BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pentingnya posisi anak sebagai penerus bangsa sudah seharusnya
diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Adanya undang-undang yang mengatur tentang perlindungan anak seharusnya dapat membantu menjamin memberikan perlindungan kepada anak tersebut agar mereka dapat hidup dengan layak, namun pada kenyataanya, masih banyak anak yang hidup dalam kondisi tidak dapat memenuhi kebutuhannya, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, sehingga terpaksa bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pemenuhan kebutuhan ekonomi, sering kali dijadikan alasan utama dari keberadaan anak jalanan. Dengan menggunakan sebagian besar waktunya untuk beraktivitas dijalan, anak sering kali dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan dan sangat rentan terhadap berbagai persoalan sosial yang dapat mempengaruhi kualitas perkembangan fisik dan psikis mereka (Sanie, 2006:1) Orang tua dalam hal ini sebagai pemimpin, pelindung dan pendidik untuk anak-anaknya didalam keluarga, harusnya menyadari akan masalah ini dan menyiapkan strategi yang sebaik mungkin untuk mendidik anak-anaknya. Tidak hanya itu proses tumbuh kembang anak harus sangat diberi perhatian khusus dalam rangka membimbing dan mengarahkan mereka menuju tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu maka perhatian terhadap hak-hak anak menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan cita-cita yaitu menciptakan generasi-genarasi masa depan yang berkualitas untuk mengemban dan melanjutkan masa depan keluarga dan bangsanya. 1
Universitas Sumatera Utara
Kenyataannya apa yang terjadi saat ini, banyak anak yang seharusnya mendapat perlindungan serta kasih sayang dari orang tuanya telah melangkah menjadi anak jalanan yang melakukan berbagai aktifitas dijalanan yang tidak seharusnya mereka lakukan pada usia mereka yang masih belia. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah merupakan harapan dan cita-cita menjadi anak jalanan. Anak merupakan bagian dari komunitas seluruh manusia dimuka bumi tidak terkecuali anak jalanan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor yang menyebabkan mereka harus turun kejalanan menjadi anak jalanan. Berbicara mengenai anak jalanan, sudah merupakan hal yang biasa kita temukan dalam masyarakat, khusunya diperkotaan. Mereka digambarkan sebagai kelompok masyarakat dengan tingkat stratifikasi sosial rendah atau merupakan golongan bawah dengan status sosial serta posisi kekuasaan yang tidak jelas. Anak jalanan merupakan bagian dari fenomena nyata kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang kompleks. Manakala menyebut anak jalanan, perhatiaan kita akan tertuju pada sosoksosok kumuh, dekil, liar, nakal dan selalu hadir diperempatan jalan, tumpukan sampah, pusat-pusat hiburan, keramaian atau terminal-terminal. Sosok anak jalanan, hingga kini merupakan manusia yang menepati kedudukan sangat hina dimata masyarakat umum. Penampilannya yang jorok, ekonomi keluarganya yang miskin, lingkungan pemukimannya didaerah-daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang liar dan sering melakukan kejahatan dan ciri khas lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat rendah. Ironisnya lagi, masyarakat bahkan tidak menganggap mereka sebagai manusia lazimnya. Sebab dalam anggapan mereka, anak jalanan adalah sampah yang tidak lagi mempunyai masa depan, dan tidak mempunyai 2
Universitas Sumatera Utara
manfaat bagi masyarakat (Fras van Dijk, Sri Sanituti dan Bagong suyatmo, Dkk, 2002). Statusnya sebagai anak jalanan, menyebabkan anak-anak itu harus rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, kekerasan dan penilaian buruk masyarakat. Itu artinya ketika permasalahan sosial menimpa keluarga dan dirinya, dengan sendirinya ia mengalami penghapusan hak sebagai manusia dan hak sebagai anak oleh masyarakat. Anak jalanan merupakan anak-anak yang terpaksa atau dipaksa mencari nafkah bagi dirinya, keluarga atau orang lain dengan bekerja dijalanan, seperti: berjualan Koran, menyemir sepatu, pemulung, membersihkan mobil, pedagang asongan, pengemis dan berbagai pekerjaan yang dapat menghasilkan uang lainnya. Perampasan terhadap hak-hak ini tanpa disadari telah terjadi secara besar-besaran diamana anak-anak yang tengah menikmati pendidikan disekolah-sekolah formal pun mulai terancam dan bahkan tidak sedikit yang droup out. Kesempatan untuk bermain dan tumbuh kembang sudah mulai hilang. Kondisi seperti itu, merupakan akibat dari ketidak berdayaan orang tua untuk melindungi anaknya, sehingga anak-anak dijadikan tumpuan untuk membantu pemenuhan kebutuhan keluarga. Anak jalanan sering ditemui didaerah perkotaan. Penaganan anak jalanan dan pemenuhan hak-hak anak oleh pemerintah belum melekat dalam diri anak jalanan. Sementara razia-razia yang dilakukan oleh petugas cenderung bersifat refresif yang secara nyata melanggar hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan. Kebijakan yang ada untuk menangani anak jalanan terjadi diskriminasi dan marginalisasi terhadap anak jalanan yang semakin menjauhkan mereka dari hakhak yang semestinya mereka proleh. UUD No. 23 tahun 2002 Pasal 4 Tentang Perlindungan Anak menegaskan setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, 3
Universitas Sumatera Utara
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Berdasarkan data Kementerian Sosial, pada tahun 2011 terdapat 230.000 anak jalanan di Indonesia. Dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah anak jalanan di Indonesia semakin meningkat dalam hal kuantitas. Ternd peningkatan jumlah ini tentu saja akan memberikan dampak dan masalah baik pada lingkungan sosial maupun kepada anak jalanan itu sendiri. (http://m.tribunnews.com/nasional/2011/08/25/jumlah-anak-jalanan-230-ribu-diindonesia. Diakses pada 11:53 WIB. Senin 14 Maret 2015). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah anak jalanan di Indonesia mencapai 420.000 anak, dan yang sudah tersentuh oleh Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Kemensos baru sekitar 200.000 anak. Untuk meningkatkan program PKSA, Kemensos sudah mempunyai 25 Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) dengan Satuan Bakti Kerja Sosial (Sakti Peksos) 670 orang. (http://Indonesia.ucanews.com/2014/08/26/54-juta-anak-indonesia-terlantar. Diakses pada 12:15 WIB. Senin 14 Maret 2015). Jumlah anak jalanan Sumatera Utara, tercatat sebanyak 2.867 anak jalanan yang tersebar di 5 kota, yakni Medan (663 anak), Dairi (530 anak), Tapanuli Tengah (225 anak), Nias Selatan (224 anak), dan Tanah Karo (157 anak). Sisanya tersebar di 225 Kabupaten/Kota lainnya. Sebagian besar keberadaan anak jalanan tersebut di tempat-tempat seperti persimpangan-persimpangan jalan utama kota (lampu merah), pasar tradisional terminal-terminal bus dan pusat-pusat keramaian lainnya (PKPA, 2011:12). Pada tahun 2011 jumlah anak jalanan kota Medan berjumlah 745 orang, dan rata-rata masih dalam usia sekolah. Itu adalah realita dikota besar seperti kota 4
Universitas Sumatera Utara
Medan, tidak dapat dipungkiri, ratusan anak yang masih usia belia, harus bekerja (http://www.change.org/p/selamatkan-rumah-singgah-untuk-anak-jalanan.
Diakses
pada 1.29 WIB. 16 Maret 2016). Dari tahun ketahun jumlah anak jalanan semakin meningkat, untuk memastikan jumlahnya memang agak sulit karena anak jalanan itu sendiri sifatnya fluktuatif dan mobilisasi mereka sangat tinggi, pada tahun 2014 jumlah anak jalanan di kota Medan sekitar 600-800 orang dengan usia rata-rata 6-18 tahun dan 372 diantaranya sudah terdata oleh PKPA Medan. (http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/04/121468/sedikitnya-600-anak-dikota-medan-hidup-di-jalanan/. Diakses pada 7.30 WIB.16 Maret 2016). Secara statistik, memang sulit untuk memastikan jumlah yang akurat mengenai populasi anak jalanan (PKPA, 2011:2). Hal ini belum lagi termasuk anak yang rentan menjadi anak jalanan. Ini mengindikasikan bahwa jumlah anak jalanan sebenarnya membentuk fenomena gunung es, dimana jumlah anak jalanan yang ditemukan di jalan sebenarnya lebih sedikit dari pada yang tidak diketahui. Fenomena ini terjadi hampir di setiap kota-kota termasuk kota medan. Tingginya angka anak jalanan tersebut kontradiktif dengan Undang-Undang tentang kesejahteraan Anak (UU No.4 tahun 1979) yang ditetapkan jauh sebelum konvensi hak-hak anak diratifikasi. Dalam UU tersebut dirumuskan prihal hak-hak anak yang perlu dikedepankan, yang menegaskan bahwa anak berhak atas kesejateraan perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang dalam keluarga maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembangnya secara wajar. Anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga Negara yang berguna. Selanjutnya anak juga berhak mendapatkan 5
Universitas Sumatera Utara
perlindungan terhadap lingkungan yang dapat membahayakan atau penghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. (Siregar dalam Siregar & dkk, 2006:23). Hal ini merupakan suatu keadaan yang tidak selayaknya terjadi di Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu Negara yang meretifikasi Hak Anak oleh PBB melalui keppres No. 36 tahun 1990. Apabila ada Negara yang melanggar konfensi ini maka Negara tersebut akan mendapat sanksi moral. Konvensi Hak Anak tersebut menyatakan bahwa setiap anak memiliki hak yaitu: hak untuk hidup, hak untuk tumbuh berkembang, hak untuk memperoleh perlindungan, hak untuk berpartisipasi (Konvensi Hak Anak, 1999). Dengan adanya pejelasan tentang hakhak anak oleh konvensi hak anak, maka permasalahan yang bertentangan dengan pelanggaran hak anak sudah seharusnya dihapuskan. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi anak jalanan ini membutuhkan berbagai strategi pendekatan yang sesuai dengan efektif untuk menjangkau akar permasalahannya. Terkait dengan kondisi tersebut, permasalahan anak jalanan sudah menjadi permasalahan krusial yang harus di tangani sampai ke akar-akarnya. Sebab jika permasalahannya hanya ditangani dipermukaan saja maka setiap saat permasalahan tersebut akan muncul kembali, serta menyebabkan timbulnya permasalahan lain yang justru lebih kompleks. Seperti munculnya orang dewasa jalanan, kriminalitas, premanisasi, eksploitasi tenaga, eksploitasi seksual dan prilaku menyimpang. Jika masalah ini tidak diatasi, maka akan menimbulkan ancaman bagi kelangsungan masa depan anak itu sendiri bahkan akan sangat membahayakan masa depan bangsa kita karena rendahnya kualitas pemuda Indonesia. Banyak ahli telah meneliti tentang faktor penyebab munculnya anak jalanan. Ada sejumlah penyebab dari fenomena anak menjadi anak jalanan, antara lain adalah 6
Universitas Sumatera Utara
karena tekanan ekonomi keluarga lalu dipaksa untuk bekerja, asumsi bahwa dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain dan pembenaran budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja (Mulandar. 1996: 177). Studi tentang pekerja anak di Indonesia sebagian besar menemukan bahwa penyebab anak sampai terlibat dalam kegiatan produktif berkaitan erat dengan alasan ekonomi keluarga atau karena tekanan kemiskinan (Irwanto, 2000:44). Dan juga terdapat berbagai resiko penyebab anak turun ke jalanan, seperti tekanan kemiskinan yang mengharuskan anak-anak turun kejalan, anak menyadari kondisi keluarga dalam keadaan miskin, mendapatkan kekerasan dari orang tua, maupun faktor sosial lingkungan si anak. seperti ajakan atau mengikuti teman sebayanya. Kondisi tersebut mendorong munculnya fenomena anak jalanan dilingkungan perkotaan (YPLS Humana, 2006:14). Anak jalanan di kota medan lebih banyak tergolong dalam kategori Children on Street (Anak yang bekerja dijalan). Mereka baik secara berkala ataupun tidak, masih menjalin hubungan dengan keluarganya (Yayasan YJP. 2007:14). Kemudian dalam penelitian yang dilakukan Rahmadani tahun 2014, faktor pendorong anak menjadi anak jalanan di kota medan sebanyak 41,6% adalah karena ekonomi keluarga yang kurang mampu (Rahmadani:2014:70) Penelitian ini penting dilakukan dalam rangka untuk mengetahui masalah apa saja yang sebenranya menjadi faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang terdapat didalamnya data dan fakta, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.
7
Universitas Sumatera Utara
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Apa Faktor-Faktor Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun Kota Medan ?”.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Sejalan dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka yang
menjadi penelitian ini adalah “Untuk mengetahui Faktor apa saja Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan. 1.3.2
Manfaat Penelitan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam rangka pengembangan
konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan anak jalanan. Serta mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab anak menjadi anak jalanan, sehingga dapat menjadi tolak ukur dan referensi bacaan dalam mengatasi masalah anak jalanan baik untuk pemerintah ataupun bagi masyarakat, khusunya di Kota Medan. Dan sebagai sumber informasi bagi peneliti lian yang ingin mengadakan penelitian-penelitian lanjutan mengenai anak jalanan, terutama yang berkaitan dengan faktor penyebab anak menjadi anak jalanan.
8
Universitas Sumatera Utara
1.4
Sistematika Penulisan. untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam
skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan ini secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab dengan urutan sebagai berikut: BAB I
: PEDAHULUAN Bab ini berisikan uraian latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II
: TINJAUN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi oprasional
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data
BAB IV
: GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti
BAB V
: ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan hasilnya.
BAB VI
: PENUTUP Bab ini berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian. 9
Universitas Sumatera Utara