BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Novel madogiwa no Totto-chan karya Kuroyanagi Tetsuko ditulis pada tahun 1981. Novel ini merupakan autobiografi Kuroyanagi Tetsuko ketika duduk di bangku sekolah dasar yang ia ceritakan kembali (Kuroyanagi, 2002 : 321). Menurut Keraf, novel seperti ini bisa disebut autobiografi. Autobiografi adalah kisah hidup yang disampaikan secara faktual dengan narasi oleh tokohnya sendiri. Sasaran utamanya adalah menyajikan peristiwa-peristiwa dramatis dan berusaha menarik manfaat dari seluruh
pengalaman
pribadi.
Berdasarkan
pengertian
tersebut,
autobiografi
merupakan pengekspresian urutan pengalaman seseorang yang diwujudkan dalam bentuk tulisan (Keraf, 2003 : 141). Novel Madogiwa no Totto-chan menceritakan tentang seorang gadis kecil yang dianggap nakal dan aneh oleh guru di sekolahnya. Totto-chan pernah dikeluarkan dari sekolahnya dengan alasan tingkah lakunya yang tidak bisa ditoleransi lagi oleh para guru dan murid di sekolah tersebut. Setelah itu, ia dipindah ke Tomoe Gakuen oleh ibunya. Di sekolah Tomoe, Totto-chan menemukan hal-hal yang berbeda dengan sekolah sebelumnya. Murid Tomoe boleh duduk di manapun yang mereka suka. Murid Tomoe tidak mempunyai tempat duduk tetap seperti halnya murid-murid di sekolah lain. Mereka juga memulai pelajaran dengan subjek yang anak-anak sukai terlebih dahulu, sedangkan di sekolah lain anak-anak harus memulai 1
2
pelajaran sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sekolah. Hal yang dilakukan di Tomoe pada waktu itu adalah hal yang tidak mungkin ditemui pada sekolah umum di Jepang pada saat itu. Anak-anak Tomoe juga diajarkan berbagai hal yang tidak diajarkan di sekolah lain seperti euritmik. Euritmik adalah olahraga yang menghaluskan mekanisme tubuh; olahraga yang mengajari otak cara menggunakan dan mengendalikan tubuh; olahraga yang memungkinkan raga dan pikiran memahami irama (Kuroyanagi, 2002 : 101). Di Tomoe anak-anak saling menghargai tanpa ada diskriminasi. Murid-murid yang mempunyai keterbatasan diperlakukan sesuai dengan kemampuan. Anak-anak di sekolah Tomoe pun tidak akan mencela atau menghina anak yang mempunyai keterbatasan. Semua anak di Tomoe mempunyai hak yang sama untuk belajar. Tottochan merasa sangat senang menjadi murid di Tomoe. Ia mendapatkan teman-teman yang menghargai dirinya apa adanya dan ia pun menyayangi mereka semua. Selama bersekolah di Tomoe Totto-chan banyak mengalami kemajuan dalam dirinya. Sikap dan perilaku Totto-chan semakin baik dari hari ke hari. Totto-chan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, kreatif dan pantang menyerah serta mempunyai banyak teman yang peduli satu sama lain. Walaupun teman-teman Tottochan di sekolah Tomoe sudah menerimanya dengan baik, ia tetap melakukan hal-hal yang aneh seperti di sekolahnya dulu. Para guru di Tomoe juga menganggap banyak dari perilaku Totto-chan yang sulit untuk dimengerti. Perilaku tokoh utama dalam novel ini menarik untuk diteliti karena perilaku tokoh utama Totto-chan yang berbeda dengan kebanyakan anak-anak pada umumnya.
3
Selain itu, guru di sekolah juga menganggap Totto-chan anak yang suka melakukan hal-hal yang aneh. Totto-chan adalah seorang anak yang sedang dalam masa perkembangan. Masa perkembangan seorang dapat dianalis dengan teori psikologi. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan dari teori psikologi untuk menganalisis kejiwaan tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia. Dalam psikologi, terdapat berbagai macam teori yang masing-masing mencoba untuk menggali lebih jauh mengenai apa yang terjadi dalam pikiran manusia, penyebabnya, akibat yang ditimbulkan, serta penanganannya. Berbagai macam teori tersebut antara lain, teori psikoanalisis, psikologi behavioristik, psikologi humanistik, psikologi perkembangan kognitif, dan lain sebagainya. Dari teori-teori tersebut, penulis
akan
menggunakan
teori
psikologi
perkembangan
kognitif
untuk
menganalisis kejiwaaan tokoh. Teori tersebut adalah teori yang mempelajari tentang gejala-gejala kehidupan mental yang berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari (Djaali, 2008 : 63). Perkembangan kognitif itu penting karena tanpa kognitif, sulit dibayangkan seorang anak dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil bagi anak untuk dapat memahami dan meyakini pengetahuan atau informasi yang disajikan kepadanya (Syah, 2004 : 84). Menurut Piaget, proses memperoleh informasi dengan berpikir seseorang itu terus berkembang dari lahir sampai dewasa (Suparno, 2001 : 5).
4
Penulis akan mengunakan teori perkembangan kognitif anak dari Jean Piaget untuk membantu menjelaskan tentang perkembangan kognitif dan perilaku tokoh utama dalam novel Madogiwa no Totto-chan. Alasan penulis menggunakan teori perkembangan kognitif anak dari Jean Piaget karena teori Piaget memfokuskan pada perkembangan intelegensi anak serta tahap-tahapnya. Sementara itu, novel Madogiwa no Totto-chan menceritakan tentang seorang anak yang sedang dalam masa perkembangan intelegensi. Intelegensi erat kaitannya tentang belajar dan pendidikan terutama pada anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan seperti Totto-chan. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan teori Piaget untuk menganalisis kondisi perkembangan psikologis tokoh Totto-chan dalam novel Madogiwa no Totto-chan. 1.2 Rumusan Masalah Penjelasan latar belakang di atas menunjukkan adanya perilaku-perilaku yang berbeda dari tokoh utama dengan anak-anak lain pada umumnya. Itu terlihat dari caranya berpikir dan menghadapi lingkungannya. Sebagai anak perempuan, Tottochan sangat berbeda dengan anak perempuan di Jepang. Pada masa itu, anak perempuan di Jepang cenderung pasif dalam berbicara dan bertingkah laku, sedangkan Totto-chan adalah anak yang sangat aktif berbicara dan bertingkah laku. Tingkah laku yang berbeda itu diakibatkan dari cara berpikir Totto-chan yang juga berbeda. Karena perbedaan itulah, teman-teman dan guru di sekolahnya menganggapnya aneh dan sulit dimengerti. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa proses memperoleh informasi dengan berpikir seseorang terus berkembang dari lahir sampai dewasa.
5
Totto-chan yang sedang dalam masa perkembangan juga memiliki pikiran-pikiran yang masih terus berkembang. Totto-chan mengolah semua informasi yang ia dapat menjadi pengetahuan dengan pemikirannya. Namun demikian, proses mencari dan mengolah informasi menjadi pengetahuan atau biasa disebut proses kognisi itu belum sempurna, sehingga Totto-chan mempunyai pemikiran-pemikiran yang belum sempurna pula. Pemikiran-pemikiran yang terus berkembang itu tidak muncul begitu saja. Ada hal-hal yang dapat merangsang perkembangan pemikiran seseorang untuk dapat mengolah pengetahuan yang ia dapat menjadi lebih matang. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur intrinsik novel Madogiwa no Totto-chan karya Kuroyanagi Tetsuko? 2. Pemikiran-pemikiran apa saja yang muncul dalam diri tokoh utama Tottochan ketika dalam masa perkembangan kognitif? 3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi proses meningkatnya pengetahuan ataupun intelegensi tokoh utama dalam novel Madogiwa no Totto-chan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini memiliki tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk meneliti perilaku tokoh utama yang mencerminkan pemikirannya dalam novel Madogiwa no Totto-chan melalui pendekatan psikologi sastra dengan bantuan disiplin ilmu
6
psikologi. Tujuan praktisnya adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, yaitu pemikiran-pemikiran apa saja yang muncul dalam diri Totto-chan ketika ia sedang dalam masa perkembangan kognitif serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses meningkatnya pengetahuan Totto-chan. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan menggunakan novel Madogiwa no Totto-Chan sebagai objek materialnya sudah pernah ditulis sebelumnya dalam beberapa skripsi di prodi bahasa dan sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Skripsi yang pertama ditulis oleh Kris Dwi Setyarini yang berjudul “Perilaku Kehidupan Totto-chan dalam novel Madogiwa no Toto-chan Karya Tetsuko Kuroyanagi Melalui Pendekatan Psikologi Pendidikan” (2005). Setyarini meneliti perilaku Totto-chan dengan menggunakan teori pendidikan Dimyati Mahmud (1990) dan psikologi perkembangan Hurlock. Dalam analisisnya Setyarini memaparkan bahwa perilaku kreatif dibentuk dari kondisi waktu, dorongan, lingkungan yang merangsang, hubungan orang tua dan anak yang tidak posesif serta kesempatan memperoleh ilmu. Skripsi kedua oleh Ahmad Yulianto yang berjudul “Madogiwa no Totto-chan Karya Tetsuko Kuroyanagi Dalam Tinjauan Konsep Pendidikan Populer Paolo Freire” (2005). Yulianto meneliti tentang perbandingan proses pendidikan dan pembelajaran yang dialami oleh Totto-chan di sekolah khususnya model pendidikan yang diterapkan Sosaku Kobayashi dengan konsep pendidikan popular yang ditemukan oleh Paolo Freire. Yulianto menggunakan sastra bandingan dan sosiologi sastra dalam menganalisisnya. Selanjutnya ia merumuskan bahwa terdapat kesamaan
7
konsep pendidikan yang di terapkan Sosaku Kobayashi dengan konsep pendidikan Paolo Freire. Kesamaan konsep itu terletak pada prinsip mendasar dalam konsep pendidikan yang memadukan antara dialog dan pendidikan egalitation yang direktif (adanya pengerahan). Selain itu, pendidikan berorientasi pada penyadaran bukan pembodohan dan pembebasan dengan memberikan ruang pemberdayaan dan pelibatan. Skripsi yang ketiga oleh Fitrahadi Muttaqin dengan judul “Efektifitas Komunikasi Interpersonal Antara Guru Dan Murid Dalam Madogiwa no Totto-chan Analisis Psikologi Komunikasi” (2008). Dalam analisisnya, dipaparkan bahwa komunikasi efektif bukan sekedar pola komunikasi dalam tataran formal, melainkan juga tataran informal. Komunikasi dikatakan efektif jika komunikasi yang terjalin terasa menyenangkan dan mampu menciptakan kesenangan serta menciptakan hubungan yang makin baik di antara peserta komunikasi. Skripsi yang keempat oleh Yendri Amela denga judul “Perbandingan Novel Madogiwa no Totto-Chan dengan Novel Laskar Pelangi : Analisis Struktural dan Sosiologi Pendidikan” (2009). Dalam analisisnya, dipaparkan setelah kedua novel dianalisis struktural, kemudian kedua novel tersebut dicari persamaan dan perbedaan struktur cerita dengan menggunakan teori kajian sastra bandingan. Amela menjelaskan terdapat kesamaan antara kedua novel yang diteliti bahwa dalam pendidikan yang universal strategi pendidikan yang tepat yaitu pendidikan yang demokratis.
8
Penulis juga ingin menekankan perbedaan skripsi ini terhadap skripsi yang di tulis oleh Setyarini. Setyarini menggunakan teori psikologi perkembangan Hurlock untuk meneliti perilaku Totto-chan. Teori yang penulis dan Setyarini gunakan adalah sama-sama teori perkembangan. Namun, perbedaan kedua teori tersebut adalah teori perkembangan Hurlock tidak menekankan bagaimana seseorang itu berkembang dalam hal intelegensi, ia menjelaskan perkembangan seseorang secara umum. Teori perkembangan kognitif anak Piaget memfokuskan perkembangan seorang anak dalam hal bagaimana anak memperoleh ilmu dan bagaimana perkembangan ilmu-ilmu yang ia peroleh dapat berkembang. Dari keempat skripsi di atas, penulis menggunakan objek material yang sama yaitu novel Madigiwa no Totto-chan. Akan tetapi, yang membedakan tulisan ini dengan yang lain adalah objek formal yang digunakan. Penulis akan menganalisis tokoh utama untuk mengetahui pemikiran yang muncul dalam diri Totto-chan serta faktor yang mempengaruhi intelegensi Totto-chan dengan teori perkembangan kognitif anak dari Jean Piaget. Dengan pertanyaan dan objek formal yang berbeda skripsi ini akan mempunyai hasil ataupun kesimpulan yang berbeda dengan skripsi yang lain. 1.5 Metode Penelitian Karya sastra bukanlah teks yang berisi data-data fakta yang diungkapkan secara lugas. Karya sastra dipenuhi dengan simbol dan makna, karena itulah penelitian yang paling cocok untuk karya sastra adalah penelitian kualitatif. Endraswara (2003: 5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan
9
dengan tidak mengutamakan angka-angka, akan tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris”. Metode penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan. Maka, metode penelitian deskriptif-kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan yang di dapat dari datadata kualitatif berupa fakta cerita novel Madogiwa no Totto-chan. Berkaitan dengan tahapan kerjanya, penelitian ini akan dilakukan dengan melalui beberapa tahap: 1. Penulis menentukan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih novel Madogiwa no Totto-chan sebagai objek penelitian. 2. Membaca secara mendalam dan menyeluruh serta memahami novel Madogiwa no Totto-chan. 3. Merumuskan masalah-masalahan yang akan diteliti. 4. Mengumpulkan data-data ataupun fakta-fakta novel serta teori-teori yang akan membantu jalannya penelitian. 5. Membangun kategori-kategori berdasarkan hasil data sehingga antara satu dan yang lain mudah dimengerti. 6. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan teks atas dasar kategorikategori yang telah dibangun. 7. Menarik kesimpulan dari rumusan masalah dan pembahasan, kemudian menyusun laporan.
10
1.6 Sistematika Penyajian Skripsi ini dibagi menjadi enam bab dalam penyajiannya. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori. Bab III merupakan riwayat penulis dan karyanya. Bab IV merupakan analisis struktural novel Madogiwa no Totto-chan. Bab V merupakan bab inti yang berisi analisis psikologi perkembangan kognitif Piaget. Bab VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan.