BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Pasar Modal
2.1.1.1 Pasar Modal Menurut Husnan (2003:3) adalah “pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”. Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal dapat dibedakan menjadi surat berharga bersifat hutang dan surat berharga yang bersifat pemilikan. Surat berharga yang bersifat hutang umumnya dikenal nama obligasi dan surat berharga yang bersifat pemilikan dikenal dengan nama saham. Lebih jauh dapat juga didefinisikan bahwa obligasi adalah bukti pengakuan hutang dari perusahaan, sedangkan saham adalah bukti penyertaan dari perusahan. Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, “pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-
25
obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek” (Sunariyah, 2000 ). Peranan pasar modal adalah menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian dapat meningkat, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyrakat luas. Rusdin (2006 : 2) mengemukakan bahwa : 1.
Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien.
2.
Pasar
modal
memudahkan
alternatif
berinvestasi
dengan
memberikan keuntungan dengan sejumlah resiko tertentu. 3.
Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan prospek yang baik
4.
Pelaksanaan
manajemen
perusahaan
secara
profesional
dan
transparan 5.
Peningkatan aktivitas ekonomi nasional Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka pasar modal
juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.
26
2.1.1.2 Instrumen dalam Pasar Modal 1.
Saham ( stocks ) Merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya
sipemilik saham merupakan pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaanya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal sebagai deviden. Pembagian deviden ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ). Pembagian modal menurut undang-undang terdiri dari: a. Modal dasar, yaitu modal pertama sekali perusahaan didirikan b. Modal ditempatkan, maksudnya modal yang sudah dijual dan besarnya 25% dari modal dasar. c. Modal setor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor yaitu sebesar 50% dari modal yang telah ditempatkan d. Saham dalam portepel, yaitu modal yang masih dalam bentuk saham yang belum dijual atau modal dasar dikurangi modal yang ditempatkan. Kemudian jenis-jenis saham dapat ditinjau dalam beberapa antara lain sebagai berikut: 1) Dari segi cara peralihan a) Saham atas unjuk ( bearer stocks ) Merupakan saham yang tidak mempunyai nama atau tidak tertulis nama pemilik dalam saham tersebut.
27
b) Saham atas nama ( registered stocks ) Didalam saham tertulis saham tersebut dan untuk dialihkan kepada pihak lain diperlukan syarat dan prosedur tertentu. 2) Dari segi hak tagih a) Saham biasa ( common stocks ) Bagi
pemilik
didahulukan
saham
ini
hak
memperoleh
dividen
atas
lebih dulu kepada saham preferen. Begitu pula
dengan hak terhadap hak terhadap harta apabila perusahaan dilikuidasi. b) Saham preferen ( preferred stocks ) Merupakan hak yang memperoleh hak utama dalam deviden dan harta apabila pada saat dilikuidasi . 2.
Obligasi ( Bonds ) Surat berharga obligasi merupakan instrumen utang bagi perusahaan
yang hendak memperoleh modal. Keuntungan dari membeli obligasi diwujudkan dalam bentuk kupon. Berbeda dengan saham, maka obligasi tidak
mempunyai
perusahaan.Artinya
hak
terhadap
perusahaan
yang
menejemen mengeluarkan
dan
kekayaan
obligasi
hanya
mempunyai utang kepada si pemegang obligasi sebesar obligasi yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam struktur modal perusahaan yang terlihat dalam neraca, obligasi dimasukan dalam modal asing atau utang jangka panjang . Utang ini akan dilunasi apabila telah sampai pada waktunya.
28
2.1.2 Stock Return 2.1.2.1
Pengertian Stock Return Menurut Jogianto (2003:109), “ return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi”. Menurut Wahyu (2003:85), Return saham adalah “keuntungan yang yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukanya”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Adapun Komponen stock return, komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu: 1)
Current Income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagaiya.
2)
Capital gain yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangakan di pasar. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan.
29
2.1.2.2
Jenis-jenis Return Menurut Jogiyanto (2003 : 109) return dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Return Realisasi Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
Dibandingkan
memungkinkan
pemodal
dengan untuk
Investasi
lainnya,
mendapatkan
return
saham atau
keuntungan yang besar dalam waktu relatif singkat yang sering disebut high return dan saham juga memiliki sifat high risk, dimana ketika harga saham dapat merosot secara cepat. Menurut Jogiyanto (2000 : 107), ada 2 (dua) jenis pengukuran return realisasi, yaitu: 1)
Capital gain (loss) Capital gain (loss), merupakan selisih harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dengan demikian, rumus return (capital gain atau loss) dapat dinyatakan sebagai rumus berikut ini :
30
Pt – Pt-1 Return = Pt-1 Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode yang lalu (Pt-1) maka yang terjadi adalah keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya jika terjadi kerugian maka kerugian modal (capital loss).
2) Yield Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi yield adalah harga persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya. Maka rumus return (yield) dapat dinyatakan dengan : Pt – Pt-1 Return =
+ Yield Pt-1
2.
Return Ekspektasi Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
31
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2.1.2.3
Return saham individual Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara
periode t +1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan Yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periode terhadap
harga
investasi
periode
tertentu
dari
suatu
investasi
(Jogiyanto,2003:110). Adapun Rumus Stock Return adalah : Pit – Pit – 1 + Dt RIT =
x 100% Pit-1
Keterangan: Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t Pit
= Harga penutupan saham i pada periode t (periode akhir)
Pit-1 = harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal) Dt
= dividen pada penutupan periode t
32
2.1.3
Faktor Fundamental Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek atau
pendekatan yang sering digunakan, yaitu fundamental dan aspek teknikal. Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diidenttifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi faktor sistematis atau faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan atau industri yang meliputi pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, tingkat inflasi, nilai tukar valuta asing, dan kebijaksanaan pemerintah. Sedangkan faktor yang tidak sistematis atau faktor mikro adalah faktor-faktor yang ada pada perusahaan atau industri tertentu sehingga pengaruhnya terbatas pada perusahaan atau industri tertentu yang meliputi struktur modal, struktur aktiva, dan tingkat likuiditas perusahaan. Secara umum terdapat 2 pendekatan yang sering digunakan oleh investor untuk menganalisis dan menilai saham di pasar modal, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal (Bodie et al, 2005). Analisis fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai perusahaan. Analisa fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasi secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar saham lebih besar dari nilai intrinsiknya. Analisis
33
fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Murtanto dan Harkivent, 2000). Kinerja keuangan perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio. Menurut Jones (2004), faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro. Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk diantaranya informasi akuntansi. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan berarti. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanaan ini maka dapat
34
diperoleh informasi dan penilaian kinerja perusahaan. Manfaat sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan spesifik analisis. Rasio keuangan yang akan digunakan untuk memprediksi harga saham adalah Price Book Value (PBV), ,Price Earning Ratio(PER), Debt to Equity Ratio(DER).
2.1.3.1 Price Book Value (PBV) Untuk perusahaan yang berjalan baik, umumnya ratio PBV mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari pada nilai bukunya. Semakin tinggi rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membelinya. Sehingga permintaan akan saham tersebut akan naik, kemudian mendorong harga saham naik. Book Value (BV) atau nilai buku saham adalah rasio yang menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah saham.
Price Book value dapat dihitung dengan formula : Harga Saham PBV = Nilai buku ekuitas (BV)
35
2.1.3.2 Price Earning Ratio (PER) Price to Earning Ratio (PER) merupakan salah satu rasio keuangan perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham lebih dominan dibanding EPS. Oleh karena itu dalam analisis mengenai pergerakan harga saham, pertimbangan tentang PER sangat penting. Satu faktor yang mempengaruhi PER adalah pertumbuhan deviden (yang berarti juga laba). Semakin tinggi pertumbuhan deviden semakin tinggi PER apabila faktorfaktor yang lain sama. Perusahaan yang berada dalam industri yang pada tahap pertumbuhan akan mempunyai PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berada pada industri yang sudah mapan. Apabila perusahaan mempunyai nilai PER yang tinggi akan menjadi daya tarik investor untuk membeli. Sehingga permintaan saham tersebut akan naik, hal ini akan mendorong harga saham akan naik. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PER semakin tinggi tingkat kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan dilihat dari pertumbuhan perusahaan tersebut, maka akan mendorong harga saham naik. Rasio ini merupakan perbandingan harga saham dengan laba per saham. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan price earning ratio (PER) untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau overpriced. PER menjadi ukuran penting yang menjadi landasan pertimbangan investor dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan. PER diformulasikan secara matematis sebagai berikut :
36
Harga saham PER = Earning Pershare
Stock price merupakan harga pasar suatu saham. Harga wajar (fairly priced) bagi suatu saham adalah sebesar nilai intrinsiknya. Earning per share (EPS) merupakan besarnya dividen yang dibayar perusahaan Bila seorang analis memperkirakan EPS dan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), maka secara implisit ia telah memperkirakan dividen.
Hal umum yang sering dilakukan adalah menjadikan PER sebagai pembanding untuk menilai prospek pertumbuhan laba suatu perusahaan. Artinya, pertumbuhan laba suatu perusahaan dinilai tinggi jika PER perusahaan tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan PER perusahaan lain dalam industri yang sejenis. Bagi investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan, semakin kecil PER suatu saham akan semakin baik karena harga saham tersebut murah.
2.1.3.3 Debt to Equity Ratio (DER) Leverage
keuangan
merupakan
penggunaan
dana
untuk
perusahaan/orang lain dalam pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas penggunaan dana hutang atau saham preferen dari keuangan. Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh
37
perusahaan didanai dengan utang. Para kreditur memperhatikan equity yang memberi batas keamanan, akan tetapi dengan bertambahnya dana melalui utang para pemilik memperoleh manfaat yakni dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan suatu investasi yang terbatas. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah debt to equity ratio. Debt
to
equity
ratio
merupakan
perhitungan
sederhana
yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Rasio debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debts terhadap total equity. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen), hal ini menyebabkan berkurangnya minat investor terhadap saham perusahaan karena tingkat pengembaliannya semakin kecil. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
38
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan, maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena saham tersebut memberikan prospek yang menjanjikan keuntungan. Jika permintaan investor terhadap saham perusahaan cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan. Secara matematis DER dapat diformulasikan sebagai berikut: Total Hutang DER = Total Ekuitas
Apabila Debt to Equity Ratio nya tinggi, maka dapat menunjukkan bahwa risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Jadi penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar. Dengan pertimbangan bahwa investor biasanya menghindari risiko, maka apabila DER suatu perusahaan semakin tinggi, para investor akan menghindari saham perusahaan tersebut, akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi turun dan mengakibatkan harga saham turun.
39
2.1.4 Teory Capital Asset Pricing Models 2.1.4.1 Pengertian Theory Capital Asset Pricing Models Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dipelopori oleh sharpe, Litner dan Mossin mengasumsikan bahwa individu melakuan investasi berdasarkan portofolio, yaitu setiap individu akan memaksimumkan tingkat keuntungan pada sesuatu tahap resiko. CAPM mempunyai tiga asumsi, yaitu (Othman dan Rahman,2002:161): 1. Investor boleh memilih yang ingin memilih antarab dua portofolio yang diharapkan dan resiko. Seorang invetsor, hanya ingin memilih antara dua portofolio sebagai investasi, hanya perlu mengetahui keuntungan diharapkan dan varianya. Investor boleh memilih portofolio berdasarkan asas ini jika keuntungan portofolio adalah berdistribusi normal. Oleh karena itu, model ini mengasumsikan keuntungan portofolio adalah berdidtribusi normal. 2. Semua Inevestor diasumsikan mempunyai jangka waktu perencanaan investasi dan distribusi keuntungan yang sama. Semua investor merencanakan investasi mereka dalam satu jangka waktu yang sama. Pengharapan mereka adalah homogen, yaitu semua investor setuju dengan jumlah input yang diperlukan dalam model portofolio Makowitz. Investor juga setuju dengan keuntungan diharapkan dan jumlah matrik kovarians yang sama bagi setiap sekuritas. 3. Tidak ada halangan apa pun atau rintangan dalam pasaran modal. Ini berarti modal dan informasi bergerak dengan bebas dalam pasaran. Oleh karena itu, tidak ada biaya perdagangan yang berkaitan dengan pembelian dan penjulan sekuritas. Model ini mengasumsikan tidak wujudnya pajak terhadap divien. Bunga dan pendapatan atau laba modal.
2.1.5
Risiko Sistematis Risiko sistematis (syatematic risk) atau risiko pasar, berhubungan dengan
faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan
40
risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. P parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam periode tertentu. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Menurut Husnan (2001:168) penilaian terhadap Beta (β) sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu: a. Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar. b. Apabila β > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif. c. Apabila β < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham defensif.
Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single Index Model (Husnan 2001:46). Model ini berasumsi bahwa return saham berkorelasi dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan return saham individual (Rit) dengan return indeks pasar (Rmt).
41
Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus berikut:
Di mana: Rt = Return saham pada akhir bulan ke t Pt = Clossing price pada akhir bulan ke t Pt-1 = Clossing price pada akhir bulan sebelumnya (t-1)
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat tergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam perubahan harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaana pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh IHSG.Untuk menghitung return pasar (market return) pada periode ke-t dengan menggunakan IHSG dapat dihitung sebagai berikut:
Dimana: Rmt = Return pasar pada akhir bulan ke t IHSGt = IHSG pada akhir bulan ke t IHSGt-1 = IHSG pada akhir bulan sebelumnya (t-1) 42
Sehingga rumus mencari beta dengan metode indeks tunggal adalah sebagai berikut:
Dimana:
2.1. 6
β = Beta
Rmt = Retrun pasar (IHSG)
n = Periode / Jumlah data
Rit
= Return Sekuritas (IHSI)
Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan perbandingan perubahan harga saham dari
waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu (Anoraga, 2001 : 101). Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak (naik atau turun), banyak orang melihatnya dari sisi indeks yang dicapai saat itu. Bahkan saat ini, kegiatan politik juga dihubungkan dengan harga saham yang terjadi dan terlihat dari indeks harga saham. Indeks Harga saham sebenarnya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend. Menurut Fakhruddin (2001 : 201), indeks harga saham merupakan salah satu leading indikator bagi perekonomian. Seringkali indeks harga saham yang mengalami kenaikan dijadikan sebagai indikator yang menandai kebangkitan
43
perekonomian masyarakat, meskipun sebenarnya indeks harga saham ini saja kurang akurat jika digunakan untuk mengukur kebangkitan ekonomi masyarakat. Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memliliki lima fungsi : 1. Sebagai indikator tren pasar 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan 3. Sebagai tolak ukur kinerja portofolio 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif Ada beberapa macam pendekatan atau merode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu : 1.
Menghitung rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks
2.
Menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks
3.
Menghitung rata-rata tertimbang pasar, umumnya semua indeks harga saham
gabungan
(Composite)
menggunakan
metode
rata-rata
tertimbang Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi empat, antara lain: Indeks harga saham individu (IHSI) , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Indeks harga saham sektoral. Indeks individual merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji, 2001 : 95), indeks ini tidak dapat mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu, apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan saham secara umum yang tercatat di bursa efek (Anoraga, 2001 : 101)
44
2.2
Penelitian Terdahulu 1. Robbi (2008), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value terhadap pendapatan saham pada sektor otomotif dan komponennya di BEI. Penelitian ini memakai data sekunder laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel selama tahun 2005-2007 dalam kwartal serta harga saham individu dan indeks harga saham kwartalan. Metode analisis yang di gunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini (beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value) berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap pendapatan saham. Sementara pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya ada 2 variabel bebas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu, beta dan price to book value. Sedangkan yang lain tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan saham. 2. Syahib Natarsyah (2000) tentang Pengaruh beberapa faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap saham, kasus industri barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia”. Teknik pengambilan sample penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria perusahaan
45
industri barang konsumsi yang sahamnya selalu terdaftar dan aktif diperdagangkan sejak 1990 sampai dengan 1997 dengan data tahunan. Variabel independent yang digunakan terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value) dan indeks beta. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham yang diukur dari harga saham pada saat penutupan (closing price) pada periode 31 Desember. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan model loglinier. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, DER dan book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan resiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham. Dalam penelitian ini terdapat persamaan beberapa variabel independent yang digunakan yaitu ROA dan DER , sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda 3. Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri (2002) tentang Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan di BEJ adalah penelitian yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih, L. Suryanto dan Anis Chariri (2002). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling terutama sahamsaham kelompok basic industry and chemical yang terdaftar dan paling aktif diperdagangkan di BEJ. Variabel independent yang digunakan
46
adalah Return on Assets (ROA), Price to Book Value (PBV), Inflasi dan nilai tukar rupiah, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Teknik analisis yang digunakan adalah metoda regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (OLS). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ROA, PBV, Inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap return saham. Dalam penelitian ini terdapat persamaan beberapa variabel independent yang digunakan yaitu ROA, dan nilai tukar rupiah, sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda. 4.
Liestyowati (2002) Penelitian ini berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama risis”. Variabel independent yang digunakan adalah BETA, DER, E/P (Earning per Price), Size, dan PBV, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Sampel yang digunakan adalah 22 saham dari populasi seluruh saham yang tercatat di BEJ. Data dianalisis dengan menggunakan single regression cross section model dan multi regression cross section model. Hasil analisis dari penelitian ini adalah PBV berpengaruh positif sebelum krisis dan berpengaruh negatif selama krisis terhadap return saham, sedangkan DER berpengaruh negatif sebelum dan selam krisis. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan DER sebagai variabel independen, sedangkan variabel independent lainnya berbeda. Obyek penelitiannya juga berbeda.
5. Tausikal, Askam ( 2002 )
47
Tausikal , Askam mengadakan penelitian dengan judul ” Pengaruh informasi akuntansi untuk memprediksi return saham : studi terhadap perusahaan
pemanukfakturan
dan
non
pemanukfakturan”.
Hasil
penelitiannya adalah Variabel CR, DER, ROA, TATO, dan PBV berpengaruh terhadap return saham. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel independen ROA, DER, CR ,TATO, suku bunga dan kurs, , sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda. 6. Suharli, Michell ( 2005 ) Mereka mengadakan penelitian dengan judul Studi Empiris Dua Faktor yang mempengaruhi Return Saham pada Industri Food And Beverage di BEJ dengan Metode Regresi Berganda. Hasil penelitiannya DER dan Beta tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel independen DER, sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda. 6. Narman, Tendi, Stefanus Adre Cipto Setiawan, Maya Arianti (2005) Mereka mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham”. Mereka menggunakan metode Regresi Berganda dimana hasil yang diperoleh Variabel EPS, PER, Beta dan Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan Variabel Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Dalam penelitian
48
ini sama-sama menggunakan variabel independen Nilai Tukar sedangkan obyek penelitiannya dan teknik analisisnya juga berbeda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
Peneliti
Topik
Variabel yang diteliti
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1
Robbi (2008)
Faktor-Faktor YangMempengar uhi Pendapatan Saham Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya Di Bursa Efek Indonesia
beta, debt to equiy ratio, price to earning ratio dan price to book value
2
Syahib Natarsyah (2000)
Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematik Terhadap Saham, Kasus Industri Barang Konsumsi Yang Go Public Di Pasar Modal Indonesia
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value), indeks beta dan return saham
Metode beta, debt to equiy ratio, analisis price to earning ratio yang di dan price to book value berpengaruh signifikan gunakan secara bersama-sama adalah terhadap pendapatan analisis saham. Sementara regresi pengujian secara parsial berganda menunjukkan bahwa hanya ada 2 variabel bebas yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu, beta dan price to book value regresi ROA, DER dan book value berganda Berpengaruh positif dan dengan Signifikan terhadap return model saham pada level kurang loglinier dari 1% dan resiko sistematik (indeks beta) signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham.
49
3
Pancawati Hardiningsih Suryanto dan Anis Chariri (2002)
Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan di BEJ
Return on Assets(ROA), Price to Book Value (PBV), Inflasi dan nilai tukar rupiah dan return saham
metoda regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (OLS)
ROA, PBV, Inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap return saham
4
Liestyowati (2002)
Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama Krisis
BETA, DER, E/P (Earning per Price), Size, PBV dan return saham
PBV berpengaruh positif sebelum krisis dan berpengaruh negatif selama krisis terhadap return saham, sedangkan DER berpengaruh negatif sebelum dan selam krisis
5
Tausikal, Askam (200 2)
Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Memprediksi Return Saham: Studi Terhadap Perusahaan Pemanufakturan
CR, DER, ROA, TATO dan PBV
single regression cross section model dan multi regression cross section model Regresi Berganda
6
Suharli, Michell (2005)
Studi Empiris dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham pada Industri Food and Beverage di BEJ
DER dan Beta
Regresi Berganda
DER dan Beta keduaduanya Tidak berpengaruh Signifikan terhadap Return Saham
CR, DER, ROA, TATO dan PBV kesemuanya Berpengaruh terhadap Return Saham
50
7
Narman, Tendi, Stefanus Adre Cipto Setiawan, Maya Arianti (2005)
Pengaruh Faktur Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap Tingkat Pengembalian Saham
EPS, PER, Beta, Nilai Tukar dan Inflasi
Regresi Berganda
Variabel EPS, PER, Beta, Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan sedangkan variable Inflasi berpengaruh negatif terhadap Return Saham
2.3 Kerangka Konseptual ”Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.” (Fakultas Ekonomi, 2004 : 13). Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: PBV (X1)
PER (X2) Stock Return (Y) DER (X3)
Beta (X4)
Gambar 2.2 kerangka konseptual
2.4 Hipotesis penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji
51
secara empiris”. Sesuai dengan kerangka pemikiran terdahulu, maka penulis mengemikakan hipotesis sebagai berikitt : 1. Faktor price to book value , price to earning ratio ,debt to equity ratio, beta secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap stock return pada perusahaan industri rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Faktor price to book value, price to earning ratio, debt to equity ratio, beta secara parsial mempunyai pengaruh terhadap stock return pada perusahaan industri rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).
52