BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pasar keuangan merupakan sarana bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus dana) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit dana). Di pasar keuangan tersebut terjadi mobilisasi dana. Salah satu jenis pasar keuangan yaitu pasar modal. Pasar modal adalah pasar keuangan di mana diperdagangkan instrumen keuangan jangka panjang (Hanafi, 2008). Pasar modal memegang peranan yang sangat besar baik bagi masyarakat, perusahaan, dan pemerintah. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Salah satu instrumen keuangan jangka panjang dalam pasar modal adalah saham. Saham merupakan bentuk pernyertaan modal yang disertai dengan adanya kepemilikan atas emiten yang sudah go public. Sebuah pasar yang efisien ditandai bahwa harga-harga yang ada di pasar mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Dalam pasar tersebut tidak ada seorang investor yang dapat memperoleh imbal hasil abnormal karena semua investor di pasar mengetahui informasi yang sama dan berusaha berperilaku
1
yang sama sehingga terbentuk harga saham yang dianggap mencerminkan nilai fundamental perusahaan. Menurut Hartono (2014), investor adalah penerima harga (price takers) yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga dari suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply. Setiap investor yang ada di pasar modal merupakan investor yang rasional. Dalam praktek penyelenggaraan pasar modal, ternyata terdapat sophisticated investors dan naive investors (Hartono, 2014). Sophisticated investors
merupakan
investor-investor
yang
mampu
memahami
dan
menginterpretasikan informasi dengan cepat dan baik. Sedangkan, naive investors yaitu investor-investor yang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan mengintepretasikan informasi yang diterima. Sangat besar kemungkinan adanya ketidakmampuan naive investors tersebut membuat mereka melakukan perilaku mengikuti yang lain. Sedangkan sophisticated investors tidak selalu canggih dalam setiap pengambilan keputusan di pasar, ketika terdapat ketidakpastian pasar yang besar, maka kemungkinan melakukan perilaku mengikut juga meningkat. Perilaku tersebut merupakan cermin dari perilaku investor yang irrasional. Perilaku mengikut (herding) terjadi ketika pasar tidak transparan yaitu apabila investor menjumpai adanya ketidakpastian sumber informasi publik dan menerima ketidakjelasan sinyal tentang masa depan perusahaan (Kremer and Nautz, 2013). Investor seakan tidak menggunakan rasionalitas dalam
2
mengambil keputusan di pasar. Seorang investor dapat melakukan keputusan menyesuaikan dengan mayoritas investor lain atau konsensus pasar tanpa mempertimbangkan informasi yang tersedia dan telah dimiliki (Christie and Huang, 1995). Keberadaan perilaku herding dalam pasar bursa telah banyak diteliti oleh banyak peneliti. Beberapa studi terdahulu mendokumentasikan bahwa dalam pasar berkembang, para investor domestik dan beberapa investor asing menunjukkan kecenderungan yang kuat dalam membeli dan menjual sahamsaham secara bersamaan (herding). Aktivitas herding ditemukan terjadi di pasar Korea Selatan dan Taiwan (Chang et al., 2000). Di beberapa negara berkembang, keberadaan perilaku herding masih banyak terdeteksi (Alemanni and Ornelas, 2006). Indonesia sebagai salah satu pasar berkembang dipandang banyak investor memiliki potensi pertumbuhan pasar keuangan yang baik. Hal ini diperkuat bahwa peringkat Indonesia meningkat 4 peringkat pada Global Competitive Index tahun 2014-2015 di peringkat 34 dari total 144 negara. Pada gambar 1.1 terlihat bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan daya saing dari tahun ke tahun yang signifikan dibandingkan dengan negara lain seperti China, India, Brazil, dan Afrika Selatan. Semakin membaiknya peringkat daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara lain menjadikan Indonesia semakin menarik sebagai begara tujuan investasi, salah satunya sebagai tujuan investasi pasar modal.
3
Gambar 1.1. Kinerja historis negara-negara dalam Global Competitive Index
Sumber: (World Economic Forum, 2014) Perkembangan suatu negara dapat dilihat melalui pertumbuhan pasar modalnya. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal di Indonesia. Gambar 1.2 menunjukkan perbandingan pertumbuhan beberapa indeks pasar modal secara tahunan di kawasan ASEAN dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Pasar modal dikawasan ASEAN tersebut bergerak mengikuti pola yang hampir sama. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam gambar tersebut merupakan salah satu indeks dengan pertumbuhan yang sangat tinggi dibandingkan dengan indeks harga saham lainnya.
4
Gambar 1.2. Pertumbuhan Tahunan Indeks di ASEAN dan Hongkong 40% 30%
IHSG
20%
Singapura (STI)
10%
Malaysia (KLSE) Thailand (SETI)
0% -10%
2011
2012
2013
2014
2015
Philipina (PSEI) Hongkong (HSI)
-20% -30%
Sumber: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016, diolah) Gambar 1.3 menunjukkan rekapitulasi nilai perdagangan pada IHSG selama dari tahun 2010 sampai tahun 2015. Dalam BEI, keberadaan investor asing sangat dominan dengan terus meningkatnya nilai perdagangan yang dilakukan oleh investor-investor asing. Kondisi ini membuat IHSG sangat rentan dengan perilaku para investor asing. Kemungkinan terjadinya perilaku herding investor asing meningkat. Keberadaan perilaku herding ditemukan dalam data harian BEI yang terdeteksi oleh Neal et al. (2002) dan Bowe and Domuta (2004), di mana herding dilakukan oleh investor domestik dan investor asing. Keberadaan herding ini lebih jauh ditemukan dalam penelitian tersebut yang disebutkan bahwa perilaku investor institusional di BEI menyerupai agen informasi. Mereka mengikuti satu sama lain dalam perdagangan saham.
5
Gambar 1.3. Nilai Perdagangan Saham Berdasarkan Tipe Investor Pada IHSG (dalam Rp Miliar) 1.600.000,00 1.400.000,00 1.200.000,00 Total Nilai 1.000.000,00
Domestik Beli
800.000,00
Domestik Jual
600.000,00
Asing Beli Asing Jual
400.000,00
Net Beli Asing 200.000,00 0,00 -200.000,00
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016, diolah) Sementara itu, total kapitalisasi pasar di BEI yang dikuasai oleh investor asing hampir meningkat setiap tahun. Pada gambar 1.4 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi investor asing di BEI dari tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah sebesar 39,19%. Gambar 1.4. Kontribusi Investor Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) 120 100 80 60 40 20 0
2010
2011
2012
2013
2014
2015
31,72
35,07
42,54
42,03
40,58
43,21
Domestik 68,28
64,93
57,46
57,97
59,42
56,79
Asing
Sumber: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016, diolah)
6
Pada gambar 1.5 terlihat kinerja BEI selama 5 tahun terakhir yang terus meningkat ditengah isu perlambatan ekonomi global. Pada gambar 1.5a merupakan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tahun 2011, IHSG sempat menyentuh titik terendah di bawah 3.500. Namun, kinerja IHSG membaik pada 2015 mencapai titik tertingginya melampaui 5.000. Sedangkan pada gambar 1.5b merupakan kinerja indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham paling likuid dan kapitalisasi saham besar menunjukkan kinerja yang mirip dengan kinerja IHSG yang mana terdapat kenaikan yang disignifikan ditengah isu perlambatan ekonomi global. Gambar 1.5. Kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2016
Gambar 1.5a. IHSG
Gambar 1.5b. Indeks LQ45
Sumber: (Bloomberg, 2016) Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian sekuritasnya kurang aktif
7
diperdagangkan (Hartono, 2014). IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal karena sebagian besar saham kurang aktif diperdagangkan. Oleh karena itu, indeks LQ45 banyak dipandang dapat mewakili keseluruhan kegiatan pasar modal Indonesia. Indeks ini merupakan kumpulan saham-saham yang aktif di pasar bursa dan lebih sensitif terhadap informasi. Pada gambar 1.5b, selama 5 tahun terakhir indeks LQ45 mengalami beberapa kali kenaikan (bullish) dan penurunan (bearish). Menurut
Kahneman and Tversky (1979) yang
mengemukakan mengenai Prospect Theory menyatakan bahwa pada saat harga saham di pasar modal naik sedikit, orang akan cepat-cepat menjual saham mereka untuk mendapat keuntungan. Sebaliknya, apabila harga mengalami penurunan, orang akan cenderung menahan saham mereka dan tidak menjualnya, dengan harapan suatu saat harga akan membaik lagi dan tidak jadi rugi. Adanya keperilakuan para investor tersebut memberikan kemungkinan bahwa akan terdapat perilaku herding yang berbeda ketika terjadi kondisi pasar yang berbeda. Perilaku herding ini telah banyak dilakukan studi atau penelitian. Namun, di Indonesia penelitian yang membahas hal ini utamanya adalah perilaku herding yang berkaitan dengan kondisi pasar di pasar modal belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, judul yang dapat diambil sesuai dengan perihal tersebut adalah Pendeteksian Perilaku Herding Dalam Indeks LQ45 Berdasarkan Kondisi Pasar.
8
1.2 Rumusan Masalah Pendeteksian perilaku herding pada suatu pasar modal dibutuhkan untuk melihat kerasionalan dari para investor di beberapa kondisi pasar berbeda. Kondisi pasar yang akan dibahas diantaranya pada saat kondisi pasar naik (bullish) dan kondisi pasar turun (bearish). Ketika para investor melakukan pengabaian terhadap keyakinan dan informasi yang mereka miliki sendiri kemudian lebih memilih untuk mengikuti konsensus pasar (irrational) maka harga yang terjadi di pasar akan terdorong menjauhi harga keseimbangannya (Christie and Huang, 1995). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku herding yang dilakukan oleh para investor tidak dapat diprediksi dan kemungkinan para investor dapat terdesak untuk melakukan transaksi pada harga yang tidak efisien. Berdasarkan rumusan masalah tersebut dan studi berbagai literatur terkait pada bagian latar belakang, maka peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Apakah terdapat perilaku herding di Indeks LQ45 selama periode amatan? b. Apakah terdapat perilaku herding di Indeks LQ45 ketika kondisi pasar naik (bullish)? c. Apakah terdapat perilaku herding di Indeks LQ45 ketika kondisi pasar turun (bearish)? d. Apakah terdapat perbedaan perilaku herding di Indeks LQ45 antara kondisi pasar naik (bullish) dengan kondisi pasar turun (bearish)?
9
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan spesifik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menguji keberadaan perilaku herding pada pasar modal Indonesia melalui Indeks LQ45 selama periode amatan. b. Untuk menguji keberadaan perilaku herding pada pasar modal Indonesia melalui Indeks LQ45 pada kondisi pasar naik (bullish). c. Untuk menguji keberadaan perilaku herding pada pasar modal Indonesia melalui Indeks LQ45 pada kondisi pasar turun (bearish). d. Untuk menguji perbedaan perilaku herding di Bursa Efek Indonesia antara kondisi pasar naik (bullish) dengan kondisi pasar turun (bearish).
1.4 Lingkup Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menentukan beberapa batasan sebagai lingkup penelitian. Penelitian ini akan dilakukan melalui pemanfaatan data-data sekunder yang berkaitan dengan judul seperti perilaku herding dan data-data pasar modal. Data yang digunakan, diperoleh dari studi pada seluruh perusahaan tercatat dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari periode Februari tahun 2011 sampai periode Januari tahun 2016.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
10
a. Bagi Investor
Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan investor dalam memilih emiten sebagai langkah investasi melalui pasar modal utamanya
dalam
menghadapi
situasi
ketidakpastian
serta
menanggapi perilaku mayoritas dan mengikut dalam pasar modal. b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan penentuan waktu dalam mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan nilai perusahaan kepada para investor terkait dengan kondisi pasar ketika bearish dan bullish.
c. Bagi Akademisi
Memperkaya hasil studi empiris dan bahan acuan atau referensi penelitian tentang pasar modal di Indonesia khususnya berkaitan dengan perilaku herding yang masih relatif sedikit.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penelitian mengenai “Pendeteksian Perilaku Herding Dalam Indeks LQ45 Berdasarkan Kondisi Pasar” disusun dengan tujuan supaya pokok masalah dapat dibahas secara urut dan terarah. Berikut gambaran sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bagian, yaitu:
11
BAB 1
: PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan memuat beberapa bagian yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB 2
: LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada bab ini diuraikan tentang penjelasan dan pembahasan secara rinci mengenai teori dan konsep serta berbagai hasil penelitianpenelitian terdahulu. Selain itu, terdapat penjelasan mengenai pengembangan hipotesis yang berasal dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
BAB 3
: METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan metode penelitian yang menjadi acuan analisis ilmiah yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam mewujudkan hasil penelitian.
BAB 4
: ANALISIS DATA Pada bab ini berisi tentang deskripsi sampel, analisis deskriptif, temuan pada kondisi pasar, hasil regresi, pengujian hipotesis atas hipotesis yang telah dibangun dalam penelitian ini, serta pembahasan mengenai perbandingan dengan jurnal penelitian lain dalam topik yang sama.
12
BAB 5
: PENUTUP Pada bab ini berisikan tentang penutup dari penulisan penelitian yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saransaran bagi penelitian selanjutnya.
13