BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diversifikasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam rangka mempertahankan pertumbuhan usahanya melalui ekspansi operasi dengan memasuki industri yang berbeda. Collis dan Montgomery (2005) mengatakan bahwa diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan pada dasarnya memiliki beberapa alasan, baik karena alasan dari internal maupun eksternal perusahaan. Alasan eksternal pada umumnya berupa adanya peluang yang berasal dari lingkungan eksternal yang dapat dimanfaatkan menjadi sebuah bisnis baru bagi perusahaan. Misalnya saja perkembangan teknologi internet dan perubahan gaya hidup masyarakat memberikan peluang kepada penyedia surat kabar konvensional dalam bentuk media cetak untuk melakukan diversifikasi dengan memasuki bisnis informasi online, menyediakan berita dan informasi melalui internet. Sedangkan diversifikasi karena alasan internal menurut Collins dan Montgomery (2005) dapat dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti diversifikasi untuk tujuan bertahan (defensive diversification), atau karena perusahaan memiliki kelebihan kapasitas dari sumber daya yang dimiliki (underutilized resources). Lebih lanjut, Collis dan Montgomery memberi contoh perusahaan yang menerapkan defensive diversification, yaitu Apple. Pada saat pertama kali berdiri Apple merupakan sebuah perusahaan komputer (PC). Namun dalam perkembangan selanjutnya, Steve Jobs melakukan defensive diversification, dengan mengembangkan bisnis perangkat elektronik dengan produk seperti iPod, dilatarbelakangi ketidakmampuan Apple untuk bersaing pada bisnis PC.
Dorongan untuk melakukan strategi diversifikasi, baik karena alasan internal maupun eksternal juga terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri
1
telekomunikasi. Sebagai contoh PT. Telkom Tbk., perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi terbesar di Indonesia, melakukan strategi diversifikasi ke beberapa jenis usaha seperti bisnis aplikasi, system integration, dan konten. Hal ini tidak lepas dari faktor eksternal maupun internal yang mendorong Telkom untuk melakukan diversifikasi.
Ditinjau dari alasan eksternal, bisnis telepon tetap (fixed phone) dan jaringan data korporat (fixed line) yang dimiliki Telkom cenderung mengalami pertumbuhan yang semakin menurun. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Value Partner (2012), disebutkan bahwa pertumbuhan bisnis telepon tetap selama 2011–2016 diprediksi hanya berkisar 0,1%, sedangkan pertumbuhan bisnis jaringan data korporat berkisar pada angka 10,1%. Sementara bisnis IT Services, yang di dalamnya terdapat bisnis aplikasi, system integration, data center dan managed services menunjukkan potensi yang menjanjikan dengan pertumbuhan 20112016 diprediksi mencapai 21%. Hal ini tentu mendorong Telkom untuk mengembangkan bisnis ke arah IT Services dalam rangka pertumbuhan perusahaan dan melepaskan ketergantungan pada portofolio bisnis legacy (fixed phone dan fixed line) yang terkait dengan telekomunikasi. Sementara itu ditinjau dari alasan internal, Telkom memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi bisnis seperti coverage jaringan yang luas mencapai ke rumah-rumah sehingga dapat dimanfaatkan untuk memberikan layanan lain selain layanan telepon tetap dan data, yaitu konten berupa IPTV. Provider telekomunikasi lainnya seperti PT. Supra Primatama Nusantara atau lebih dikenal dengan nama Biznet juga melakukan hal yang sama, yaitu melakukan diversifikasi masuk ke bisnis IT dan Multimedia dengan meluncurkan produk TV kabel, memanfaatkan sumber daya yang dimiliki - jaringan fibre optic (FO) yang luas, sampai ke rumah-rumah.
2
1.2 Rumusan Masalah PT Aplikanusa Lintasarta merupakan salah satu penyedia jasa teknologi Informasi dan komunikasi (ICT) di Indonesia. Perusahaan memiliki visi menjadi pemimpin dalam solusi informasi dan komunikasi bisnis di Indonesia. Adapun misi perusahaan adalah membuat bisnis lebih mudah bagi perusahaan (pelanggan) dan individu melalui solusi informasi dan komunikasi yang inovatif. Saat ini Lintasarta melakukan strategi related diversification dengan menjalankan empat lini bisnis ICT, yaitu bisnis telekomunikasi/jaringan, infrastruktur IT, switching, serta aplikasi. Bisnis jaringan dan IT infrastructure services dijalankan langsung oleh Lintasarta, sedangkan bisnis switching dan aplikasi dijalankan oleh anak perusahaan. Lintasarta saat ini memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT. Artajasa Pembayaran Elektronis yang menjalankan bisnis switching, dengan ATM Bersama sebagai salah satu produk utama, dan PT Lintas Media Danawa yang bergerak di bidang aplikasi.
Kontribusi pendapatan Lintasarta saat ini didominasi oleh bisnis jaringan dengan komposisi lebih dari 70%. Adanya tekanan kompetisi pada bisnis jaringan dengan tingginya tingkat persaingan dan differensiasi yang tidak signifikan dari produk-produk yang ada di pasar menjadikan bisnis jaringan menjadi produk komoditas. Tekanan berupa permintaan diskon dari pelanggan menjadikan pertumbuhan pendapatan dari bisnis jaringan menjadi semakin rendah, di samping adanya tekanan dari pesaing yang memaksa terjadi perang harga. Pertumbuhan produksi1 atau jumlah jaringan yang disewa pelanggan sebanyak 20% hanya berkontribusi pada peningkatan 5%-10% pendapatan pada bisnis ini. Profil kondisi masingmasing bisnis yang dimiliki perusahaan saat ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.
1)
Istilah produksi mengacu pada jumlah unit produk yang disewa oleh pelanggan
3
Tabel 1.1. Profil Bisnis Lintasarta 2013 No
Keterangan
1
Pendapatan
2
Rata-rata pertumbuhan pendapatan 3 tahun terakhir
3
Profit margin
Bisnis Jaringan
Bisnis IT Infrastruktur
Bisnis Swicthing
Bisnis Aplikasi
Rp1–1,25 T
Rp50–100 M
Rp 250–500 M
Rp5-25 M
5-10%
15-25%
±15%
>50%
20%-30%
<10%
10%-20%
Sumber: data internal Lintasarta
Dalam kondisi seperti ini, untuk membantu menjaga tingkat pertumbuhan, Lintasarta berencana untuk mengembangkan bisnis baru dengan memasuki bisnis TPA (Third Party Administrator) untuk industri kesehatan. Rencana ini mirip dengan langkah yang dilakukan Telkom, yang masuk ke bisnis TPA dengan mengakuisisi AdMedika, sebuah perusahaan yang menjadi pemimpin dalam bisnis TPA pada industri kesehatan. Rencana ini diharapkan dapat membantu perusahaan mempertahankan tingkat pertumbuhan pendapatan yang diinginkan. Namun ada beberapa concern dari top management, khususnya terkait dengan value dan sinergi yang dihasilkan dari strategi perusahaan memasuki bisnis TPA. Dalam beberapa rapat yang dilakukan, top management menyampaikan bahwa strategi yang dilakukan dengan memasuki bisnis TPA ini harus menghasilkan benefit berupa sinergi terhadap bisnis eksisting yang dimiliki oleh perusahaan. Top management tidak menginginkan jika rencana perusahaan masuk ke suatu bisnis baru hanya menghasilkan pendapatan yang berasal dari bisnis baru tersebut, tetapi juga harus menghasilkan sinergi berupa adanya strategic fit dengan bisnis eksisting perusahaan. Adanya strategic fit ini diharapkan dapat mendukung terciptanya efisiensi biaya dan mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan sehingga menghasilkan long-term value bagi pemegang saham.
4
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengidentifikasi pertanyaan penelitian yang timbul yaitu: apakah strategi diversifikasi Lintasarta dengan memasuki bisnis TPA akan menghasilkan long-term shareholder value?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis rencana strategi diversifikasi Lintasarta dengan memasuki bisnis TPA dilihat dari sudut pandang long term shareholder value.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: i.
Manfaat bagi Akademisi Penelitian ini memberikan gambaran bagi akademisi mengenai proses ilmah dalam pengambilan keputusan untuk melakukan diversifikasi usaha.
ii.
Manfaat bagi Perusahaan Penelitian ini memberikan manfaat bagi perusahaan untuk mengetahui benefit yang dapat diperoleh dari strategi diversifikasi ke bisnis TPA yang akan dilakukan, sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan strategis terkait rencana untuk memasuki bisnis TPA.
5