BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara dan menjadi sasaran utama pembangunan bagi banyak negara berkembang. Pelaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi bagi penduduknya. Selain itu, pertumbuhan yang tinggi juga dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dibandingkan dengan negara lain.Kebutuhan barang dan jasa suatu bangsa akan terpenuhi dengan adanya perdagangan Internasional, Untuk Itulah diperlukan kegiatan ekspor-Impor dari satu negara ke negara lain guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Oleh karena itu Indonesia melakukan perdagangan Internasional dengan negara lain untuk melakukan kegiatan ekspor dan Impor. Perdagangan internasional merupakan pemecahan masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan bagi suatu negara dan masyarakat. Banyak keuntungan yang didapat dari perdagangan luar negeri, salah satunya adalah memungkin dalam suatu negara untuk berspesialisasi menghasilkan barang-barang dan jasa secara lebih murah dan baik dari segi bahan dan cara berproduksi. Dengan melakukan spesialisasi, ketika negara ain tidak dapat menghasilkan barang dan jasa di dalam negeri, maka dari itu setiap negara melakukan impor barang dan jasa dari negara lain (Murni, 2006:216).
1
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka Indonesia melakukan Impor barang dari negara lain. Berdasarkan teori ekonomi, Perdagangan internasional merupakan cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara karena tidak semua negara memiliki faktor produksi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan peralatan produksi (teknologi) yang mencukupi baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat (Todaro, 2000:26). Pada dasarnya perdagangan internasional
merupakan kegiatan yang
menyangkut penawaran (ekspor) dan permintaan (impor) antar negara. Pada saat melakukan ekspor, negara menerima devisa untuk pembayaran. Devisa inilah yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Boediono, 1999). Indonesia belum sepenuhnya
memiliki kemampuan untuk menciptakan atau memproduksi sebagian besar kebutuhannya dengan pertimbangan inilah, Indonesia masuk dalam perdagangan internasional yang dapat memberikan peluang suatu negara untuk melakukan ekspor maupun impor (Richart, 2014). Menurut Looi Kee,et.al (2007) permintaan impor lebih tinggi dinegara berkembang dengan jumlah penduduk dan luas wilayah yang lebih luas dibandingkan negara maju, hal itu karena hal itu karena dalam negara besar membutuhkan berbagai barang produksi dimana terdapat kemungkinan negara tersebut belum bisa memproduksi secara efisien untuk mencukupi permintaan. Menurut Yuan dan Kalpana (1994) makin besar impor makin banyak uang negara yang keluar negeri. Jumlah impor
2
ditentukan oleh kesanggupan suatu negara dalam menghasilkan barang yang mampu bersaing dengan barang buatan luar negeri. Semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang tersebut maka semakin tinggi pula impor yang dilakukan. Terkait dengan perdagangan luar negeri, Provinsi Bali yang telah didukung oleh fasilitas yang representatif, diantaranya ada bandara udara dan pelabuhan laut. Dengan fasilitas bandara udara internasional yang terus ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya, tentunya akan dapat lebih menunjang aktifitas perdagangan luar negeri. Dengan adanya fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekpsor di Provinsi Bali dan mendayagunakan impor guna pembangunan perekonomian Provinsi Bali (BPS, 2013) Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia khususnya Provinsi Bali dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri. Berikut adalah tabel mengenai perkembangan nilai impor Provinsi Bali dapat di lihat pada Tabel 1.1. Perkembangan Impor Provinsi Bali kurun waktu 1994-2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. Perkembangan impor Provinsi Bali terus mengalami fluktuasi karena naik turunnya permintaan dalam negeri terhadap barang-barang Impor. Perkembangan Impor provinsi bali yang mengalami peningkatan dengan rata-rata 26,01 persen pertahun, oleh karena adanya peningkatan dari impor yang terus mengalamai fluktuasi, maka dari itu diperlukan penelitian dari impor Provinsi Bali.
3
Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Bali kurun waktu 1994-2013
1994 1995
Nilai Impor Provinsi Bali (US.$) 178.261.533 240.573.905
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
115.098.768 37.840.355 35.888.442 50.533.532 28.867.037 22.559.578 34.506.878 51.192.908
Tahun
Perkembangan (%)
Tahun
34,96
2004 2005
-52,16 2006 -67,12 2007 -5,16 2008 40,81 2009 -42,88 2010 2011 -21,85 52,96 2012 48,36 2013 Rata-rata perubahan
Nilai Impor Provinsi Bali (US.$) 27.206.315 88.745.434 27.769.303 44.292.313 103.283.675 249.782.088 248.785.702 179.340.932 158.889.568 318.982.468
Perkembangan (%) -46,86 226,19 -68,71 59,50 133,19 142,84 -0,40 -27,91 -11,40 100,76 26,01
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 1995-2014 (data diolah) Impor provinsi Bali dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendapatan perkapita, PDB, PDRB, cadangan devisa, investasi, kurs dollar Amerika Serikat, inflasi dan lain lain, akan tetapi dalam penelitian ini menggunakan variabel pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi. Menurut Setiawan, (2007:46) Pendapatan perkapita menggambarkan kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa termasuk barang dan jasa yang diimpor negara lain, sehingga memiliki hubungan searah dengan kinerja impor. Semakin tinggi pendapatan perkapita maka semakin tinggi pula barang dan jasa yang dapat dibeli diluar negeri, karena kemampuan penduduk dalam membeli barang impor semakin meningkat. Sebaliknya semakin menurun pendapatan perkapita maka permintaan impor semakin turun karena kemampuan penduduk untuk membeli barang impor semakin menurun.
4
Menurut Sukirno, (1985:13) pendapatan perkapita sebagai suatu proses yang menyebabkan pembangunan ekonomi penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Menurut Tadoro, (2006:18) menyebutkan bahwa pendapatan perkapita pada dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan perkapita sering digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu negara, yaitu seberapa banyak barang dan jasa yang tersedia bagi rata-rata penduduk untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi. Pendapatan perkapita sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi impor Indonesia mempunyai catatan perkonomian yang cukup stabil dengan kecenderungan meningkat, hal ini menggambarkan semakin tinggi pula pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat terhadap barang-kebutuhan semakin meningkat, terlebih terhadap barang barang yang tidak dapat diproduksi sendiri, Indonesia harus mengimpor dari negara lain. Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi impor, semakin stabil pendapatan perkapita, biasanya akan berbanding tehadap impor (Anggaristyadi, 2011). Perkembangan pendapatan perkapita dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut. Pada Tabel 1.2 menunjukan perkembangan pendapatan perkapita Provinsi Bali 1994-2013 dengan rata-rata 2,66 persen, dimana perkembangan pendapatan perkapita Bali tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7.991.285 rupiah dengan perkembangan sebesar 5,01 persen dari tahun sebelumnya. Perkembangan pendapatan perkapita terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 5.583.485 rupiah dengan
5
perkembangan sebesar -5,87 persen. Hal ini dikarenakan oleh peristiwa krisis moneter yang melanda Indonesia yang berawal pada tahun 1997.
Tabel 1.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita Provinsi Bali Tahun 1994-2013 Menurut Harga Konstan 2000 Pendapatan Pendapatan Perkembangan Perkembangan Tahun PerKapita Tahun PerKapita (%) (%) (Rupiah) (Rupiah) 1994 4.906.445 2004 5.710.164 3,53 1995 5.284.733 7,71 2005 6.227.869 9,07 1996 5.656.605 7,04 2006 6.464.849 3,81 1997 5.931.447 4,86 2007 6.752.442 4,45 1998 5.583.485 -5,87 2008 7.082.094 4,88 1999 5.554.567 -0,52 2009 7.138.719 0,80 2000 5.668.192 2,05 2010 7.135.017 -0,05 2001 5.640.247 -0,49 2011 7.458.381 4,53 2002 5.566.170 -1,31 2012 7.609.847 2,03 2003 5.515.702 -0,91 2013 7.991.285 5,01 Rata-rata 2,66 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,1995-2014 ( data diolah) Dalam transaksi perdagangan antar negara, baik ekspor maupun impor akan memerlukan valuta asing dalam proses pertukarannya. Agar kegiatan perdagangan dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya kestabilan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Disamping itu, perlu dilihat perkembangan kurs mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat, karena dollar Amerika Serikat merupakan mata uang internasional yang menjadi mata uang yang di pergunakan berbagai negara untuk melakukan perdagangan luar negeri. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri, maka hal ini dapat meningkatkan ekspor. Sebaliknya apabila kurs valita asing
6
mengalami pernurunan terhadap mata uang dalam negeri maka hal ini dapat menurunkan ekspor dan lebih mengutamakan impor (Saunders. 2002). Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap importir dari Indonesia untuk melakukan pembayaran impor barang menggunakan mata uang US$ (Ramdan, 2014). Berikut pada Tabel 1.3 yang menjelaskan tentang perkembangan kurs dollar Amerika Serikat pada tahun 1994-2013. Tabel 1.3 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 1994-2013
1994
Kurs Dollar Amerika Serikat Rupiah/US.$ 2.205
-
2004
Kurs Dollar Amerika Serikat Rupiah/US.$ 9.361
1995
2.305
4,54
2005
9.850
5,22
1996
2.385
3,47
2006
9.197
-6,63
1997
5.700
138,99
2007
9.376
1,95
1998
8.100
42,11
2008
10.092
7,64
1999
7.161
-11,59
2009
9.439
-6,47
2000
9.385
31,06
2010
9.009
-4,56
2001
10.450
11,35
2011
9.200
2,12
2002
8.929
-14,56
2012
9.812
6,65
2003
8.528
-4,49 Rata-rata
2013
12.163
23,96
Tahun
Perkembangan (%)
Tahun
Perkembangan (%) 9,77
12,28
Sumber : Bank Indonesia, 2015 (data diolah) Pada Tabel 1.3 terlihat kurs dollar Amerika Serikat dari tahun ketahun mengalami fluktuasi. Rata-rata perkembangan nilai kurs dollar Amerika Serikat dari tahun 1994-2013 adalah sebesar 12,28 persen per tahun. Pada tahun 1994 nilai rupiah Rp 2.205 per US$ dan pada tahun 1995 melemah menjadi Rp 2.305 per US$. Dan rupiah mengalami pelemahan di mulai pada tahun 1997-1998 dikarenakan terjadinya krisis global yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Begitu pula pada
7
tahun selanjutnya rupiah mengalami perkembangan dan penurunan setiap tahunnya. Namun pada beberapa tahun berikutnya rupiah mengalami penguatan hingga mencapai angka Rp 9.009 per US$ pada tahun 2010. Dan dalam beberapa tahun kedepan rupiah kembali melemah sampai pada tahun 2013 nilai rupiah mencapai Rp 12.163 per US$. Merosotnya nilai tukar rupiah kembali diakibatkan karena dampak dari krisis global yang melanda perekonomian Indonesia. Hal terakhir yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional adalah inflasi juga akan mempengaruhi perkembangan impor yang terdapat pada provinsi Bali. Tingkat inflasi yang terlalu tinggi seringkali dikaitkan dengan keadaan ekonomi yang sedang memanas (overheating), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi batas kapasitas yang tersedia, sehingga harga-harga cenderung akan mengalami kenaikan (Kewal, 2012). Inflasi akan menyebabkan harga barang di dalam negeri lebih mahal dari harga barang di luar negeri, oleh sebab itu inflasi menambah impor, oleh karena itu permintaan valuta asing bertambah (Sukirno, 2006:42). Menurut Muritala (2011) inflasi merupakan suatu gejala dimana nilai uang dalam negeri terdepresiasi dan tingkat harga umum mengalami kenaikan harga secara terus-menerus. Inflasi yang terjadi di negara yang sedang berkembang cenderung disebabkan oleh ketegaran dari struktur ekonomi negara tersebut. Inflasi cenderung akan menyebabkan banyaknya investor yang tertarik untuk berinvestasi di dalam negeri, sehingga membuka kesempatan kerja dan pengangguran akan berkurang (Widiarsih, 2012).
8
Inti dari fokus pada impor negara berkembang bergantung terletak pada kenyataan bahwa ekonomi ini memiliki masalah yang unik sejauh implikasi inflasi untuk akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi yang bersangkutan. Impor negara berkembang tergantung pada makroekonomi fundamental yang pada umumnya tidak kuat dan stabil sejak mereka baru di mulai dan harga pengambil di pasar internasional dan, karenanya ada kemungkinan lebih tinggi bahwa inflasi mungkin memiliki efek yang lebih buruk pada ekonomi tersebut (Ahortor dan Adenutsi, 2009). Inflasi yang lebih tinggi dan volatilitas nilai tukar yang lemah terkait lurus dan lebih tinggi melalui nilai tukar ke harga impor (Campa. J.M, 2002). Naiknya harga impor juga dianggap sebagai faktor penting dalam menciptakan inflasi (Alem Khan, 2007). Pada Tabel 1.4 dapat dilihat pertumbuhan dari tingkat inflasi di Provinsi Bali pada tahun 19942013. Perkembangan tingkat inflasi di Provinsi Bali selama periode 1994-2013 yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 tingkat inflasi di Provinsi Bali sangat tinggi, yaitu 75,11 persen yang disebabkan oleh ketidakstabilan kondisi politik dalam negeri serta terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat akibat krisis moneter yang melanda Indonesia. Meskipun demikian, pada tahun 1999 tingkat inflasi menurun dengan drastis dari tahun sebelumnya menjadi 4,39 persen. Hal ini diduga terjadi karena mulai pulihnya keadaan perekonomian di Indonesia, yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, tingkat pengangguran yang relatif rendah dan neraca pembayaran masih dalam keadaan surplus.
9
Tabel 1.4 Perkembangan Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 1994-2013 Pertumbuhan Inflasi Pertumbuhan Tahun (%) (%) (%) 5,97 1994 2004 1,41 1995 2,36 2005 11,31 5,34 4,3 1996 -2,63 2006 -7,01 5,91 1997 6,61 2007 1,61 9,62 1998 65,36 2008 3,71 4,37 1999 -70,72 2009 -5,25 8,1 2000 5,42 2010 3,73 3,75 2001 1,71 2011 -4,35 4,71 2002 0,90 2012 0,96 5,76 2003 -7,93 2013 1,05 Rata-rata 0,12 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,1995-2014 Tahun
Inflasi (%) 3,41 5,77 3,14 9,75 75,11 4,39 9,81 11,52 12,49 4,56
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Inflasi terhadap Nilai Impor Provinsi Bali Kurun Waktu 1994-2013. 1.2 Rumusan Masalah Untuk memberikan pedoman arah penelitian dari analisis data yang dikumpulkan, maka perlu adanya perumusan masalah yang jelas. Berasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka perumusan masalahpenelitian adalah sebagai berikut.
10
1) Apakah pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap nilai impor provinsi Bali periode 1994-2013 ? 2) Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi secara parsial terhada pnilai impor provinsi Bali periode 1994-2013 ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah. 1) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, kurs dollarAmerika Serikat, dan inflasi secara simultan terhadap nilai impor Provinsi Bali Periode 19942013. 2) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, kurs dollarAmerika Serikat, dan inflasi secara parsial terhadap nilai impor Provinsi Bali Periode 1994-2013. 1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini di harapkan dapat
memberi kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi ataupun pengetahuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan dengan pengaruh pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi terhadap Provinsi Bali periode 1994-2013
11
nilai impor
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait mengenai pengaruh pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi terhadap nilai impor Provinsi Bali periode 1994-2013. 1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu
dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masingmasing bab dapat diperinci sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam
12
penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada. BAB III
METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel pendapatan perkapita, kurs dollar Amerika Serikat, dan inflasi terhadap Impor Provinsi Bali.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran atas penelitian yang dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.
13