BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan peradangan atau infeksi pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball,2003). Sedangkan menurut Wilson (2006) pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya serta pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Pneumonia juga didefinisikan sebagai proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru dan terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi pada bronkus yang biasa disebut bronchopneumonia. Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negaranegara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah angka kematian rata-rata 45.000 orang (Misnadiarly,2008). Menurut World Health Organization atau WHO (2010) pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di seluruh dunia. Setiap tahun pneumonia membunuh sekitar 1,6 juta anak balita atau sekitar 14 % dari seluruh kematian di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi di banding dari kematian akibat HIV/AIDS 2 %, malaria sebanyak 8% dan campak sebanyak 1%. Dari semua kasus pneumonia yang terjadi di negara-negara di dunia, 8,7% cukup berat sehingga mengancam nyawa dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Sekitar 2 juta kematian setiap tahun terjadi pada pneumonia pada anak usia kurang dari 5 tahun terutama di Afrika,dan daerah Asia Tenggara. Lebih dari setengah kasus 1
2
baru pneumonia terkonsentrasi di 5 negara di dunia dimana 44% umur anak tersebut kurang dari 5 tahun : India (43 Juta), China (21 Juta), dan Pakistan (10 Juta), sedangkan Bangladesh, Indonesia dan Nigeria (masing-masing 6 juta).Sampai saat ini, penyakit pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada balita di dunia. Di perkirakan ada 1,8 juta atau 20% dari kematian anak balita, dibandingkan dengan kematian AIDS, malaria dan tuberculosis. Di Indonesia, angka kematian pneumonia pada balita diperkirakan mencapai 21% (Unicef,2006). Angka kesakitan pneumonia pada bayi 2,2% ,balita 3% sedang angka kematian pada bayi 29,8% dan balita 15,5% (Riset Kesehatan Dasar,2007). Menurut data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, jumlah balita penderita pneumonia di Indonesia ada sebanyak 600.720 balita yang terdiri dari 155 anak meninggal pada umur dibawah 1 tahun dan 49 anak meninggal pada umur 1-4 tahun (Depkes RI,2005). Lebih lanjut Depkes menjelaskan dalam 31 provinsi ditemukan 477.429 anak balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.Proporsi pneumonia sebesar 35,02% terjadi pada usia di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia satu hingga empat tahun (Depkes RI,2007). Hasil survey Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes RI (2008) juga menjelaskan angka kematian balita cenderung menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun balita. Dari hasil survey angka kematian oleh subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu sebanyak 22,30% dari seluruh kematian bayi dan prevalensi nasional pneumonia 2,13% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan laporan 266 provinsi kasus pneumonia yang
3
terjadi pada balita terdapat 3 provinsi dengan cakupan pneumonia tertinggi berturutturut adalah provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 56,50%, Jawa Barat 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung 21,71%. Cakupan pneumonia terendah adalah di provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,81%, Kepulauan Riau sebesar 2,08 % dan NAD 4,56 % (Depkes RI,2009). Kematian balita di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya mencapai 150.000 balita yang meninggal dikarenakan pneumonia. Jika dihitung rataratanya setiap 4 menit ada seorang balita yang meninggal akibat pneumonia atau 17 orang perjam atau 416 per hari. Sebagian besar pada bayi (Sub Direktorat ISPA,1998). Kematian balita akibat pneumonia sangat terkait dengan kekurangan gizi,kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan. Tingginya angka kejadian pneumonia tidak terlepas dari faktor risiko pneumonia. Faktor risiko yang sudah teridentifikasi meliputi : status gizi, BBLR (kurang dari 2500 gr saat lahir),kurangnya pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama, imunisasi campak dan kepadatan rumah (lima atau lebih orang per kamar) (UNICEF-WHO,2006). Pada tahun 2008, WHO menambahkan faktor risiko pneumonia lain yang berhubungan dengan host, environment, dan agent yang meliputi malnutrisi, BBLR (<2500 gr), ASI non eksklusif (selama 4 bulan pertama kehidupan), kurangnya imunisasi campak (dalam waktu 12 bulan pertama kehidupan), polusi udara di dalam rumah dan kepadatan rumah. Kemungkinan faktor risiko lain adalah kekurangan zinc,pengalaman ibu sebagai pengasuh,penyakit penyerta misalnya diare,penyakit jantung asma,pendidikan ibu,kelembapan udara, kekurangann vitamin A (Rudan, et, al.,2008). Penelitian yang dilakukan oleh (Anwar & Darmayanti 2014), mengenai pneumonia pada anak balita di Indonesia, diketahui bahwa desain penelitian yang
4
digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Dengan menggunakan variabel dependen yaitu kejadian pneumonia balita, dan variabel independennya karakteristik individu, lingkungan fisik rumah, perilaku penggunaan bahan bakar, dan kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 82.666 orang. Pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu bahwa faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian pneumonia balita adalah jenis kelamin balita, tipe tempat tinggal, pendidikan ibu, tingkat ekonomi keluarga/kuintil
indeks
kepemilikan,
pemisahan
dapur
dari
ruangan
lain,
keberadaan/kebiasaan membuka jendela kamar, dan ventilasi kamar yang cukup. Kesimpulan yang didapatkan bahwa faktor sosial, demografi, ekonomi dan kondisi lingkungan fisik rumah secara bersama-sama berperan terhadap kejadian pneumonia pada balita di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh (H Sutangi Skp,Mkes 2014) mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Pneumonia Balita di Desa Telukagung Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Kasus pneumonia balita di Puskesmas Plumbon tahun 2013 sebanyak 487 balita dari 3496 balita atau sebesar 13.93%. Dari jumlah itu, kasus terbanyak terjadi di Desa Telukagung, yaitu 119 balita dari 307 balita atau 38,76.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tahun 2014.Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan metode penelitian case control.Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang ada di Desa Telukagung, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.Mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Untuk variabel sikap, dapat disimpulkan
5
bahwa terdapat hubungan cukup kuat antara sikap ibu dengan kejadian pneumonia balita.Dari
hasil
penelitian
ini
diharapkan
Puskesmas
Plumbon
dapat
mengoptimalkan peran tenaga kesehatan sebagai edukator dalam memberikan informasi tentang pneumonia balita kepada masyarakat khususnya ibu balita. Bali merupakan provinsi nomor dua dengan kejadian pneumonia tertinggi di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 11,1 % (Kemenkes RI,2010). Denpasar merupakan kabupaten/kota dengan cakupan pneumonia tertinggi nomor empat di Bali sebesar 18,73%, sedangkan penyakit pneumonia pada tahun 2013 di Bali terdeteksi terdapat 6.944 balita atau 17,07% dari total balita di Bali yang mencapai 406.698 orang terserang penyakit tersebut. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,2013). Dinas Kesehatan Provinsi Bali baru mendeteksi sebanyak 986 dari target 9.174 kasus penyakit pneumonia (radang paru-paru) pada balita di sembilan kabupaten/kota pada trimester I. Untuk itu capaian target pencatatan jumlah balita sakit harus ditingkatkan kembali sesuai imbauan Kementerian Kesehatan. Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015 di dapatkan di temukan prevalensi pneumonia pada puskesmas 1 Denpasar Selatan berumur <1 tahun sampai 1-4 tahun dengan total sebanyak 270 kejadian atau sebesar 37,51 %. Pada puskesmas 2 denpasar selatan sebanyak 56 kejadian atau sebesar 14,22%, puskesmas 3 denpasar selatan sebanyak 96 kejadian atau 36,15%, dan puskesmas 4 denpasar selatan sebanyak 24 kejadian atau 11,20%. Jadi total yang didapatkan untuk prevalensi pneumonia sebesar 446 kejadian. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Denpasar Selatan dikarenakan pada tahun 2000 luas wilayah di Denpasar Selatan mencapai 49,99 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 149.653 dan jumlah kepadatan pertumbuhan penduduk sebesar 2.994. Dengan melihat masih tingginya laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk
6
di daerah Denpasar Selatan maka tidak dipungkiri adanya prevalensi kejadian pneumonia pada balita. Melihat banyaknya faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia dan tingginya angka kematian akibat pneumonia pada balita, maka strategi penanggulangann pneumonia penting dilakukan oleh setiap negara untuk mendukung tercapainya tujuan keempat dari Milenium Development Goals (MDGS) tahun 2015 yaitu mengurangi kematian balita hingga 2/3 dari angka kematian tahun 1990. Angka kematian bayi-balita cenderung menetap dalam paruh waktu pertama upaya pencapaian MDGS 2015. Upaya pencegahan dalam pemberatasan pneumonia pada anak yang menderita pneumonia telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui upaya imunisasi dan non imunisasi. Program pengembangan imunisasi (PPI) yang meliputi pemberian imunisasi difteri,pertusis,tetanus (DPT), dan campak yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak,difteri,dan pertussis merupakan penyakit penyerta pada pneumonoia. Upaya pencegahan non imunisasi meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, perbaikan lingkungan hidup serta sikap hidup yang sehat (Misnadiarly,2008). 1.2 Perumusan Masalah Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak di seluruh dunia dan di negara berkembang termasuk di Indonesia (World Health Organization,2010). Di Bali merupakan provinsi nomor dua dengan kejadian pneumonia tertinggi di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 11,1 % (Kemenkes RI,2010). Denpasar merupakan kabupaten/kota dengan cakupan pneumonia tertinggi nomor empat di Bali sebesar 18,73%, sedangkan penyakit pneumonia pada tahun
7
2013 di Bali terdeteksi terdapat 6.944 balita atau 17,07% dari total balita di Bali yang mencapai 406.698 orang terserang penyakit tersebut. Oleh karena itu adapun perumusan masalah yang dapat diangkat yaitu “determinan pneumonia pada balita di puskesmas wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan tahun 2015?” 1.3
Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 2. Bagaimana hubungan riwayat pemberian vitamin A terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 3. Bagaimana hubungan asi ekslusif terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 4. Bagaimana hubungan BBLR terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 5. Bagaimana hubungan kepadatan hunian rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 6. Bagaimana hubungan paparan asap rokok terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 7. Bagaimana hubungan keberadaan sirkulasi udara (jendela) didalam rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 8. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
8
9. Bagaimana hubungan pendidikan ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan faktor determinan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan tahun 2015
1.4.2
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 1.
Untuk mengetahui hubungan imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
2.
Untuk mengetahui hubungan riwayat pemberian vitamin A terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
3.
Untuk
mengetahui
hubungan
asi
ekslusif
terhadap
kejadian
pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan 4.
Untuk mengetahui hubungan BBLR terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
5.
Untuk mengetahui hubungan kepadatan hunian rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
6.
Untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
9
7.
Untuk mengetahui hubungan keberadaan sirkulasi udara (jendela) didalam rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
8.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
9.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Bagi Teoritis Sebagai sarana menerapkan dan mengaplikasikan keilmuan kesehatan masyarakat yang telah didapatkan di perkuliahan mengenai metodelogi penelitian, epidemiologi kesehatan ibu dan anak,serta meningkatkan menganalisis data yang telah di dapat di bidang kesehatan masyarakat khususnya kematian pada balita.
1.5.2
Bagi Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan bagi kalangan akademisi sebagai informasi terhadap peneliti selanjutnya.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Pengambilan data ini dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2015 dan data yang didapat di wilayah kerja Puskesmas Denpasar Selatan. Pada penelitian ini, data yang diteliti adalah ibu rumah tangga yang memiliki balita yang mengalami kejadian pneumonia dan ibu yang tidak memiliki balita yang mengalami pneumonia. Rancangan penelitian ini menggunakan case control.