BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat telah menjadi trend baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan makanan yang tidak sehat dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kualitas kesehatan. Pola makanan sehat kini telah menjadi trend dengan berbagai macam pilihan, baik memilih untuk tidak mengkonsumsi makanan cepat saji, mengkonsumsi produk rendah kalori, atau memilih menjadi vegetarian. Berbagai jenis bahan dasar makanan sehat telah tersedia, baik melalui proses budidaya yang dilakukan secara organik, hingga memilih bahan makanan dengan kandungan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu jenis makanan sehat tersebut adalah makanan yang berbahan dasar ikan. Perhatian mengenai kebiasaan makan yang sehat dan mengkonsumsi ikan secara teratur telah menjadi salah satu target utama WHO sejak tahun 2003 (WHO, 2003). Keuntungan yang diperoleh ketika mengkonsumsi ikan yaitu terpenuhinya kebutuhan 10 asam lemak esensial. Kandungan zink dan kalsium yang terdapat dalam ikan bermanfaat untuk memperkuat tulang dan gigi pada anak. Mengkonsumsi ikan juga dapat membantu pembentukan otot janin pada ibu hamil. Manfaat mengkonsumsi ikan lainnya yaitu menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, serta menurunkan berat badan. Minyak ikan juga dapat dimanfaatkan untuk merangsang pertumbuhan otak dan kecerdasan. Ikan
1
juga bermanfaat menambah tinggi badan, menyehatkan mata, serta mencegah keriput dan proses penuaan kulit. Manfaat lainnya yang didapat ketika mengkonsumsi ikan yaitu dapat mencegah berbagai penyakit berat seperti jantung, kanker payudara, dan kanker prostat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan ikan setidaknya dua porsi per minggu (WHO, 2003). Tingkat konsumsi ikan Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 35,14 kg/kapita/tahun. Brich et al. (2012) mengatakan bahwa tingkat konsumsi ikan tersebut masih rendah bila dibandingkan dengan rekomendasi FAO. Nilai tersebut juga tergolong rendah dibandingkan negara-negara Eropa dan Asia lainnya, yaitu Korea 54 kg/kap/tahun, Belanda 52 kg/kap/tahun, Spanyol 41 kg/kap/tahun, dan Perancis 35 kg/kap/tahun. Hal tersebut juga sesuai dengan Dewan ketahanan pangan (2013) yang menyebutkan bahwa konsumsi ikan Indonesia (5 gr/kap/hari). Nilai tersebut masih jauh bila dibandingkan negara Asia lainnya seperti Malaysia (50 gr/kap/hari), Jepang (24 gr/kap/hari), Vietnam (22 gr/kap/hari), Korea (9 gr/kap/hari), dan Myanmar (43 gr/kap/hari). Food and Agricultural Organization atau FAO (2006) menyatakan bahwa konsumsi ikan dunia pada konsumen muda cenderung rendah. Hal tersebut mungkin juga terjadi di Indonesia. Rendahnya tingkat konsumsi ikan pada konsumen muda merupakan perhatian bagi para produsen olahan ikan, restoran ikan, serta pemasok ikan. Segmen konsumen muda merupakan aset penting bagi perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena konsumen muda merupakan porsi terbesar pada piramida penduduk Indonesia. Hal lain yang menjadi alasan
2
pentingnya mengetahui karakter, keinginan, serta kebutuhan konsumen muda adalah karena konsumen muda merupakan calon konsumen potensial di masa depan. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda secara signifikan adalah: konsumsi ikan di masa kanak-kanak, sikap, kesadaran kesehatan, tekanan sosial, cara pengolahan dan penyajian, serta harga. Penelitian terkait konsumsi ikan telah dilakukan (Thorsdottir et al., 2012; Brunsø et al., 2009; Altintzoglou et al., 2010; dan Waysima et al., 2010). Thorsdottir et al. (2012) meneliti model konsumsi ikan pada konsumen muda di Islandia. Konsumen muda yang digunakan dalam penelitian Thorsdottir et al. (2012) mencakup usia 17-26 tahun. Thorsdottir et al. (2012) menemukan bahwa konsumsi ikan di masa kanak-kanak tidak mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda Islandia adalah keyakinan sensoris, sikap, keterlibatan kesehatan, cara pengolahan serta penyajian ikan, dan tekanan sosial. Tekanan sosial yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah paksaan yang berasal dari orang tua kepada anaknya untuk mengkonsumsi ikan. Brunsø et al. (2009) mencoba membandingkan konsumsi ikan pada kalangan pecinta ikan dan bukan pecinta ikan di dua negara yang berbeda budaya. Spanyol
mewakili
tingkat
konsumsi
ikan
rata-rata
yang
tinggi
(40
kg/kapita/tahun), sedangkan Belgia mewakili tingkat konsumsi ikan rata-rata yang rendah (10 kg/kapita/tahun). Penelitian Brunsø et al. (2009) menemukan bahwa terdapat perbedaan frekuensi mengkonsumsi ikan pada negara yang memiliki
3
tingkat konsumsi ikan rata-rata rendah dan tinggi. Pecinta olahan ikan di Spanyol mengkonsumsi ikan 4-5 kali dalam seminggu, sedangkan pecinta olahan ikan di Belgia mengkonsumsi ikan sedikitnya sekali dalam seminggu. Penelitian kualitatif lainnya dilakukan oleh Altinzoglou et al. (2010). Altinzoglou et al. (2010) menemukan bahwa harga yang tinggi, kenyamanan, kurangnya pengetahuan mengenai cara menilai kualitas produk, keterbatasan cara mengolah
ikan,
serta
rendahnya
ketersediaan
menjadi
kendala
untuk
mengkonsumsi seafood. Oktari (2008) meneliti konsumsi ikan anak usia sekolah pada keluarga nelayan dan non nelayan Indonesia berdasarkan keadaan sosial ekonominya. Penelitian menemukan bahwa keluarga nelayan mengkonsumsi ikan air laut lebih sering dibandingkan dengan keluarga non nelayan. Oktari (2008) juga menemukan bahwa ikan merupakan barang konsumsi yang mahal bagi keluarga non nelayan pra sejahtera. Penelitian lain mengenai konsumsi ikan pada anak-anak dilakukan di Jawa Tengah oleh Waysima et al. (2010). Waysima et al. (2010) menunjukkan bahwa ibu yang berada di wilayah pesisir lebih sering menghidangkan olahan ikan laut dibandingkan ibu yang berada di wilayah pedalaman. Hal tersebut berpengaruh kepada sikap kognitif dan afektif anak-anak terhadap ikan. Anak-anak dari wilayah pesisir memiliki kemampuan untuk mengenali berbagai jenis ikan laut yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari wilayah pedalaman. Waysima et al. (2010) juga menemukan bahwa ikan laut oleh anakanak dijadikan sebagai pilihan kedua setelah daging ayam.
4
Berbagai penelitian mengenai konsumsi ikan sudah dilakukan. Namun demikian, belum ada penelitian mengenai konsumsi ikan maupun produk olahan ikan untuk konsumen muda Indonesia. Hal tersebut sangat disayangkan karena Indonesia merupakan negara maritim yang besar. Total volume produksi perairan Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 5.863.170 ton, terdiri dari 5.457.590 ton perairan laut dan 404.580 ton perairan umum. Nilai tersebut menunjukkan adanya kenaikan rata-rata sebesar 2,91% dari tahun 2010-2013 (KKP, 2014). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan tersebut. Pemilihan segmen konsumen muda menarik karena konsumen muda merupakan porsi terbesar pada piramida penduduk Indonesia (56%). Definisi konsumen muda yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Undang-Undang no. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan yang mendefinisikan pemuda sebagai laki-laki atau perempuan dalam kisaran usia 18-35 tahun. Pemahaman yang baik mengenai karakteristik konsumen muda dalam mengkonsumsi ikan sangat penting bagi manajer produk olahan ikan, restoran seafood, dan pemasok ikan. Informasi yang tepat akan membantu perumusan strategi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen muda tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu provinsi yang cukup unik. Sebutan kota pelajar telah melekat pada provinsi D.I. Yogyakarta. Menurut Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta (2013), hingga tahun 2011 telah tercatat sebanyak 122 perguruan tinggi di Yogyakarta. Kondisi tersebut memungkinkan responden yang diambil berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Keragaman daerah asal tersebut
5
memungkinkan terwakilinya perbedaan budaya dalam perilaku mengkonsumsi ikan. Hal lain yang menjadi pertimbangan dipilihnya D.I. Yogyakarta sebagai lokasi penelitian adalah peningkatan produksi ikan konsumsi selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2003-2013) sebesar 27,81%. Konsumsi ikan perkapita juga mengalami peningkatan sebesar 5,71% pertahun (Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta, 2013). Tingkat konsumsi ikan masyarakat D.I. Yogyakarta tahun 2014 sebesar 17,03 kg/kapita/tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan konsumsi sebesar 5,71% selama sepuluh tahun terakhir (tahun 20032013) (Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta, 2013). Meningkatnya jumlah restoran seafood di D.I. Yogyakarta dengan kisaran harga yang sangat variatif juga menunjukkan bahwa olahan ikan sudah semakin digemari konsumen.
1.2 Rumusan Masalah Data dari www.statistik.kkp.go.id tahun 2013 menunjukkan tingkat konsumsi ikan di Indonesia sebesar 35,14 kg/kapita/tahun. Hal tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 33,89 kg/kapita/tahun (2012), 32,25 kg/kapita/tahun (2011), dan 30,48 kg/kapita/tahun (2010). Data dari kementerian Perikanan dan Kelautan menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan di D.I Yogyakarta tahun 2014 sebesar 17,03 kg/kapita/hari. Nilai tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan target nasional konsumsi ikan tahun 2014 yaitu sebesar 28 kg/kapita/tahun. Meskipun mengalami peningkatan, namun laju peningkatan konsumsi ikan di D.I Yogyakarta selama sepuluh tahun terakhir tersebut masih cenderung lambat. Hal tersebut sangat
6
disayangkan karena D.I Yogyakarta memiliki sumberdaya ikan yang melimpah. Banyaknya pendatang yang berusia muda (sebagai pelajar/mahasiswa) yang berasal dari berbagai daerah juga memungkinkan untuk melihat pola konsumsi konsumen muda yang memiliki perbedaan budaya terhadap ikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi ikan pada generasi muda cenderung rendah (Thorsdottir et al., 2012; Waysima et al., 2010). Hal tersebut mungkin juga terjadi di D.I Yogyakarta. Tingkat konsumsi ikan yang rendah merupakan perhatian bagi produsen olahan ikan, restoran ikan, serta pemasok ikan. Konsumen muda merupakan proporsi terbesar penduduk D.I. Yogyakarta (27,58%). Waysima et al. (2010) menemukan bahwa anak-anak lebih memilih mengkonsumsi olahan daging ayam atau sapi dibandingkan dengan olahan ikan. Berdasarkan uraian tersebut, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi ikan pada konsumen muda D.I Yogyakarta secara signifikan.
1.3 Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan yang akan di jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah konsumsi ikan di masa kanak-kanak secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda? 2. Apakah sikap secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda? 3. Apakah kesadaran kesehatan secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda? 4. Apakah tekanan sosial secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda?
7
5. Apakah cara pengolahan dan penyajian secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda? 6. Apakah harga secara positif mempengaruhi konsumsi ikan pada konsumen muda?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menguji faktor konsumsi ikan di masa kanak-kanak, sikap, kesadaran kesehatan, tekanan sosial, cara pengolahan dan penyajian, serta harga yang mempengaruhi perilaku mengkonsumsi ikan pada konsumen muda secara signifikan.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi manajer di bidang produk olahan ikan, restoran seafood, maupun pemasok ikan, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan produk baru, penjagaan kualitas ikan, serta mengetahui keinginan konsumen terhadap produk olahan ikan. 2. Bagi pemerintah dapat dijadikan salah salah satu bahan pertimbangan untuk mengkampanyekan konsumsi makanan sehat. 3. Bagi pembaca dapat dijadikan salah satu tambahan wawasan mengenai pola konsumsi makanan sehat pada generasi muda.
8
4. Bagi penulis dapat dijadikan salah satu tambahan wawasan untuk mengetahui pola konsumsi ikan dan mengetahui penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan dan olahannya pada generasi muda.
1.6 Batasan Penelitian Agar penelitian dapat terarah, penulis melakukan pembatasan sebagai berikut: 1. Responden merupakan konsumen yang berusia muda (18-35 tahun). 2. Responden berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mengkonsumsi ikan pada konsumsi ikan di masa kanak-kanak, sikap, kesadaran kesehatan, tekanan sosial, cara pengolahan dan penyajian, serta harga.
1.7 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan thesis ini, penulis membaginya menjadi beberapa bagian: Bab 1. Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2. Landasan Teori Membahas mengenai penelitian terkait, teori yang melandasi penelitian, dan hipotesis. Bab 3. Metode Penelitian
9
Menjelaskan mengenai obyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data,
metode
pengambilan
sampel,
instrumen
penelitian,
pengukuran variabel, uji validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data. Bab 4. Hasil dan pembahasan Berisi hasil yang telah diolah beserta pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian. Bab 5. Penutup Berisi tentang kesimpulan penelitian, implikasi manajerial, dan saran bagi perusahaan.
10