artinya suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam sains dan teknologi 7
Ibid., hlm. 174.
16
pembelajaran
yang
digunakan
sebagai
perangkat
dasar
kemudian
diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat (Trianto, 2010: 31). Sebagai seorang profesional, seorang guru harus mampu menjadi sosok yang layak untuk “digugu dan ditiru”. Oleh karena keberadaan guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik, maka seorang guru hendaknya membekali dirinya dengan berbagai kompetensi. Menurut Trianto, M.Pd. (dalam buku Pengantar Penelitian Pendidikan dalam Pengembangan Profesi Pendidikkan & Tenaga Kependidikan: 21), kompetensi adalah kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi juga diartikan sebagai kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan, maupun profesinya. Selain itu, kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibakukan yang direfleksikan di dalam bertindak dan bertingkah laku. Berdasarkan pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi pada dasarnya menyangkut kemampuan ranah (aspek) dasar manusia, yaitu ranah kognitif (intelegensi), afeksi (sikap), psikomotori (perilaku), dan transedental (moral-religius). Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada empat, yaitu : (a) kompetensi
pedagogis;
(b)
kompetensi
kepribadian;
(c)
kompetensi
profesional; dan (d) kompetensi sosial (Trianto, 2010: 21). Guru yang telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh Undang-undang tersebut diharapkan dapat menghayati perannya sebagai
17
seorang pendidik demi meningkatkan kualitas peserta didik. Dengan demikian, cita-cita nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud. Presiden Vietnam, Ho Chi Min mengatakan “No teacher, no education” atau tanpa guru tidak ada pendidikan (Surya, 2006: 43). Moto tersebut seakan menjadi sebuah keputusan yang tidak dapat diganggu gugat dan menjadi sebuah kesimpulan bahwa adanya guru dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan, maka
jika ketersediaan guru untuk di
tempatkan di suatu lembaga pendidikan masih terjadi kekurangan atau ketidak merataan, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh penyelenggara Pendidikan Nasional. 2.2.3. Pengertian Kebutuhan Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan.8
Murray mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut: kebutuhan adalah sebuah konstruk yang menunjukkan “sebuah dorongan dalam wilayah otak” yang mengatur berbagai proses seperti persepsi, pikiran, dan tindakan dengan maksud untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Sebuah kebutuhan dapat diakibatkan oleh proses internal namun lebih dari sepuluh distimulasi oleh faktor lingkungan. Secara umum, sebuah kebutuhan disertai oleh perasaan tertentu atau emosi dan ia memiliki sebuah cara khusus untuk 8
Kebutuhan ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan , diakses 14 Mei 2015 ).
18
mengekspresikan dirinya dalam mencapai resolusi.
9
Secara sederhana,
kebutuhan dapat diartikan sebagai timbulnya perasaan kekurangan yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal dan menuntut untuk dipenuhi agar dapat melanjutkan hidupnya. Abaraham Maslow yang terkenal dengan teori hirarki kebutuhan membagi jenis kebutuhan ke dalam
lima tingkatan. Kelima tingkatan
kebutuhan tersebut yaitu: kebutuhan fisiologis; kebutuhan keamanan; kebutuhan cinta, sayang, dan kepemilikan; serta kebutuhan aktualisasi diri. Teori hierarki kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Muhammad Rusli Malik manusia mempunyai empat kebutuhan utama yang memancar lewat potensi-potensi dasar yang dimilikinya. Keempat kebutuhan tersebut ialah: kebutuhan jasmani, kebutuhan intelektual, kebutuhan sosial, dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak muncul begitu saja, mereka punya sumber di dalam diri kita masingmasing. Sumber dimana kebutuhan itu muncul dinamakan potensi. Maka praktis manusia sekaligus punya empat potensi :
1. Potensi raga yang ( melahirkan kebutuhan fisik).
2. Potensi nalar (yang melahirkan kebutuhan intelektual).
3. Potensi emosi (yang melahirkan kebutuhan sosial). 9
Muhamamad Saidi. Teori Kebutuhan Menurut Maslow (http://saidibindarwan.blogspot.com2014/08/teori-kebutuhanmenurut-maslow-gardner.html, diakses 12 Mei 2015).
19
4. Potensi rohani (yang melahirkan kebutuhan spiritual).
Banyaknya jenis kebutuhan yang harus dipenuhi membuat manusia memerlukan suatu upaya untuk memenuhinya. Sifat dari setiap jenis kebutuhan yang berbeda membuat cara pemenuhannya pun tidak sama. Misalnya seseorang yang merasa lapar, maka harus makan, orang yang sakit harus berobat, dan sebagainya.
Dalam konteks pendidikan, kasus kekurangan guru merupakan salah satu contoh kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah maupun pihakpihak
lain
yang
terkait.
Guru
diibaratkan
sebagai
jembatan
yang
menghubungkan peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu semakin terpenuhi jumlah dan kualitas guru yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, maka semakin lancar pula proses transfer ilmu pengetahuan dan penanaman nilai-nilai positif bagi peserta didik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah guru dan semakin buruk kualitas seorang guru, maka akan buruk pula kualitas siswa yang dihasilkan. Maka dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal, keberadaan dan peran pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan guru dinilai memiliki peran yang cukup penting demi menghasilkan kualitas belajar mengajar yang berkualitas.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Mandarin di Indonesia, guru bahasa Mandarin merupakan sumber daya manusia yang sedang banyak dicari. Pesatnya peningkatan jumlah peminat bahasa Mandarin terutama di kota-kota
20
besar di Indonesia dapat dilihat dari banyaknya iklan lowongan pekerjaan untuk menjadi guru bahasa Mandarin yang bisa ditemukan, terutama di internet.
Dalam tugas akhir ini, APPBMI Yogyakarta sebagai wadah yang menghimpun dan mengorganisir tenaga guru bahasa Mandarin memiliki peranan yang cukup penting dalam menyediakan tenaga guru yang unggul dalam kualitas dan cukup secara kuantitas untuk disebarkan ke lembagalembaga pendidikan yang membutuhkan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta.
BAB III SEKILAS TENTANG APPBMI DPD DIY
3.1 Sejarah Berdirinya APPBMI DPD DIY Setelah
33
tahun
warga
Tionghoa
tidak
bisa
merayakan
kebudayaannya di depan umum, angin segar kemudian datang setelah reformasi. Presiden Abdurrahman Wahid (presiden saat itu) mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 yang isinya mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa (I.Wibowo dan Thung Ju Lan, 2010:210-211). Dari situlah etnis Tionghoa mulai memiliki ruang gerak yang lebih bebas untuk mengekspresikan budaya mereka, kepercayaan, serta termasuk di dalamnya kebebasan menggunakan bahasa Mandarin. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia, Inny C.Haryono dalam berita Harian Jogja (Rabu, 2 November 2011), minat masyarakat untuk mempelajari bahasa Mandarin sudah terlihat sejak tahun 1990-an, hanya saja ketika itu mereka mempelajari bahasa Mandarin dengan sembunyi-sembunyi karena ada larangan dari pemerintah. Melihat kondisi tersebut, dirinya khawatir perkembangan bahasa Mandarin tidak akan terarah dan dapat memicu konflik antara warga Tionghoa dan pemerintah. Perjuangan mengembangkan bahasa Mandarin dirintis Inny melalui pendirian lembaga kursus bahasa Mandarin. Inny kemudian diberi 21
22
kesempatan
oleh
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
untuk
mengembangkan bahasa Mandarin melalui pembentukan subkonsorsium pada tahun 2001. Pada perkembangan selanjutnya, Kementrian Pendidikan kemudian kembali memberikan kepercayaan kepada Inny untuk membentuk Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin (APPBMI). Pada tanggal 2 Mei 2009, berdirilah APPBMI pusat yang beralamat di Jalan Boulevard Artha Gading Blok A7A Nomor 1, Kelapa Gading Jakarta Utara dengan diketuai oleh Dr. Inny C. Haryono, M.A. APPBMI merupakan kepanjangan dari Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia. Berdasarkan pernyataan yang tertuang dalam anggaran dasar, APPBMI adalah organisasi profesi yang menghimpun seluruh pendidik dan pengembang bahasa Mandarin di Indonesia yang diakui pemerintah, yang bersifat mandiri dan dijiwai oleh semangat pengabdian demi kemajuan bangsa. Penguasaan bahasa Mandarin dewasa ini memang merupakan salah satu kebutuhan yang harus dikuasai oleh masyarakat Indonesia demi menyongsong Asean China Free Trade Area (ACFTA). Maka dengan mengemban visi mulia yaitu meningkatkan pendidikan bahasa Mandarin di Indonesia dan mencetak lulusan sesuai tuntutan era global, APPBMI yang merupakan himpunan para pakar, pendidik dan pemerhati bahasa Mandarin bertekad untuk membantu pemerintah dalam menyebarkan bahasa Mandarin seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia.
23
Demi mewujudkan tujuannya, APPBMI pusat kemudian membentuk Dewan Pimpinan Daerah APPBMI di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Sebelumnya di Yogyakarta sendiri telah berdiri suatu organisasi serupa bernama Paguyuban Guru Bahasa Tionghoa Yogyakarta yang berdiri pada tanggal 4 Juli 2001 serta dibantu oleh Badan Koordinasi Bahasa Tionghoa Daerah Istimewa Yogyakarta (BAKOR) yang terbentuk pada tahun 2006. Paguyuban Guru Bahasa Tionghoa Yogyakarta pada dasarnya memiliki fungsi dan tujuan yang hampir sama dengan APPBMI yaitu sebagai suatu wadah perhimpunan guru-guru bahasa Mandarin. Hanya saja fungsi Paguyuban Guru pada waktu itu lebih sebagai tempat saling tukar menukar informasi saja bagi guru-guru bahasa Mandarin yang ada di Yogyakarta mengenai pendidikan bahasa Mandarin dan pengadaan buku-buku pelajaran bahasa Mandarin yang memang masih sulit didapatkan. Agak berbeda dengan APPBMI, kemampuan organisasi Paguyuban Guru tidaklah seluas APPBMI. Paguyuban tidak pernah melakukan pelatihan untuk guru-guru ataupun bekerjasama dengan pihak-pihak luar karena kondisi pada waktu itu tidak memungkinkan. Selain itu paguyuban ini juga berperan dalam penyediaan guru bahasa Mandarin di Yogyakarta yang nantinya akan diarahkan dan disebar ke sekolah-sekolah di Yogyakarta yang membutuhkan guru bahasa Mandarin. Paguyuban Guru pada masa awal berdirinya terdiri dari 20 orang
24
Tionghoa yang mengajar dan memiliki perhatian lebih terhadap bahasa Mandarin.10 Pada tanggal 10 April 2011 dikeluarkan surat instruksi dari APPBMI Dewan Pimpinan Pusat dengan Nomor: Kep.079/APPBMI/III/2011 yang berisi perintah untuk membentuk APPBMI Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka membantu Dewan Pimpinan Pusat menjalankan program kerjanya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka pada tahun 2011 Paguyuban Guru Bahasa Tionghoa Yogyakarta (PBTY) melebur dan berganti nama menjadi Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia Dewan Perwakilan Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta (APPBMI DPD DIY) dengan diketuai oleh Nicodemus Sanny. 11 APPBMI DPD DIY atau sering disebut APPBMI Yogyakarta selanjutnya mulai aktif melaksanakan kegiatannya pada tahun 2012. Dalam melaksanakan tugasnya, APPBMI Yogyakarta bekerjasama dengan
Badan
Koordinasi
Bahasa
Mandarin
Yogyakarta,
beberapa
universitas di Yogyakarta, serta dengan sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa Mandarin untuk bersama-sama mengembangkan pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta. Sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan diakui keberadaannya oleh Dinas Pendidikan Republik Indonesia, APPBMI Yogyakarta berkomitmen untuk terus berusaha
10 11
Wawancara dengan Adi Wirawan, dosen senior bahasa Mandarin UGM pada tanggal 8 Juni 2015 Wawancara dengan ketua APPBMI Yogyakarta, Nicodemus Sanny pada tanggal 23 April 2015.
25
meningkatkan kinerjanya dalam upaya menyebarkan bahasa Mandarin di Yogyarakta, serta kepada seluruh masyarakat di Indonesia pada umumnya. 3.2 Lokasi Kantor APPBMI DPD DIY Sekretariat APPBMI Yogyakarta beralamat di Jalan Poncowinatan Nomor 20, sebelah utara pasar Kranggan, Yogyakarta. Bangunan yang ditempati APPBMI ini juga merupakan kantor sekretariat bagi BAKOR, organisasi JCACC ( Jogja Chinese Art And Culture Centre), sekretariat Yayasan Bhakti Loka Yogyakarta, YPMJ (Yayasan persaudaraan Masyarakat Jogja), dan sekretariat Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa) Yogyakarta. Sekretariat APPBMI dan BAKOR sendiri berada dalam satu ruangan yang sama dengan hanya dipisahkan oleh meja kerja. 3.3 Visi dan Misi APPBMI DPD DIY Visi dan misi Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin Indonesia adalah sebagai berikut : Visi : Menyebarluaskan bahasa Mandarin di Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan meningkatkan mutu pendidik agar dapat mencetak lulusan sesuai dengan tuntutan era global. Misi : 1. Mengorganisir para pakar dan pemerhati bahasa Mandarinuntuk bersamasama
membantu
pemerintah
(Departemen
Pendidikan
Nasional)
melaksanakan kebijakan penyebarluasan bahasa Manadarin di Indonesia.
26
2. Membantu pemerintah menyusun standarisasi pengelolaan lembaga pendidikan dalam hal cara pengajaran, pengujian, dan penilaian dalam rangka membangun sistem pengajaran Mandarin yang utuh, sistematis dan ilmiah. 3. Membantu pemerintah menyusun pola standarisasi berbagai profesi pendidik dan meningkatkan kemampuan profesionalitas guru bahasa Mandarin. 4. Dari waktu ke waktu melaksanakan kegiatan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan. 3.4 Tujuan Pembentukan APPBMI DPD DIY Tujuan didirikannya Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia adalah: 1. Menjalin kerjasama dengan instansi, organisasi dan lembaga di dalam dan luar negeri untuk memfasilitasi tercapainya misi asosiasi. 2. Membina pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) agar melaksanakan kebijakan Asosiasi di daerah masing-masing secara sinkron, disiplin dan efektif. 3.5 Anggota APPBMI DPD DIY Pada dasarnya keanggotaan APPBMI tidak dibatasi hanya untuk orang Tionghoa saja atau para guru bahasa Mandarin saja. Siapapun yang tertarik untuk mengembangkan bahasa Mandarin diperbolehkan menjadi anggota APPBMI.
27
Sesuai dengan namanya, anggota APPBMI terdiri dari para pendidik dan pengembang bahasa Mandarin. Para pendidik merupakan guru-guru bahasa Mandarin baik yang aktif mengajar maupun yang sudah tidak aktif. Guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah di Yogyakarta secara otomatis menjadi anggota APPBMI. Sementara itu yang dimaksud pengembang adalah para pemilik sekolah maupun lembaga kursus yang ingin mengembangkan bahasa Mandarin di lembaga mereka khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Hingga saat ini jumlah anggota APPBMI Yogyakarta secara keseluruhan tercatat berjumlah 58 orang, namun anggota yang masih aktif dalam organisasi hanya sekitar 25 orang. 3.6 Susunan Kepengurusan APPBMI DPD DIY Susunan kepengurusan APPBMI DPD DIY untuk tahun 2014/2015 adalah sebagai berikut: Dewan Pengawas
: Jimmy Sutanto Setiabudi Gunawan
Ketua
: Nicodemus Sanny
Wakil ketua
: Melina Silvana
Sekretaris
: Visca Novita Yetty Herlina
Bendahara
: Yuni Lestari Budi Irawan
Seksi Pendidikan
: Sri Andayani
Seksi Humas
: Daniel Setiawan
BAB IV PERAN APPBMI DPD DIY DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GURU BAHASA MANDARIN DI YOGYAKARTA DAN KENDALANYA
4.1 Peran APPBMI dalam Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Guru Bahasa Mandarin di Yogyakarta Semakin banyaknya lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Mandarin di Yogyakarta dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang positif bagi pendidikan bahasa Mandarin di kota ini. Kemajuan perkembangan pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta tersebut menuntut adanya upaya-upaya dari pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan bahasa Mandarin untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai demi terselenggaranya pendidikan bahasa Mandarin yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Salah satu kebutuhan utama pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta saat ini adalah tersedianya tenaga guru yang berkompeten untuk mengajarkan bahasa Mandarin dengan metode pengajaran yang benar. Dalam hal ini Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia Dewan Pimpinan Daerah-Daerah Istimewa Yogyakarta (APPBMI DPD DIY) sebagai satu-satunya lembaga yang bergerak langsung dalam dunia pendidikan bahasa Mandarin memiliki peran yang penting dalam memenuhi kebutuhan tenaga pengajar bahasa Mandarin di Yogyakarta. APPBMI sebagai wadah perhimpunan para pendidik bahasa
28
29
Mandarin di Yogyakarta berperan aktif dalam upaya memenuhi kebutuhan guru dilembaga-lembaga tersebut, khususnya pada lembaga pendidikan formal tingkat SD sampai SMA. Adapun peran APPBMI Yogyakarta dalam pemenuhan kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin merupakan kelanjutan dari tugas Paguyuban Guru yakni berkoordinasi dengan pihak-pihak sekolah yang ada di Yogyakarta yang ingin mengadakan pelajaran bahasa Mandarin dengan menugaskan anggotanya untuk mengajar di sekolah-sekolah tersebut. Jika diuraikan, peran tersebut meliputi pengadaan guru, penempatan guru di sekolah-sekolah, serta peningkatan kualitas guru.
4.1.1
Pengadaan dan Penempatan Tenaga Guru Bahasa Mandarin di Sekolah Menyediakan tenaga guru dan mengalokasikannya ke sekolah-
sekolah merupakan salah satu prioritas APPBMI Yogyakarta. Namun dalam hal ini, APPBMI bukanlah sebagai lembaga pencetak pendidik bahasa Mandarin, namun lebih sebagai wadah penghimpun dan penyalur guru-guru tersebut. Adapun sumber-sumber pengadaan guru oleh APPBMI diperoleh dari beberapa sumber. Selain memberdayakan anggota APPBMI yang sudah bergabung sejak lama untuk mengajar di sekolah, APPBMI juga mendapatkan guru-guru baru dari dua sumber lainnya, yakni dari Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BAKOR) dan dari universitas di Yogyakarta yang memiliki prodi bahasa Mandarin.
30
a. Pengadaan guru melalui Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BAKOR) Sumber pengadaan guru yang pertama adalah dari Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Mandarin (BAKOR). Guru yang diperoleh dari BAKOR merupakan para penerima beasiswa pendidikan ke Tiongkok. Beasiswa ini disediakan oleh BAKOR berkat kerjasama BAKOR dengan pihak Tiongkok. Rata-rata beasiswa yang diberikan adalah beasiswa penuh yakni biaya pendidikan dan uang saku, meskipun sebagian ada juga yang hanya memberi biaya penididikan saja. Para penerima beasiswa ini otomatis terikat kontrak dengan APPBMI Yogyakarta untuk menjadi pengajar di Yogyakarta selama kurun waktu yang ditentukan. Adanya kerjasama dengan BAKOR ini membuat APPBMI sangat
terbantu
dalam
menyediakan
tenaga
guru.
Selain
mendapatkan tambahan jumlah guru karena para penerima beasiswa terikat kontrak mengajar, guru-guru tersebut juga memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan guru yang tidak belajar langsung di Tiongkok. b. Pengadaan guru dari Universitas Sumber tenaga guru yang kedua yakni dari universitas. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tinggi di Yogyakarta yang memiliki jurusan bahasa
31
Mandarin. Meskipun jurusan bahasa Mandarin di UGM baru ada di tingkat Diploma dan bukan bidang ilmu pendidikan, namun keberadaan jurusan bahasa Mandarin ini cukup membantu dalam menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan APPBMI. Tenaga guru dari jurusan D3 Bahasa Mandarin UGM bukan hanya yang telah lulus kuliah, tetapi juga mahasiswa UGM yang masih aktif kuliah sehingga hanya bisa mengajar part time. Hubungan kerjasama antara APPBMI dan Universitas Gadjah Mada sendiri telah dilakukan sejak tahun 2013. Kerjasama ini
dituangkan
dalam
naskah
perjanjian
kerjasama
yang
ditandatangani oleh Direktur Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Ir. Hotma Prawoto dan Ketua Asosiasi Pendididk dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia DPD D.I Yogyakarta pada tanggal 10 Januari 2013. Sesuai dengan isi naskah perjanjian kerjasama tersebut, tujuan adanya kerjasama ini adalah untuk meningkatkan hubungan kelembagaan antara kedua belah pihak dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Adapun bentuk kerjasama yang dilakukan antara lain dalam bentuk tukar menukar tenaga ahli; pemagangan; pelatihan dan penataran pendidik bahasa Mandarin; seminar dan kegiatan lainnya yang disetujui kedua belah pihak. Hal ini tertulis dalam naskah perjanjian kerjasama
32
Manfaat dari kerjasama APPBMI dan UGM dapat dirasakan langsung oleh kedua belah pihak. Salah satu manfaatnya adalah APPBMI terbantu dalam pengadaan sumber daya manusia atau tenaga guru, sementara itu manfaat secara langsung juga dirasakan
oleh
mahasiswa
jurusan
D3
Bahasa
Mandarin
Universitas Gadjah Mada karena memiliki kesempatan mengajar meskipun masih aktif kuliah. BAKOR dan Universitas Gadjah Mada memang menjadi sumber utama pengadaan tenaga guru bahasa Mandarin bagi Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia DPD D.I Yogyakarta, namun demikian sebenarnya kesempatan untuk menjadi pengajar bahasa Mandarin di Yogyakarta sendiri terbuka untuk umum asalkan calon pengajar tersebut bisa berbahasa Mandarin. Siapapun yang berminat mengajar dapat terlebih dahulu mendaftar ke sekretariat APPBMI di Jalan Poncowinatan Nomor 20. Adapun syarat pendaftarannya antara lain : a. Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan. b. Menyerahkan sertifikat Hànyǔ Shǔipíng Kǎoshì (HSK) minimal level 3 atau bisa diganti dengan ijazah pendidikan terakhir. c. Menyerahkan foto ukuran 3x4 cm. d. Membayar iuran anggota sebesar Rp. 10.000.
33
4.1.2 Penempatan Guru di Sekolah Setelah mendaftar, anggota baru biasanya belum bisa mengajar tetap di sebuah sekolah, tetapi masih berstatus sebagai guru pengganti sekitar 1 hingga 2 minggu pertemuan. Hal ini dianggap sebagai ajang pelatihan bagi guru baru, khususnya bagi yang sebelumnya belum pernah mengajar di sekolah. Setelah ada kecocokan antara guru dan pihak sekolah, barulah guru dapat menjadi pengajar tetap di sekolah tersebut. Berkaitan
dengan
bahan
ajar,
guru
APPBMI
diharuskan
menggunakan buku pelajaran yang sudah disediakan oleh APPBMI. Dengan demikian, standar pengajaran yang diberikan di sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan APPBMI akan sama satu dengan yang lain. Hal yang membedakan hanyalah standar pengajaran untuk setiap tingkatan pendidikan, misalnya standar pengajaran untuk anak SMP kelas VII akan berbeda dengan standar pengajaran untuk SMA kelas X. Sementara itu dalam hal kualitas guru, tentu setiap sekolah pun mengharapkan tersedianya tenaga guru yang berkompeten untuk mengajar di sekolahnya. Terkadang sekolah menentukan sendiri guru dengan level HSK berapa yang dimintanya. Meski begitu hal itu juga harus disesuaikan dengan kesanggupan sekolah untuk memberi gaji bagi guru tersebut. Jika sekolah menginginkan guru dengan level HSK tinggi, maka sekolah tersebut juga harus sanggup membayar honor lebih tinggi daripada guru level HSK standar, barulah kemudian guru yang diminta bisa ditempatkan di sekolah tersebut. Namun jika sekolah tidak sanggup membayar sesuai
34
ketetapan, maka mau tidak mau yang ditugaskan di sekolah itupun guru dengan level HSK standar. Honor guru APPBMI ditetapkan oleh APPBMI berdasarkan level HSK dan jumlah jam pelajaran yang dipegang guru. Penentuan besaran honor ini juga disesuaikan dengan biaya hidup di Yogyakarta. Adapun standar honor guru bahasa Mandarin APPBMI D.I Yogyakarta untuk tahun ajaran 2015-2016 adalah : Level HSK Lama
Level HSK Baru
Honor/ Jam Pelajaran
-
1-2
Rp 40.000
1-3
3
Rp 60.000
4-5
4
Rp 90.000
6-8
5
Rp 120.000
9-11
6
Rp 150.000
Lulus Diploma Tiongkok setara dengan level HSK 4 baru Lulus sarjana Tiongkok setara dengan level HSK 5 baru
Tabel 1. Honor Guru bahasa Mandarin tahun 2015-2016 Sumber : data sekretariat APPBMI DPD DIY
Pada tahap selanjutnya, ada evaluasi yang dilakukan oleh sekolah terhadap guru-guru yang mengajar di lembaganya. Evaluasi biasanya diberikan dalam bentuk kuesioner yang dibagikan APPBMI ke sekolah pada setiap akhir tahun ajaran. Hasil evaluasi tersebut akan dibahas dalam rapat yang diselenggarakan APPBMI beserta anggotanya. Evaluasi ini
35
dilakukan guna mengetahui apakah mata pelajaran bahasa Mandarin di setiap sekolah akan diadakan lagi pada tahun berikutnya atau tidak, mengetahui jumlah jam pelajaran bahasa Mandarin tahun depan, serta mengoreksi jika ada keluhan-keluhan mengenai guru yang mengajar di sekolah tersebut. Hasil dari evaluasi tersebut adalah keputusan untuk tetap bekerjasama dalam pengadaan guru atau tidak di tahun berikutnya dan keputusan mengenai perlu atau tidaknya guru bahasa Mandarin yang bersangkutan diganti dengan guru yang lain. 4.1.3
Peningkatan Kualitas Guru Kehidupan global bukan hanya memberikan tantangan tetapi juga
membuka peluang-peluang baru di masyarakat dan bangsa. Sistem pendidikan nasional kita juga tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global (Handayani, 2008:21). Untuk menghadapi tantangan kehidupan global saat ini, menyediakan pendidikan dengan bimbingan seorang guru yang berkualitas merupakan salah satu syarat utamanya. Sejak tahun 2000 bermunculan penutur bahasa Mandarin yang secara “kilat” menjadi pengajar, karena tenaganya memang dibutuhkan di sekolah-sekolah dan kursus. Padahal kualitas mereka dari sudut tingkat intelektualitas, pedagogi, teknik mengajar cukup diragukan (Sutami, 2007: 234).
36
Kebutuhan tenaga guru bahasa Mandarin yang cukup mendesak di Indonesia, khususnya di Yogyakarta memang tidak jarang membuat pihak lembaga pendidikan kesulitan menemukan tenaga guru yang benar-benar berkompeten dalam bidang pendidikan bahasa Mandarin. Tidak jarang ditemukan guru-guru tersebut bukanlah lulusan ilmu pendidikan bahasa Mandarin sehingga kemampuan mengajarnya pun terbatas atau bahkan kurang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga guru yang tergabung dalam Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia (APPBMI) DPD D.I Yogyakarta, berikut ini ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan APPBMI : a. Pelatihan Guru-guru Bahasa Mandarin Untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan,
tidak
jarang
diselenggarakan program pelatihan untuk para pendidik. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga guru sebagai tenaga yang terampil atau dengan istilah lain guru yang memiliki kompetensi (Faturrahman, 2012: 39). Dengan populasi peserta didik yang heterogen dan dengan tujuan pendidikan yang demikian menuntut, tugas guru dalam proses belajar di kelas tidak cukup hanya dengan menyajikan pelajaran secara klasikal (Seodijarto, 1993: 101). Oleh karena itu guru harus bersikap inovatif dalam mengajar. Adanya pelatihan dapat membantu seorang guru menemukan metode baru untuk mengajar.
37
Umumnya suatu latihan berupaya menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang pada saat itu dihadapi (Martoyo, 2000: 63). Pelatihan untuk guru-guru bahasa Mandarin pun demikian. Pelatihan yang dilakukan harus memiliki tujuan yang jelas dan harus sesuai dengan kebutuhan zaman yang sedang berkembang saat ini. Pelatihan
yang
diselenggarakan
oleh
APPBMI
baru
dilaksanakan satu kali yakni pada tanggal 6 sampai 11 Agustus 2012 bertempat di Ruang Sidang Utama Sekolah Vokasi UGM. Tujuan program pelatihan guru-guru ini adalah untuk memperkenalkan beberapa metode dalam pengajaran bahasa Mandarin yang baik. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan BAKOR sebagai pihak yang mendatangkan pembicara dari Tiongkok, serta dengan KAMARIN (Keluarga Mahasiswa Mandarin) Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini diikuti oleh 65 peserta yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti Semarang dan Pekalongan. Peserta tidak hanya dari kalangan guru-guru bahasa Mandarin yang menjadi anggota APPBMI, tetapi juga guru bahasa Mandarin dan mahasiswa jurusan bahasa Mandarin di Yogyakarta dan Jawa Tengah. APPBMI bekerjasama dengan BAKOR dalam mendatangkan pembicara dari Tiongkok yakni perwakilan dari Beijing International Education Exchange Centre (BIEEC). Materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut meliputi lima kriteria (panca krida) profesi guru
38
bahasa Mandarin di Indonesia, pengajaran Mandarin lintas kultural, pengajaran
aksara
Mandarin
dan
pengevaluasiannya,
metode
pembacaan puisi klasik, pengevaluasian dalam pengajaran bahasa Mandarin, pengajaran lafal Mandarin, pembangkitan animo belajar bahasa Mandarin. Seluruh materi dalam pelatihan ini disampaikan dalam bahasa Mandarin. Manfaat yang diperoleh oleh peserta setelah mengikuti pelatihan ini juga sangat beragam, seperti mendapat teman baru yang berasal dari universitas atau sekolah lain, serta menambah ilmu pengetahuan baru. Banyaknya materi dan informasi yang disampaikan oleh pemberi materi menambah wawasan para peserta tentang dunia pengajaran dan pembelajaran bahasa Mandarin. Selain itu, manfaat lainnya adalah kesempatan untuk melatih dan membiasakan diri untuk berbicara menggunakan bahasa Mandarin (Hidayati, 2013:33). Berbagai manfaat tersebut pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan semangat guru-guru bahasa Mandarin untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. b. Pelaksanaan Tes HSK Tes bahasa merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang dalam menguasai suatu bahasa. Jika dalam bahasa Inggris ada tes yang bernama Test of English as a Foreign
39
Language (TOEFL), maka dalam bahasa Mandarin ada tes Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì / 汉语水平考试 (HSK). Tes HSK adalah ujian standarisasi Tiongkok untuk kemahiran berbahasa Mandarin bagi penutur bukan asli, seperti mahasiswa asing, pendatang dari luar Tiongkok, dan anggota kelompok etnis minoritas di Tiongkok. Sama halnya dengan tes TOEFL dalam bahasa Inggris atau tes Nihongo no Noryoukushiken (JLPT) dalam bahasa Jepang. HSK dirancang dan dikembangkan oleh HSK Center of Beijing Language and Culture University (BLCU) untuk menguji tingkat ketrampilan bahasa Mandarin dari orang asing (orang Barat dan Tiongkok peranakan di luar negeri). Menteri Pendidikan Tiongkok mendirikan Komite Nasional Tiongkok untuk Ujian Profisiensi Mandarin. Komite Tiongkok inilah yang akan mengawasi ujian HSK serta mengeluarkan sertifikat yang bekerja sama dengan BLCU. Tes HSK terdiri dari 6 level dengan kategori tingkat ujian: Pemula (HSK Basic), dasar (HSK Elementary) , Menengah (HSK Intermediate) dan Lanjutan (HSK Advance).12 Sejak berdiri, APPBMI hampir setiap tahun melaksanakan tes HSK kecuali pada tahun 2011 dan 2015 karena kendala tempat. Tes ini bukan hanya ditujukan untuk guru-guru bahasa Mandarin, tetapi juga untuk umum. Dengan mendorong guru-guru mengikuti tes HSK
12
Radixx Nugraha, Sekilas tentang TOEFL Tiongkok (HSK) (http://muda.kompasiana.com/2014/08/28/sekilas-tentangtoefl-cina-hsk-675721.html) diakses 30 Mei 2015.
40
diharapkan kualitas pengajaran bahasa Mandarin di Yogyakarta menjadi semakin baik. Selain itu dengan mengikuti tes HSK diharapkan kemampuan bahasa Mandarin guru-guru APPBMI akan terus meningkat. c. Pemberian Beasiswa Pendidikan ke Tiongkok Belajar bahasa asing di negeri sendiri tentu berbeda dengan belajar bahasa asing langsung di tempat dimana bahasa itu berasal. Tantangan untuk melakukan komunikasi langsung dengan masyarakat asli pengguna bahasa tersebut tentu lebih besar dibandingkan dengan mempelajari percakapan dengan guru atau teman di sekolah. Terlebih lagi ketika guru bahasa asing yang ada di Indonesia sendiri masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya. Oleh karena itu tidak heran ketika ada waktu, kesempatan dan kemampuan untuk mempelajari bahasa asing di negeri asalnya, banyak orang tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya. Dewasa ini banyak sekali kesempatan untuk belajar bahasa asing khususnya bahasa Mandarin langsung di Tiongkok. Banyaknya beasiswa pendidikan ke Tiongkok menjadi salah satu faktor utamanya. Pemberian beasiswa pendidikan merupakan upaya lain APPBMI untuk meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta, terutama meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa Mandarin bagi guru-guru bahasa Mandarin di Yogyakarta.
41
Dalam rangka pemberian beasiswa ini APPBMI bekerjasama dengan BAKOR. Dalam hal ini APPBMI hanya memberikan data-data para calon penerima beasiswa, sementara yang lebih berperan aktif dalam mengurusi beasiswa adalah BAKOR. Fungsi BAKOR sendiri lebih sebagai jembatan yang menghubungkan pemerintah Indonesia dan Tiongkok dalam upaya pengembangan bahasa Mandarin di Indonesia. Salah satu tugasnya yakni menjalin kerjasama dengan pihak-pihak dari Tiongkok seperti dalam pengadaan pembicara untuk pelatihan, mendatangkan guru native (asli orang Tiongkok) dan menjalin kerjasama dengan universitas-universitas yang ada di Tiongkok untuk mengadakan pertukaran pelajar maupun pemberian beasiswa untuk belajar langsung di universitas yang ada di Tiongkok. Beasiswa dari BAKOR diperuntukkan bagi umum. Siapa saja yang ingin belajar di Tiongkok bisa menghubungi BAKOR, terutama bagi lulusan SMA. Namun demikian, pemberian beasiswa ini diprioritaskan untuk anggota terlebih dahulu, jika memang anggota tidak ada yang mengambil beasiswa tersebut, barulah beasiswa akan ditawarkan kepada para pelajar SMA yang ingin melanjutkan studinya di Tiongkok. Para penerima beasiswa tersebut selanjutnya harus menandatangani kontrak kerja untuk menjadi pengajar bahasa Mandarin di Yogyakarta dengan lama kerja disesuaikan dengan kesepakatan.
42
Adapun syarat bagi penerima beasiswa sendiri tidak terlalu sulit, diantaranya: a. Calon penerima beasiswa minimal lulusan SMA. b. Bisa berbahasa Mandarin atau memiliki pengalaman belajar bahasa Mandarin, setidak-tidaknya bahasa Mandarin dasar (HSK tidak ditentukan). c. Memiliki keinginan dan kesiapan untuk belajar di Tiongkok. d. Bersedia mengajar di Yogyakarta setelah lulus dengan jangka waktu sesuai perjanjian. Universitas-universitas yang menjalin kerjasama dengan BAKOR dalam pemberian beasiswa itu sendiri diantaranya adalah: Universitas Xiamen, Universitas Haikou, Universitas Nanchang, Universitas Nannning, Universitas Guangzhou, Universitas Konfuchu, Universitas Guangxi, Fujian Vocational College, dan Universitas Jinan. Lama studi yang dilaksanakan pun bermacam-macam antara satu sampai empat tahun.
43
4.2 Kendala Pemenuhan Kebutuhan Guru Bahasa Mandarin di Yogyakarta Pendidikan
bahasa Mandarin
di
Indonesia,
khususnya
di
Yogyakarta saat ini memang sudah banyak berubah bila dibandingkan dengan masa Reformasi tahun 1998. Pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta sudah semakin meluas meski masih ada banyak kendala yang dihadapi. Ketua Asosiasi Pendidik dan Pengembang Bahasa Mandarin di Indonesia DPD D.I Yogyakarta (APPBMI DPD DIY), Nicodemus Sany mengatakan bahwa kekurangan sumber daya manusia merupakan kendala utama yang dihadapi APPBMI saat ini. Sumber Daya Manusia adalah kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta
dikembangkan
untuk
dimanfaatkan
sebaik-baiknya
bagi
kesejahteraan kehidupan manusia (Al-Masdi, 1996: 34). Sumber daya manusia bukan hanya dikaitkan dengan tersedianya individu secara kuantitas, tetapi juga dikaitkan pada kualitas yang dimiliki individu tersebut. Saat ini anggota APPBMI tercatat ada 58 orang, dengan jumlah guru yang aktif mengajar sekitar 25 orang. Jumlah jam mengajar maksimal bagi setiap guru adalah 24 jam pelajaran per minggu. Akan tetapi, karena kurangnya jumlah guru yang ada, maka tidak jarang satu orang guru harus mengajar di beberapa sekolah yang berbeda hingga jam kerjanya melebihi 24 jam. Di sisi lain, jumlah jam mengajar antara satu guru dengan guru
44
yang lain berbeda-beda karena tidak semua guru bisa bekerja secara full time. Sementara itu bagi anggota yang tidak aktif mengajar di sekolah, APPBMI tidak memberikan sanksi, kecuali jika anggota tersebut bermasalah misalnya lari dari tanggung jawab mengajar yang sudah dibebankan kepadanya maka APPBMI akan memberikan peringatan. Selain penyebab diatas, kendala sumber daya manusia juga disebabkan berhentinya sejumlah guru pengajar yang tergabung dalam APPBMI karena beberapa alasan seperti pindah ke kota lain, pensiun, dan melanjutkan studi ke tempat lain selain Yogyakarta. Tidak jarang pengajar yang tergabung di APPBMI DPD DIY masih berstatus mahasiswa aktif dan berasal dari luar kota Yogyakarta. Mahasiswa ini mengajar hanya untuk mengisi waktu di sela-sela kuliah sehingga ketika masa studinya di Yogyakarta sudah selesai, para pengajar ini akan berhenti mengajar dan kembali ke daerah asalnya. Guru-guru yang tergabung dalam APPBMI sendiri mayoritas bukan berasal dari ilmu pendidikan, namun lebih pada ilmu sastra dan bahasa sehingga pengetahuannya dalam bidang pengajaran bahasa Mandarin masih kurang. Banyak guru yang masih kurang kreatif dalam mengajar atau bahkan terkadang metode pengajarannya kurang sesuai dengan kondisi kelas sehingga guru-guru ini masih perlu dilatih. Sementara itu banyaknya lowongan pekerjaan di bidang bahasa Mandarin yang prospek ke depannya lebih menjanjikan saat ini juga
45
menjadi penyebab menurunnya peminat untuk menjadi guru bahasa Mandarin di Yogyakarta. Para lulusan perguruan tinggi ataupun mereka yang memiliki kemampuan bahasa Mandarin cenderung memilih bidang pekerjaan lain seperti menjadi penerjemah, karyawan di perusahaan, bekerja di bidang bisnis, dan sebagainya. Dengan jaminan gaji tinggi yang bisa diperoleh dari bidang-bidang pekerjaan tersebut membuat para penutur bahasa Mandarin lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di bidang lain selain menjadi guru bahasa Mandarin. Di sisi lain, sangat disayangkan jumlah lembaga pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan para pakar bahasa Mandarin yang dibutuhkan oleh lembaga sekolah maupun bidang pekerjaan lainnya masih terbatas.13 Dalam menghadapi kendala-kendala diatas dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik dari lembaga-lembaga pendidikan bahasa Mandarin, para donatur dan pemerhati bahasa Mandarin di Yogyakarta, maupun para pengusaha yang memerlukan tenaga kerja untuk bidang bahasa Mandarin. Dengan sikap saling pengertian dari semua pihak diharapkan agar semua pihak tidak mengharapkan terlahirnya para pakarpakar bahasa Mandarin secara instan namun harus mau berkontribusi pula dalam upaya peningkatan kualitasnya seperti dalam pengadaan pelatihan guru,
13
pemberian
bantuan
untuk
pendidikan
Wawancara dengan Ketua APPBMI DPD DIY, Nicodemus Sany pada tanggal 23 April 2015.
dan
sebagainya.
46