1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Potensi zakat di Indonesia sesungguhnya sangat besar. Bahkan dari penelitian yang dilakukan oleh Efri S. Bahri memperkirakan potensi zakat di Indonesia sebesar Rp.7,5 triliun. Namun, kenyataannya, dana zakat ditambah dengan infaq, shadaqah, serta wakaf yang dihimpun berkisar Rp. 200 milyar pertahun. Itu artinya penghimpunan zakat baru mencapai 2.67 persen dari potensi yang ada. Tampaknya memang ada banyak hal yang harus dibenahi dalam pengelolaan zakat di Indonesia.1 Sejalan dengan ketentuan menetapkan standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada ummatnya, maka dalam penerapan harta menjadi sumber atau objek zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seseorang muslim tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai nisab. Nisab, batas minimal harta yang dimiliki seseorang sehingga menjadikan wajib zakat, dihitung dari harta yang melebihi keperluan pihak. Selain itu, setiap jenis harta yang telah mencapai nisab wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah dimiliki selama satu tahun penuh (atau yang disebut haul dalam istilah fiqih) 2, maka harta tersebut dapat 1
http://www.jasainternetmarketing.com/dompetdhuafa/2011/01/06/ mengukur-kualitasmanajemen-zakat-di-indonesia/ Tgl tgl 17/1/11 14:18 2 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis : Menurut Al Quran, As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama (Bandung : Mizan, 1999), hlm.275-276
2
menjadi sumber atau objek yang wajib dikeluarkan zakatnya. Meskipun demikian, ajaran Islam telah membuka pintu yang sangat longgar yang dapat dilakukan oleh setiap muslim dalam setiap situasi dan kondisi, yaitu infaq dan shadaqah. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari Addi bin hatim, ia berkata, Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda:
اِتْ َق ُوالنَّا َر َو لَ ْو بِ ِش ٍّق َتََْرة “Takutlah (peliharalah)diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan hanya menyedekahkan satu biji kurma”. 3 Zakat sebagai bagian integral dari sistem hukum Islam, dimungkinkan untuk diaplikasikan secara totalitas di Indonesia. Bagaimanapun juga eksistensi hukum Islam diakui sebagai bagian dari hukum nasional, sebab mayoritas rakyat Indonesia adalah Muslim. Jumlahnya kurang lebih 87,21% dari keseluruhan rakyat Indonesia. 4 Kondisi objektif ini menyebabkan setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam berbagai aspek, tidak terkecuali aspek ekonomi, akan langsung dirasakan dampaknya oleh umat Islam, sebagai penduduk mayoritas di negeri ini. Dan ini terbukti dengan munculnya undang-undang zakat Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang disahkan Presidan Habibie.5
3
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,( Jakarta: Gema Insani Press, 2002) , hlm.19. 4 Tarmizi Taher, Aspiring For Middle Path: Religious Harmony in Indonesia (Jakarta: Censis, 1997), hlm. 13. 5 Undang-undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, pasal 11, 12, dan 14.
3
Sejak lahirnya UU No 38 Tahun 1999, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Jika sebelumnya dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) hanya dikelola oleh kepanitiaan di masjid dan mushala, atau oleh sebagian muzakki (orang yang sudah berkewajiban zakat) yang dikelola (dibagikan) sendiri, sekarang sudah dikelola secara modern dan profesional melalui pendirian badan hukum dan organisasi tersendiri. Undangundang tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga pengelola zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat. 6 Salah satu badan yang berperan penting terhadap pengelolaan zakat infaq dan shadaqah (ZIS) agar dana zakat infaq dan shadaqah (ZIS) tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh para mustahik yakni adalah lembaga keuangan yang termasuk didalamnya adalah lembaga keuangan mikro syari’ah. Dengan adanya lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) masyarakat dapat dengan mudah untuk menyalurkan dana zakat, infaq dan shadaqah dari rekening yang dimiliki. Dengan seperti ini dapat memperlancar penggalangan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah di Indonesia ini. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berbasis syari’ah
merupakan sebuah realitas yang telah berkembang di Indonesia. Sejak awal 1992, sebelum Bank Muamalat Indonesia berdiri telah mulai dikenal LKMS yang bernama Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT menjalankan dua kegiatan sekaligus yaitu Baitul Maal yang menjalankan fungsi sosial dan Baitul
6
Tamwil
yang
menjalankan
fungsi
bisnis/ajang
usaha.
BMT
http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewartikel&id=73 Tgl 18-01-2011 11:12
4
menghimpun dana aghnia dan mereka yang lebih dalam ke masyarakat lokal dan memberikan pembiayaan pinjaman kepada pengusaha mikro disekitar lokasi BMT itu sendiri. Pada saat pembukaan rekening dalam aplikasi yang diberikan kepada anggota mendapatkan pilihan dalam pemotongan zakat, didalam aplikasi tersebut anggota dapat memilih apakah simpanannya akan dipotong langsung atau tidak untuk pemotongan zakat. Dalam tugasnya sebagai lembaga keuangan dan lembaga sosial yang mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) Lembaga Keuangan Syariah mempunyai peran yang mendasar dan fundamental untuk mengentaskan atau memperkecil masalah kemiskinan adalah dengan cara mengoptimalkan pelaksanaan zakat. Hal itu dikarenakan zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis. Maksudnya, selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada serta bermanfaat untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. KJKS BMT Istiqlal Pekalongan adalah salah satu lembaga keuangan yang berbasis Syariah dan sedang berkembang, serta yang beroperasi dan bermuamalah secara Islami, berpedoman pada Alquran dan hadis. KJKS BMT Istiqlal Pekalongan telah beroperasi ±12 tahun lamanya yang telah mempunyai bagian khusus yang menangani tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah serta memiliki lokasi yang sangat strategis untuk para anggota baik yang sebagai muzzaki ataupun mustahiq. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis berminat untuk membahas lebih lanjut dalam sebuah penelitian tentang Zakat,
5
Infaq dan Shadaqah. Oleh karena itu, diformulasikan judul “MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH (ZIS) di KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN”.
B. Rumusan Masalah Dari dasar latar belakang pemikiran diatas, maka ada beberapa permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini diantaranya: 1. Bagaimana manajemen penggalangan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan? 2. Bagaimana manajemen pendistribusian dan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana manajemen penggalangan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Itiqlal Pekalongan? 2. Untuk
mengetahui
dan
menjelaskan
bagaimana
manajemen
pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan? Sedangkan kegunaan atau manfaat dari Laporan Tugas Akhir ini penulis mengharapkan dapat bermanfaat :
6
1. Secara Praktis Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma tiga (DIII) dan mendapatkan gelar ahli madya perbankan syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. 2. Secara Teoritis Diharapkan akan dapat dijadikan sebagai tambahan informatif dan referensi bagi para mahasiswa yang membutuhkan serta media pembanding antara ilmu yang dipelajari dengan penerapan pada realitas dunia kerja. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan judul penelitian, maka perlu dijabarkan terlebih dahulu istilah yang digunakan yaitu: Manajemen Adalah suatu rangkaian langkah yang terpadu yang dikembangkan suatu organisasi sebagai sistem yang bersifat sosio ekonomi-teknis. 7 Pengelolaan Adalah suatu tindakan dalam rangka mengatur, mengarahkan dan mendampingi suatu kelompok tertentu dengan misi sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Zakat Adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada orang – orang yang berhak.8
7 8
hlm.1.
M.Manullang, Dasar – Dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987), hlm.6-7. Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003),
7
Infaq Adalah mendermakan atau memberikan rezeki (karunai Allah SWT) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah semata.9 Shadaqah Adalah mendermakan atau memberikan rezeki (karunai Allah SWT) sesuatu kepada orang lain yang merupakan wujud dari keimanan dan ketaqwaan seseorang.10 Jadi Manajemen Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) adalah suatu proses pengelolaan dan pengaturan dana yang dihimpun dari para muzakki untuk disalurkan ke dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shadaqah bagi pihak – pihak yang membutuhkan (mustahiq).
D. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian, karena itu fungsi untuk menjelaskan kedudukan atau posisi penelitian yang akan dilakukan oleh seorang peneliti. Dengan demikian penelitian yang dilakukan merupakan kajian atau perkembangan dari penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Di samping itu telaah pustaka juga dapat sudah pernah dilakukan.
9
Amiruddin Inoed, dkk, Anatomi Fiqh Zakat : Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm.12. 10
Ibid, hlm.15.
8
Oleh karena itu guna menunjang kesempurnaan dan kevalidan penelitian ini maka Penulis akan melakukan penelaahan terhadap buku-buku referensi yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Menurut Ali Baki dalam skripsinya yang berjudul Manajemen Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang Pekalongan bahwa pengumpulan dan pendistribusian telah sesuai dengan Undang - Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dan telah memiliki SOP (Standar Operasional Pendayagunaan). Manajemen pengumpulan dana zakat dihimpun dari masyarakat dan lembaga amil dengan sasaran penghimpunan seperti perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN, departemen pemerintah, Lembaga Donor (LSM), perbankan dan masyarakat umum baik didalam maupun luar negeri. Sedangkan manajemen pendistribusian dana zakatnya mengacu pada Undang-Undang Zakat yang telah ditentukan pada RKAT (Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan). Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ada beberapa bagian yaitu Kepala Cabang, Kabid Keuangan, Kabid Penghimpunan dan Program. Dalam hal menghimpun dan mendistribusikan zakat LAZ BMH mendapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam segala kegiatan yang dilakukan.11 Menurut M.Abdul Fakhir dalam penulisan Tugas Akhirnya yang berjudul Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di BSM Cabang Pekalongan bahwa penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di BSM Cabang 11
Ali Baki, Manajemen Pengumpulan dan Pendistribusian Zakat pada Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Cabang Pekalongan, Skripsi Ahwalus Syahsiyah (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 55-69
9
Pekalongan diambil dari para muzakki seperti karyawan, nasabah simpanan, para investor, hadiah yang diberikan kepada nasabah dan nasabah yang mempunyai usaha perdagangan serta perusahaan yang mempunyai hubungan dengan bank akan terkena zakat. Pendayagunaan dana zakat dibagikan kepada masing – masing asnaf yang dikelompokkan dalam berbagai kegiatan yang akan digulirkan untuk LAZNAS BSM UMAT untuk program ”BSM MITRA UMAT” disalurkan kepada fakkir, miskin, ghorimin, fii sabilillah dan hamba sahaya, program ”BSM DIDIK UMAT” didistribusikan kepada para pelajar/siswa (SD, SMP, SMA/Sederajat) dan mahasiswa, program ”BSM SIMPATI UMAT” ini sebagai follow up dari program simpati umat yang akan berlanjut dengan pelayanan mobil ambulance dan pelayanan gratis untuk para dhuafa. 12 Sedangkan menurut Yuliandi Nurworo dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul Mekanisme Pengelola Zakat di BNI Syariah Cabang Pekalongan Bagi Pemberdayaan kaum Dhuafa, pengumpulan dana zakat yang dilakukan oleh BAMUIS BNI berasal dari dana ialah pengumpulan zakat pegawai BNI, pengumpulan zakat pensiunan dan lembaga – lembaga BNI serta pegawai perusahaan anak, pengumpulan zakat dari nasabah BNI serta masyarakat umum dan bagi hasil dari produk simpanan. Penyaluran dana zakat disalurkan ke beberapa kegiatan penyaluran menurut kelompok yang telah dibuat oleh BAMUIS BNI, sedangkan penyaluran yang dilakukan oleh kantor cabang adalah 20 % untuk dana hibah dan 80 % dimanfaatkan sebagai 12
M. Abdul Fakhir,Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah(ZIS) di BSM Cabang Pekalongan, Tugas Akhir D3 Perbankan Syariah (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2007), hlm. 40 -53.
10
dana bergulir. Manajemen Pemberdayaan BAMUIS BNI telah menerapkan program pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa meliputi beberapa sektor dan jenis usaha seperti peternakan, perikanan/tambak, industri kecil rumah tangga dan perdagangan serta jasa. 13 Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik,
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, atau yang dikenal dengan konsep economic growth with equity. Monzer Kahf menyatakan bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter, dan bahwa sebagai akibat dari zakat, harta akan selalu beredar.14 Dari penelitian yang dilakukan oleh Arif Chasanul Muna dan moh. Muslih dengan judul Manajemen Pendistribusian Zakat Kepada Asnaf Fakir dan Miskin: Studi Kasus Lembaga Zakat Selangor Malaysia menyebutkan bahwa makna kemiskinan menurut LZS dilihat dari faktor keuangan dan ekonomi untuk menentukan ukuran kemiskinan. Pada hakikatnya kemiskinan seseorang lebih pada bentuk kemiskinan akhlak, kemiskinan sikap, kemiskinan ilmu, kemiskinan wawasan dan lain-lain. Dengan cara pandang seperti itu sesuai dengan cara pandang oleh para ulama muslim, bahwa kemiskinan terbagi menjadi dua yaitu kemiskinan kebendaan (materi) dan
13
Yuliandi Nurworo, Mekanisme Pengelolaan Zakat di BNI Syariah Pekalongan bagi Pemberdayaan Kaum Dhuafa, Tugas Akhir D3 Perbankan Syariah (Pekalongan:Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2008) , hlm. 44-59. 14 Monzer Kahf, The Islamic Economy: Analytical of the Functioning of the Islamic System, (Canada: t.tp, 1997)
11
kemiskinan kerohanian. Dengan seperti itu akan mempengaruhi cara menangani masalah kemiskinan dan mekanisme pemberdayaanya. LZS mengembangkan konsep J.I.W.A. (Jatidiri, Ilmu, Wawasan, Akidah) sebagai bentuk pemberdayaan fakir miskin, dengan tujuan unutuk membangun nilai keinsanan asnaf fakir dan miskin. Program pendistribusian zakat kepada asnaf termasuk fakir dan miskin, mempunyai lima sasaran utama yang menjadi target pemberdayaan dan pembangunan, yaitu [1] pembangunan sosial asnaf yang diwujudkan dalam bentuk bantuan; [2]pembangunan ekonomi asnaf yang diwujudkan dalam bentuk modal; [3]pembangunan pendidikan asnaf yang diwujudkan dalam bentuk beasiswa; [4]pembangunan sumber daya manusia yang diwujudkan dalam bentuk bantuan pelatihan usahawan; [5]pembangunan institusi agama. Bentuk-bentuk bantuan yang diberikan LZS kepada asnaf fakir dan miskin ada dua bentuk yaitu [1]bantuan dalam bentuk zat; dalam bentuk zat ini ada bentuk yaitu bentu uang dan barang material bantuan disini dapat bersifat investatif dan bersifat instant; [2]bantuan dalam bentuk manfaat seperti ketrampilan, kursus, dan latihan, membangun pusat pelatihan merupakan bantuan pendamping. 15 Penelitian tentang Pengelolaan Zakat Di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, oleh Reslawati menunjukkan pelaksanaan Perda Zakat Kabupaten Lombok Timur, pada awalnya berjalan lancar, namun mengalami protes dari sebagian masyarakat.lombok timur khususnya para guru yang tergabung dalam PGRI. Mereka menuntut agar SK Bupati Lotim tentang 15
Arif Chasanul Muna dan Moh. Muslih, Manajemen Pendistribusian Zakat Kepada Asnaf Fakir dan Miskin: Studi Kasus Lembaga Zakat Selangor Malaysia(Pekalongan: P3M STAIN Pekalongan, 2007)
12
pemotongan zakat dicabut. Dalam hal pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang terkumpul, telah disalurkan kepada mereka yang berhak. Perda Zakat Lotim, sesungguhnya relatif mendapatkan dukungan yang penuh dari masyarakat, tokoh agama, kalangan legislatif, pemerintah daerah, tokoh masyarakat. Namun karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, menimbulkan pemahaman terhadap Perda Zakat kurang lengkap dan mis persepsi, khususnya sosialisasi pemotongan gaji PNS/guru. Keadaan ini menghambat implementasi dan suksesnya pelaksanaan Perda Zakat dalam masyarakat.16 Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tidak sama dengan penelitian yang akan saya lakukan. Diantaranya, masalah yang saya akan teliti manajemen pengelolaaan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) secara lebih mendalam tentang penggalangan dan pendistribusian dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dengan demikian, dibandingkan dengan penelitian – penelitian sebelumnya, penelitian yang akan saya lakukan lebih lengkap pada manajemen penggalangan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan tempat yang akan saya jadikan objek penelitian belum pernah dijadikan tempat penelitian Tugas Akhir.
E. Landasan Teori Pembatasan pembuatan laporan Tugas Akhir dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang Manajemen Pengelolaan Dana 16
Reslawati, Pengelolaan Zakat di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. (Harmoni: 2007)
13
Zakat, Infaq dan Shadaqoh (ZIS). Penulis disini memberikan sedikit gambaran mengenai manajemen pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqah (ZIS) sebagai seumber dasar penelitian. Manajemen dalam bahasa arab disebut dengan idarah. Pada dasarnya manajemen adalah alat untuk merealisasikan tujuan umum. Sehingga manajemen merupakan suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personel, perencanaan dan pengawasan terhadap pekerjaan – pekerjaan yang berkenaan dengan unsur–unsur pokok dalam suatu proyek dengan tujuan agar hasil – hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien. 17 Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengelola atau mengurus. Oleh karenanya, kepengelolaan merupakan salah satu dari unsur manajemen. Pengelolaan disini merupakan kegiatan mengelola sesuatu dari yang tidak berguna menjadi berguna dan dari yang berguna menjadi lebih berguna, sehingga mesyarakat dapat mendayagunakan fasilitas dan sarana-sarana yang ada dengan baik. Dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dinyatakan bahwa, “Pengelolaan
zakat
adalah
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat”. Sedangkan yang berwenang untuk mengelola adalah BAZ yang dibentuk oleh pemerintah dan LAZ bentukan masyarakat. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Dari 17
147-148.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), hlm.
14
terminologi zakat tersebut dapat dipahami bahwa zakat adalah penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak seperti tertulis dalam Surat at-Taubah: 60:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”. 18 Penghimpunan zakat dilakukan oleh petugas zakat atau biasa disebut amil zakat seperti yang telah disebutkan didalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 103 yang berbunyi:
”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At Taubah: 103) 18
Amiruddin Inoed, dkk, Anatomi Fiqh Zakat(Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan )(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2005), hlm. 9-11.
15
Dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 pasal 12, penghimpunan zakat dilakukan oleh para amil zakat dengan cara menerima zakat dari para muzakki atau dengan memungutnya dari muzakki atas pemberitahuan muzakki. Pada sisi penghimpunan, banyak aspek yang harus dilakukan, seperti aspek penyuluhan, edukasi, dan lainnya. Aspek ini menduduki fungsi kunci untuk keberhasilan penghimpunan dana ZIS. Karena itu, setiap sarana harus dimanfaatkan secara optimal. Pola pendistribusian zakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pola
pendistribusian
secara
manual
(bantuan
kontemporer/produktif (bantuan pemberdayaan).
sesaat)
dan
secara
16
F. Kerangka Berfikir
KJKS BMT Istiqlal
MANAJEMEN Planning Organizing Actuating Controling Evaluating
Dana Zakat,Infaq dan Shadaqah
PENGGALANGAN
PENDISTRIBUSIAN
Kesesuaian Manajemen Penggalangan dan Pendistribusian Dana ZIS dengan UU No.38 Tahun 1999
17
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Pendekatan a. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dimana peneliti mengamati dan mengadakan interview secara langsung terhadap pihak-pihak terkait dalam penelitian ini. Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu dari tanggal 30 September 2011 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2011. b. Pendekatan dalam penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan gambaran berupa kata-kata tertulis lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dengan pendekatan ini penulis akan memberikan suatu gambaran mengenai manajemen penggalangan dan pendistribusian dana
Zakat, Infaq dan Shadaqah
(ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan . 2. Sumber Data Adapun data-data yang diperoleh melalui metode diatas dapat digolongkan berdasarkan sumbernya yaitu : a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati, dicatat untuk pertama kalinya. 19 Adapun data primer yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah data yang dipeoleh 19
Marzuki, Metodologi Penelitian Riset (Yogyakarta: BPFE UII, 1989), hlm. 55
18
dari hasil wawancara dengan divisi yang mengelola dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) dan sumber kepustakaan yang relevan. b. Data sekunder Data sekunder
adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah atau publikasi lainnya yang berkaitan dengan Manajemen Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah20 3. Metode Pengumpulan data Berdasarkan judul yang penulis kemukakan diatas penulis, penulis memperoleh data-data yang diperlukan dengan menggunakan metodemetode sebagai berikut: a.
Metode Interview Interview adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak, atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer)
untuk
memperoleh
informasi
dari
wawancara.21 Metode ini penulis pergunakan untuk mendapatkan data-data bersifat berupa gambaran manajemen pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan.
20 21
Ibid, hlm. 56. Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Bandung: Angkasa, 1992), hlm. 144.
19
b. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah data cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk dengan buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lainlain yang berhubungan dengan masalah penelitian. 22 Metode ini dimaksudkan untuk menggali data kepustakaan dan konsep-konsep serta catatan-catatan yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan. 4. Metode Analisis Data Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Deskriptif, metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan KJKS BMT Istiqlal Pekalongan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak dari para karyawan atau nasabah yang ada di KJKS BMT Istiqlal. Dengan metode ini penulis akan mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari interview dan dokumentasi dengan cara menyusun
data
dan
mengelompokkan
data
tentang
manajemen
penggalangan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqah. 23.
22
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah University Press, 1995), hlm. 133. 23 Ibid., hlm. 63.
Mada
20
H. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu menyusun
sistematika
sedemikian rupa sehingga
dapat
menunjukan
hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut BAB I
: PENDAHULUAN Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
(ZIS)
DAN
MANAJEMEN
PENGELOLAANNYA DI INDONESIA Bab ini membahas tentang zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), dasar hukum zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), Objek dan syarat – syaratnya, manajemen pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di Indonesia dan pendistribusiannya. BAB III : GAMBARAN UMUM KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN Bab ini menggambarkan tentang Profil BMT Istiqlal Pekalongan, Produk-produk
BMT
Istiqlal
Pekalongan
dan
manajemen
pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di BMT Istiqlal Pekalongan.
21
BAB IV :
ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH (ZIS) DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN
Bab keempat ini menganalisis manajemen penggalangan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dan manajemen pendistribusian dan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) di KJKS BMT Istiqlal Pekalongan. BAB V
: PENUTUP Pada bab kelima ini penulis memberikan suatu Kesimpulan dan saran.