1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena dari sektor inilah
sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi. Oleh karena itu, pertanian perlu ditangani secara sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan manusia. Secara umum pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura. Hortikultura terdiri atas buah-buahan,
sayuran,
tanaman
hias,
dan
tanaman
biofarmaka.
Tanamanhortikultura mempunyai sifat yang unik, yaitu mudah rusak dan pada umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, maka diperlukan perlakuan khusus dalam penanganannya. Pengembangan usaha di bidang hortikultura merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Hal ini dipertimbangkan karena hortikultura merupakan sumber pertumbuhan ekonomi
yang
Pengembangan
masih
potensial
komoditas
dan
hortikultura
belum
sepenuhnya
merupakan
dimanfaatkan.
penggerak
program
diversifikasi, ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi pertanian yang merupakan inti dari kegiatan pembangunan pertanian. Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan dan memilki prospek sangat potensial untuk dikembangkan adalah jamur tiram. Semakin banyaknya orang yang mengetahui dan sadar akan pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam jamur tiram dan memiliki berbagai
1
2
manfaat selain untuk bahan makanan dapat pula digunakan sebagai obat-obatan karena memiliki khasiat yang baik dan telah dibuktikan dengan berbagai penelitian baik bertaraf nasional dan internasional maka semakin banyak kalangan yang terbiasa mengkonsumsi jamur khususnya jamur tiram yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan olahan dan jenis lainnya. Fakta tersebut merupakan hal yang positif, baik bagi upaya diversifikasi sumber pangan alternatif maupun peluang bisnis bagi petani pembudidaya jamur tiram. Banyaknya muncul pertanyaan mengenai bagaimana peluang pasar jamur tiram di Bali perlu dijawab dengan melihat secara makro bahwa masih banyaknya pasokan dari daerah luar Bali yang masuk ke pasaran wilayah Bali. Hal tersebut membuktikan bahwa peluang pasar jamur tiram di Bali sangat besar dan seharusya peluang tersebut dimanfaatkan sebagi peluang bisnis yang menjanjikan. Dilihat secara umum dengan keunggulan komoditas jamur tiram itu sendiri baik dari segi kesegeran dan biaya distribusi yang jauh lebih murah harusnya petani jamur di Bali dapat mengisi market jamur di daerahnya sendiri. Mulai banyaknya peminat jamur tiram di Bali maka sangat baik untuk dikembangkan selain menyediakan jamur segar menjadi bahan olahan yang digemari oleh masyarakat seperti kripik, nugget, pepes, abon, sate dan produk olahan lainnya. Mengolah jamur segar menjadi beraneka ragam produk olahan bertujuan untuk memperpanjang masa kegunaan komoditi jamur dan meningkatkan nilai produk secara ekonomi. Dalam setiap harinya, manusia makan untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrisi. Selain faktor kuantitas, kualitas makanan merupakan hal yang sangat
3
penting agar tubuh dapat tumbuh dengan optimal. Makanan yang berkualitas tentu mengandung bermacam-macam gizi. Salah satu gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh adalah protein. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh di samping untuk perbaikan sel-sel yang rusak. Kebutuhan standar protein manusia dewasa sehari-hari ialah sebanyak 0.8 gram protein per kg berat badan. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 % protein, 56,6 % karbohidrat, 1,7-2,2 % lemak, 0.20 mg thiamin, 4.74.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 % lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4-24,6 % sehingga cocok untuk para pelaku diet. Untuk optimalisasi penggunaan protein, maka konsumsi makanan sumber protein juga harus optimal, artinya bahwa asupan protein sesuai dengan kebutuhan, tidak kurang tidak lebih. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori yang dapat memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jamur timar dapat digunakan sebagai bahan pengganti daging ayam dan daging sapi.
4
Jamur tiram merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Prospek pengembangan budidaya jamur tiram di Indonesia amat cerah. Selain keadaan wilayah nusantara cocok untuk jamur tiram, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1999). Salah satu sentra produksi produk olahan jamur tiram di Bali adalah KWT Spora Bali di daerah Monang Maning Denpasar. Pengembangan usahatani jamur tiram pada komunitas Spora Bali meliputi semua kegiatan, mulai dari pengadaan sarana produksi (input), budidaya, penanganan dan pengolahan produk, distribusi dan pemasaran hasil serta berbagai kegiatan-kegiatan lain yang mendukung. Dalam pelaksanaannya seluruh kegiatan tesebut harus saling terkait satu sama lainnya. Salah satu komoditi unggulan dibudidayakan
yaitu jamur tiram.
Komoditi jamur tiram ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa kripik, kerupuk, pepes, abon, sate, sayur olahan jamur untuk keperluan catering, dan stick. Kegiatan pengolahan jamur tiram ini telah dilakukan sejak tahun 2011 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali. Kelompok ini berlokasi di Jalan Luhur Sandat I Gang III No.11 Banjar Tegal Kawan Monang-Maning, dan dalam kegiatannya memperoleh bimbingan dari para penyuluh lapangan Dinas Pertanian kota Denpasar, karena selain berproduksi bahan olahan juga menyediakan baglog yang akan disitribusikan ke Dinas Pertanian .
5
Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi pertama yaitu adanya ketersediaan bahan baku jamur tiram sebagai bahan baku utama dari produk olahan jamur tiram ini, mudah diperoleh karena tidak tergantung dari pasokan pihak eksternal melainkan sudah dipasok dari interen karena sebagai produsen bahan olahan sekaligus membudidayakan jamur tiram secara langsung. Potensi kedua yaitu adanya konsumen tetap yang memasok hasil dari produk olahan mereka yaitu organisasi untuk anak-anak autis Pradnyagama dan masyarakat lainnya yang tertarik terhadap produk olahan Jamur tiram. Tanggapan positif tersebut juga banyak muncul dari para tamu berasal dari luar wilayah Denpasar dan pasar-pasar tradisional dan komunitas tertentu yang merespon baik produk tersebut. Tanggapan positif ini menunjukkan bahwa produk olahan jamur tiram tersebut bisa dijadikan sebagai makanan alternatifeyang bergizi dan digemari banyak kalangan karena telah diolah sedemikin rupa untuk menarik minat konsumen dengan cara tetap menjaga kualitas dan nilai gizi yang dikandung dalam jamur tiram . Kualitas produk yang baik yang menggunakan bahan-bahan khusus yang aman bagi kesehatan untuk kedepannya akan di daftarkan di Departemen Kesehatan. Hal tersebut merupakan langkah untuk memberikan rasa aman dan keyakinan bagi konsumen dan sebagai prasyarat untuk mengembangkan produk olahan jamur ke tempat yang lebih luas seperti supermarket bahkan ekspor. Untuk permintaan terhadap produk olahan jamur tiram khususnya untuk permintaan produk unggulan dan paling digemari oleh konsumen yaitu kripik jamur dan produk olahan jamur tiram untuk keperluan catering seperti sate, pepes, oseng
6
sayur cenderung mengalami trend meningkatnya permintaan karena dari tahun ke tahun permintaannya terus bertambah. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Jenis dan Volume Produksi Produk Olahan Jamur Tiram KWT Spora Bali,Tahun 2011-2013 Jenis Produk Kripik jamur Nugget jamur Abon jamur Olahan catering
2011 480 120 60 220
Produksi (kg) 2012 720 140 70 300
2013 1,200 180 80 420
Di sisi lain, adanya kegiatan pengolahan ini ternyata mampu memberdayakan masyarakat setempat khususnya ibu rumah tangga di wilayah Denpasar
dan sekitarnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1.1 yang
menggambarkan bahwa permintaan cenderung meningkat mulai dari kripik jamur sebagai produk olahan unggulan, olahan catering, nugget jamur dan abon jamur. Ibu-ibu tersebut dapat bekerja dan memperoleh penghasilan tanpa menggangu aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Artinya kegiatan pengolahan ini dapat menciptakan
lapangan
pekerjaan
sekaligus
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Selain itu, kegiatan pengolahan ini juga mampu meningkatkan nilai tambah bagi petani pembudidaya jamur yang sekaligus sebagai produsen pengolah produk olahan jamur tiram yang dihasilkan. Pada saat harga jamur rendah karena terjadi peningkatan produksi, maka kegiatan pengolahan akan lebih baik untuk dilakukan. Nilai tambah akan diperoleh jika dibandingkan hanya
7
menjual jamur tiram dalam bentuk segar. Oleh karena itu, kegiatan pengolahan perlu dilakukan mengingat harga jamur
yang mengalami fluktuasi. Sebagai
contoh harga jamur tiram tahun 2012 adalah berkisar antara Rp 20.000-25.000 per kilogram. Produsen pengolah jamur tiram yang sekaligus sebagai petani pembudidaya ini
akan memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga per
kilogram jamur tiram tersebut jika petani melakukan pengolahan terlebih dahulu, artinya akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan pengolahan. Produk olahan yang dihasilkan dapat berupa kripik, kerupuk, dan stick dan produk olahan lainnya untuk keperluan catering . Pengolahan satu kilogram jamur tiram diolah untuk dijadikan kripik, maka akan menghasilkan 12 bungkus kecil kripik dengan harga Rp 6.000 per bungkus untuk harga eceran dan untuk pembelian satu bungkus besar per 1 pak isi 12 bungkus kecil dihargai Rp 60.000. Jika diolah menjadi nugget maka setengah kilo jamur tiram segar akan menghasilkan nugget untuk dipasok ke catering dengan harga Rp 40.000 per bungkusnya. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan harga yang akan diperoleh jika dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian kegiatan pengolahan akan memberikan nilai tambah secara ekonomis dibandingkan jika hanya menjual jamur tiram dalam bentuk segar. Kegiatan pengolahan jamur tiram pada KWT Spora Bali
mulai
menghadapi permasalahan dalam aspek pemasaran mulai tahun 2013. Indikasi yang menunjukkan adanya permasalahan itu yakni kegiatan penjualan produk yang dilakukan masih terbatas. Penjualan ini hanya dilakukan kepada tamu yang
8
berkunjung dan pemasaran di sekitar kawasan produksi saja dan beberapa konsumen tetap yang sudah memasok hasil olahan tersebut. Tamu-tamu tersebut biasanya merupakan petani pemula jamur tiram yang datang dari kota Denpasar dan luar kota untuk datang melihat langsung budidaya dan proses pembuatannya kemudian membeli produk olahan mereka sebagai oleh-oleh. Dengan adanya keterbatasan lokasi penjualan produk olahan ini, maka dapat dikatakan penjualan belum mampu dijual keluar jauh dari tempat produksi. Hal ini terkait dengan keterbatasan informasi pasar yang dimiliki oleh KWT Spora Bali. Masalah lainnya yaitu dalam hal kemasan produk. Kemasan produk yang masih belum menarik menunjukkan bahwa teknologi pengemasan belum diterapkan. Dengan demikian pasar belum bisa menerima produk olahan ini karena kondisi kemasan yang masih sederhana. Kondisi produk olahan yang tidak tahan lama juga merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh KWT Spora Bali. Kripik dapat bertahan selama satu bulan, kerupuk mentah dua bulan, kerupuk siap makan satu bulan, dan stick dapat bertahan selama dua bulan. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan siklus yang pendek untuk produk dapat sampai ke konsumen. Jika produk tidak cepat sampai ke konsumen maka akan muncul barang sisa dan itulah yang akan menjadi masalah bagi KWT Spora Bali. Menghadapi masalah-masalah tersebut, maka manfaat yang seharusya dapat diperoleh dari kegiatan pengolahan ini belum dapat dirasakan khususnya oleh KWT Spora Bali. Kegiatan pemasaran yang belum mampu dilakukan dengan baik oleh KWT Spora Bali mengakibatkan penjualan produk olahan jamur tiram
9
yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi berkaitan dengan aspek pemasaran untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh KWT Spora Bali tersebut. Strategi yang sebaiknya digunakan KWT Spora Bali dalam kaitannya dengan usaha pemasaran adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Tantangan utama yang dihadapi KWT Spora Bali saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat dalam pasar dan lingkungan usaha yang cepat berubah sehingga mempengaruhi organisasi dan manajemen. Dengan menggunakan analisis terhadap lingkungan, diharapkan KWT Spora Bali dapat melakukan strategi pemasaran tepat yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan industri makanan.
1.2
Rumusan Masalah Dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1.
Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali?
2.
Mengidentifikasi strategi pemasaran apa saja yang dapat diterapkan oleh usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali?
3.
Strategi pemasaran mana yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam kaitannya dengan aspek pemasaran sehingga dapat mengembangkan kegiatan usaha pengolahan jamur tiram tersebut ?
10
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan strategi
pemasaran bagi produk olahan jamur di Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali di daerah Denpasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka secara rinci penelitian ini ditujukan untuk: 1.
Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali.
2.
Merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan jamur tiram oleh KWT Spora Bali.
3.
Menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan jamur tiram oleh KWT Spora Bali.
1.4 Kegunaan Penelitian Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Penelitian ini berguna bagi : 1.
Kelompok tani yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi pemasaran.
2.
Pemerintah dan instansi terkait, yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan tambahan masukan dalam melihat sejauh mana industri jamur tiram dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan nilai tambah bagi suatu usaha, terutama industri kecil.
11
3.
Peneliti yang menjadi pengalaman berharga dan sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan jamur tiram berupa kripik, kerupuk, makanan olahan rumahan seperti sayuran, pepes, sate untuk catering dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti gula, tepung, telur, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jamur Tiram Jamur tiram (Pleurotus sp.) adalah jamur pangan dengan tudung mirip
cangkang tiram, dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga berwarna krem. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak saat lembab, dan tepinya bergelombang. Diameter jamur tiram dapat mencapai rentang antara 3 cm sampai dengan 20 cm, Miselium jamur tiram (benda menyerupai benang-benang halus berwarna putih yang menjadi salah satu sarana berkembang biak jamur pada umumnya) dan bisa tumbuh dengan cepat. Warna jamur tiram ada bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan merah. Jenis yang paling banyak ditemui di Indonesia dan banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Satu jamur tiram putih dewasa mempunyai bilah-bilah atau sekat-sekat yang banyak jumlahnya. Di dalam bilahbilah tersebut terdapat bagian yang disebut basidia. Di ujung basidia terdapat kantong yang berisi banyak spora atau disebut juga basidiospore. Spora berfungsi untuk berkembang biak (Wiardani, 2010). Tempat tumbuh jamur tiram termasuk ke dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya.Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang
12
13
keras mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah yang banyak, disamping itu kayu yang keras membuat media tanam tidak cepat habis. Usaha tani jamur tiram secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian 200 meter sampai dengan 800 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimumnya 20 -30 derajat celcius pada kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 75 -85 %. Derajat keasaman media jamur tiram yag paling ideal sekitar 5,5 sampai dengan 7,0 (Warisno, Dahana 2010).
2.2
Pengolahan dan Jenis Produk Olahan Jamur Tiram. Kegiatan pengolahan bertujuan memberikan nilai tambah terhadap suatu
produk, mengatasi kelebihan produksi, serta dapat meningkatkan harga jual produk. Begitu pun halnya pada komoditi jamur tiram dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun olahan lainnya. Pengolahan yang bertujuan memberikan nilai tambah ini telah dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali. Kegiatan ini mulai dilakukan pada bulan April 2011. Komoditi jamur tiram telah diolah menjadi kripik, kerupuk, stick, nugget, abon, dan bahan menu sehari-hari seperti sayur tumis, pepes, bakso dan lain-lain. Bahan baku utama yaitu jamur tiram diperoleh dari hasil budidaya sendiri dan para petani jamur tiram di kawasan sekitar. Adapun campuran bahan-bahan
14
pendukung lainnya seperti tepung, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng banyak tersedia di pasar.
2.3
Pengertian Pemasaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep intinya adalah kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan dan jaringan pasar serta pemasar dan prospek (Kotler,1995). Dalam konsep yang dikemukakan oleh Kotler, pemasaran merupakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yang lebih efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan iginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau kelompok lainnya. Definisi tersebut bertumpu pada konsep pokok tentang kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, pertukaran, transaksi, dan pasar. Menurut
Rangkuti
(2003)
unsur-unsur
utama
pemasaran
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu unsur strategi persaingan, unsur taktik pemasaran dan unsur nilai pemasaran. Unsur strategi persaingan terdiri dari tipe-tipe yaitu (1) segmentasi pasar, merupakan tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah dan masing-masing
15
segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri (2) targeting, merupakan suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (3) positioning, merupakan penerapan posisi pasar dimana tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar dalam benak konsumen. Unsur taktik pasar terdiri dari dua unsur, yaitu: (1) diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan, kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan perusahaan lain (2), bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat. Sedangkan nilai pemasaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) merek atau brand, berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan (2) pelayanan atau service, berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen dimana kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus menerus ditingkatkan (3) proses, berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlihat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen baik langsung maupun tidak langsung. Kotler (2000) menjelaskan bahwa pekerjaan pemasaran bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan
para
pesaing
dalam
menciptakan,
menyerahkan,
dan
16
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran berdiri di atas empat pilar; pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan.
2.4
Strategi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk
mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.Strategi pemasaran terdiri atas lima elemen yang saling terkait, berikut ini : 1.
Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani dengan melakukan segmentasi pasar sasaran yang paling memungkinkan.
2.
Perencanaan produk , meliputi produk spesifik yang dijual, merek dagang, kemasan, ukuran, pelayanan, dan jaminan pengembalian.
3.
Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
4.
Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk
hingga
menggunakannya.
mencapai
konsumen
akhir
yang
membeli
dan
17
5.
Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, promosi, penjualan, pemasaran lansung, dan hubungan masyarakat. Chandler, 1962 (dalam Rangkuti, 2003) lebih menekankan pada strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi adalah pola sasaran, maksud dan tujuan dan kebijakan serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan itu. Strategi merupakan penetapan arah keseluruhan dari bisnis yang di implementasikan dalam bentuk taktik pada bagian-bagian tertentu dalam kegiatan bisnis. Strategi pemasaran adalah meliputi seleksi dan analisis target pasar dan menciptakan, memelihara bauran pemasaran yang tepat untuk kepuasan atau memuaskan masyarakat/orang/konsumen. Menurut Kotler (1995), strategi pemasaran adalah logika pemasaran, dimana suatu bisnis berharap akan mencapai sasarannya. Strategi pemasaran terdiri atas pengembalian keputusan tentang biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran. Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturanyang member arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada masing-masing tindakan, dan acuan serta lokasinya terutama berabagi tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. Strategi pemasaran dapat dinyatakan sebagai dasar tindakan yang mengarahkan kegiatan atau usaha pemasaran dari suatu perusahaan, dalam
18
kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi dalam menetapkan strategi pemasaran yang akan dijalankan, suatu perusahaan haruslah lebih dahulu melihat situasi dan kondisi pasar serta menilai posisinya di pasar. Menurut Gitosudarmono (2000), dengan mengenal faktor-faktor penentu pembelian tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa pasar yang kita hadapi berbeda-beda, akan tetapi dari perbedaan tersebut dapat dilihat adanya keamanan sifat-sifat pribadi serat lingkungan pada segmen atau bagian-bagian yang memiliki siaft-sifat serupa. Pengelompokan ini yang dinamakan segmentasi pasar. Dengan pengelompokan tersebut maka kegiatan atau strategi pemasarannya akan dititik beratkan pada salah satu atau beberapa kelompok (segmen) pasar tertentu yang dapat terjangkau sarana produksinya sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pasarnya secara lebih baik dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran pada dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup perusahaan. Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan menjadi citacita setiap eksekutif perusahaan. Strategi pemasaran menjabarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan. Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
19
berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler, 2000). Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat, sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang sering dijalankan oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produknya di pasar. Adapun variabel-variabel bauran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 2 1.
20
Tabel 2.1 Variabel-variabel Bauran Pemasaran Produk Distribusi Kualitas Saluran Fasilitas Cakupan Pilihan Lokasi Model Persediaan Nama merek Pembayaran Kemasan Ukuran Layanan Jaminan Pengembalian Sumber : David (2003)
2.5
Promosi Periklanan Penjualan personal Promosi penjualan Publisitas Transportasi
Harga Harga Potongan harga Allowances Periode Syarat kredit
Perencanaan Strategi Perencanaan strategi merupakan kegiatan perusahaan mencari kesesuaian
antara situasi internal (kekuatan dan kelemahan) dan situasi eksternal (peluan dan ancaman) perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar. Kegiatannya meliputi pengamatan secara hati-hati terhadap persaigan, peraturan, tingkat inflasi, siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman. Tujaun utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eskternal. Jadi perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing menghadapi kompetitornya, dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
21
Terdapat empat strategi utama yang dapat dilakukan perusahaan yaitu: 1. Strategi Stabilitas, adalah startegi yang dilakukan perusahaan bila perusahaan tetap melayani masyarakat dalam sektor produksi, sektor pasar dan sektor fungsi yang sangat serupa.Keputusan strategi utamanya difokuskan pada perbaikan pelaksanaan fungsinya. 2. Strategi Ekspansi, adalah strategi yang dilakukan perusahaan bila perusahaan melayani masyarakat dalam sektor produk tambahan atau menambahkan pasaran atau fungsi pada bisnis mereka. 3. Strategi Penciutan, adalah strategi yang dilakukan bila perusahaan merasa perlu untuk mengurangi lini produk, pasar dan fungsi bisnis mereka. Keputusan strategi yang dilakukan perusahaan dipusatkan pada peningkatan fungsional melalui pengurangan kegiatan dalam unit-unit yang mempunyai arus kas negatif. 4. Strategi Kombinasi, adalah merupakan kombinasi antara stabilitas, perluasan, dan penciutan, merupakan strategi yang dilakukan oleh perusahaan bila keputusan strategi pokoknya difokuskan pada berbagai strategi besar secara sadar pada waktu sama (secara simultan) dalam berbagai unit bisnis perusahaan. Perumusan strategi utama (grand strategy) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yang secara melalui tiga tahapan analisis yang dapat disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.
22
Tahap pertama adalah pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan data, pengklasifikasian dan praanalisis, yakni mengkaji faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal dan matrik profil kompetitif. Tahap kedua adalah analisis. Tahap analisis adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Modelmodel yang dapat digunakan adalah matrik SWOT, matrik internal dan eksternal. Tahap ketiga adalah pengambilan keputusan. Tahap setelah analisis adalah tahap pengambilan keputusan berupa perumusan yang di identifikasi dari faktorfaktor internal dan faktor eksternal. 2.6
Manajemen Strategi Manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk
23
mencapai tujuan perusahaan. Proses ini melibatkan pengambilan keputusan yang kompleks, berjangka panjang, berorientasi ke depan dan memerlukan sumber daya yang besar, oleh sebab itu partisipasi manajemn puncak sangat pentin, (Pearce dan Robinson, 1997). Menurut Wahyudi (1996), manajemen strategi menanamkan suatu mekanisme tatakerja organisasi secara simultan dengan memadukan seluruh komponen
organisasi
untuk
mencapai
misi
organisasi.
Model
ini
mengkombinasikan pola pikir startegi dengan proses manajemen. Ada 3 (tiga) macam proses berfikir yakni berfikir secara mekanis, institusi dan strategi. Dari ketiganya dapat disimpulkan bahwa berfikir secara startegis akan menghasilkan penyelesaian yang lebih reaktif dan berbeda bentuknya daripada hanya berdasarkan berfikir mekanis dan institusi. Semakin kreatif dalam memecahkan masalah, dibuktikan dengan semakin banyaknya bentuk pemecahan atau alternative, maka akan semakin kecil tingkat persoalan yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Hal ini lebih jauh akan menguntungkan bagi pengambil keputusan. Selanjutnya, Wahyudi (1996) menyatakan bahwa manajemen strategi merupakan suatu seni dalam ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategi antara fungsi-fungsi yang memungkinkan seluruh organisasi mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang. Sejalan dengan hal tersebut, manajemen strategi dapat berfungsi sebagai sarana mengkomunikasikan tujuan perusahaan dan jalan untuk
24
mencapai tujuan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder yang terdiri atas; pemilik, eksekutif, karyawan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dengan demikian berbagai pihak khususnya yang memiliki kepentingan langsung dapat lebih memahami peluang dan tantangan bisnis yang dihadapi. Diharapkan kepada mereka akan memiliki sensitivitas yang cukup terhadap lingkungan bisnis, dan pada saat yang sama memiliki kesiapan yang cukup jika sekiranya perusahaan memutuskan untuk melakukan perubahan secara internal (Muhammad, 2002). Berdasarkan definisi tersebut di atas, terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan berkaitan dengan manajemen strategi sebagai berikut. a. Pembuatan strategi yang meliputi pembagian misi dan tujuan jangka panjang, mengidentifikasikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan perusahaan pengembangan alternative strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. b. Penerapan strategi meliputi sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar strategi yang di tetapkan dapat di implementasikan. c. Evaluasi atau kontrol strategi mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh dari hasil-hasil pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu, perusahaan dan mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
25
d. Manajemen strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspekaspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan dan akuntansi serta produksi atau operasional dari seluruh bisnis.
Menurut Reksohadiprojo (1992), manajemen strategi merupakan suatu yang berkelanjutan di dalam formulasi, analisis, seleksi, pelaksanaan dan evaluasi startegi oleh suatu organisasi baik formal maupun informal. Lebih lanjut dikatakan bahwa berbicara masalah manajemn startegi ada dua hal yang pokok yaitu, perubahan lingkungan dan bagaimana kita memenangkan kompetisi. Dengan
demikian
manajemen
strategi
merupakan
suatu
proses
untuk
menghasilkan keputusan strategi dan merupakan arus keputusan dan tindakan yang mengarah kepada strategi pemasaran bukanlah sebagai pengganti kepimpinan bukan juga pengembangan strategi perusahaan tetapi merupakan kerangka atau kesatuan konsep dan alat yang direncanakan untuk pimpinan, manajemn dan perencanaan berfikir dan bertindak strategis. Oleh karena pimpinan dituntut mampu menjelaskan tentang misi suatu organisasi yang dipimpinnya.
Tidak jauh berbeda pernyataan di atas, Menurut Suwarsono (1998), manajemen strategi adalah sebagai usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan perusahaan untuk mengeksploitasikan peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan. Pengertian ini juga mengandung implikasi bahwa perusahaan berusaha mengurangi kelemahannya dan berusaha melakukan adaptasi dengan lingkungan
26
usahanya. Pengertian tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh ancaman (threat) bisnis. Sehubungan dengan pendapat para ahli di atas jelas bahwa manajemn strategi adalah rencana berskala yang berorientasi pada jangkauan jauh ke masa depan yang ditetapkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efisien dengan lingkungannya dalam situasi persaingan yang semuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan yang bersangkutan.
2.7
Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis lingkungan dimaksud untuk mencoba mengindentifikasi peluang
yang perlu segera mendapatkan perhatian dan pada saat yang sama diarahkan untuk mengetahui ancaman yang perlu mendapatkan antisipasi (Suwarsono, 1998). Analisis lingkunagn internal memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki kekuatan (strengths) atau kelemahan (weakness) di bidang manajemen produksi, operasi pemasaran dan distribusi, organisasi sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi (Suwarsono, 1998). Tetapi Kotler (1995) menyatakan bahwa, faktor-faktor lingkungan internal terdiri atas perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pesaing dan masyarakat. Menurut Reksohadiprojo (1992), konsep analisis lingkungan internal berkenaan dengan situasi persaingan yang dekat dan harus dihadapi perusahaan. Faktor tersebut terdiri dari profil langganan, posisi persaingan, saluran distribusi,
27
pemasok. Lingkungan ini memberikan tantangan bagi perusahaan saat perusahaan harus
berjuang
memasarkan
barang
dan
jasa-jasa
dengan
cara
yang
menguntungkan. Adapun tujuan dilakukannya analisis internal adalah untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan yang akan diantisipasi keberadaannya.Untuk mengevaluasi faktor tersebut digunakanmatriks IFAS (Internal Factor Analysis strategy). Pada dasarnya ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor internal yang dimaksud yaitu: a) Pendekatan fungsi, dan b) pendekatan analisis rincian operasional. Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika dikelola secara efektif dan efesien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pemasarannya (David, 2003). Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Perusahaan mampu mengerjakan sesuatu dengan lebih baik atau lebih murah dibandingkan pesaingnya. Paling tidak variabel tersebut menjadi pembeda utama untuk mempertahankan lebih baik jika mampu mengembangkan kinerja masa lalu. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang
28
ternyata dapat dikerjakan dengan baik atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling tidak, variabel tersebut dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kerja. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang terkait dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Kunci sukses organisasi adalah kerjasama efektif dan saling pengertian antar manajer dari semua bidang fungsional dari bisnis. Berikut beberapa contoh bidang fungsional (David, 2003) : 1. Manajemen Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian. 2. Pemasaran Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi menciptakan, dan memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa. Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3) menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung jawab sosial. 3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing prusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi sangat penting dalam merumuskan strategi secara efektif. Faktor-faktor keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, modal kerja, profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas,
29
dan modal, sering mengubah strategi yang ada dan mengubah rencana implementasi. 4. Produksi dan Operasi Fungsi produksi dan operasi terdiri dari aktifitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi terdari dari lima bidang keputusan: proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu. 5. Sumberdaya Manusia (SDM) Faktor sumberdaya manusia dapat menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
Berhubungan
dengan
penerimaan,
penyeleksian,
penilaian motivasi serta mempertahankan jumlah dan tipe pekerja yang dibutuhkan. 6. Penelitian dan Pengembangan Investasi pada litbang mengarah pada produk dan jasa yang superior dan keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk menekan biaya. Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang tersusun dari sekumpulan-sekumpulan kekuatan-kekuatan yang timbul dan berada di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional suatu perusahaan. Faktor-faktor yang terdapat pada analisis lingkungan eksternal adalah politik, ekonomi, social dan teknologi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perusahaan memberikan peluang, ancaman dan kendala kepada perusahaan, tetapi
30
sebaliknya perusahaan secara individu tidak dapat mempengaruhi analisis lingkungan eksternal (Reksohadiprojo,1992). Menurut David (2000),faktor-faktor analisis lingkungan eksternal terdiri atas social, ekonomi, teknologi dan pemerintah. Sedangkan menurut Kotler (1995), lingkungan eksternal terdiri atas kependudukan, ekonomi, fisik, teknologi, kebijakan dan perarturan pemerintah telah menjadi pertimbangan yang semakin penting bagi perusahaan atau organisasi akhir-akhir ini dalam merumuskan strategi guna mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan atau organisasi tersebut. Kotler (2000), mendefinisikan peluang pemasaran sebagai suatu daerah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif. Kotler (2000), membagi lingkungan eksternal menjadi dua macam, yaitu lingkungan eksternal makro (tidak langsung), terdiri dari demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Adapun lingkugan eksternal mikro (langsung), yang terdiri dari para pesaing, penyedia (pemasok), pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru. a. Lingkungan Makro Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik khas lingkungan makro. Pertama, lingkungan makro tidak memiliki batas (boundlessness) dan memiliki intensitas pengaruh yang berbeda terhadap
31
berbagai aspek manajemen. Kedua, lingkungan makro hanya memberikan sinyal lemah pada manajemen, karena perubahan yang ditimbulkan hanya dapat dilihat dalam jangka panjang. Ketiga, lingkungan makro mempunyai sifat tidak dapat dikendalikan. Dalam situasi global, perusahaan harus memantau enam kekuatan utama : demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, serta sosial budaya. Mengenali dan mengevaluasi eksternal makro membuat organisasi mampu mendesain strategis untuk mencapai sasaran jangka panjang. 1. Demografi Lingkungan demografi dapat dianalisis dengan menggunakan informasi mengenai jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, umur, level pendidikan, pendapatan, pekerjaan, ukuran keluarga, tempat tinggal, pola rumah tangga, dan ukuran kota. Data mengenai demografi merupakan salah satu data yang mudah ditemukan, sehingga jangan sampai suatu perusahaan gagal hanya karena kurangnya informasi mengenai faktorfaktor demografi. 2. Ekonomi Selain orang, pasar juga mensyaratkan adanya daya beli. Daya beli yang ada di suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang, dan ketersediaan kredit saat ini. Pemasar juga harus memperhatikan dengan cermat kecenderungan utama pendapatan dan pola pembelanjaan konsumen. Faktor ekonomi lainnya (David, 2003) adalah suku bunga, kecenderungan nilai mata uang, dan inflasi.
32
3. Alam Salah satu permasalahan global yang utama adalah kerusakan alam. Di banyak kota di dunia, polusi udara, tanah, dan air, telah mencapai tingkat yang membahayakan. Saat ini konsumen lebih menyukai produkproduk yang melestarikan lingkungan dan mau membayar lebih mahal untuk produk-produk “hijau”. Demikian pula dengan pemerintah yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam dengan sistem dan teknologi ramah lingkungan. Pemasar harus mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan keempat kecenderungan dalam lingkungan alam, yaitu kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, tekanan anti polusi, dan perubahan peran pemerintah. 4. Teknologi Teknologi kini menjadi salah satu sumber utama perubahan dunia. Banyak ditemukan berbagai macam penemuan baru di berbagai bidang. Dalam waktu singkat, penemuan-penemuan tersebut sudah terlihat efek ekonominya. Teknologi mampu menjadi kekuatan bagi suatu perusahaan apabila digunakan dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi menjadi kelemahan apabila teknologi pesaing lebih baik dan lebih efisien. Pemasar harus mengamati tren teknologi berikut ini: percepatan perubahan, peluang inovasi, anggaran litbang yang beragam, dan peningkatan peraturan perundang-undangan atas perubahan teknologi.
33
5. Politik dan Hukum Lingkungan politik dan hukum memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan melalui peluang dan ancaman bisnis yang ditimbulkannya. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan. Para pemasar harus tunduk terhadap beragam kelompok yang mempunyai kepentingan khusus dan berbagai perundang-undangan yang mengatur praktek bisnis. 6. Sosial Budaya Masyarakat membentuk keyakinan, nilai, dan norma. Manusia menyerap hampir secara tidak sadar, pandangan dunia, yang merumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dengan organisasi, dengan masyarakat, dan dengan alam sekitarnya. Mereka harus memasarkan produk yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai sekunder masyarakat, serta memikirkan dan mencari solusi atas kebutuhan-kebutuhan yang berbeda di dalam suatu masyarakat. b. Lingkungan Mikro Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu (Kotler, 2000). Lima kekuatan tersebut adalah pesaing industri, pendatang baru, produk substitusi, pembeli, dan pemasok. Lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah : 1. Ancaman Pesaing Industri
34
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika ia memiliki pesaing yang paling banyak, kuat, dan agresif. Segmen ini menjadi tidak menarik lagi jika pertumbuhannya stabil atau menurun, penambahan kapasitas dilakukan secara besar-besaran, biaya tetap tinggi, hambatan untuk keluar besar, atau pesaing mempunyai kepentingan yang besar terhadap segmen tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan sering terjadinnya perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru. 2. Ancaman Pendatang Baru Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan masuk dan keluar. Segmen yang paling menarik adalah memiliki hambatan untuk masuk yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah. Sedangkan tidak menarik apabila hambatan masuk rendah tetapi hambatan keluar tinggi. Semakin menarik segmen tersebut, akan mengkokohkan posisi perusahaan lama, karena pendatang baru tidak mudah memasuki segmen tersebut dan begitu sebaliknya. 3. Ancaman Produk Substitusi Segmen tertentu menjadi tidak menguntungkan jika terdapat substitusi produk yang aktual dan potensial. Konsumen akan segera berpikir untuk berpindah mengkonsumsi suatu produk ke produk substitusinya, apabila produk tersebut tidak mampu memuaskan kebutuhan konsumen. 4. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pembeli
35
Sebagian pembeli memiliki kekuatan tawar (bargaining power) yang tinggi. Kekuatan tawar pembeli berkembang apabila mereka menjadi lebih terorganisasi, produk tersebut merupakan bagian yang signifikan dari biaya pembeli, produk tersebut tidak terdeferensiasi, pembeli peka terhadap harga, atau pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu. 5. Ancaman Kekuatan Posisi Tawar Pemasok Pemasok yang mempunyai bargaining power yang tinggi, dapat memaksakan kehendaknya kepada perusahaan. Pemasok mampu berbuat sesuai keinginannya, seperti menaikkan harga atau mengurangi kuantitas input yang mereka pasok. Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi, sehingga akan mengurangi potensi laba perusahaan. Dari beberapa devinisi di atas,maka dapat dirangkum bahwa lingkungan eskternal adalah suatu kekuatan yang berada di luar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya (uncontrolable), sehingga perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada
lingkungan
ini akan
mempengaruhi kinerja semua perusahaan dalam industri tersebut. Dari hasil analisis eksternal kemudian dilanjutkan dengan melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan selama ini memberikan respon terhadap peluang dan ancaman yang ada.Untuk maksud tersebut digunakan matriks EFAS (External Factor Analysis Strategy).
36
2.8
Matriks Internal dan Eksternal (I - E Matrix) Matriks I-E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam sembilan
sel. Matriks I-E didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor bobot IFAS pada sumbu X dan total skor bobot EFAS pada sumbu Y. Pada sumbu X dari matriks I- E, total skor bobot IFAS dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah, skor 2,0 hingga 2,99 menunjukkan pertimbangan sedang, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat. Demikian pula dengan sumbu Y, total skor bobot EFAS dari 1,0 sampai 1,99 adalah pertimbangan rendah, skor dari 2,0 hingga 2,99 adalah sedang, dan skor dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks I - E terbagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yakni sebagai berikut. a. Sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan bina, Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal) mungkin paling tepat untuk semua devisi ini. b. Sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi pertahankan dan pelihara; penetrasi pasar, pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe devisi ini. c. Sel VI, VII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses dapat membentuk porfolio dari posisi bisnis-bisnisnya pada atau sekitar sel I di Matriks I - E (David, 2000).
37
Total skor bobot IFAS kuat
4,0
3,0 I
tinggi
rata-rata
lemah
2,0 II III
3,0 IV
sedang
Total skor bobot EFAS
V
VI
2,0 VII
rendah
VIII
IX
1,0 Gambar 2.2 Diagram Matriks Internal-Ekstenal (David, 2006)
2.9
Analisis SWOT Dalam menggambarkan alternatif strategi, dapat dilakukan dengan alat
bantu yang dikenal dengan matrik SWOT (S=Strengths, kekuatan),
(W=
Weaknesses, kelemahan), (O=Opportunities , peluang), dan (T=Threats, ancaman) yang didasarkan pada situasi lingkuangan internal dan eksternal. Rangkuti (2002), menyatakan bahwa perumusan strategi yang didasarkan pada logika dengan mengidentiflkasi faktor-faktor secara sistematis yang dapat memaksimalkan kekuatan yang ada dalam mengoptimalkan peluang yang tersedia. Akan tetapi di lain pihak, pada saat bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dapat mengha tercapainya tujuan perusahaan. Matrik ini mampu menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti yang dipaparkan di bawah sebagai berikut:
38
1. Strategi SO (Strengths - Opportunities), menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada. 2. Strategi ST (Strengths - Threats), menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. 4. Strategi WT (Weaknesses - Threats), berupa meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. 2.10 Analisis Quantitative Strategics Planning Matrix (QSPM) Untuk menentukan prioritas dari beberapa faktor atau alternatif strategi, dilakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan QSPM. Analisis QSPM adalah analisis yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan Key Success Factor Internal-External yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan untuk menentukan strategi pemasaran produk olahan jamur tiram pada KWT Spora Bali yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Mulyono (1996), menyebutkan bahwa untuk menghindari kesalahan dan kesulitan membuat ekuivalensi antar pengaruh, diperlakukan skala yang luas yang disebut prioritas. Skala prioritas merupakan suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala, Penentuan prioritas inilah yang akan dilakukan dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
39
2.11 Penelitian yang Relevan Patria (2005), melakukan penelitian tentang strategi pengembangan bisnis di PT Supra Sari Pratama (SSP) Bogormenggunakan alat analisis berupa Matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai matriks internal PT SSP adalah sebesar 1,680 maka perusahaan ini memiliki faktor internal yang tergolong rendah. Kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah harga jual produk yang selalu diusahakan selalu lebih rendah dari produk-produk yang telah dikenal oleh masyarakat. Sedangkan kelemahannya adalah sulit mencapai biaya produksi yang rendah. Di sisi lain nilai matriks eksternalnya adalah 2,157, ini menunjukkan respon PT SSP kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Peluang terbesar yang dimanfaatkan adalah kepercayaan masyarakat. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah daya beli masyarakat. Hal ini menempatkan posisi PT SSP berada pada posisi kuadran keenam, dimana strategi yang dapat dilakukan dengan penekanan pada produk bermutu tinggi dengan harga sedang, penekanan biaya dan pengendalian biaya yang ketat, serta periklanan yang terbatas. Berdasarkan urutan kemenarikan, strategi yang disarankan untuk diterapkan oleh perusahaan adalah: 1.
Mengefisienkan penggunaan bahan baku dan sumber energi pabrik.
2.
Berusaha mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang lebih rendah dari pesaing.
3.
Memperluas pasar dengan memproduksi produk yang lebih bervariasi.
40
4.
Mengoptimalkan kerja R&D agar didapat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.
5.
Menjalin kerjasama dengan distributor yang telah ada untuk melakukan promosi. Murtini (2006) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan
Bisnis Kacang Mete Melalui Pola Kemitraan di Kecamatam Kubu, Kabupaten Karangasem” menyimpulkan prioritas strategi pengembangan yang dihasilkan melalui analisis SWOT dan AHP terdapat lima strategi prioritas secara berurutan. Urutan strategi tersebut
yaitu peningkatan kemintraan melalui subak abian,
pengembangan komoditas jambu mete organik, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan wirausaha, dan penciptaan iklim kondusif untuk berinvestasi serta pengembangan teknologi serta peningkatan penggunaan alat pengemasan dengan kacip. Suarbawa (2005), dalam tesis berjudul Strategi Pengembangan Agribisnis Stroberi dengan Pola Kemitraandi Desa Pancasari Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, menyimpulkan adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan agribisnis stroberi di Desa Pancasari. Faktor kekuatan yang teridentifikasi antara lain potensi sumberdaya alam, jumlah ketersediaan SDM, teknologi usaha tani dan manajemen, peluang usaha, kelembagaan tani, dan kelestarian produksi. Sedangkan kelemahannya adalah permodalan, kualitas SDM, sarana dan prasarana serta layanan pemerintah daerah (pemda). Dari segi eksternal peluang yang ada di antaranya pola kemitraan, perkembangan iptek, kepastian hukum dan suku bunga bank, peluang
41
ekspor, dan kebijakan pemda.. Sedangkan ancaman antara lain berupa produk impor, kebijakan pemerintah pusat, akses pasar, kondisi politik dan keamanan serta anggaran pemda. Dari faktor-faktor tersebut, yang menjadi prioritas strategi berturut-turut adalah pengembangan sentra budidaya, kemitraan terpadu, pembinaan terpadu, dan penyediaan modal pengembangan.
42
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Kawasan potensial budidaya jamur tiram yang menghasilkan jamur tiram segar perlu diproses lebih lanjut sebagai penanganan pasca panen mengingat komoditas pertanian memiliki sifat mudah rusak dan tidak tahan lama. Setelah mengidentifikasi berbagai potensi dari kegiatan pengolahan jamur tiram yang telah dilakukan oleh KWT Spora Bali, maka ditemukan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan subsistem pengolahan dan pemasaran jamur tiram. Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menciptakan bentuk yang lebih baik. Selain itu, kemudahan dalam konsumsi oleh konsumen, produk yang tahan lama, kemudahan distribusi dan pemasaran, pemeliharaan citarasa, dan peningkatan pendapatan bagi petani dan pengolah produk olahan jamur tiram melalui nilai tambah juga merupakan tujuan dari pengolahan. Kegiatan yang dilakukan KWT Spora Bali yaitu pengadaan bahan baku, produksi atau pengolahan, dan pemasaran. Ketiga kegiatan ini saling berkaitan satu sama lain. Kegagalan dalam kegiatan awal, akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan selanjutnya. Untuk itu dalam pelaksanaan ketiaga kegiatan tersebut di atas perlu direncanakan sebaik-baiknya. Dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi berbagai produk olahannya seperti kripik, kerupuk, stick dan bahan olahan untuk catering seperti sate, nugget,
sushi, oseng sayur, pepes dan lain lain ini memerlukan perencanaan yang matang dalam aspek manajemen
produksi dan pemasarannya. Penelitian ini bertujuan
42
43
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi oleh KWT Spora Bali dalam mengembangkan usaha pengolahan produk olahan jamur tiram. Selanjutnya dirancang strategi pengembangan yang tepat dengan melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu menghitung faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang teridenfikasi dengan menggunakan IFE dan EFE.
Dari IFE dan EFE kemudian
dilakukan tahap kedua yaitu analisis SWOT untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang layak dalam pengembangan strategi pemasaran produk olahan jamur tiram. Melalui analisis ini, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman akan dicocokkan satu dengan lainnya sehingga akan didapat empat strategi, yaitu Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT. Informasi ini merupakan titik tolak dalam merumuskan prioritas strategi pengembangan produk olahan jamur tiram yang diimplementasikan dengan menggunakan QSPM ( Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai tahap akhir. Secara sistematis model kerangka konsep penelitian dimaksud disajikan pada Gambar 3.1.
44
Kawasan Potensial Budidaya Jamur Tiram
KWT Spora Bali
Produk olahan Jamur
Potensi : 1.Tersedianya bahan baku yang diproduksi sendiri 2.Memiliki pelanggan sbg konsumen tetap 3.Kualitas produk yg baik 4.Memberikan nilai tambah 5.Meningkatkan pendapatan masyarakat
Permasalahan : 1.Penjualan produk masih terbatas 2.Pasar belum menerima produk karena belum menggunakan teknologi pengemasan dan merek yang kurang dikenal 3.Kemungkinan muncul barang sisa karena produk merupakan barang konsumsi yg tidak tahan lama
Analisis lingkungan internal
Analisis lingkungan eksternal
Matriks IFE
Matriks EFE Matriks IE dan Matriks SWOT
Rumusan strategi pemasaran
Alternatif strategi pemasaran
Matriks QSPM
Prioritas Strategi Pemasaran
Rekomendasi Gambar 3.1 : Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram KWT Spora Bali
45
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada KWT Spora Bali yang berlokasi di Jalan
Luhur Sandat 1 Gang III No.11 Banjar Tegal Kawan Monang-Maning, Denpasar. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KWT
Spora Bali merupakan salah satu kelompok wanita tani yang
melakukan pengolahan jamur tiram sejak tahun 2011 sebagai komoditi unggulan di wilayah Denpasar. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Desember 2013 mulai dari pencarian lokasi penelitian, pembuatan judul proposal, pengambilan data di lapangan, analisis data sampai dengan tahap hasil.
4.2 Jenis Data dan Sumber Data 4.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1.
Data kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung dan berbentuk angka-angka seperti jumlah produksi per tahun yang diperoleh dari industri rumah tangga pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali dan harga-harga produk yang dihasilkan.
2.
Data kualitatif, yaitu data berupa keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini seperti, sejarah berdirinya, keanggotaan KWT Spora Bali, dan produk-produk yang diolah untuk dipasarkan. 45
46
4.2.2 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua kelompok yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung dengan pihakpihak yang terkait langsung memberikan informasi. Jenis data primer yang dikumpulkan antara lain indentifikasi faktor internal, faktor eksternal, nilai rating, sejarah berdirinya KWT Spora Bali, struktur dan jumlah anggota, fasilitas dan peralatan, kegiatan produksi dan operasi. Sedangkan, data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya yang mampu memberikan informasi seperti publikasi yang berhubungan dengan penelitian.
4.3
Instrumen Penelitian Instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data
adalah berupa
kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.
4.4
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut. 1. Library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengulas publikasi yang berhubungan dengan penelitian. 2. Field research yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada penelitian dengan metode:
47
a. Observasi Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian mengenai kegiatan KWT Spora Bali dan mencatat hal-hal yang diperlukan untuk penelitian. b. Wawancara Wawancara yaitu berupa tanya jawab langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu wawancara dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner sedangkan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan melihat catatan-catatan yang dimiliki oleh pengelola KWT Spora Bali untuk mengetahui berbagai catatan yang ada kaitannya dengan penelitatan.
4.5
Penentuan Responden Dalam penelitian ini yang menjadi responden stakeholders yang
mengetahui dengan baik tentang perkembangan produk olahan jamur tiram pada KWT Spora Bali. Responden faktor internal yang dipilih sebagai berikut: 1. Pengurus kelompok wanita tani dan anggotanya yang keseluruhan berjumlah 10 orang ditetapkan secara purposive yang terdiri dari ketua, sekretaris dan
48
bendahara dan sisanya 7 orang sebagai anggota dilibatkan dalam penentuan faktor –faktor strategi internal dan eksternal. 2. Responden yang dipilih untuk pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal yang digunakan pada matriks IFE, matriks EFE dan matriks IE adalah ketua dan sekretaris KWT Spora Bali. 3. Responden yang dipilih dalam penentuan prioritas dan pembobotan strategi matriks QSPM adalah ketua KWT Spora Bali karena diasumsikan memiliki pengetahuan, kemampuan dan kapasitas dalam pengembangan usaha pengolahan jamur tiram di masa depan. Sedangkan responden eksternal yang dipilih untuk pembobotan faktor internal dan eksternal adalah pimpinan dari Yayasan Pradnyagama sebuah lembaga untuk penyandang anak autis dan 1 orang petugas penyuluh lapangan dari dinas pertanian Denpasar.
4.6
Metode Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis lingkungan internal dan eksternal pemasaran. Formulasi strategi pada analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan metode yang bersumber dari David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage) digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi
49
usaha. Matriks SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal pemasaran perusahaan. Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage). Matriks QSPM digunakan dalam penentuan prioritas dari beberapa alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan dari Tahap Pemaduan. 4.6.1 Penentuan Bobot Penentuan bobot setiap variabel yang telah didaftar, dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen dan para pakar dengan menggunakan "Paired Comparison". Penggunaan metode tersebut bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap setiap faktor penentu eksternal dan internal pemasaran. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 kriteria skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah sebagai berikut. 1
= Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2
= Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal.
3
= Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal. Indikator horisontal adalah variabel-variabel atau faktor-faktor eksternal
atau internal pada laju horisontal. Sedangkan indikator vertikal adalah variabelvariabel atau faktor-faktor eksternal atau internal pada laju vertikal. Hasil penilaian masing-masing pakar pada setiap variabel atau faktor dibobot terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam tabel penilaian bobot seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1. Kemudian bobot masing-masing pakar dirata-ratakan untuk menentukan bobot setiap faktor yang digunakan dalam Matriks IFE, EFE,
50
dan Matriks IE. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Xi i =
n
Xi i 1
i = Bobot variabel ke-i
Xi = Nilai variabel X ke-i n
= Jumlah data i = 1, 2, 3, ..., n Sumber : Kinnear and Taylor (1991)
Tabel 4.1. Penilaian Bobot Faktor Internal-Eksternal Pemasaran Perusahaan Faktor Internal atau Eksternal
A
B
C
D
Total
A B C D TOTAL
4.6.2 Matriks IFE dan EFE Alat analisis pada tahap masukan yang merupakan tahap awal dari perumusan strategi pemasaran akan digunakan sebagai masukan informasi dalam tahap selanjutnya. Analisis internal pemasaran perusahaan merupakan perumusan kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan. Analisis eksternal merupakan perumusan peluang dan ancaman pemasaran perusahaan. Untuk matriks IFE (Tabel 4.2), skala nilai peringkat (rating) untuk kekuatan dan kelemahan yang digunakan adalah :
51
1 = Kekuatan yang kecil
1 = Kelemahan yang sangat berarti
2 = Kekuatan yang sedang
2 = Kelemahan yang cukup berarti
3 = Kekuatan yang besar
3 = Kelemahan yang kurang berarti
4 = Kekuatan yang sangat besar 4 = Kelemahan yang tidak berarti
Tabel 4.2 Matriks IFE Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali Faktor-faktor Internal (1)
Bobot (2)
Rating (3)
Skor (5)
Kekuatan 1. Kualitas Produk yang baik 2. Lokasi produksi strategis 3. Bahan baku tidak terbatas 4. Jenis Produk bervariasi 5. Dukungan dari komunitas petani jamur Kelemahan 1.Kemasan produk kurang memadai 2.Merek produk kurang dikenal 3 Promosi terbatas 4.Harga jual produk tinggi 5.Saluran distribusi terbatas Total
1,0
Matriks EFE (Tabel 4.3), skala nilai peringkat (rating) untuk peluang dan ancaman yang digunakan adalah :
1 = Peluang kecil
1 = Ancaman sangat besar
2 = Peluang sedang
2 = Ancaman besar
4 = Peluang sangat besar 4 = Ancaman sedikit Sumber : (David, 2000)
52
Tabel 4.3 Matriks EFE Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali Faktor-faktor Eksternal (1)
Bobot (2)
Rating (3)
Skor (4)
Peluang 1. Meningkatnya permintaan pelanggan 2. Perkembangan teknologi 3. Dukungan pemerintah pada UKM 4.Trend gaya hidup sehat 5 Penawaran bantuan modal dari perbankan Ancaman 1. Adanya barang sisa tidak terjual 2. Naiknya biaya produksi 3. Isu zat Adiktif pada makanan 4. Banyaknya prodesen produk sejenis 5. Adanya produk substitusi Total
1,0
Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal eksternal dalam matriks IFE dan Matriks EFE adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE serta peluang dan ancaman pada matriks EFE pada kolom 1.
2.
Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) semua bobot tersebut jumlahnya harus sama dengan skor total 1,00. Pada tabel 7 dapat dilihat bentuk penilaian pembobotan faktor internal-eksternal perusahaan penentuan peringkat oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis perusahaan. Untuk mengukur pengaruh
53
masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor-faktor strategis tersebut. 3.
Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.
4.
Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5.
Menjumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan internalnya.
4.6.3 Matriks Internal dan Eksternal (I - E Matrix)
Matriks I-E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor bobot IFAS sumbu X dan total skor bobot EFAS pada sumbu Y. Pada sumbu X dari I - E, total skor bobot IFAS dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi lemah, skor 2,0 hingga 2,99 menunjukkan pertimbangan rata-rata, dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah kuat.
54
Demikian pula dengan sumbu Y, total skor bobot EFAS dari 1,0 sampai 1,99 adalah pertimbangan rendah, skor dari 2,0 hingga 2,99 sedang, dan skor dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Matriks I-E terbagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda yakni sebagai berikut: a. Sel 1. II atau IV dapat disebut tumbuh dan bina. Strategi intensif (penetrasi pasar pengembangan pasar dan pengembangan produk)
atau integrasi
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal) mungkin paling tepat untuk semua devisi ini. b. Sel III. V atau VII dapat melaksanakan strategi pertahankan dan pelihara; penetrasi pasar, pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan untuk tipe-tipe devisi ini. Sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses dapat membentuk porfolio dari posisi bisnis-bisnisnya pada atau sekitar sel I di Matriks I - E Matriks Internal-Eksternal dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Grow and build strategies (pertumbuhan dan pembangunan), yang terletak pada sel I, II, atau IV. Strategi yang layak diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, perkembangan pasar, perkembangan produk) dan strategi integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horisontal). 2. Hold and maintain strategies (mempertahankan dan memelihara), jika hasil pembobotan terletak pada sel III, V, atau VII. Strategi yang layak digunakan adalah strategi penetrasi pasar dan perkembangan produk.
55
3. Harvest or divest strategies (mengambil hasil atau melepaskan), terletak pada sel VI, VIII, atau IX adalah usaha untuk memperkecil atau menutup usaha yang dilakukan perusahaan.
Total Skor Bobot IFE Kuat
Rata-rata
Lemah
4.0
3.0
2.0
1.0
3.0
I
II
III
2.0
IV
V
VI
1.0
VII
VIII
IX
Tinggi Total Skor Bobot EFE
Sedang Rendah
Gambar 4.1 Matriks Internal – Eksternal (I – E) Strategi Pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali 4.6.4 Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah kelanjutan analisis situasi internal-eksternal, di mana faktor-faktor internal berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan dengan faktor-faktor eksternal berupa faktor-faktor peluang dan ancaman, di mana kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi pemasaran Produk Olahan Jamur Tiram pada KWT Spora Bali. Mengacu pendapat Rangkuti (2000), tahapan-tahapan dalam merumuskan strategi pemasaran Produk Olahan Jamur tersebut melalui SWOT sebagai berikut :
56
a. Meletakkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dan 3, faktorfaktor peluang dan ancaman masing-masing pada bans 2 dan 3 pada matriks SWOT (Tabel 4.4). b. Merumuskan strategi SO yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatanpeluang yang diletakkan dalam sel strategi SO. c. Merumuskan
strategi
WO
yang
merupakan
kombinasi
faktor-faktor
kelemahan-peluang yang diletakkan dalam sel strategi WO. d. Merumuskan strategi ST yang merupakan kombinasi faktor-faktor kekuatanancaman yang diletakkan dalam sel strategi ST. e. Merumuskan strategi WT yang merupakan kombinasi faktor-faktor kelemahanancaman yang diletakkan dalam sel strategi WT. Dari Matriks SWOT pada Tabel 4.4 menghasilkan kombinasi strategi sebagai berikut. a. Strategi SO (Strengths -Opportunities). Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada. b. Strategi ST (Strengths-Threats). Menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman. c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities). Menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. d. Strategi WT (Weaknesses-Threats). Berupaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
57
Tabel 4.4 Matriks SWOT Strategi Pemasaran pada Produk Olahan Jamur Tiram pada KWT Spora Bali Situasi Internal
Situasi Eksternal OPPORTUNITIES (O) Identifikasi faktorfaktor peluang
STRENGTH (S) Identifikasi faktorfaktor kekutan
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang THEATS (T) STRATEGI ST Identifikasi faktorCiptakan strategi yang faktor ancaman menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Sumber: Rangkuti (2000)
WEAKNESSES W) Identifikasi faktorfaktor kelemahan STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
4.6.5 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi altematif secara objektif, berdasarkan Key Success Factor Internal-External yang telah diidentifikasi sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan untuk menentukan strategi pemasaran komoditas sayuran dengan pola kemitraan yang mana dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Cara membuat tabel QSPM sebagai berikut: a. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan di sebelah kiri QSPM, informasi ini diambil dari Matriks EFAS dan IFAS.
58
b. Memberi Weight pada masing-masing eksternal dan internal. Weight ini sama dengan yang ada di matriks EFAS dan IFAS. c. Meneliti matriks-matriks pada stage I dan identifikasikan alternative strategi yang dapat direkomendasikan dari hasil Matriks SWOT, d. Menetapkan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relative untuk masing-masing strategi yang dipilih. AS ditetapkan dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat Batasan nilai Attractive Score adalah 1 - tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. e. Menghitung total Attractiveness Score yang didapat dari perkalian weight dengan attractive score pada masing-masing baris. Total Attractiveness Score menunjukkan relative attractiveness dan Strategi. f. Menjumlahkan semua score attractiveness score pada masing-masing koJom QSPM Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah menunjukkan prioritas utama. g. Strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
59
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1
Sejarah Berdirinya Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali merupakan kelompok yang
pada awalnya merupakan kelompok tani yang membudidayakan jamur tiram untuk dipasarkan di pasar-pasar tradisional, konsumen langsung dan pedagang pengepul untuk kepentingan jamur tiram olahan.. Budidaya
jamur tiram ini
dimulai pada bulan Juni 2010 dan pengolahan menjadi poroduk olahan jamur tiram dilakukan sejak bulan April 2011. Pada awalnya pemasaran jamur tiram segar tidak mengalami kendala karena telah memiliki pelanggan tetep, namun seiring dengan banyaknya bermunculan petani pembudidaya jamur tiram sehingga konsumen memiliki banyak pilihan tempat untuk membeli hasil jamur tiram segar. Dengan hasil panen yang cukup banyak dan usaha hanya menyediakan bag log untuk dinas pertanian dan konsumen ternyata memunculkan permasalahan baru bagi kelompok pembudidaya jamur tiram KWT Spora Bali yaitu menangani hasil jamur tiram pasca panen, mengingat jamur tiram merupakan komoditi pertanian yang mudah rusak sehingga membutuhkan penanganan secara khusus.
59
60
Dari permasalahan yang muncul maka munculnya keinginan untuk mengelola hasil panen tersebut menjadi berbagai macam produk olahan jamur tiram yang apabila dibandingkan dengan hanya menjual jamur tiram segar akan memberikan nilai tambah dan penghasilan lebih tinggi bagi petani pembudidaya jamur tiram dan produsen pengolah produk olahan jamur tiram. . 5.2
Keanggotaan KWT Spora Bali Jumlah keseluruhan anggota KWT Spora Bali
adalah 10 orang yang
terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara dan 7 orang anggota.. Tujuan dari dikumpulkannya anggota sehingga menjadi 10 orang anggota yang masih memiliki hubungan kekerabatan ini adalah untuk mengumpulkan modal yang yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produk olahan jamur tiram. Adapun modal awal yang harus disetor untuk masing masing orang adalah sebesar Rp 300.000. Dana yang terkumpul dari 10 orang anggota dengan total sebesar Rp 3.000.000 kemudian dialokasikan untuk membeli peralatan - peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha pengolahan produk olahan jamur tiram. Berikut Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali yang anggotanya
40 %
berpendidikan SLTA, 20 % berpendidikan SLTA, 30 %
berpendidikan SD dan hanya 10 % berpendidikan Strata 1 (S1), KWT Spora Bali diketuai oleh Ibu Eni Ekawati, sekretaris ditugaskan pada Ibu Tri Susilowati, bendahara ditugaskan pada Ayu Pertiwi dan selebihnya sebagai anggota disajikan dalam Tabel 5.1.
61
Tabel 5.1 Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali NO
Nama
Pendidikan Terakhir
1
Eni Ekawati
S1
2
Tri Susilowati
SLTA
3
Ayu Pertiwi
SLTA
4
Nunuk Cahyani
SLTA
5
Sri Rukmana
SLTA
6
Dian Ningsih
SLTP
7
Resmini Wati
SLTP
8
Tika Wongso
SD
9
Tatik Wijayanti
SD
10
Suparmi
SD
Jumlah aset yang dimiliki oleh KWT Spora Bali yang digunakan untuk kegiatan pengolahan jamur tiram disajikan dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2. Aset KWT Spora Bali Nama Aset Kompor gas Wajan Juicer Blender Slicer Siller Panci Pisau Nampan
Jumlah 3 3 1 2 1 1 3 5 4
Jangka waktu pemakaian (tahun) 5 5 8 8 10 10 5 1 2
62
Peralatan tersebut di atas digunakan dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi berbagai produk olahan. Jamur tiram dikupas menggunakan pisau. Pemotongan menggunakan slicer dan penghancuran menggunakan blender. Pembuatan adonan digunakn panci. Wajan dan kompor digunakan untuk memasak. Nampan biasa digunakan untuk menjemur pada proses pembuatan kerupuk. Selanjutnya dalam proses pengemasan digunakan siller. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KWT Spora Bali, sumber keuangan berasal dari iuran dari para anggota. Besarnya iuran ini tidak tentu jumlahnya karena disesuaikan dengan jumlah biaya yang akan dikeluarkan dalam kegiatan produksi. Namun demikian, iuran ini tidak dapat menjadi sumber keuangan selamanya bagi KWT Spora Bali, karena anggota tidak sanggup saat jumlah biaya produksi tinggi. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama dengan pihak luar untuk mendapatkan tambahan biaya dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas produk.
5.3
Peranan Petugas Penyuluh Lapangan dalam KWT Spora Bali KWT
Spora Bali merupakan kelompok tani yang dalam kegiatannya
memperoleh bimbingan dan pengarahan dari para Petugas Peyuluh Lapangan (PPL) yang berasal dari Dinas Pertanian .Secara umum dengan adanya peran dari PPL ini diperoleh masukan dan saran yang dapat diterapkan oleh KWT Spora Bali dalam memajukan usahanya. Adanya penyuluhan tersebut mampu meningkatkan pengetahuan dandan keterampilan dari anggota KWT Spora Bali.
63
Peningkatan pengetahuandan keterampilan ini dapat tercapai jika ada peran aktif dari anggota itu sendiri untuk ikut mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan, dan menerapkan segala bentuk pengarahan dan bimbingan yang diberikan oleh PPL. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengakibatkan kelompok tani sangat memperhatikan kualitas pengolahan jamur tiram. Dengan kualitas yang baik, hasil yang diterima oleh kelompok tani juga semakin baik. Adapun kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti oleh KWT Spora Bali dalam memperkenalkan produk mereka adalah pada pameran UKM yang diselenggarakan dinas Koperasi di Lapangan Puputan Mandala Renon dan ikut serta pada pamaran kuliner Pesta Kesenian Bali (PKB). Dalam pembinaannya PPL melakukan penyuluhan ke lapangan sesuai dengan jadwal kelembagaan Dinas Pertanian sebulan sekali. Namun karena hubungan pribadi yang baik secara pribadi pula petugas tersebut biasa memberikan masukan dan penyuluhan saat dibutuhkan. Secara spesifik peranan PPL bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali adalah : 1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai budidaya jamur tiram sehingga para petani dapat melakukan budidaya dengan benar dan menghasilkan panen yang baik, hal ini sangat mendukung usaha KWT Spora Bali dalam melakukan pengolahan produk olahan mengingat jamur tiram adalah bahan baku utama yang digunakan. 2. Memberikan ide awal untuk melakukan proses pengolahan jamur tiram menjadi berbagai produk olahan untuk menghindari kerugian saat panen jamur tiram segar terlalu banyak, sehingga dapat meningkatkan penghasilan
64
petani pembudidaya jamur tiram pada awalnya dan berkembang menjadi KWT Spora Bali agar proses pengolahannya lebih terfokus. 3. Memberikan informasi-informasi untuk memasarkan hasil produk olahan jamur tiram namun masih terbatas pada pameran-pameran UKM yang diadakan oleh instansi-instansi pemerintah. 4. Membantu mengajukan perijinan dan berbagai hal legalitas seperti mendaftarkan nama produk dan mencantumkan nomor depkes pada kemasan produk yang dihasilkan yang sampai saat ini masih dalam proses.
5.4
Produk - Produk Hasil Olahan KWT Spora Bali KWT Spora Bali telah mampu memproduksi berbagai jenis produk olahan
jamur tiram untuk kepentingan catering dan produk olahan dalam kemasan. Produk unggulan yang dibuat adalah kripik dan nugget jamur. Namun ada pula berbagai variasi produk yang dikembangkan seperti krupuk, stick, dan produk olahan untuk catering seperti pepes, abon, cah tumis, bakso, sate dan masih banyak kreasi olahan lainnya. Berikut proses produksi beberapa jenis produk olahan jamur tiram : 1.
Keripik Jamur Crispy Keripik jamur merupakan produk unggulan dari KWT Spora Bali, Adapun bahan-bahan yang harus disiapkan adalah jamur segar 1 kg, tepung crispy siap saji dan minyak goreng 1 liter. Cara pembuatannya adalah suwir jamur kecil-kecil kemudian kocok telur di mangkok. Setelah itu cuci jamur dan peras hingga kesat, campur telur kocokan dan lumuri tepung crispy diayak
65
agar tidak terlalu terlalu tebal dan goreng menggunakan api sedang agar tidak mudah gosong dan bolak balik hingga berwarna kecoklatan, kemudian tiriskan dan siap di spinner untuk menghilangkan minyak dan keripik jamur siap dikemas. Harga kripik jamur per pak berisi 12 bungkus kecil seharga Rp 60.000. 2.
Kerupuk Jamur Jamur tiram juga dapat diolah menjadi kerupuk. Bahan yang digunakan antara lain jamur tiram, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Jamur tiram tersebut dicampur dengan sagu, air, penyedap rasa, dan ketumbar. Setelah dicampur rata, adonan tersebut dimasukkan ke dalam plastik putih yang berukuran 10 x 3 cm dengan tujuan untuk membentuk adonan kerupuk. Adonan selanjutnya dikukus hingga matang. Setelah matang, adonan tersebut didinginkan dan dimasukkan sebentar ke dalam lemari es agar adonan tersebut menjadi keras sehingga mudah mengirisnya. Tahapan selanjutnya adalah proses pengirisan adonan, plastik pembungkusnya dibuang terlebih dahulu. Setelah diiris tipis, kerupuk yang masih basah dijemur dengan menggunakan bantuan sinar matahari. Sinar matahari ini sangat membantu dalam proses pengeringan kerupuk jamur tiram ini. Penjemuran dilakukan sampai kerupuk jamur tiram benar-benar kering. Setelah benar-benar kering, kerupuk tersebut digoreng. Kerupuk yang telah digoreng didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam plastik
66
pembungkus yang berukuran 15 x 20 cm. Kerupuk ini dijual dengan harga Rp 5.000 per bungkus. 3.
Sirup Jamur tiram Sirup Jamur tiram yang dijual dengan harga Rp 20.000 per botol dimana dalam pembuatannya menggunakan bahan-bahan seperti jamur tiram, gula, air, vanilla, dan asam sitrat. Untuk setiap 1 kg jamur tiram digunakan gula sebanyak 700 gram, air sebanyak 1 liter, vanilla, dan asam sitrat secukupnya. Tahap pertama jamur dikupas kulit luarnya, dicuci, dan diiris tipis. Lalu irisan jamur itu dihaluskan dengan menggunakan blender untuk diambil sarinya. Sari jamur tiram tersebut dicampur dengan air, gula, vanila, dan asam sitrat. Kemudian dimasak hingga mendidih dengan cara diaduk-aduk hingga mendidih dan agak mengental. Setelah didinginkan sirup tersebut dimasukkan ke dalam botol.
4.
Stick Jamur tiram Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan stick jamur
ini
adalah jamur tiram, terigu, bawang merah, bawang putih, penyedap rasa, dan garam. Cara membuatnya yaitu jamur yang sudah dibersihkan kemudian dihaluskan, dicampurkan dengan bawang merah, bawang putih yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Selanjutnya dicampurkan dengan bahan-bahan lain. Setelah adonan tercampur, cetak adonan sesuai dengan selera. Proses
67
terakhir adalah proses penggorengan. Harga stick jamur Rp 2.000 per bungkus kecilnya. 5.
Nugget Jamur Tiram Nugget merupakan makanan cepat saji yang sangat digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa. Dari peluang tersebutlah KWT Spora Bali memproduksi nugget berbahan baku jamur sebagai alternative nugget yang biasanya terbuat dari daging. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah 1 kg jamur tiram, 300 gram roti tawar, susu cair secukupnya, 150 gram bawang bombay, 4 sendok makan margarine, 4 butir telur, 300 gram tepung panir, 1 kg minyak goreng, 4 siung bawang putih, 1 sendok teh merica, 1 sendok makan garam. Cara pembuatannya yaitu rendam roti dalam air susu, haluskan dengan sendok, bawang bombay dicincang halus dan ditumis dengan margarine kemudian campurkan adonan rendaman roti dalam susu bersama telur dan bumbu yang telah dihaluskan. Masukkan adonan ke dalam loyang yang telah diolesi margarin, ratakan, kukus selama 30 menit. Setelah dingin potong sesuai selera. Celupkan potongan nugget kedalam putih telur, gulingkan dalam tepung panir dan goreng diatas api kecil, nugget siap dikemas. Harga nugget jamur Rp 40.000 per pak.
68
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1
Analisis Lingkungan Internal
Keinginan KWT Spora Bali untuk berkembang sangat kuat, hal ini ditunjukkan dengan mempersiapkan berbagai persyaratan untuk memperoleh ijin dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi konsumen. Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran produk olahan jamur tiram yang dilakukan oleh KWT Spora Bali. Adapun faktorfaktor strategis internal tersebut antara lain: a. Kualitas Produk Yang Baik Produk olahan jamur tiram ini bermanfaat bagi kesehatan karena bahan baku utamanya yaitu jamur tiram mengandung serat dan protein tinggi. Selain itu, jamur tiram juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit seperti kolesterol dan baik untuk pelaku diet dan memelihara kesehatan karena kandungan karbohidratnya rendah kalori. Produk olahan KWT Spora Bali
merupakan produk olahan yang
ditangani secara baik dan menggunakan bahan-bahan khusus terbukti dengan adanya konsumen yang loyal dan sejauh ini tidak ada keluhan dari konsumen setelah dikonsumsi. Artinya produk olahan jamur tiram ini merupakan produk yang hygenis sehingga dapat dikatakan sebagai produk yang berkualitas baik.
68
69
Selain itu, adanya permintaan dari pasar modern yaitu Indomart menunjukkan produk tersebut berkualitas baik, karena tidak semua produk olahan dapat masuk ke pasar modern seperti Indomart. Pasar modern seperti Indomart biasanya memiliki ketentuan untuk suatu produk dapat masuk dan dipasarkan. Dengan demikian kondisi produk yang berkualitas baik ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali. b. Lokasi Produksi Strategis Lokasi pengolahan produk olahan jamur tiram berada di daerah yang strategis, yaitu berada di daerah pemukiman yang ramai di kawasan MonangManing yang membuka peluang banyaknya peminat jamur tiram dengan mudah mendapatkan hasil olahan jamur tiram. Hal ini merupakan faktor yang sangat esensial dalam proses pemasaran produk. Lokasi produksi KWT Spora Bali tidak jauh dari lokasi bahan baku berasal. Bahan baku dapat dengan mudah diperoleh dan tidak memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Rendahnya biaya transportasi ini akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Jika biaya produksi dapat ditekan, maka akan berdampak pada peningkatan keuntungan. Kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali. c. Bahan Baku Tidak Terbatas KWT Spora Bali dapat memproduksi setiap jumlah pesanan yang diminta oleh konsumennya selama ini. Berapa pun besarnya jumlah pesanan tersebut dapat dipenuhinya. Hal ini dikarenakan segala kondisi produksi yang mendukung seperti bahan baku dan tenaga kerja yang memadai. Dengan
70
demikian kegiatan produksi untuk mencapai kapasitas yang diinginkan dapat tercapai. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali. d. Jenis Produk Bervariasi Terdapat berbagai jenis produk olahan yang dihasilkan oleh KWT Spora Bali. Produk olahan tersebut yaituk kripik, kerupuk, nugget, dan produk masakan jadi seperti pepes, sate , siomay, sushi jamur dan lain-lain. Dengan demikian konsumen bisa memilih jenis olahan yang lebih disukai. Hal ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya. Tidak semua orang menyukai jamur tiram meskipun dikatakan bahwa mengkonsumsinya baik untuk kesehatan. Dengan adanya pengolahan terhadap jamur tiram, maka jamur tiram
akan lebih menarik untuk dikonsumsi
mengingat manfaatnya yang cukup besar, apalagi KWT Spora Bali telah mampu mengolahnya menjadi berbagai jenis produk olahan jamur tiram, sehingga konsumen bisa lebih variatif dalam memilih. e. Dukungan dDari Komunitas Petani Jamur KWT Spora Bali berada dalam lingkungan kawasan pembudidaya jamur tiram
yang sering dijadikan tempat penelitian bagi pelajar atau
mahasiswa perguruan tinggi di bidang pertanian. Selain itu, KWT Spora Bali juga mendapatkan pengarahan dan pembinaan dari Dinas Pertanian dan bekerjasama untuk penyaluran baglog. Disamping itu dukungan dari petani jamur bali dan luar daerah sangat bermanfaat untuk saling bertukar informasi dan teknik budidaya jamur. Selain itu, penelitian dan pelatihan ini mencakup kegiatan pengolahan produk, sampai pada pemasaran produk, sehingga
71
keberadaanya sangat berpengaruh positif dalam pengembangan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani. Hal tersebut membuat KWT Spora Bali
dapat meningkatkan
keterampilannya. Dengan peningkatan keterampilan ini diharapkan KWT Spora Bali mampu memperbaiki produksinya sampai pada pemasaran produknya sehingga lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, kondisi ini menjadi kekuatan bagi KWT Spora Bali dalam melakukan kegiatan pengolahannya yang selanjutnya berdampak pada kegiatan pemasaran. f. Kemasan Produk Kurang Memadai Kemasan yang masih sangat sederhana menunjukkan bahwa belum diterapkannnya teknologi pengemasan. Produk yang telah memiliki kualitas baik sebaiknya ditunjang dengan kemasan yang menarik. Kondisi ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya dikarenakan tampilan produk menjadi kurang menarik. Padahal bagaimana produk itu dikemas akan sangat menentukan pemasaran produk. Kemasan produk pada akhirnya akan menentukan besarnya harga jual produk tersebut. Akibat lain karena belum menggunakan teknologi pengemasan yang baik yaitu berpengaruh terhadap umur simpan produk yang lebih pendek. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian bagi KWT Spora Bali jika produk tidak cepat terjual.
72
g. Merek Produk Kurang dikenal Sampai saat ini produk hasil olahan KWT Spora Bali
belum
mempunyai merek dagang. Dengan demikian konsumen belum mengenal dengan baik produk olahan ini. Merek yang digunakan juga sering digantiganti dalam beberapa kurun waktu seperti jamur Rezza, jamur enak dan lainlain. Seharusnya dipilih dan ditetapkan satu nama yang akan digunakan untuk mempermudah mengenali produk yang beredar dipasaran. Hal ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya h.
Promosi Terbatas Kegiatan pemasaran produk juga ditentukan oleh kegiatan promosi. KWT Spora Bali melakukan kegiatan promosi melaui kegiatan pameran yang biasa diselenggarakan oleh persatuan petani jamur Bali. Kegiatan pameran yang diikuti jangka waktunya terlalu lama sehingga dinilai kurang efektif untuk bisa mempromosikan produk olahan tersebut. Selebihnya kegiatan promosi hanya dilakukan mulut ke mulut. Kegiatan promosi ini juga tidak efektif karena sangat terbatas jangkauannya sehingga informasi produk tidak dapat menyebar dengan luas. Kegiatan promosi ini dirasakan belum optimal, sehingga masih menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya.
i.
Harga Jual Produk Tinggi Harga jual produk dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan. Jika biaya produksi dapat ditekan diharapkan harga jual relatif lebih rendah. Biaya untuk bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan
73
produksi produk olahan ini dinilai cukup tinggi. Komponen seperti minyak, gula, dan terigu memberikan komposisi yang tinggi dalam proses produksi. Komposisi yang digunakan merupakan bahan-bahan pilihan karena diproduksi untuk anak-anak penyandang autis. Dengan tingginya harga komponenkomponen tersebut maka menimbulkan peningkatan terhadap biaya produksi. Hal ini akan berdampak pada harga jual produk yang tinggi. Kondisi ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali untuk memasarkan produknya karena konsumen cenderung untuk memilih produk dengan harga yang relatif rendah. j.
Saluran Distribusi Terbatas Distribusi adalah proses sampainya barang dari produsen ke konsumen. Saat ini KWT Spora Bali masih merasa kesulitan untuk dapat menyalurkan produknya hingga sampai ke tangan konsumen. Produk diolah masih menggunakan teknologi sederhana, sehingga umur simpan produk menjadi lebih pendek. Oleh karena itu, diperlukan saluran distribusi yang tepat agar produk bisa cepat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kondisi saluran distribusi yang ada saat ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya. Dalam analisis internal matriks IFE dilakukan pengidentifikasian faktor - faktor strategis internal yang memiliki pengaruh terhadap strategi pemasaran KWT Spora Bali yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan (Lampiran 2) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap faktor-faktor
74
strategis internal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata pembobotan faktorfaktor strategis internal dari keempat responden dapat dilihat pada (Lampiran 4). Adapun hasil perkalian rata-rata bobot dan rating dari keempat responden digabungkan dalam matiks IFE seperti ditunjukkan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1.Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Penilaian Faktor Strategis Internal
Bobot Rating
Skor
Kekuatan Kualitas produk yang baik
0.106
4
0.4240
Lokasi produksi strategis
0.100
3.8
0.3800
Bahan baku tidak terbatas
0.093
3.3
0.3069
Jenis produk bervariasi
0.115
4
0.4600
Dukungan dari komunitas petani jamur
0.090
4
0.3600
Kemasan produk kurang memadai
0.114
1.8
0.2052
Merek produk kurang dikenal
0.113
1.5
0.1695
Promosi terbatas
0.097
2
0.1940
Harga jual produk tinggi
0.074
1.3
0.0962
Saluran distribusi terbatas
0.099
1.5
0.1485
Kelemahan
Jumlah
1
2.7443
Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Spora Bali tersebut berada pada posisi internal “sedang” dalam memanfaatkam kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi KWT Spora Bali. Hal ini berarti bahwa KWT Spora Bali telah mampu mengatasi kelemahannya dengan
75
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki, karena berada pada posisi di atas ratarata (2,50). Kekuatan utama dari KWT Spora Bali terdapat pada faktor variasi produk dengan skor internal 0,46. Produk olahan jamur tiram ini merupakan produk yang belum dikenal banyak oleh masyarakat luas. Dengan demikian semakin banyak pilihan yang ditawarkan maka akan semakin mempermudah konsumen untuk menentukan pilihannya. Adapun kelemahan utama KWT Spora Bali terletak pada harga jual produk yang tinggi dengan skor internal 0,0962. Sebagai produk yang belum banyak dikenal oleh masyarakat, harga produk yang ditawarkan saat ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk-produk sejenis yang telah lebih dikenal masyarakat.
6.2
Analisis Lingkungan Eksternal
Kondisi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil memberikan iklim yang kurang kondusif bagi perkembangan industri makanan. Apalagi saat ini naiknya harga bahan bakar minyak dan gas serta tarif angkutan yang tinggi, akan mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan harga ini tidak terkecuali dengan harga bahan baku penunjang industri pengolahan jamur tiram yang dilakukan oleh KWT Spora Bali seperti minyak, gula, dan terigu. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi KWT Spora Bali dalam melakukan kegiatan produksi yang selanjutnya berdampak pada semakin sulitnya KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya.
76
Namun demikian, di sisi lain kondisi pertambahan jumlah penduduk memberikan peluang bagi KWT Spora Bali untuk semakin memperluas daerah pemasarannya. Produk olahan jamur tiram ini adalah produk untuk semua umur. Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah penduduk akan semakin membuka peluang dalam memasarkan produknya. Selain itu, saat ini pola konsumsi masyarakat cenderung untuk lebih memilih makanan yang sehat untuk dikonsumsi. Bahan baku produk ini yaitu jamur tiram yang bermanfaat untuk kesehatan dan menyembuhkan banyak penyakit. Pada periode awal produksi, produk olahan jamur tiram yang ditawarkan adalah dua jenis produk olahan saja yaitu kerupuk dan nugget. Namun dalam perkembangannya, KWT Spora Bali mencoba memproduksi olahan lainnya yaitu kripik dan masakan jadi untuk disalurkan ke catering dan beberapa villa. Produk ini ternyata lebih banyak disukai oleh konsumen dan selalu habis terjual dibanding dengan produk olahan jamur lainnya. Dengan demikian KWT Spora Bali selalu memproduksi kripik dan masakan jadi dalam setiap kegiatan produksinya. Pemasok bahan baku utama produk olahan ini adalah berasal dari hasil pembudidayaan sendiri dan kelompok tani yang berada di kawasan sekitar KWT Spora Bali. Dengan demikian KWT Spora Bali sudah menguasai kendali atas pemasok bahan baku utama. Bahan baku tersedia berapa pun jumlahnya karena jamur tiram merupakan produk unggulan yang sudah banyak di budidayakan di
77
Bali. Oleh karena itu, posisi tawar pemasok menjadi lemah dalam kaitannya dengan penggunaan bahan baku yang dilakukan oleh KWT Spora Bali. Hambatan masuk dalam industri ini sangat kecil. Hal ini dikarenakan diperlukan keterampilan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pendatang baru yang masuk seperti dari kelompok tani lain yang mencoba memproduksi produk sejenis, namun tidak dapat bertahan karena kesulitan untuk memasarkan produknya. Analisis lingkungan eksternal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman dalam pemasaran produk olahan jamur tiram yang dilakukan oleh KWT Spora Bali. Adapun faktorfaktor strategis eksternal tersebut antara lain : a. Meningkatnya Permintaan Pelanggan Dengan memiliki kualitas produk yang baik maka konsumen akan menjadi loyal dan percaya akan kualitas dan kesehatan
produk yang
dihasilkan KWT Spora Bali. Ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan konsumen terutama pelanggan tetap setiap tahunnya. Permintaan dari villa dan pemesanan secara langsungpun semakin meningkat, ini menjadi peluang bagi KWT Spora Bali dalam mengembangkan usahanya. b. Perkembangan Teknologi Adanya perkembangan teknologi semakin memudahkan dalam kegiatan produksi. Contohnya dalam hal penggunaan peralatan seperti adanya juicer, blender, slicer, dan sealer akan lebih memudahkan dalam proses
78
produksi. Kegiatan produksi yang lebih mudah dapat membantu tahap selanjutnya yaitu pemasaran produk. Selain adanya peralatan yang dapat memudahkan kegiatan produksi, kemajuan teknologi juga memudahkan dalam pencarian informasi yang berkenaan dengan kegiatan pemasaran produk. Misalnya pencarian informasi melalui media cetak, media elektronik, dan internet. Di samping itu, kemajuan dalam sektor transportasi juga memudahkan dalam memasarkan produk. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi produksi dan teknologi informasi menjadi peluang bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produk. c. Dukungan Pemerintah Pada UKM Pemerintah Daerah yang turut memberikan dukungan kepada kegiatan usaha KWT Spora Bali ini adalah Dinas Pertanian dan Hortikultura Kota Denpasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Dispertan memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pengarahan dan pembinaan kepada KWT Spora Bali dalam hal pembudidayaan jamur tiram dan segala bentuk kegiatannya. Disperindag memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pelatihan dalam kegiatan produksi sampai pemasaran produk serta pemberian bantuan peralatan dan informasi-informasi mengenai seminar yang dapat menambah keterampilan anggota KWT Spora Bali dalam menjalankan usahanya sebagai industri rumah tangga yang tergolong dalam usaha kecil menengah.
79
d. Trend Gaya Hidup Sehat Masyarakat Saat ini konsumen semakin cerdas dalam memilih suatu produk. Tren healthy life telah menjadi semakin memasyarakat. Konsumen cenderung lebih memilih produk yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Salah satu indikator produk yang aman adalah tanpa bahan pengawet. Produk olahan KWT Spora Bali ini diproduksi tanpa menggunakan bahan pengawet. Dengan demikian konsumen akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk ini. Selain itu, kandungan gizi dan manfaat yang terdapat dalam jamur tiram
pun akan
menjadi pilihan makanan yang baik untuk dikosumsi oleh semua umur. Kondisi ini akan menjadi peluang bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya. e. Penawaran Bantuan Modal dari Perbankan Modal yang stabil dalam menjalani suatu usaha merupakan komponen penting dalam mewujudkan usaha yang semakin maju, karena denga permodalan yang kuat proses produksi menjadi lancar.Dalam hal ini KWT Spora Bali sering mendapat tawaran dari Koperasi dan Bank seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk diberikan pinjaman, mengingat usaha pengolahan produk olahan jamur tiram masuk kedalam industri rumah tangga (UKM) yang bila dianalisis oleh penyuntik dana sangat berpotensial untuk maju dan berkembang menjadi usaha yang lebih besar. Hal tersebut dapat menajdi peluang bagi kemajuan KWT Spora Bali.
80
f. Adanya Barang Sisa Tidak Terjual Adanya barang sisa tidak terjual yang sudah terlalu lama menjadi tengik dan tentunya tidak dapat dijual lagi yang pada akhirnya menimbulkan barang sisa. Barang sisa inilah yang akan menjadi masalah karena dapat menimbulkan kerugian. Dengan demikian kondisi saluran distribusi yang ada saat ini menjadi kelemahan bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya. g. Naiknya Biaya Produksi Selain menimbulkan penurunan daya beli masyarakat, naiknya harga bahan bakar minyak yang masih berdampak sampai saat ini juga menimbulkan kenaikan harga kebutuhan pokok. Begitu pun halnya dengan harga bahan baku penunjang produksi seperti minyak, gula, dan terigu yang turut meningkat. Komponen seperti minyak, gula, dan terigu memberikan komposisi yang tinggi dalam proses produksi produk olahan jamur tiram. Dengan demikian jika harga komponen tersebut meningkat, maka akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi. Hal ini berdampak pada kenaikan harga jual produk yang sekaligus akan berakibat pada kegiatan pemasaran. Kondisi ini menjadi ancaman bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya, karena dengan harga yang lebih tinggi konsumen akan berpikir kembali untuk memutuskan proses pembelian. h. Isu zat Adiktif Pada Makanan Zat adiktif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan dalam proses produksi,pengemasan,atau penyimpanan dengan maksud tertentu.
81
Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Pada awalnya zatzat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami.Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Adapun zat aditif alami diantaranya adalah bunga cengkeh, pala, merica, dan cabai. Jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang tidak alami kemudian direaksikan. Contoh zat aditif buatan adalah monosodium glutamat, natrium benzoat, dan tartrazin. Adapun tujuan penggunaan zat adiktif untuk penguat rasa, pemanis, pengental dan sebagainya, sehingga apabila digunakan secara berlebihan dan dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan merusak kesehatan.Isu tersebut merupakan ancaman karena akan timbul ketidakpercayaan konsumen pada konsumen makanan. i. Banyaknya Produsen Produk Sejenis Terdapat pesaing di kelompok tani lain di wilayah Denpasar yang melakukan pengolahan jamur tiram. Produk yang dihasilkan tidak jauh berbeda, begitu pun dengan skala usahanya yaitu skala rumah tangga. Kelebihannya dalam segi kualitas, kualitas produk KWT Spora Bali lebih
82
unggul. Keberadaan kelompok tani ini menjadi ancaman bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya karena akan menimbulkan persaingan dalam industri pengolahan jamur tiram j. Adanya Produk Substitusi Produk olahan jamur tiram ini dapat dijadikan sebagai makanan atau cemilan
yang dikonsumsi setiap hari. Namun demikian, terdapat jenis
makanan lainnya yang dapat dijadikan sebagai makanan atau cemilan alternative seperti wortel dan bayam. Dua jenis produk tersebut merupakan produk substitusi dari produk olahan kripik jamur tiram. Karena kondisi produk substistusi tersebut lebih dikenal oleh masyarakat sehingga keberadaanya dapat lebih menguasai pasar dibanding produk olahan jamur tiram Oleh karena itu, adanya produk substitusi ini menjadi ancaman bagi KWT Spora Bali dalam memasarkan produknya. Dalam analisis eksternal matriks EFE dilakukan pengidentifikasian faktor-faktor strategis eksternal yang memiliki pengaruh terhadap strategi KWT Spora Bali. Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan (Lampiran 2 ) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap faktor-faktor strategis eksternal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata pembobotan faktor-faktor strategis eksternal dari keempat responden dapat dilihat pada (Lampiran 4). Adapun hasil perkalian antara rata-rata bobot dan rating dari keempat responden digabungkan dalam matriks EFE ditunjukkan pada Tabel 6.2.
83
Dalam analisis eksternal matriks EFE dilakukan pengidentifikasian faktor-faktor strategis eksternal yang memiliki pengaruh terhadap strategi KWT Spora Bali. Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dalam analisis tersebut dilakukan pembobotan (Lampiran 2) dan pemberian rating (Lampiran 3) terhadap faktorfaktor strategis eksternal KWT Spora Bali. Perhitungan rata-rata pembobotan faktor-faktor strategis eksternal dari keempat responden dapat dilihat pada Lampiran 4 Adapun hasil perkalian antara rata-rata bobot dan rating dari keempat responden digabungkan dalam matriks EFE ditunjukkan pada Tabel 6.2. Tabel 6.2. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Penilaian Faktor Strategis Eksternal Peluang Meningkatnya permintaan pelanggan Perkembangan teknologi Dukungan Pemerintah pada UKM Trend gaya hidup sehat masyarakat Penawaran bantuan modal dari perbankan Ancaman Adanya barang sisa tidak terjual Naiknya biaya produksi Izu zat adiktif pada makanan Banyaknya produsen produk sejenis Adanya produk substitusi Jumlah
Bobot Rating
Skor
0.128 0.107 0.009 0.09 0.089
3.8 3.3 3.8 3.8 3.5
0.4864 0.3531 0.3762 0.3420 0.3146
0.105 0.087 0.097 0.087 0.106
1.8 1.8 1.8 2 2
0.1890 0.1566 0.1890 0.1740 0.2120
1
2.7929
84
Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Spora Bali tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.. Hal ini berarti bahwa KWT Spora Bali merespon dengan baik terhadap peluang dan mampu mengatasi ancaman, sehingga dapat meminimalkan dampak dari ancaman yang mungkin timbul. Peluang utama KWT Spora Bali
terdapat pada faktor meningkatnya
permintaan pelanggan dengan skor eksternal 0,4864. Dengan adanya permintaan yang terus meningkat didukung dengan jamur tiram sebagai bahan baku utama yang dibudidayakan sendiri merupakan faktor yang penting dalam kegiatan produksi sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Permintaanyang terus meningkat setiap tahunnya merupakan peluang yang sangat terbuka untuk usaha yang lebih maju. Ancaman utama KWT Spora Bali adalah biaya produksi yang meningkat dengan skor eksternal 0,1566. Harga bahan baku yang meningkat akan berdampak pada peningkatan biaya produksi. Dengan meningkatnya biaya produksi maka harga jual akan turut meningkat. Harga jual saat ini dikatakan relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk sejenis yang telah lebih dikenal oleh masyarakat. Jika harga jual produk lebih meningkat lagi seiring dengan meningkatnnya biaya produksi, maka kondisi ini tentu akan semakin mengancam KWT Spora Bali dalam berproduksi. Selanjutnya hal ini tentu akan berdampak pada kegiatan pemasaran yang akan dilakukan oleh KWT Spora Bali, KWT Spora Bali perlu
85
menemukan daerah pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk olahannya tersebut.
6.3
Perumusan Strategi Perumusan strategi diharapkan dapat membantu pengambil keputusan
untuk dapat mengenali, mengevaluasi, sehingga pada akhirnya dapat memilih strategi tepat yang dapat diterapkan dalam kegiatan pemasaran. Terdapat tiga tahapan perumusan strategi yaitu tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Berdasarakan Matriks IE dimana terdapat dua dimensi kunci, yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu-X dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-Y. Pada sumbu-X matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443 yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah. Matriks IE ditunjukkan pada Gambar 6.1
Tinggi 3,0-4,0 Tinggi 3,0-4,0
I
Sedang 2,0-2,99 II
Rendah 1,0-1,99 III
VI Sedang 2,0-2,99
IV
V
VII
VIII
IX
Rendah 1,0-1,99
Gambar 6.1 Matriks IE KWT Spora Bali
86
Hasil pemetaan matriks IE di atas, menunjukkan bahwa KWT Spora Bali berada pada sel V. Penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran terbaik yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam memasarkan produk olahan jamur tiram. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi pemasaran yang berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang sudah ada di pasar melalui peningkatan usaha pemasaran (beri referensinya). Strategi ini perlu dilakukan mengingat daerah pemasaran KWT Spora Bali yang masih terbatas dan dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih agresif dengan menitikberatkan bauran pemasaran sebagai tolak ukurnya dalam tindakan nyata sebagai usaha untuk menjalankan pemasaran secara efektif. Secara umum penetrasi pasar dapat dibedakan atas tiga bentuk yaitu: Pertama, perusahaan dapat mencoba merangsang konsumen mereka untuk meningkatkan pembelian. Pembelian dapat diuraikan sebagai fungsi dari frekuensi pembelian dikalikan dengan jumlah pembelian yang dilakukan. Suatu perusahaan dapat mendorong konsumennya untuk membeli lebih sering sekaligus untuk membeli lebih banyak setiap pembelian. Promosi harga, iklan, publisitas, dan perluasan jaringan distribusi sangatlah membantu kegiatan ini. Secara lebih mendasar, perusahaan dapat mempertimbangkan kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan tingkat konsumsi yang ada, yang merupakan dasar dari tingkat pembelian yang dihadapi. Tingkat konsumsi adalah fungsi dari penggunaan produk dikalikan
dengan
jumlah yang digunakan atau dikonsumsi pada setiap kali penggunaan konsumsi.
87
Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora dalam hal ini adalah lebih gencar melakukan promosi dengan cara memberikan potongan harga atau harga khusus kepada pelanggan tetap dan konsumen lainnya apabila melakukan pembelian dalam jumlah besar, hal ini akan merangsang konsumen untuk meningkatkan pembeliannya. Kedua, perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik atau mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan tidak berbeda hanya pada sasaran atau target yang akan dicapai, yaitu pada konsumen saingan. Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam hal ini adalah lebih gencar melakukan promosi atas keunggulan yang dimiliki oleh KWT Spora Bali dalam hal produk yang dihasilkan, seperti mencantumkan manfaat dan komponen – komnponen berkualitas yang digunakan dalam produk olahan yang dihasilkan sehingga konsumen menjadi beralih ke produk yang dihasilkan oleh KWT Spora Bali. Ketiga, perusahaan meningkatkan usahanya dengan menarik yang bukan pemakai (non-users) atau calon konsumen yang berada dalam lingkungan pasarnya. Hal yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam hal ini adalah membuat variasi harga yang lebih terjangkau masyarakat umum dengan menggunakan bahan - bahan yang umum digunakan dan tidak hanya terbatas pada konsumen tetap yang menggunakan bahan - bahan khusus dengan harga khusus sehingga usaha pengolahan ini dapat berkembang lebih baik. Berdasarkan
Matriks
SWOT
dihasilkan
Strategi
SO
(Strengths-
Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (WeaknessOpportunities), dan strategi WT (Weakness-Threats). Strategi pemasaran produk olahan jamur tiram KWT Spora Bali yang dihasilkan dalam Matriks SWOT
88
merupakan strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar sebagai hasil dari Matriks IE. Diperoleh enam strategi pemasaran dalam Matriks SWOT, dimana keenam strategi ini terkait dengan penetapan strategi bauran pemasaran yaitu produk, distribusi, promosi, dan harga. Matriks SWOT ditunjukkan pada Tabel 6.3. Tabel 6.3 Matriks SWOT KWT Spora Bali
internal
Eksternal
PELUANG (O) 1. Meningkatnya permintaan pelanggan 2. Perkembangan teknologi 3. Dukungan dari Pemerintah 4. Trend gaya hidup sehat 5. Peenawaran bantuan modal dari perbankan
ANCAMAN (T) 1. Adanya barang sisa tidak terjual 2. Naiknya biaya produksi 3. Isu zat adiktif pada makanan 4. Banyaknya produsen produk sejenis 5. Adanya produk substitusi
KEKUATAN (S) 1. Kualitas produk yang baik 2. Lokasi produksi strategis 3. Bahan baku tidak terbatas 4. Jenis produk bervariasi 5. Dukungan dari komunitas petani jamur Strategi SO 1. Membuka peluang kerjasama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian produk (S1, S3, S4, S5, O1, O3, O5). Strategi ST 1. Berusaha mempertahankan kualitas produk (S1, S4, S5, T4, T5)
KELEMAHAN (W) 1. Kemasan produk kurang memadai 2. Merek produk kurang dikenal 3. Promosi terbatas 4. Harga jual produk tinggi 5. Saluran distribusi terbatas
Strategi WO 1. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk (W2, W3, W5, O2, O3, O4, O5). 2. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3). 3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5, O2, O3, O5). Strategi WT 1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk (W3, W4, W5, T1, T4, T5)
Keenam strategi pemasaran dari hasil Matriks SWOT di atas dijabarkan sebagai berikut.: 1.
Membuka peluang kerja sama dengan pihak
lain terkait
dengan
pendistribusian produk. (S1, S3, S4, S5, O1, O3, O5). Strategi ini terkait
89
dengan strategi bauran pemasaran tentang distribusi produk. Kerja sama yang dapat dilakukan misalnya dengan toko-toko yang menjual makanan oleh-oleh di Bali. KWT Spora Bali dapat menitipkan produk olahannya di toko-toko tersebut untuk kemudian dijual dengan sistem konsinyasi. Kerja sama lainnya dapat dilakukan dengan tempat-tempat wisata di wilayah Denpasar. KWT Spora Bali dapat menjual produk olahannya tersebut dengan membuka lapak setiap akhir pekan atau musim liburan sekolah. Dua bentuk kerja sama dengan pihak lain tersebut dapat membantu KWT Spora Bali dalam pendistribusian produk. Dengan pendistribusian produk ke dua tempat yang berbeda diharapkan penjualan produk akan meningkat dan masyarakat akan lebih mengenal produk olahan jamur yang diproduksi oleh KWT Spora Bali. 2.
Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk (W2, W3, W5, O2, O3, O4, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang promosi produk. Promosi terhadap produk yang dilakukan saat ini belum optimal dilakukan oleh KWT Spora Bali untuk memasarkan produknya. Oleh karena itu, strategi promosi lainnya perlu dilakukan guna lebih mengenalkan produk terhadap masyarakat. Promosi yang dapat dilakukan yaitu melalui pemasaran langsung dengan pemberian contoh makanan untuk dicoba langsung oleh konsumen. Dengan begitu diharapkan konsumen akan tertarik untuk mencoba produk tersebut dan kemungkinan untuk melakukan pembelian. Pemasaran langsung dirasa paling efektif karena KWT Spora Bali
dapat langsung berhubungan secara intensif dengan
konsumen dalam mempengaruhi pembelian.
90
3.
Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan (W1, O2, O3). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang produk. Kemasan produk kripik, krupuk dan nugget yang kurang menarik saat ini perlu diperbaiki, sehingga dapat meningkatkan harga jual produk tersebut. Dengan kemasan produk krupuk, kripik
dan nugget jamur tiram yang
menarik, KWT Spora Bali juga dapat memasarkan produknya tersebut di pasar modern (Indomart) seperti yang telah diminta oleh Indomart selama ini. Oleh karena itu, memperbaiki kemasan ini menjadi penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan harga jual produk dan dapat memperluas daerah pemasaran yang tentunya akan berdampak pada peningkatan penjualan produk. Saat ini harga kripik per 1 kg yaitu Rp 60.000 per pack, jika kemasan tersebut diperbaiki maka dapat meningkatkan harga kripik jamur tiram tersebut. 4.
Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi (W3, W5, O2, O3, O5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang distribusi produk. Daerah pemasaran KWT Spora Bali saat ini masih sangat terbatas yaitu di Kawasan Denpasar dan sekitar Gianyar.Pencarian informasi pasar tentang daerah pemasaran lain yang tepat untuk memasarkan produk perlu dilakukan. Dengan penggunaan teknologi informasi seperti media cetak dan media elektronik dapat membantu KWT Spora Bali dalam memperluas daerah pemasaraannya. Informasi yang diperoleh dapat berupa informasi mengenai jangkauan pasar. Hal ini perlu dilakukan karena semakin luas
91
daerah pemasaran yang dimiliki, maka akan semakin meningkatkan penjualan produk. 5.
Berusaha mempertahankan kualitas produk (S1, S4, S5, T4, T5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang harga produk. Produk olahan jamur tiram terutama kripik dan nugget yang telah memiliki kualitas produk yang baik ini perlu dipertahankan. Dengan kualitas produk kripik dan nugget jamur tiram yang tetap dapat dijaga maka akan dapat menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap produk ini. Diharapkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut akan terpelihara dengan baik, sehingga pasar yang sudah ada tetap dapat dipertahankan. Selain pasar yang sudah ada tersebut, pasar yang baru dapat diraih yang akan berakibat pada peningkatan penjualan dengan tetap mempertahankan kualitas yang telah ada.
6.
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk (W3, W4, W5, T1, T4, T5). Strategi ini terkait dengan strategi bauran pemasaran tentang promosi produk. Mengingat kegiatan promosi dan saluran distribusi produk krupuk, kripik, nugget, dan masakan olahan jamur tiram yang belum optimal dilakukan oleh KWT Spora Bali saat ini yang diikuti dengan harga masing-masing produk yang dinilai relatif mahal, maka strategi pemasaran yang efisien dan efektif perlu dilakukan. Dengan pemasaran yang lebih efisien dan efektif diharapkan KWT Spora Bali dapat mengatasi kelemahan yang ada, sehingga dapat memasarkan produknya ke tempat yang sesuai dengan kondisi harga produknya saat ini.
92
Tahap terakhir dalam perumusan strategi pemasaran adalah tahap keputusan dengan menggunakan Matriks QSPM. Hasil kuesioner yang diisi oleh responden mengenai kemenarikan alternatif strategi pemasaran produk olahan jamur tiram KWT Spora Bali dapat dilihat pada Lampiran 6 Berdasarkan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi 3 mendapat total nilai kemenarikan terbesar yaitu 7,628 yaitu memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan terutama kemasan untuk produk kripik dan nugget jamur tiram. Adapun hasil perhitungan matriks QSPM yaitu perkalian antara rata-rata bobot faktor-faktor strategis internal dan eksternal dengan nilai daya tarik (AS) dapat dilihat pada Tabel 6.4.
93
Tabel 6.4. Matriks QSPM Faktor
Bobot Strategi 1
Strategis
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
TAS
TAS
TAS
TAS
TAS
TAS
Internal A
0,106
0,424
0,424
0,424
0,424
0,424
0,424
B
0,100
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
0,300
C
0,093
0,279
0,372
0,372
0,372
0,372
0,372
D
0,090
0,360
0,360
0,360
0,360
0,360
0,360
E
0,115
0,460
0,460
0,460
0,460
0,460
0,460
F
0,114
0,456
0,456
0,456
0,456
0,000
0,456
G
0,113
0,452
0,113
0,452
0,339
0,000
0,452
H
0,097
0,388
0,388
0,388
0,388
0,097
0,388
I
0,074
0,296
0,074
0,296
0,148
0,222
0,074
J
0,099
0,099
0,099
0,297
0,297
0,000
0,396
A
0,128
0,256
0,512
0,512
0,128
0,512
0,128
B
0,107
0,428
0,428
0,428
0,428
0,428
0,428
C
0,099
0,396
0,396
0,396
0,396
0,396
0,396
D
0,09
0,180
0,090
0,270
0,360
0,090
0,180
E
0,094
0,376
0,376
0,376
0,376
0,188
0,094
F
0,105
0,420
0,420
0,420
0,420
0,210
0,420
G
0,097
0,388
0,388
0,388
0,388
0,388
0,194
H
0,087
0,261
0,261
0,261
0,087
0,348
0,348
I
0,087
0,348
0,348
0,348
0,348
0,348
0,348
J
0,106
0,424
0,424
0,424
0,424
0,424
0,424
6,991
6,689
7,628
6,899
5,567
6,642
Eksternal
Total
Berdasarkan Tabel 6.4, urutan pemilihan strategi berdasarkan angka kemenarikannya adalah sebagai berikut.: 1. Memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan. 2. Membuka peluang kerjasama dengan pihak lain terkait dengan pendistribusian
produk.
94
3. Mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. 4. Peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk. 6. Berusaha mempertahankan kualitas produk.
Strategi tiga menjadi strategi pemasaran prioritas dikarenakan perbaikan tampilan produk melalui perbaikan kemasan adalah merupakan strategi pemasaran yang paling mungkin untuk dilakukan oleh KWT Spora Bali saat ini. Dengan memperbaiki kemasan produk, maka peluang kerja sama dengan pihak lain terkait dengan masalah distribusi akan lebih mudah untuk dilakukan. Selain itu, pencarian informasi untuk memperluas daerah pemasaran yang tepat juga akan lebih terarah karena KWT Spora Bali telah memiliki produk yang berkualitas dengan tampilan produk yang sudah menarik. Artinya strategi pemasaran yang lain dapat dilaksanakan setelah strategi tiga dilakukan. Perbaikan kemasan ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi dengan pihak Disperindag Denpasar yang akan membuat desain kemasan untuk produk olahan jamur tiram yang dihasilkan oleh KWT Spora Bali terutama untuk produk kripik dan nugget jamur tiram. Selain desain kemasan, Disperindag juga akan memberikan sejumlah kemasan untuk dijadikan contoh yang selanjutnya dapat diperbanyak oleh KWT Spora Bali. Strategi lima yaitu berusaha mempertahankan kualitas produk menjadi prioritas pemasaran terakir berdasarkan hasil Matriks QSPM. Produk olahan KWT Spora Bali saat ini dikatakan memiliki kualitas yang baik terutama produk kripik dan nugget jamur tiram. Oleh karena itu, strategi ini menjadi prioritas
95
terakhir dari enam strategi aplikatif yang ada. Setelah KWT Spora Bali mampu melaksanakan kelima strategi aplikatif lainnya, selanjutnya KWT Spora Bali perlu tetap berusaha untuk mempertahankan kualitas produk yang sudah baik tersebut.
96
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
1.
Berdasarkan analisis lingkungan internal pemasaran, usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali berada pada posisi sedang dalam memanfaatkan kekuatan dan kelemahan usaha yang ada. Kekuatan utama KWT Spora Bali terdapat pada variasi produk. Adapun yang menjadi kelemahan utama KWT Spora Bali adalah harga jual produk yang tinggi. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal pemasaran, usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali berada pada posisi sedang dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Spora Bali. Peluang utama KWT Spora Bali yaitu meningkatnya permintaan pelanggan. Adapun yang menjadi ancaman utama KWT Spora Bali adalah biaya produksi yang meningkat.
2.
Hasil perumusan strategi pemasaran berdasarkan Matriks IE, KWT Spora Bali berada pada kelompok usaha hold and maintain strategy (strategi mempertahankan dan memelihara), sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dengan cara meningkatkan penjualan atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usaha –usaha pemasaran yang lebih agresif seperti melakukan promosi secara langsung dan melalui media sosial. Dengan
demikian diperoleh enam strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar yang merupakan hasil dari Matriks SWOT.
96
97
3.
Berdasarkan Matriks QSPM, diperoleh strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali yaitu memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan.
7.2
Saran yang dapat diusulkan dari penelitian ini adalah :
1. Mempertahankan posisi usaha yang ada dengan meningkatkan produksi dan
promosi produk dengan lebih efektif seperti promosi secara langsung pada konsumen
dan
menggunakan
perkembangan
teknologi
dalam
memperkenalkan produk yang dihasilkan. 2. Memperbaiki desain kemasan produk yang disesuaikan dengan tampilan
produk dari setiap jenis produk yang dihasilkan.