BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seperti yang kita tahu bahwa olahraga dan manusia sejak dahulu hidup berdampingan. Di dunia ini, ada banyak sekali olahraga yang dilakukan oleh manusia. Sama seperti di negara lain di berbagai belahan dunia, di Indonesia pun banyak olahraga yang dilakukan oleh manusia, salah satunya olahraga bola voli. Saat ini, olah raga bola voli cukup populer, hal ini dapat dilihat dengan diselenggarakannya berbagai macam event, baik yang bersifat internasional seperti Piala Dunia, Piala Asia, maupun SEA Games, atau kejuaraan pada tingkat lokal seperti Proliga, LIVOLI, maupun Kejurnas. Kepopuleran bola voli di Indonesia ditandai dengan berkembangnya
berbagai klub yang bertaraf lokal
seperti di kampung atau desa sampai yang bertaraf nasional.
Saat ini pun
pertandingan-pertandingan bola voli yang bertaraf nasional mulai banyak disiarkan oleh stasiun televisi swasta, karena rating nya cukup tinggi, artinya peminat bola voli di Indonesia juga tinggi. Perusahaan-perusahaan dan lembaga pendidikan swasta maupun milik pemerintah mulai melirik klub-klub voli sebagai media promosi yang menjanjikan di Indonesia. Bola voli dapat di jumpai dimana saja dari desa sampai kota. Olahraga ini termasuk olah raga yang merakyat karena olahraga ini sangat mudah dimainkan dan tidak memerlukan lahan yang besar, selain itu jumlah pemainnya pun tidak terlalu banyak, dan memainkannya juga tidak memerlukan biaya yang besar. Seiring berkembangnya zaman, keberadaan bolavoli saat ini mulai masuk dan berbaur dengan kehidupan masyarakat di berbagai aspek, seperti aspek sosial
1
yang menjadikan klub lokal sebagai salah satu identitas daerah. Dalam aspek lainnya seperti ekonomi adanya turnamen voli baik yang berskala daerah sampai nasional dapat menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat setempat seperti penjualan makanan, minuman, merchandise, jasa parkir, sampai ticketing. Di beberapa daerah bolavoli sudah seperti olahraga wajib setelah sepak bola. Munculnya klub-klub lokal tentu membuat dunia bolavoli Indonesia semakin ramai dan semarak. Hal ini juga memperlihatkan salah satu indikasi bahwa bola voli Indonesia sudah semakin berkembang. Di level internasional bola voli Indonesia sudah mampu berbicara dengan menjuarai SEA Games pada tahun 2008 serta berada di peringkat 6 (enam) pada Kejuaraan Asia yang pada tahun lalu berada pada peringkat 7 (tujuh).1 Bahkan saat ini di kepengurusan FIVB, Federasi Bola Voli Dunia terdapat orang indonesia yang di percaya kembali sebagai pengurusnya, yaitu Rita Subowo, yang terpilih sebagai wakil presiden Federasi Bola Voli Internasional (FIVB).2 Dengan demikian saat ini perkembangan bola voli di indonesia sudah berkembang cepat dan di akui.
Jika melihat era moderen saat ini di dunia olahraga, khususnya olahraga sepak bola yang di jadikan tolak ukur perkembangan sepak bola sendiri sudah berubah konsep menjadi industri sepak bola, yang pengelolaan klub dan institusi yang menaunginya harus dilakukan dengan profesional seperti itulah kondisi yang di harapkan dapat diwujudkan di kondisi olahraga di Indonesia khusunya bola voli namun melihat kondisi dunia olahraga di Indonesia hal tersebut sangat sulit diwujudkan karena selain minimnya dana, perhatian pemerintah yang seolah-
1 2
Marto, Putra Indonesia Peringkat Keenam Asia,http: volimania.org/index.php?option.com275 Sentul jadi pusat voli dunia, http//www.sinar harapan.co.id/berita/0610/31/html
2
olah meng “anak tiri” kan bolavoli di bandingkan dengan olahraga populer seperti sepakbola, bulutangkis, dan basket.
Hal ini hampir berlangsung di setiap daerah, melihat perhatian seperti porsi dana yang di berikan ke setiap cabang olahraga yang ada sebenarnya sangat tidak realistis. Apabila di bandingkan dengan dengan sepak bola cabang olahraga bola voli lebih banyak meraih prestasi baik di tingkat Internasional. Dari banyaknya gelar yang diraih oleh Indonesia seharusnya dapat menjadi tolak ukur bahwa bola voli merupakan salah satu olah raga yang banyak di gemari di Indonesia. Ini juga dapat menjadi alasan bagi para pencinta bola voli maju bersama-sama mewujudkan impian untuk menjadi juara dunia. Kerjasama dapat dimulai dengan menggunakan klub-klub voli sebagai media untuk beriklan. Mengenalkan produknya kepada masyarakat luas. Ini merupakan sebuah modal bagus dan kuat untuk menuju ke profesionalitas dalam pengelolaan bola voli di Indonesia. Untuk menuju era tersebut diperlukan pondasi yang kokoh, dan untuk membangun itu semua sebenarnya keadaan bola voli di Indonesia saat ini sangat mendukung karena banyaknya turnamen yang di gelar baik yang berkelas nasional sampai yang lokal khususnya setiap tahunnya. Oleh karena itu bola voli dapat dijadikan media iklan yang sangat baik untuk mengenalkan produk langsung kepada masyarakat luas. Sehingga minat masyarakat dengan bola voli semakin meningkat sehingga perkembangan bola voli Indonesia secara umum akan semakin positif.
Diperlukan banyak hal dalam membenahi kondisi bola voli di Indonesia yang masih labil. Salah satunya dengan mengedepankan kemandirian dan
3
profesionalisme klub-klub yang berada di dalamnya. Sudah saatnya pola pikir tentang profit di kedepankan tanpa melupakan tujuan utama dari sebuah olah raga yaitu prestasi. Dengan mensinergikan kedua elemen penting yaitu dana dan pembinaan maka kualitas dari para atlet lokal tidak akan kalah dari atlet-atlet mancanegara yang saat ini masih mendominasi. Untuk mencapai itu semua tidak cukup dengan semangat tetapi juga dengan membenahi sistem menejemen organisasi yang menaungi bola voli Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.
Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PBVSI berusaha keras agar dapat mewujudkan bola voli yang mandiri dan berprestasi. Salah satu langkah yang ditempuh untuk mewujudkan itu semua adalah dengan mengadakan turnamen yang diadakan setiap tahunnya yang diikuti oleh klub-klub yang berasal dari seluruh Indonesia. Turnamen tersebut dibagi menjadi dua divisi, yang pertama adalah livoli divisi utama dan yang berada di atasnya adalah Liga Voli Indonesia atau yang lebih dikenal dengan LIVOLI. Selain itu ada turnamen yang berskala nasional yang diadakan PBVSI bekerja sama dengan sponsor yaitu BSI Proliga yang menghadirkan klub-klub papan atas di Indonesia. Salah satu klub yang mengikuti LIVOLI dan Proliga adalah PBV Yogya YUSO. Klub ini bermarkas di kota Yogyakarta, D.I Yogyakarta. Selain Yuso, ada 2 klub lagi yang ada di yogyakarta yang mengikuti Livoli Divisi I, yaitu Putri Sembada dan Baja 76. Akan tetapi masih ada beberapa klub lagi yang sebenarnya dapat berlaga di Livoli divisi I namun tidak dapat tampil dikarenakan kekurangan dana. Dengan melihat banyaknya tim-tim di yogyakarta yang sangat kompetitif maka bukan hal yang sulit jika usaha untuk mendapatkan sponsor
4
untuk klub dapat diwujudkan. Karena tingginya animo masyarakat Yogyakarta akan bola voli.
Yogya YUSO sebagai salah satu klub tertua di Yogyakarta maupun di Indonesia merupakan salah satu klub yang sangat di perhitungkan di Indonesia, dan menjadi salah satu ikon Yogyakarta dalam dunia bola voli nasional. Yogya yuso berusaha melakukan pembinaan dengan berbagai cara salah satunya dengan membaginya menjadi beberapa tingkatan yaitu; pemula, senior, dan yunior 3. Hal ini telah berlangsung terus menerus hingga saat ini sehimgga terus menerus pula mencetak atlet-atlet muda baru untuk menjaga prestasi klub dan bola voli yogyakarta. hampir di semua even nasional atlet-atlet binaan YogyaYUSO selalu menjadi pilihan utama dalam mengisi skuad yang akan mewakili D.I yogyakarta dan terbukti bahwa keputusan pengurus PBVSI di Yogyakarta sudah cukup tepat dimana pada perhelatan olahraga empat tahunan sekali di Indonesia yang akrab kita kenal dengan nama Pekan Olahraga Nasional atau PON yang terakhir berlangsung di Kalimantan Timur, Yogyakarta meraih medali perak, ini membuktikan bahwa Yogyakarta khususnya YUSO Yuso masih ber “taji” di dunia perbolavolian nasional.
Dengan besarnya potensi yang dimiliki oleh YogyaYUSO seharusnya menjadi modal bagus bagi klub agar dapat berkembang. Namun dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini prestasi Bantul yuso Gunadarma di level nasional maupun lokal terus menurun. Dari mulai tim putri Yogya YUSO yang terdegradasi dari kejurnas ke LIVOLI dan kalah dari klub lokal lainnya di level
3
http://www.BantulYusoGunadharma.com/home/htm
5
kejurda, hinggga direbutnya gelar juara bertahan dari klub lokal daerah lainnya pada kejuaraan LIVOLI. Pada tingkatan PBVSI Yogyakarta sendiri sudah mulai berani mengajukan atlet-atlet binaan dari klub lokal lainnya untuk disandingkan dengan atlet-atlet dari Yogya YUSO. Hal ini terbukti pada gelaran even POPNAS yang diselenggarakan di Yogyakarta tahun lalu yang pemainnya sebagian besar merupakan atlit binaan YUSO. Saat ini pun klub-klub lokal di Yogyakarta sudah mulai mampu meraih hati masyarakat Yogyakarta dan lebih diunggulkan.terutama di sektor putri. Bukan tidak mungkin jika pada beberapa tahun lagi posisi sebagai yang terbaik di Yogyakarta akan diambil oleh klub-klub lokal tersebut. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban semua anggota klub dari pihak manajemen sampai pemain untuk memperhatikan hal ini. Karena prestasi yang diraih merupakan salah satu faktor utama dalam melihat bahwa klub tersebut eksis atau tidak.
Di luar hal itu manajemen sendiri harus memutar otak lebih keras karena saat ini klub olahraga di Indonesia dituntut lebih mandiri dalam mengarungi kompetisi tiap tahunnya, apalagi mulai di berlakukannya UU no 59 tahun 2007 yang mengatur tentang pelarangan APBD untuk klub. Seperti yang kita tahu selama ini Yogya YUSO sangat mengandalkan dana hibah dari pemerintah untuk berkompetisi. Maka manjemen dituntut untuk lebih kreatif dalam mengatur keuangan klub. Terus berinovasi mengembangkan klub kearah bisnis merupakan tuntutan yang mutlak harus dilaksanakan, namun seharusnya itu bukan menjadi masalah yang besar karena sebenarnya Yogya YUSO sudah memiliki modal yang sangat bagus. Untuk memulai itu semua seperti yang telah di ulas diatas.
6
B. Rumusan Masalah
Bagaimana dinamika eksistensi klub PBV Yogya YUSO dalam dunia olahraga di DI Yogyakarta, serta faktor apa saja yang mempengaruhi eksistensi klub PBV Yogya YUSO ?
C. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis peran pihak manajemen,pemain, serta sponsor dalam menghadapi dinamika yang terjadi dalam klub PBV Yogya YUSO b. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendorong perkembangan klub PBV Yogya YUSO
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran
bagi klub
YogyaYUSO dalam menghadapi era globalisasi serta dapat menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan klub bantul yuso gundharma. Sehingga dapat diketahui potensi dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan klub untuk menjadikan kembali
klub Yogya YUSO menjadi yang pertama dalam
perbolavolian nasional. Sehingga eksistensi klub dapat terjaga. Selain itu dari penelitian ini dapat diketahui pula bagaimana pandangan manajemen dan sponsor dalam melihat klub Yogya YUSO sebagai sesuatu yang harus di jaga.
Bagi masyarakat dapat mengenal lebih dalam tentang Yogya YUSO dan mengapa kita harus bersama-sama membangunnya serta masyarakat dapat mengetahui pula posisi bola voli yogyakarta dalam dunia olahraga nasional.
7
Dalam skala yang lebih luas lagi diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi klub-klub lain di berbagai daerah di Indonesia sebagai acuan dalam mengembangkan dan mengelola organisasi klub sehigga secara tidak langsung dapat mendukung perbolavolian nasional seperti yang sampai saat ini telah dilakukan Yogya YUSO di dunia olahraga nasional pada umumnya dan di dunia bola voli nasional khususnya.
E. Landasan Teori Masyarakat saat ini tidak bisa dipisahkan dari simbol-simbol yang ada didalamnya, simbol bertujuan untuk mempermudah Identitas setiap anggota masyarakat. Identitas ini yang digunakan oleh anggota masyrakat tersebut nuntuk menunjukkan eksistensi suatu organisasi sosial maupun suatu kelompok. Identitas tidak tercipta dengan sendirinya akan tetapi sengaja diciptakan melalui sebuah proses yang cukup panjang. Menurut Anthony Giddens 4: Identitas merupakan ciptaan kita, sesuatu yang berproses, suatu gerak yang menuju bukan suatu kebetulan. Identitas dalam masyarakat menjadi suatu yang penting karna berkaitan dengan ciri sosial, selain itu identitas juga berkaitan dengan hak-hak kewajiban serta norma-norma yang di anutnya. Simbol yang berkaitan erat dengan identitas lebih jauh juga menjadi perekat bagi warga Negara maupun kelompok masyarakat tidak terkecuali bagi pecinta bolavoli di Yogyakarta. Di era Industri olahraga saat ini simbol merupakan bentuk komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh sebab itu pembinaan organisasi klub yang baik. Organisasi harus bisa melakukan
4
Burker, Chris, 2005, Cultural Studies, PT Bentang pustaka, Yogyakarata, hlm 220
8
terobosan-terobosan dalam mengikuti perubahan jaman seperti pembentukan sistem pendidikan yang berkelanjutan, menciptakan kompetisi yang sehat, hingga inovasi-inovasi lainnya seperti yang diungkapkan oleh Darsono 5 : Bahwa organisasi yang bisa hidup sepanjang waktu adalah organisai yang terus menerus mengadakan perbaikan metode baru, dan adanya perubahan untuk mengikuti perubahan zaman namun dibutuhkan sikap terbuka dan demokrasi serta aturan yang tegas dalam organisasi untuk dapat memasuki sistem ekonomi pasar. Dalam sistem ekonomi pasar ada empat elemen penting yang harus di penuhi. Menurut Martin Wolf: 6 Dalam ekonomi pasar maka ada empat elemen penting yaitu korporasi, inovasi dan pertumbuhan, hak milik diakui serta pasar finansial. Korporasi dimaksudkan sebagai organisasi yang bisa berbentuk organisasi sosial maupun organisasi ekonomi. Yang kedua ialah inovasi dimana inovasi diperlukan karena perubahan jaman yang terjadi secra terus menerus harus bisa siap dihadapi sehingga tidak tersisih dalam pasar. Berikutnya ialah hak milik intelektual dimaksudkan sebagai merk dagang ataupun brand image. Dan yang terakhir ialah pasar finansial yaitu dimana ada lahan potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pemasukan bagi organisasi tersebut. Korporasi atau organisasi yang dimaksudkan diatas adalah perwujudan dari kultur ekonomi global yang memungkinkan terjadinya proses transformasi tanda-tanda kedalam komoditas yang akan di konsumsi oleh masyarakat. Bolavoli sebagai olahraga di Yogyakarta mulai memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat. Hal ini sebenarnya bisa dimanfaatkan klub bolavoli untuk menggali dana demi tercapainya kemandirian dalam sisi keuangan. Para pencinta bolavoli tentu saja 5
Darsono, 2006, Budaya Organisasi, Diadit Media, Jakarta, hlm 53 Wolf, Martin, 2007, globalisasi Jalan Menuju kesejahteraan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta hlm 56-59 6
9
berusaha mencari merchandise yang di jual oleh klub karena memiliki simbol klub tersebut di dalamnya. Seperti yang sudah lama di lakukan di belahan eropa dimana klub berusaha meraup keuntungan dengan menjual barang barang yang meiliki simbol klub. Mengutip pernyataan Jean Baudrillard 7: Bahwa benda-benda dalam masyarakat consumer tidak lagi dibeli demi nilai guna tersebut, melainkan dibeli sebagai tanda-tanda komoditas dalam sebuah masyarakat yang dicirikan komoditas yang terus meningkat. Tidak ada benda yang punya nilai esensial, nilai guna itu sendiri di tentukan melaui proses pertukaran yang menyebabkan makna cultural sesuatu lebih berpengaruh daripada nilai kerja atau utilitasnya. Dengan demikian simbol bisa dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan seperti yang sudah di lakukan oleh klub-klub sepakbola. Namun ini menjadi sangat potensial karena masih sedikit klub bolavoli yang berpikir kearah tersebut. Disisi lainnya klub juga harus bisa menjadikan dirinya sebagai alat promosi yang menggiurkan bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan brand image nya. Interaksi yang terjadi antara klub, sponsor, serta masyarakat pencinta bolavoli dapat menjadikan interaksi simbol yang harmonis yang dapat menjadi stimulus bagiperkembangan klub. Dengan demikian perpaduan simbol-simbol dimaksud menjadi konsumsi bagi pemuas masyarakat akan identitas yang dimilikinya namun sangat bermanfaat juga bagi perkembanga klub sebagai pemasukan. Seperti yang di ungkapkan Nicholas Abercombie 8: Jika citra begitu penting dalam konsumsi moderen dan hubungan produsen konsumen, maka kontrol terhadap makna hal-hal tersebut sama pentingnya terhadap distribusi otopritas dalam hubungan itu. Para produsen berusaha menyesuaikan makna, suatu usaha untuk memasukkan citra dan simbol kedalam benda-benda sehingga dapat dijual ataupun dibeli.Para konsumen, pada sisislain, berusaha memberi makna mereka sendiri kepada berbagai komoditas dan jasa yang mereka beli. 7
Ritzer, George, Teori Sosial Postmodern, Kreasi Wacana Yogyakarta, hal 157 Lury, Celia, 1998, Budaya Konsumen, diterjemahkan oleh Hasti T champion, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm 77 8
10
Bagi perusahaan ketika mensponsori sebuah klub diharapakan akan member stimulus kepada para fans untuk menggunakan produk sponsor. Maka dari itu bisnis merchandise memiliki pasar yang sangat menjanjikan karena juga belum banyak dilirik oleh klub voli lainnya. Untuk menciptaka sebuah organisasi ekonomi yang menguntungkan, maka harus diselaraskan pula dengan kultur dan budaya daerah tersebut sehingga budaya masyarakat dan industry olahraga dapat bersinergi menjadi satu. Melihat Yogyakarta dengan kultur bolavoli yang cukup kental diharapkan Klub dapat menegelola potensi tersebut sehingga klub tidak hanya bergantung pada hibah dari pemerintah ataupun sumbangan akan tetapi dari kontrak kerjasama dengan sponsor. Dengan begitu perusahaan sebagai sponsor bisa memanfaatkan simbol klub guna menarik minat konsumen dan disisi lainnya klub dapat mandiri secara ekonomi sehingga eksistensinya tetap terjaga. Selain itu dengan kemandirian secara ekonomi diharapkan munculnya prestasi yang dapat lebih mengibarkan lagi simbol-simbol klub demi meraih lebih banyak lagi masyarakat yang ingin menjadikan YUSO sebagai identitasnya. Lingkaran kerjasama ini yang diharapkan dapat mengangkat lagi kejayaan klub ke tingkat yang lebih tinggi. F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan deskriptif. Pemilihan metodolagi ini digunakan untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami tindakan atau
11
strategi yang dilakukan oleh elemen dalam suatu organisasi soial dan ekonomi yang ada di dalam masyarakat.9
PBV Yogya YUSO sebagai salah satu klub yang saat ini mulai berkembang menuju ke sebuah organisasi ekonomi berkendala dengan masalah kurangnya dana, yang saat ini kita ketahui pula penggunaan APBD untuk pembinaan olahraga mulai di perketat. Untuk tetap hidup dan berkembang dan terus menunjukkan eksistensinya sebagai klub nomer satu di Yogyakarta PBV Yogya YUSO juga harus terus meraih prestasi. Kasus ini muncul dan melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat luas.
2. Metode pemilihan informan Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam serta observasi langsung ke manajemen Yogya YUSO, pihak sponsor, tempat latihan, dan masyarakat olahraga bolavoli Yogyakarta. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa data yang diperoleh saat penelitian. Dalam memilih informan dalam penelitian ini peneliti memilih beberapa orang dari pihak manajemen YogyaYUSO dan juga pemain. Di sisi lain peneliti juga mempertimbangkan beberapa hal seperti waktu, biaya, serta tenaga. Para informan atau narasumber merupakan orang-orang yang aktif dalam proses perkembangan YUSO hingga saat ini. Di manajemen peneliti berusaha mewawancarai Drs. Putut Mahaerto yang merupakan ketua harian dari PBV Yogya YUSO dalam beberapa periode yang mengetahui sejarah perjalanan YUSO dari awal era industrialisasi dimulai hingga saat
9
Usman, Sunyoto, 2005, RPKPS, Metode Penelitian, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta hal 21
12
ini. Yang berikutnya ialah Atok Hartoko SE yang merupakan bagian teknologi dan informasi di YUSO, belum lama bergabung namun dengan YUSO namun sudah lama malang melintang di dunia bolavoli Indonesia dengan menjadi di redaksi volimania.org yaitu situs pecinta bolavoli di Indonesia. Selain itu penelitii juga berusaha mewawancarai pemain, ada beberapa pemain yang di wawancarai disisni yang semuanya ialah pemain senior yang sudah lebih dari 7 tahun membela YUSO, diantaranya ialah kapeten tim Anto Bertiyawan, pemain cadangan tim Raditya Yudha Mahendra, dan yang terakhir adalah Heru Yuana yang merupakan mantan kapten tim dan pada kompetisi mendatang pindah karena alas an pekerjaan. Pemain-pemain ini dapat menjelaskan dinamika yang terjadi di klub dengan pengalamannya selama ini selama membela YUSO himngga saat ini. 3. Data yang Digunakan Data yang digunakan ada dua macam yaitu primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh lewat sumber data pertama seperti lewat wawancara langsung. Wawancara terbuka disertai dengan interview guide terhadap informan yang telah ditentukan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari majalah, koran, buku, internet, dan media massa lainnya seperti televisi dan radio. 4. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan metode analisa deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi sebanyakbanyaknya. Dari pengumpulan data yang dihasilkan maka akan terlihat
13
gambaran yang jelas tentang kondisi masyarakat bola voli yogyakarta dalam melihat bantul yuso gunadarma, manajemen Yogya YUSO dan sponsor yang terlibat. Analisa data diawali dengan meringkas dan mengklarifikasi hasil wawancara. Langkah selanjutnya yaitu dengan pengorganisasian data atau menyusun kembali hasil wawancara. Dari sini akan muncul data yang lebih spesifik. Analisa data yang dilakukan dengan membandingkan dan mengkombinasikan data-data yang di peroleh dari klub bantul Yuso Gunadharma dengan hasil wawancara yang dilakukan juga kepada pemain. Dari proses itu dapat terlihat hal-hal apa saja yang dapat menjadi penghambat perkembangan klub secara detil. Melalui proses analisa diatas sehingga dapat ditarik kesimpulan yang menjadi jawaban atas segala permasalahan yang muncul.
14