BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) terbesar di dunia, yaitu mencapai 8,60 juta hektar, meskipun saat ini dilaporkan sekitar 5,30 juta hektar jumlah hutan itu telah rusak (Gunarto, 2004). Ekosistem mangrove memiliki manfaat ekonomis yaitu hasil kayu dan bukan kayu misalnya budidaya air payau, tambak udang, pariwisata dan lainnya. Manfaat ekologis adalah berupa perlindungan bagi ekosistem daratan dan lautan, yaitu dapat menjadi penahan abrasi atau erosi gelombang atau angin kencang. Secara ekosistem berperan dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir baik secara fisik maupun biologis (Bandaranayake, 2005). Penelitian yang dilakukan Mamoribo (2003) pada masyarakat kampung Rayori, distrik Supriyori Selatan, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua memberikan informasi bahwa masyarakat telah memanfaatkan buah mangrove untuk dimakan terutama jenis Bruguiera gymnorrhiza yang buahnya diolah menjadi kue. Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai atau sekitar hutan mangrove seperti di Muara Angke Jakarta dan teluk Balikpapan secara tradisional pun ternyata telah mengkonsumsi beberapa jenis buah mangrove sebagai sayuran, seperti Rhizopora mucronata, Acrosticum aerum (kerakas) dan Sesbania grandiflora (turi) (Purnama, dkk., 2012). Di Bali, buah mangrove diolah menjadi produk olahan seperti bahan makanan, minuman, kosmetik obat dan sabun. Seperti yang dilakukan puluhan ibu-ibu PKK se-kelurahan Tanjung Benoa, Kuta Selatan dan Badung. Perwakilan 1
2 PKK di 5 kelurahan diantaranya Tanjung Benoa, Benoa, Jimbaran, Kedonganan dan Tuban telah memanfaatkan buah mangrove sebagai sumber bahan pangan baru seperti pembuatan sirup, permen, selai, kripik, tepung mangrove, kue, lulur dan berbagai produk lainnya yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar (Balai Pengelolaan Hutan Mangrove, 2007). Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur dapat diolah menjadi tepung roti yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku kue, cake, untuk campuran nasi atau dimakan langsung dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007). Tepung ini
mengandung energi dan karbohidrat yang cukup tinggi, bahkan
melampaui berbagai jenis pangan sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras, jagung singkong atau sagu. Buah Avicennia alba (apiapi) dapat diolah menjadi keripik dan buah Sonneratia alba (pedada) diolah menjadi sirup dan permen (Haryono, 2004). Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I Bali telah memberikan penyuluhan untuk mengolah bahan makanan dari buah mangrove yang mengambil bahan dasar dari buah mangrove yang tumbuh di muara Sungai Mati. Sungai Mati yang merupakan habitat dari berbagai jenis tanaman mangrove di Bali yang buahnya sering dimanfaatkan oleh nelayan di Kabupaten Badung, merupakan sungai yang berpotensi mengalami penurunan kualitas karena terkontaminasi limbah yang seringkali mendapat suplai bahan pencemar baik yang berasal dari aktivitas di kawasan pesisir ataupun dari aktivitas di daerah aliran sungai. Mangrove memiliki kemampuan menyerap bahan-bahan organik dan non organik dari lingkungannya ke dalam tubuh melalui membran sel. Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi lingkungan yang
3 ekstrim (Mastaller, 1996). Beberapa tanaman atau spesies pohon mangrove menunjukkan pola respon serapan yang berbeda terhadap beberapa logam berat (Kabata-Pendias dan Pendias, 1997). Logam Cr terakumulasi paling banyak terdapat pada akar tumbuhan Avicennia marina karena akar merupakan jaringan tanaman yang berfungsi menyerap unsur hara dari sedimen dan sekaligus organ yang kontak langsung dengan sedimen maupun air (Suwandewi, dkk., 2013), sedangkan menurut Suprihatin, dkk., (2014) pada tanaman mangrove Rhizophora apiculata logam Zn terakumulasi paling banyak di bagian akar yaitu sebesar 38,72 mg/kg dan bagian daun sebesar 19,4 mg/kg. Tanaman mangrove jenis Bruguiera gymnorrizha, Avicenia alba, dan Sonneratia caseolaris mampu mengakumulasi logam berat tembaga (Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn) sedangkan hipokotil dari tanaman bakau dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi (Fe), dan mangan (Mn) (Handayani, 2006). Sholihah, dkk., (2014) yang melakukan penelitian terhadap tanaman Mangrove jenis Rhizopora mucronata telah menemukan bahwa dalam buah mangrove jenis ini ternyata mengandung logam berat kadmium yang telah melebihi ambang batas menurut SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan yang diperbolehkan (untuk Cd sebesar 0,05 mg/kg dan untuk Pb sebesar 2,0 mg/kg) (SNI, 2009). Oleh karena itu penting untuk mempelajari kandungan logam berat buah bakau yang biasa digunakan sebagai bahan dasar membuat olahan pangan untuk mengetahui apakah produk olahan dari buah mangrove yang selama ini diproduksi tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Dalam penelitian ini logam berat
4 Pb dan Cd dipilih sebagai parameter serapan logam berat oleh tanaman bakau di muara Sungai Mati yang merupakan perairan yang dialiri air laut dan juga air sungai Mati itu sendiri dan sepanjang aliran sungai Mati terdapat berbagai jenis penggunaan lahan seperti pertanian, peternakan, aktivitas rumah tangga, pasar, industri kecil dan jasa yang merupakan sumber pencemar logam berat dan di daerah Pemogan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain: 1. Apakah buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang terdapat di muara Sungai Mati Kabupaten Badung dan daerah Pemogan mengandung logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd)? 2. Berapa besar kandungan logam timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) buah Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza jika dibandingkan dengan baku mutu logam berat dalam makanan menurut SK Dirjen POM tahun 1989? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui apakah buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang terdapat di muara Sungai Mati Kabupaten Badung dan daerah Pemogan mengandung logam berat timbal (Pb) dan Cadmium (Cd).
5 2. Mengetahui seberapa besar kandungan logam timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) buah Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza melebihi atau tidak dari ambang batas maksimum baku mutu logam berat dalam makanan menurut SK Dirjen POM tahun 1989 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: Memberikan informasi bahwa buah mangrove jenis Avicenia alba, Sonneratia caseolaris, dan Bruguiera gymnorrhiza yang tumbuh di muara Sungai Mati dan daerah Pemogan sesuai sebagai bahan pangan menurut standar baku mutu makanan berdasarkan SK Dirjen POM tahun 1989 ditinjau dari kandungan logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd).