BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Drama yang berarti tindakan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “draomai”. Kemudian drama dibagi menjadi dua cabang menjadi drama naskah dan drama pentas. Drama naskah bisa disetarakan dengan jenis karya sastra lain seperti puisi. Drama pentas adalah suatu kesenian mandiri yang dibentuk dari berbagai macam unsur. Unsur yang dimaksud seperti musik, kostum, dan sebagainya (Waluyo, 2001: 2). Sesuai dengan perkembangan zaman, drama naskah dan drama pentas dikemas sedemikian rupa agar lebih memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini drama di televisi atau yang lebih populer di Indonesia dengan istilah serial televisi adalah bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat selain bentuk suatu karya seni itu sendiri. (Adi, 2011: 25). Berbeda dengan di Indonesia, di Korea istilah drama dipakai untuk menyebut serial yang ditayangkan di televisi. Drama di Korea sering mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Namun, drama God’s Quiz mengusung tema yang tergolong baru di antara drama Korea lain yang sudah ditayangkan. Drama Korea God’s Quiz yang ditulis oleh Park Jae-Bum mengangkat tema misteri kejahatan dalam dunia medis adalah drama yang berbeda di Korea. Hingga tahun 2012, God’s Quiz memiliki 3 seri yang menyajikan hal-hal yang
1
2
tidak biasa dibicarakan di kehidupan sosial yaitu penyakit-penyakit langka yang ada di dunia pada umunnya, di Korea pada khususnya. Drama ini disiarkan di stasiun televisi yang popular ditahun 2000-an, yaitu OCN. Seri pertama dirilis pada tahun 2010 memiliki 10 episode yang disutradarai oleh Lee Joon-Hyeong. Lalu ditahun berikutnya seri kedua sebanyak 12 episode dirilis dengan sutradara yang berbeda yaitu Lee Jung-Pyo. Sedangkan ditahun 2012, seri yang disutradarai oleh Ahn Jin-Woo dirilis sebanyak 12 episode (http://asianwiki.com/God%27s_Quiz). Meskipun begitu, setiap seri drama ini masih memiliki karakter yang kuat. Di tiap episodenya satu atau beberapa jenis penyakit langka dijadikan sebuah topik utama. Potongan-potongan cerita tentang kehidupan pribadi tokoh utama ada di setiap episode yang kemudian akan memuncak pada episode-episode terakhir. Selain itu, God’s Quiz musim pertama hingga musim ketiga memiliki kesinambungan
yang saling membangun cerita utama yang melatarbelakangi
kehidupan si tokoh utama. Sebelum drama God’s Quiz dirilis, cara penyusunan cerita yang seperti ini tidak banyak digunakan untuk sebuah drama di Korea. Tema tentang penyakit langka memang terkadang sedikit sulit untuk diterima oleh penonton yang tidak berminat dengan dunia kesehatan. Namun, penjelasan singkat tentang penyakit yang sedang dibahas di tiap episodenya selalu ditampilkan seperti catatan tambahan. Hal tersebut bertujuan agar penonton bisa tahu tentang pengertian sebuah jenis penyakit yang sedang dibicarakan oleh para tokoh.
Penonton bisa mengikuti cerita tanpa mengerti detail penyakit tersebut,
3
tetapi bisa juga ikut berpikir mengikuti jalan cerita yang disusun secara tumpang tindih. Jadi drama ini menyajikan sesuatu yang baru untuk dunia drama di Korea. Tokoh utama drama God’s Quiz bernama Han Jin Woo sebagai seorang dokter dan peneliti sangat dominan di dalam jalan cerita drama ini. Dalam drama ini diceritakan bahwa Han Jin Woo memiliki kepribadian lebih dari satu yang disebut kepribadian ganda. Fenomena kepribadian ganda jarang dibahas oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Selain itu, kepribadian ganda di dalam drama ini menjadi titik balik kedua Han Jin Woo setelah titik balik pertamanya terjadi saat Jung Ha Yoon datang kembali. Kepribadian ganda Han Jin Woo juga memiliki pengaruh besar dalam konflik pribadi dan konflik dengan tokoh lainnya di seri ketiga. Konflik-konflik internal dan eksternal yang dimiliki Han Jin Woo ini membuat jalan cerita drama God’s Quiz berbeda dengan drama Korea pada umumnya. Oleh karena itu, tema mengenai kepribadian ganda yang dimiliki oleh tokoh utama drama Korea berjudul God’s Quiz menarik untuk dijadikan penelitian. Definisi kepribadian ganda sendiri adalah adanya dua atau lebih identitas lain yang berbeda dari kepribadian inti seseorang. Kepribadian inti dan kedua Han Jin Woo berbeda. Kepribadian kedua yang muncul sepenuhnya di seri ketiga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan Han Jin Woo untuk menyelesaikan berbagai masalah. Namun, sosok kepribadian keduanya juga menimbulkan berbagai masalah kepada Han Jin Woo. Kerja sama antara dua sisi kepribadian ini semakin membuat akhir drama God’s Quiz seri ketiga berbeda dari drama yang lain.
4
Karakter Han Jin Woo sebagai karakter utama di jalan cerita sesuai dengan teori Neurosis Horney menunjukkan kecenderungan sebagai karakter tipe pengalah. Selain itu, karakter dominan kepribadian kedua Han Jin Woo menunjukkan kecenderungan sebagai tipe pemberontak. Menurut teori ini keseluruhan klasifikasi kebutuhan dalam penentuan tipe kepribadian seharusnya memiliki kapasitas yang sama besar. keseimbangan faktor kebutuhan
Hal inilah yang disebut dengan
tiap individu yang membuat seseorang tidak
dianggap abnormal. Film Korea yang juga mengangkat tokoh berkepribadian ganda adalah Two
Faces
of
My
Girlfriend
yang
dirilis
tahun
2007
(http://asianwiki.com/Two_Faces_of_My_Girlfriend). Film ini bergenre komedi romantis yang menceritakan seorang laki-laki berumur 30-an yang belum pernah memiliki pacar. Kemudian disebuah kesempatan dia bertemu dengan A Ni, perempuan yang manis dan kalem yang membuat dia jatuh cinta. Mereka lalu berpacaran dan setelah itu baru muncul sosok Ha Ni yang merupakan kepribadian kedua dari A Ni. Mereka berdua sangat berbeda. A Ni yang lembut dengan Ha Ni yang kuat dan kasar. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalahmasalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a) Bagaimana karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney?
5
b) Faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya kepribadian dominan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah hal-hal yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah sebelumnya agar terdapat suatu hasil yang jelas. Tujuan penelitian tersebut adalah: a) Menemukan karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney b) Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kepribadian dominan kedua didalam diri Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney. 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan secara praktis. a) Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk menguatkan teori Neurosis Horney yang bersangkutan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga diharapkan bisa menambah jumlah penelitian yang menggunakan teori Neurosis untuk menganalisis objek mengenai kepribadian. Selain itu, teori neurosis juga diharapkan bisa menjadi teori utama untuk penelitian berikutnya.
6
b) Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak yang membacanya. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan kepada para peneliti yang ingin membahas tema yang sama. Juga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat atas informasi dan hasil penelitian yang telah ditulis. 5. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah kumpulan penelitian terdahulu dengan tema atau objek yang sama tetapi dengan pembahasan yang berbeda. Suhartini (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kepribadian Ganda Tokoh Utama Novel Sukyandaru Karya Enddo Shuusaku: Berdasarkan Teori Karakter Manusia Bertipe Biofili-Nekrofili Erich Fromm” juga membahas mengenai kepribadian ganda. Pembahasan yang ditulis di dalam penelitian tersebut membagi ciri-ciri kepribadian yang utama dengan kedua dari tokoh utama yang berlatar belakang seorang penulis. Kedua kepribadian yang dimiliki oleh Suguro dibagi menjadi Biofili, yaitu tipe yang memiliki kesenangan terhadap sebuah kehidupan dan Nekrofili, yaitu tipe yang memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kematian yang tidak tidak alami. Hal tersebut berdasarkan teori yang dipakai menurut Erich Fromm. Pembahasan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan ditulis ini berbeda. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang faktor dan karakter kepribadian utama dan kedua yang dimiliki oleh tokoh utama dalam
7
drama God’s Quiz menurut teori Neurosis. Teori ini berbeda dengan teori yang ditulis oleh Fromm. Hal ini didasari juga oleh kepribadian utama dan kedua Han Jin Woo tidaklah bertolakbelakang. Teori Fromm di penelitian tersebut menentukan bahwa karakter biofili dan nekrofili yang dimiliki Suguro bertolakbelakang. Sesuai dengan peran psikologi, Sumadi mengemukakan bahwa ”Psikologi berusaha mencari unsur dasar dari kesadaran dan menentukan unsur-unsur itu bergabung” (Sumadi, 2003: 121). Hal tersebut sangat berbeda dengan pembahasan penelitian sebelumnya yang bukan mengemukakan unsur-unsur yang membentuk kepribadian hingga munculnya kepribadian lain. Selain itu, pola kepribadian antara kedua tokoh tersebut juga sangat berbeda. 6.
Landasan Teori Teori Neurosis yang ditulis oleh Psikolog asal Jerman bernama Horney
akan diterapkan untuk mengkaji fenomena kepribadian ganda Han Jin Woo. Karen Horney lahir di Jerman pada tanggal 16 September 1885 dan meninggal di New York pada tanggal 4 Desember 1952. Dia memulai karir sebagai psikoanalisis di Berlin. Setelahnya dia pindah ke New York untuk melakukan praktik dan mengajar (Calvin S. Hall.,1978: 263). Teori ini adalah salah satu teori dari bidang psikologi humanistik yang merupakan bidang baru yang bertujuan untuk melengkapi teori-teori sebelumnya terutama teori Freud. Melalui teori ini Horney menetapkan konsep utama kepribadian berasal dari segala hal yang mengganggu rasa aman akan
8
menghasilkan kecemasan dasar. Kecemasan dasar ini membuat seseorang merasa bahwa dirinya menjaga rasa aman dengan menempuh berbagai cara (Horney via Calvin S. Hall, 1978: 265). Menurut Horney via Calvin S. Hall (1978: 264) kompleks Oedipus yang diangkat Freud bukan merupakan konflik seksual dan agresi yang dialami antara anak dan orang tua. Namun, hal itu adalah kecemasan yang muncul akibat dari gangguan dasar sebagai contoh perlindungan berlebihan atau kurang, tanggung jawab yang terlalu banyak atau kurang, dan sebagainya. Istilah agresi menurut Horney (idim) adalah tindakan yang diambil seseorang untuk melindungi rasa amannya dan tidak bersifat bawaan. Selain itu, masalah dalam individu tidak berawal dari sudut pandang yang melihat sisi biologis dan fisik seorang individu. Masalah dalam Individu justru berawal dari dalam diri individu itu sendiri. Sisi psikologis atau mental seorang individu yang menjadi masalah individu. Tindakan-tindakan untuk mendapatkan rasa aman bersifat reaktif. Individu yang mendapat perlakuan yang berlebihan atau justru merasa kekurangan akan memberikan reaksi. Reaksi itu adalah bentuk usaha individu untuk tetap menghindari rasa amannya terganggu. Sebagai contoh anak yang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya akan mencari kasih sayang dari luar lingkungan keluarga atau berusaha mendapatkan perhatian orang tua yang lebih dengan cara menuruti perintah dan kemauan orang tuanya. Hal ini adalah bentuk usaha seorang anak agar rasa amannya tidak terganggu. Namun, usaha untuk mendapatkan rasa aman itu bisa berbentuk usaha yang agresif. Sebagai contoh seorang anak bisa menjadi anak yang tidak takut
9
untuk berbuat sewenang-wenang. Dia tidak takut untuk memaksa orang lain untuk mencintainya dan tidak menolaknya. Hal ini dilakukannya agar dia bisa mendapatkan kembali rasa cinta dan kasih sayan yang tidak dia dapatkan atau kurang dia peroleh. Reaksi yang berbeda ini sangat menentukan karakteristik anak ke depannya. Dia akan menjadi orang yang menuruti kemauan orang lain atau orang yang melawan pendapat orang lain. Horney juga berpendapat bahwa kondisi neurotik adalah proses yang selalu berjalan karena kebutuhan-kebutuhan neurotik akan menjadi sebuah lingkaran setan (1945: 43). Proses ini adalah gambaran seorang individu yang selalu diliputi kecemasan dasar karena kehangatan dan kasih sayang yang tidak cukup diperoleh. Kemudian bermula dari kecemasan dasar ini, timbullah kemarahan dasar yang harus ditekan agar seorang individu bisa mendapatkan kasih sayang. Kemarahan dasar ini muncul secara naluriah. Jika proses tersebut tidak bisa dikelola dengan baik maka neurosis akan semakin menekan seseorang sehingga sulit untuk keluar. Neurosis adalah suatu trauma psikis yang terjadi tetapi trauma-trauma tersebut tidak diberi reaksi langsung tetapi ditekan ke bawah alam sadar (Brouwer, 1882: 226). Saat seorang individu merasa tertekan maka melalui alam bawah sadarnya, dia akan berusaha membentuk proteksi. Proteksi tersebut hanya mengubur tekanan yang diterima sehingga tanpa disadari tekanan-tekanan itu semakin lama semakin menumpuk. Oleh sebab itu, neurosis bisa juga disebut sebagai ketimpangan mental seperti depresi. Menurut Horney via Calvin S. Hall
10
(1978: 266) ada 10 klasifikasi kebutuhan yang muncul akibat dari neurosis yang kemudian disebut neurotic needs atau neurotic trends, yaitu: 1. Kebutuhan akan cinta dan penerimaan 2. Kebutuhan akan pasangan 3. Kebutuhan akan kekuasaan 4. Kebutuhan untuk mengeksploitasi orang lain 5. Kebutuhan akan martabat 6. Kebutuhan untuk dikagumi 7. Kebutuhan akan pencapaian pribadi 8. Kebutuhan akan kecukupan pribadi dan kemandirian 9. Kebutuhan akan kesempurnaan 10. Kebutuhan untuk membatasi kehidupan Dari kesepuluh klasifikasi tersebut, dibagi menjadi tiga tipe karakter individu, yaitu: 1. Tipe Pengalah Tipe ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan cinta dan pengakuan serta kebutuhan akan pasangan. Individu yang berorientasi tipe ini menganggap orang lain sangat berarti sehingga memiliki ketergantungan terhadap keberadaan orang lain. Selain itu, dia ingin dicintai, diterima, suka menyalahkan diri sendiri dan cenderung mau mengorbankan diri sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Horney via Calvin S. Hall, bahwa ciri dari individu yang memiliki kebutuhan neurotik pada nomor satu ini “sangat peka terhadap bentuk-bentuk penolakan atau ketidakramahan” (1978:266). Hal ini
11
dikarenakan individu dengan tipe pengalah sangat benci diabaikan. Dia ingin selalu mendapat perhatian dari orang yang sedang bersamanya dan dari orangorang yang dicintainya. A third typical feature is a part of his general dependence upon others. This is his unconscious tendency to rate himself by what others think of him. His self-esteem rises and falls with their approval or disapproval, their affection or lack of it. Hence any rejection is actually catastrophic for him.(Horney, 1945: 20)
Tipe pengalah memiliki kecenderungan untuk menilai dirinya berdasarkan pendapat orang lain. Hal ini disebabkan oleh perasaan ketergantungannya kepada orang lain yang termasuk besar. Dia menjadi individu yang sangat peka terhadap bentuk penolakan atau pengabaian karena pemikirannya sangat tergantung kepada orang lain. Horney via Calvin S. Hall, menjelaskan bahwa perilaku individu berkebutuhan neurotik akan pasangan salah satunya adalah mereka takut untuk ditinggal sendirian (1978: 118). Dalam hal ini, individu yang sudah mendapatkan pasangan atau orang yang dipercayai dan disayanginya memiliki perasaan takut jika orang itu pergi. Jika orang itu pergi meninggalkan individu neurotik meskipun dalam waktu sebentar, maka dia akan merasa sangat cemas. Individu tipe pengalah merasa aman apabila orang yang dipercayainya ada. Dia merasa bisa menyalurkan kasih sayangnya sehingga orang yang dipercayainya menjadi senang. Tindakan ini adalah bentuk perilaku individu neurotik untuk mendapat perhatian yang lebih dari orang-orang itu. Selain itu, dia
12
sangat mengutamakan perasaan orang lain. Dia bisa melakukan tindakan yang diluar nalar hanya demi orang lain. Seperti yang ditulis oleh Horney dalam bukunya “He becomes ”unselfsih”, self-sacrificing, undemanding- except for his unbounded desire for affection (1945, 19)”. Individu neurotik ini jelas menginginkan kasih sayang tetapi dia menjadi individu yang tidak egois. Dia sangat memikirkan perasaan orang lain. Oleh karena itu, dia bisa mengorbankan diri dengan melakukan tindakan yang berbahaya sekalipun demi orang yang disayanginya. 2. Tipe Pemberontak Tipe ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan kekuasaan, mengeksploitasi orang lain, martabat, dikagumi, dan kebutuhan akan pencapaian pribadi. Individu dengan orientasi tipe dua ini sangat bertentangan dengan orang lain, agresif, mudah menunjukkan kemarahan, dan ingin menguasai serta menindas orang lain. Selain itu, dia tidak pernah menunjukan rasa takut maupun belas kasih kepada orang lain. Individu tipe ini juga menjalin hubungan dengan orang lain dengan pertimbangan untung rugi (Horney, 1945: 23). Demi mencapai keinginannya, Tipe pemberontak bisa melakukan tindakan sadis kepada orang lain. Sesuai dengan yang ditulis Horney (1945,71) bahwa individu sadis mengerti kelemahan orang lain. Kecenderungan yang dimiliki oleh individu sadis adalah untuk membuat orang lain merasa semakin lemah. Tipe pemberontak yang memiliki sifat yang agresif bisa melakukan tindakan sadis. Tindakan ini adalah bentuk usahanya untuk mendapatkan kuasa atas orang lain. Dia sangat ingin menguasai orang lain dalam artian membuat orang lain menuruti
13
kemauannya. Oleh karena itu, individu ini sangat mengerti titik lemah orang lain yang bisa dia gunakan untuk membuat orang lain tidak berdaya. Horney juga menulis mengenai perilaku tipe pemberontak (1945: 24) “He is alert and keen in an argument and will go out of his way to launch one for the sake of proving he is right. He may be at his best when his back is to the wall and there is no altenative but to fight”. Berkaitan dengan tindakan sadis yang dilakukan oleh individu neurotik, tindakan tersebut akan dilakukannya jika dia sudah terpojok. Individu pemberontak sangat peka terhadap perbedaan pendirian. Dia bisa melakukan tindakan dalam bentuk yang bermacam-macam hanya untuk membuktikan bahwa dia benar. Horney (1945: 24) menulis bahwa tipe Pemberontak melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi kompetitor yang baik. Dia akan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mengalahkan orang lain yang dianggapnya sebagai saingan. Jika ada orang yang menantangnya dia akan menerima tantangan tersebut. Dia sebenarnya hanya ingin membuktikan bahwa dia yang lebih dalam hal-hal tertentu daripada orang yang menantang dirinya. Horney
(1945: 25)
juga
menjelaskan
bahwa
tipe
pemberontak
beranggapan bentuk rasa simpati atau rasa patuh akan membuat kehidupan ideal yang sudah dia rancang akan menjadi rusak. Bentuk kehidupan ideal maksudnya adalah kehidupan yang dia inginkan. Sebagai contoh kehidupan tanpa kendali dari orang lain. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa tipe pemberontak sangat agresif, dia memiliki kecenderungan untuk berdiri diatas orang lain. Dia sudah pasti tidak suka diperintah dan diatur. Oleh karena itu bentuk rasa simpati
14
dari orang lain dan rasa patuh kepada orang lain adalah hal-hal yang sangat dia hindari. Menurutnya kedua bentuk perilaku tersebut akan membuat dia bergantung kepada orang lain. Berikutnya, individu tipe pemberontak memiliki kebutuhan neurotik akan martabat yang tinggi. Kebutuhan ini membuat individu bisa melakukan suatu tindakan yang membuat orang lain merasa dipermalukan atau dihina (Horney, 1937:178). Dengan mempermalukan orang lain, dia merasa mendapatkan harga diri yang lebih tinggi lagi. Tindakan yang diambil bisa bermacam-macam. Bisa dilakukan secara langsung atau bahkan secara tidak langsung. Dia bisa melakukannya di depan orang lain agar lebih terlihat atau bisa juga secara sembunyi-sembunyi karena dorongan untuk meraih kepuasan pribadi yang lebih tinggi. 3. Tipe Penyediri Tipe ketiga ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan kecukupan pribadi dan kemandirian, kebutuhan akan kesempurnaan, serta kebutuhan untuk membatasi kehidupan. Tipe terakhir ini adalah tipe individu yang menjauh dari kenyataan. Tidak ingin terlibat secara emosi dengan orang lain mulai dari cinta hingga benci. Tipe ini sangat ingin menjalani hidup sendiri tanpa tergantung orang lain (Horney, 1945: 27). Sebenarnya ketiga tipe orientasi di atas ada di setiap individu dengan porsi yang seimbang dan fleksibel. Namun, terhadap orang neurotik diantara ketiga tipe tersebut tidak berjalan secara seimbang sehingga seseorang hanya bisa
15
menjalankan satu orientasi yang dominan saja. Karakter yang dominanlah yang memegang peranan dia sebagai karakter tertentu (Horney, 1945: 18). Penyampaian perwatakan tokoh Han Jin Woo memakai metode tidak langsung. Metode tidak langsung adalah metode yang digunakan si pengarang untuk menunjukan perwatakan tokoh hanya melalui percakapan dan tindakan masing-masing tokoh. (Minderop, 2010: 77). Jadi watak kepribadian Han Jin Woo hanya bisa dianalisis dari tindakan dan percakapan antar tokoh. 7. Metode Penelitian a. Metode Pengumpulan Data Data-data yang berkaitan dengan drama God’s Quiz didapat secara online. Penulis mencari naskah drama tersebut sebagai penunjang agar proses analisa menjadi lebih mudah. Selain data yang berkaitan dengan kedua objek tersebut, penulis juga mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan psikologi kepribadian. Buku-buku tersebut berguna untuk menjadi referensi dalam penulisan kajian ini. b. Metode Analisis Data Kepribadian ganda Han Jin Woo akan diteliti menggunakan kajian Neurosis Horney. Tahap pertama penulis akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kepribadian ganda Han Jin Woo yang memiliki kecenderungan yang sesuai dengan teori. Data-data yang berupa percakapan dan kalimat tak langsung seperti catatan akan digunakan untuk menemukan karakter-karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo. Selain itu, faktor-faktor
16
penyebab munculnya kepribadian kedua Han Jin Woo juga akan dianalisis melalui percakapan antar tokoh. Untuk menganalisa data yang sudah didapat, penulis pertama-tama memilih percakapan dalam drama yang menunjukkan kategori yang sama dengan teori. Setelah memilih percakapan yang benar, penulis lalu menerjemahkan percakapan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahan dilakukan dengan alat bantu berupa kamus buku dan kamus online dari situs korea bernama Naver. Tahap analisis dilakukan untuk menemukan karakter yang sesuai dengan menggunakan teori Neurosis Horney. Proses analisis dilakukan dengan cara menjelaskan kondisi adegan dalam kutipan percakapan yang diambil. Setelah itu, makna dan maksud tokoh dalam percakapan digunakan untuk mengkategorikan sifat-sifat Han Jin Woo menurut teori. Metode ini adalah bentuk penelitian dengan pendekatan psikologi kepribadian yang melihat kepribadian merupakan hasil dari perkembangan individu dan cara komunikasi individu tersebut dengan lingkungan (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi).
Kemudian kesimpulan akan
ditulis
berdasarkan analisis pada Bab II dan Bab III. 8. Sistematika Penyajian Penelitian ini tersusun atas Bab I yang berisikan Pendahuluan dengan rincian sub-bab berupa Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penyajian.
17
Bab II merupakan isi dengan analisis mengenai karakteristik kepribadian dominan pertama dan kedua tokoh utama dengan subbab berisikan tipe pengalah yang terdiri dari tipe kebutuhan neurotik akan cinta dan penerimaan serta kebutuhan akan pasangan. Kemudian pada subbab kedua berisikan tentang tipe pemberontak yang terdiri dari tipe kebutuhan neurotik akan kekuasaan, Kebutuhan akan mengeksploitasi orang lain, Kebutuhan untuk martabat atau gengsi, Kebutuhan untuk dikagumi, dan terakhir Kebutuhan akan pencapaian pribadi. Bab III adalah bab isi juga yang berisikan analisis faktor-faktor penyebab munculnya kepribadian dominan kedua. Faktor-faktor yang berkaitan dibagi menjadi dua, yaitu faktor psikis yang berisi tuntutan dari orang di sekitar Han Jin Woo, menyimpan rahasia, dan masalah di masa lalu yang muncul. Kemudian faktor fisik yang berisi sakit kepala dan kelelahan. Bab IV adalah bab terakhir yang akan berisikan kesimpulan.