1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, kebutuhan akan informasi melalui media massa merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Salah satu media massa yang efektif untuk menyampaikan pesan maupun untuk mendulang keuntungan adalah televisi. Definisi televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua terbitan Balai Pustaka menyatakan bahwa: “Televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan, berita, dan sebagainya”. (Depdikbud, 2001: 919)
Televisi sebagai pesawat sistem penyiaran gambar bergerak yang disertai bunyi merupakan media komunikasi modern. Televisi disebut sebagai media yang modern karena dirancang dengan menggunakan teknologi modern. Di dalam program acara televisi terdapat proses komunikasi, yakni terdapat proses pesan yang disampaikan dari sumber (TV) kepada penerima serta jalannya pesan melalui media massa (TV) yang dapat mempengaruhi masyarakat penerimanya. Di dalam komunikasi terdapat pesan yang disampaikan dan pesan tersebut merupakan informasi. Inilah yang dimaksud bahwa televisi sebagai media informasi.
2
Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga sekarang (Effendy, 1993: 54). Selama tahun 1962 - 1963 TVRI berada di udara rata - rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. “Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa A sebagai generasi pertama diganti dengan Palapa A2, selanjutnya satelit Palapa B, Palapa B2, B2P, B2R, dan Palapa B4 diluncurkan tahun 1992”. (Effendy, 1993: 60 - 61)
Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Secara berturut - turut berdiri stasiun televisi, Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, TV7, LATIVI, Metro TV, Trans TV, Global TV, dan televisi - televisi daerah seperti Bandung TV, Jak TV, Bali TV, dan lain - lain. Tidak dapat dipungkiri, semakin maju sebuah negara maka semakin banyak persaingan. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Bertambahnya kebutuhan masyarakat menuntut media televisi agar lebih kreatif dalam menghasilkan program - program yang menarik dan bervariasi, sehingga dapat mempertahankan atau bahkan mampu meningkatkan citra perusahaannya. Bill Canton dalam Sukatendel (1990) yang dikutip oleh Soleh
3
Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku “Dasar – Dasar Public Relations” mengatakan bahwa: “Citra adalah “image”: the impression, the feeling, the conception which the public has of a company; a counciously created impression of an object, person or organization”(Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi). Jadi, ungkap Sukatendel, citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi. Istilah lainnya adalah Favourable Opinion”. (Bill Canton, dalam Soemirat dan Ardianto, 2004: 111 – 112)
Frank Jefkins, dalam bukunya Public Relations (1984) dan buku lainnya Essential of Public Relations (1998) yang dikutip oleh Soleh Soemirat dan Elvinaro
Ardianto
dalam
buku
“Dasar
–
Dasar
Public
Relations”
mengemukakan jenis – jenis citra antara lain: 1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya. 2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image. 3. The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. 4. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. (Jefkins, 1984, dalam Soemirat dan Ardianto, 2004: 111 – 112)
4
Citra perusahaan penting bagi setiap perusahaan karena merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk di benak masyarakat tentang perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu mengkomunikasikan secara jelas tentang perusahaan yang diharapkan, sehingga dapat mengarahkan masyarakat dalam mencitrakan perusahaan secara positif. Lebih lanjut, citra merupakan hasil dari penilaian atas sejumlah atribut tetapi citra bukanlah penilaian itu sendiri, karena citra adalah kesan
yang
paling
menonjol
dari
perusahaan,
yang
dievaluasi
dan
dipertimbangkan oleh masyarakat dalam mengambil keputusan. Berikut ini adalah faktor - faktor yang mempengaruhi citra perusahaan : 1. Orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima, dan sebagaimana diinginkan oleh kelompok khalayak sasarannya. 2. Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas pelayanan cukup realistis dan mengesankan bagi khalayaknya. 3. Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan kemampuan perusahaan, kebanggaan, nilai - nilai kepercayaan, kejujuran dan mudah dimengerti oleh publik sebagai khalayak sasaran. 4. Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan publik terhadap berbagai aktivitas, empati, prestasi dan reputasi perusahaan selama melakukan berbagai kegiatannya. 5. Citra baik perusahaan lainnya yang dapat timbul dari aspek yang menampilkan keseriusannya dalam tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih peduli pada kelestarian lingkungan hidup, menggunakan teknologi ramah lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. 1
Citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat 1
Wikipedia, Citra Perusahaan (http://www.wikipedia.com), 26 Mei 2010, pkl. 09.00
5
(respect), kesan – kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga/organisasi . Televisi swasta di Indonesia mulai menjelma dengan berbagai karakteristik, antara lain dengan memberikan program - program yang menarik, menghibur dan mendidik. Hal ini sesuai dengan Undang – Undang RI Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, dalam BAB II Pasal 3 ayat 1 sebagaimana dikutip oleh Deddy Iskandar Muda dalam bukunya “Jurnalistik Televisi” yang menyatakan bahwa, “Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial”. (UU RI No. 40 Tahun 1999, dalam Iskandar, 2003: 226). PT Rajawali Citra Televisi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama RCTI merupakan pelopor dalam hal penyedia program - program terbaik yang paling digemari. Menayangkan berbagai macam program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas dengan menarik RCTI tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat di Indonesia. Sejak 1 Oktober 2003 RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra (MNC), yaitu kelompok perusahaan media yang juga memiliki Global TV dan TPI. MNC merupakan anak perusahaan dari PT Global Mediacom Tbk (sebelumnya PT Bimantara Citra Tbk). Global Mediacom mempunyai fokus utama pada industri media dan telekomunikasi, sehingga MNC merupakan investasi strategis Global Mediacom dalam upaya mewujudkan sinergi bisnis media dan telekomunikasi. Perseroan memiliki sejarah operasi usaha yang relatif singkat untuk dapat dievaluasi, namun manajemen perseroan dapat diakui kinerjanya setelah menunjukkan kemampuannya mempertahankan keunggulan rating RCTI.
6
Sejak awal cita - cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara unggulan dalam satu saluran, yang memungkinkan para pengiklan memilih RCTI sebagai media iklan - iklan mereka. Cita - cita itu menjadi nyata karena sejak berdiri hingga saat ini RCTI senantiasa menjadi market leader. Hingga tahun 2007 RCTI tetap mempertahankan posisi market leader dengan pangsa pemirsa mencapai 17,9 % (ABC 5+) dan 17,5% (all demo). RCTI juga berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen Media Research. Pada tahun 2008 RCTI memiliki hak siar atas ajang sepak bola Euro 2008 bersama Global TV dan TPI. RCTI juga mengudara di Timor - Leste, dan pada tahun 2009 juara runner up “The Master” Limbad beraksi dengan berdiri di menara selama 20 jam. Dengan ketinggian menara 20 meter pada tanggal 24 Agustus 2009, Limbad berhasil menguji ketahanan fisiknya dari menara yaitu sebagai pertanda hari ulang tahun RCTI yang ke-20. Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan terluas di Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya, program - program RCTI disaksikan oleh sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara atau kira kira 80 % dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi demografi ini disertai rancangan program - program menarik dan diikuti rating yang bagus sehingga menarik minat pengiklan untuk menayangkan promo mereka di RCTI. Di RCTI kualitas bukanlah kata tanpa makna melainkan harmonisasi dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan doa. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program - program RCTI yang mengusung
7
motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” namun tampil dalam kemasan yang “oke”. Kualitas program - program RCTI pada akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia. (Company profile RCTI, 2009) Dalam membuktikan komitmennya untuk menyajikan program - program yang berkualitas, melalui bidang olahraga pada tahun 2010 Media Nusantara Citra (MNC) resmi mengumumkan diri sebagai pemegang hak siar tayangan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Melalui dua stasiun televisi nasional terkemukanya yaitu RCTI dan Global TV, mereka siap menyiarkan seluruh pertandingan yang akan digelar mulai 11 Juni hingga 11 Juli 2010. RCTI dan Global TV mendapatkan hak siar dari Electronic City Entertainment (ECE), yang merupakan satu - satunya pemegang lisensi hak siar di Indonesia yang memenangi international bidding (penawaran internasional) pada tahun 2007. Untuk memperluas segmen penontonnya, lebih lanjut stasiun televisi RCTI dan TPI bekerjasama dengan ABC International Television Asia Pasifik yang merupakan distributor film - film “Walt Disney”. Melalui program ini RCTI berharap bisa dikenal sebagai televisi yang terbuka dan memiliki penonton dari semua kalangan yang tidak hanya sekedar menghibur anak – anak dan remaja, tetapi juga orang tua Indonesia. Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2010 MNC grup bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Nasional resmi menandatangani nota kesepahaman ( Memorandum of Understanding/ MOU ) pada peluncuran “Cita Citra Indonesia Terampil TV”. TV baru yang diresmikan ini bertujuan
8
memberikan pendidikan keterampilan melalui program siaran televisi edukasi, yaitu siaran program pendidikan jarak jauh yang memungkinkan masyarakat Indonesia dapat menyaksikan program yang mencerdaskan dan mengubah, yang semula tidak memiliki keterampilan & pendidikan menjadi masyarakat mandiri serta dapat bekerja untuk kelangsungan hidupnya. Selain program – program diatas, langkah yang dimanfaatkan RCTI sebagai sarana memberikan hiburan, mempertahankan atau meningkatkan citranya adalah melalui program musik. Program musik merupakan program acara yang tidak asing lagi di Indonesia dan merupakan tontonan alternatif bagi penonton yang diharapkan agar penonton lebih mengenal dan mencintai musik atau lagu - lagu ciptaan anak bangsa. Sejauh ini keanekaragaman program acara yang ditayangkan oleh RCTI berusaha menjawab tantangan yang dihadapi perusahaan TV swasta dalam mempertahankan posisi market leader, meraba selera penonton, bahkan mempertahankan atau meningkatkan citra perusahaan di kalangan penonton. Yaitu dengan menyajikan gebrakan - gebrakan baru yang segar dan orisinil, serta membuat program - program baru yang memiliki daya tarik tersendiri. Menurut Morissan, M.A. dalam bukunya “Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi“ yang dikutip dari Vane-Gross (1994) : “Menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah ”bagaimana suatu program mampu menarik audiensnya”. Menurut Vane-Gross : ”the programmers must select the appeal through which the audience will be reached” (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiens)”. (Morrisan, 2009: 208)
9
Salah satu program acara RCTI yang dapat menarik perhatian audiens adalah program musik Dahsyat. Dengan adanya daya tarik dari program musik Dahsyat, diharapkan terjadi peningkatan citra perusahaan sehingga RCTI dapat terus mempertahankan posisi market leader dan mempertahankan citranya di kalangan penonton. Dahsyat merupakan sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh RCTI dari hari Senin sampai dengan hari Minggu pada pukul 09.00 pagi dan hari libur nasional pada pukul 07.30 pagi. Acara yang pertama kali dimulai pada tanggal 24 Maret 2008 ini berisi acara yang berhubungan dengan musik dan mengudara selama 2 jam. Acara ini dibawakan oleh Raffi Ahmad, Olga Syahputra, dan Luna Maya, atau yang lebih dikenal dengan ROL. 2 Program Dahsyat bertemakan musik yang marak di tengah masyarakat ini, dalam penyajiannya RCTI berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan acara tersebut semenarik mungkin. Program tersebut tidak sekedar menyajikan tangga lagu dan video klip, tetapi gaya lucu dan kocak trio host Dahsyat pada saat membawakan acara menjadi daya tarik tersendiri yang dihadirkan untuk menemani kesegaran di pagi hari. Selain itu, RCTI juga memasukkan unsur komedi dan empati penonton melalui program musik Dahsyat. Contohnya yaitu dengan adanya tayangan Dahsyat ke kantor, ke pasar, ke sekolah, dan ke panti asuhan melalui “Dahsyatnya berbagi”. RCTI juga mengangkat budaya Indonesia ke dalam acara Dahsyat, dimana setiap hari Sabtu RCTI menayangkan
2
Official Website RCTI, Sinopsis Dahsyat (http://www.rcti.tv), 26 Mei 2010, pkl. 09.02
10
“Dahsyatnya Kebudayaan Indonesia” dengan menampilkan tarian, alat musik, atau makanan tradisional dari daerah. Dalam menyajikan gebrakan - gebrakan baru yang segar dan orisinil, memasuki tahun 2010 RCTI melalui program musik Dahsyat menggelar pesta besar yang tidak kalah seru yaitu sebuah pesta penghargaan bagi musisi terfavorit dan terdahsyat yang pernah tampil dalam “Dahsyat”. Acara Dahsyat Awards 2010 mengusung tema “Be Yourself”. Acara yang disiarkan langsung oleh RCTI dari JITEC Mangga Dua Square pada 26 Februari malam, dikemas berbeda dan tema “Be Yourself” dipilih karena RCTI ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa inilah cara RCTI untuk memberi award atau apresiasi kepada musisi dan beberapa pihak yang berhubungan dengan musik dan acara musik Dahsyat. Setelah menggelar acara Dahsyat Awards 2010 yang mengusung tema “Be Yourself”, kembali Dahsyat (program acara musik di RCTI) menghadirkan perayaan ulang tahun ke-2 “Dahsyatnya 2Syat”. Program in-house yang ditayangkan RCTI sejak tahun 2008 ini di ulang tahunnya yang ke-2, “Dahsyatnya 2Syat” menghadirkan 500 artis ibukota di empat lokasi berbeda selama 10,5 jam. Siaran ini ditayangkan langsung dari RCTI yaitu dari Studio 4, lapangan parkir Gedung Produksi, Studio 6 dan area Air Mancur. Kehadirannya di beberapa titik lokasi ini diharapkan mampu memberikan kesempatan yang lebih luas bagi para Sahabat Dahsyat untuk turut merayakan kegembiraan ulang tahun bersama Dahsyat. “Dahsyatnya 2Syat” bahkan dicatatkan oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai Acara Musik Live di TV dengan durasi terlama dalam
11
sehari yaitu 10,5 jam dan kategori Acara Musik Live di TV dengan jumlah pengisi acara terbanyak. Dahsyat merupakan barometer musik di Indonesia dan menjadi acuan bagi perkembangan musik di tanah air. Kehadiran Dahsyat selama ini tidak lepas dari dukungan para Sahabat Dahsyat dan seluruh masyarakat pencinta Dahsyat. Hal ini terbukti dimana program musik Dahsyat yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI menunjukkan jati dirinya sebagai acara musik terbaik di Indonesia. Dahsyat memperoleh penghargaan dalam ajang “Panasonic Gobel Awards” (PGA) 2010 untuk kategori program musik favorit dan Olga Syahputra sebagai pembawa acara musik favorit. Acara yang dipandu trio Raffi Ahmad, Olga Syahputra, dan Luna Maya pada saat itu berhasil mengalahkan saingan terberatnya seperti : Inbox, Hip - Hip Hura, Kemilau Mandiri Fiesta, dan BRI Di Hati. Peran media khususnya televisi dalam kehidupan sosial bukan hanya sarana pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa (televisi) merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya sehingga sesuatu yang ada di televisi akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi televisi inilah yang mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari televisi akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial. Oleh karena itu televisi dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian.
12
Melalui program Dahsyat, RCTI berupaya memvisualisasikan pesan bahwa RCTI merupakan saluran (channel) yang menjanjikan segala hal dengan kualitas materi yang dapat diandalkan serta memiliki nilai hiburan (entertainment) yang baik dalam penyajiannya. Sehingga publik dapat mengenal merek, produk, ataupun perusahaan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah yang penulis teliti adalah, “ Sejauhmana Pengaruh Daya Tarik Program Musik Dahsyat Di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) Terhadap Citra Perusahaan Di Kalangan Penontonnya?” Dari rumusan masalah diatas, maka ditetapkan judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Daya Tarik Program Musik Dahsyat Di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) Terhadap Citra Perusahaan Di Kalangan Penontonnya ”.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas peneliti mencoba untuk mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, maka peneliti menetapkan identifikasi sebagai berikut : 1. Sejauhmana pengaruh kekuatan program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya?
13
2. Sejauhmana pengaruh penampilan komunikator program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya? 3. Sejauhmana pengaruh pesan program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya? 4. Sejauhmana pengaruh media program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya? 5. Sejauhmana pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap persepsi di kalangan penontonnya? 6. Sejauhmana pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap kognisi di kalangan penontonnya? 7. Sejauhmana pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap motivasi di kalangan penontonnya? 8. Sejauhmana pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra
Televisi
penontonnya?
Indonesia
(RCTI)
terhadap
sikap
di
kalangan
14
9. Sejauhmana pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. 1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kekuatan program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. 2. Untuk mengetahui pengaruh penampilan komunikator program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. 3. Untuk mengetahui pengaruh pesan program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. 4. Untuk mengetahui pengaruh media program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya.
15
5. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap persepsi di kalangan penontonnya. 6. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap kognisi di kalangan penontonnya. 7. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap motivasi di kalangan penontonnya. 8. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap sikap di kalangan penontonnya. 9. Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya.
1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang dapat dijadikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi, yang mengkaji bidang komunikasi massa khususnya mengenai media televisi.
16
1.4.2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. b. Bagi Universitas Penelitian
ini
diharapkan
mampu
memberikan
masukan
untuk
pengembangan disiplin Ilmu Komunikasi dan dijadikan literatur dalam mendukung materi perkuliahan bagi Universitas, Program Studi, dan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, khususnya konsentrasi Humas dalam melakukan penelitian selanjutnya. c. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi bagi perusahaan, yaitu RCTI mengenai ada atau tidaknya pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya. Selanjutnya hasil penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi RCTI dalam mengemas pesan - pesan komunikasi agar menarik, sehingga dapat mempengaruhi
penonton
dalam
meningkatkan citra perusahaan.
membentuk,
membangun,
dan
17
1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis Media massa dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Menurut keterangan Onong Uchjana Effendi yang ditulis dalam kamus komunikasi dijelaskan bahwa, ”Daya tarik adalah kekuatan atau penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989: 18) Televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, menyatakan: ”Proses penyiaran gambar melalui gelombang frekuensi radio dan menerimanya pada pesawat penerima yang memunculkan gambar tersebut pada sebidang layar”. (Depdikbud, 1991: 1028) Sedangkan definisi program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dikeluarkan
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan,
Balai
Pustaka,
menyatakan: ”Rancangan mengenai asas - asas serta usaha - usaha yang akan dijalankan”. (Depdikbud, 1991: 789) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah (1) kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditampilkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi.
18
Frank Jefkins dalam bukunya “Public Relations Technique“, yang dikutip oleh
Danasaputra,
dalam
Soleh
Soemirat
dan
Elvinaro
Ardianto
menyimpulkan secara umum bahwa : “Citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Dalam buku Essential of Public Relations, Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta - fakta atau kenyataan. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Solomon, dalam Rakhmat, mengemukakan sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra kita tentang orang atau obyek tersebut”. (Jefkins, dalam Soemirat dan Ardianto, 2004: 114)
Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964) sebagaimana dikutip oleh Djuarsa. S. Sendjaja., Ph.D. dalam bukunya “Teori Komunikasi” menyatakan bahwa: “Sifat dan tujuan teori adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan ciri yang dimilikinya sendiri. Dengan demikian teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas maka keberlakuannya diragukan dan teori yang demikian tergolong teori semu”. (Kaplan, 1964, dalam Sendjaja, 2002)
Citra menurut Danasaputra yang dikutip oleh Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku “Dasar – Dasar Public Relations” mengatakan bahwa: “Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta - fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat, menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif – pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar - dasar kognitif. Efek kognitif dari komuikasi
19
sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi - informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan”. (Danasaputra, 1995: 34 - 35, dalam Soemirat dan Ardianto, 2004: 114)
Untuk mengetahui pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya, maka peneliti menggunakan kerangka acuan yang diambil dari model pembentukkan citra John. S. Nimpeono (dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen) dalam Danasaputra yang dikutip oleh Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam bukunya “Dasar – Dasar Public Relations” sebagai berikut:
Gambar 1.1 Model Pembentukkan Citra pengalaman mengenai stimulus Citra Kognisi
Stimulus
Respon Persepsi
Sikap
Rangsang
Perilaku Motivasi
Sumber : Dasar – Dasar Public Relations hal. 115 “….proses – proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen – komponen persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus”. (Soemirat dan Ardianto, 2004: 115)
20
Model pembentukkan citra pada gambar 1.1 menunjukkan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsang ditolak maka proses selanjutnya tidak akan berjalan dan hal ini menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu tersebut. Sebaliknya jika rangsang itu diterima oleh individu berarti terdapat komunikasi dan terdapat perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan. Empat komponen persepsi - kognisi - motivasi - sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut sebagai “picture in our head”oleh Walter Lipman. Jika stimulus mendapatkan perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsang tersebut. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan
mempersepsi
itulah
yang
dapat
melanjutkan
proses
pembentukkan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi individu. Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi – informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
21
Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respon seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara – cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah. Proses pembentukkan citra pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu. Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa daya tarik adalah proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam membentuk animo publik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, daya tarik bukan saja dapat mewarnai perilaku seseorang tetapi juga dapat mendorong pemberian citra terhadap suatu perusahaan yaitu RCTI. Untuk menunjang penelitian ini, peneliti beranggapan bahwa model komunikasi massa yaitu Uses and Gratifications Theory merupakan model yang tepat digunakan sebagai teori pendukung dalam penelitian ini. Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini. Teori Uses and Gratifcations (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam
22
bukunya “The Uses on Mass Communications : Current Perspectives on Gratifications Research”. Dikutip dari Nurudin dalam bukunya “Pengantar Komunikasi Massa”, teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa : “Pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya”. (Nurudin, 2009: 192)
Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. 1.5.2. Kerangka Konseptual Dari definisi daya tarik dan model pembentukkan citra yang telah dijelaskan pada kerangka teoritis, maka peneliti mengaplikasikannya ke dalam masalah penelitian yaitu sebagai berikut: Daya tarik adalah kekuatan atau penampilan komunikator (presenter) dalam memikat perhatian penonton, sehingga penonton mampu mengungkapkan pesan yang diperolehnya dari media komunikasi yang digunakan dalam program musik
23
Dahsyat. Adapun aplikasi model pembentukkan citra pada masalah penelitian dijelaskan dalam gambar 1.2 berikut ini:
Gambar 1.2 Aplikasi Model Pembentukkan Citra Pada Masalah Penelitian
Kognisi
Stimulus
Persepsi
Program Musik Dahsyat
Penonton
Sikap
Respon Citra
Motivasi
Sumber : Aplikasi peneliti dari model pembentukkan citra ke masalah penelitian
Model citra pada gambar di atas menjelaskan bahwa dengan adanya program acara di televisi, maka akan ada stimulus atau rangsang yang disampaikan oleh pihak penyelenggara yaitu RCTI kepada penontonnya. Stimulus tersebut nantinya akan diolah oleh penonton, yang akhirnya dapat memberikan dampak atau respon tertentu. Yang dimaksud stimulus atau rangsang disini adalah daya tarik program musik Dahsyat melalui kekuatan, penampilan komunikator, pesan, dan media. Stimulus ini bisa ditolak atau diterima oleh penonton. Jika stimulus yang diberikan RCTI melalui program musik Dahsyat ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Tetapi jika stimulus atau rangsang diterima, maka akan menimbulkan respon tertentu. Dalam hal ini respon yang dimaksud adalah citra
24
RCTI, yang dilihat dari persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap penonton terhadap program musik Dahsyat. Persepsi penonton terhadap Dahsyat didapatkan dari pengalaman melalui pengamatan dan pemaknaan yang dilakukan selama menonton Dahsyat di studio 6 RCTI. Persepsi penonton akan menjadi positif apabila informasi musik dan pesan yang diberikan RCTI telah memenuhi kognisi penonton, sehingga timbul suatu pengertian dan keyakinan dalam diri penonton terhadap program musik Dahsyat. Selain itu, motivasi dan sikap penonton mendorong penonton untuk berfikir dan bertindak, serta melakukan sikap evaluatif yaitu apakah program musik Dahsyat menyenangkan atau tidak menyenangkan. Pada akhirnya proses yang terjadi adalah penonton akan memberikan respon berupa pemberian citra terhadap perusahaan, yang divisualisasikan RCTI melalui program musik Dahsyat. Citra yang terbentuk ini dapat bernilai positif (baik) maupun negatif (buruk), sehingga dapat mempengaruhi citra perusahaan di kalangan penontonnya. Untuk lebih mengerucutkan konseptualisasi penelitian, maka peneliti mengaplikasikan teori uses and gratifications yang telah dijelaskan di atas yaitu sebagai berikut : Individu dalam hal ini penonton Dahsyat akan menonton acara musik Dahsyat secara live di RCTI karena media televisi (RCTI) menyediakan atau memuaskan kebutuhan penonton akan informasi dan hiburan khususnya tentang musik. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penonton sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan dalam memanfaatkannya.
25
Interaksi penonton dengan media dapat dilihat dalam pemanfaatan media oleh penonton (uses) dan kepuasan yang diperoleh penonton (gratification) melalui program musik Dahsyat. Gratifikasi atau kepuasan penonton yang sifatnya umum antara lain merupakan pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial.
1.6. Operasionalisasi Variabel Setiap penelitian membutuhkan variabel – variabel yang masih berbentuk abstrak agar di dapat suatu bentuk yang lebih nyata. Proses tersebut dinamakan operasionalisasi variabel. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :
26
Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel
No.
1.
Variabel
Variabel X
Indikator
1. Kekuatan
Alat Ukur
• Kredibilitas • Penguasaan materi
Daya Tarik
• Perbendaharaan kata
(Effendy, 1989: 18)
presenter
2. Penampilan komunikator
• Gaya berpakaian • Aksesoris yang dikenakan • Tata rias wajah • Karakter presenter
3. Pesan
• Gaya pesan • Bentuk pesan • Gaya bicara presenter • Gesture (Gerakan tubuh) presenter • Aktualitas isi
4. Media
• Video • Alat musik yang digunakan • Logo
27
2.
Variabel Y
1.
Persepsi
• Pengamatan
Citra
• Pemaknaan
(Soemirat
• Pengalaman
dan Ardianto, 2004: 115)
2.
Kognisi
• Keyakinan diri • Pengertian • Pemikiran • Analisa
3.
Motivasi
• Kebutuhan • Keinginan • Harapan • Tujuan
4.
Sikap
• Berfikir • Merasa • Tindakan
Sumber : Analisa Peneliti 2010
1.7. Model Penelitian Model penelitian yang peneliti buat dalam penulisan tentang pengaruh daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya, dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut ini:
28
Gambar 1.3 Model Penelitian Variabel X
Variabel Y
Daya Tarik
Citra
Indikator :
Indikator : •
Kekuatan
•
Persepsi
•
Penampilan komunikator
•
Kognisi
•
Pesan
•
Motivasi
•
Media
•
Sikap
Sumber : Analisa Peneliti 2010
1.8. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut : H1
: Ada pengaruh antara daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya.
H0
: Tidak ada pengaruh antara daya tarik program musik Dahsyat di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) terhadap citra perusahaan di kalangan penontonnya.
29
1.9. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan teknik analisis regresi linier sederhana. Metode kuantitatif menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya “Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif dan R & D” adalah sebagai berikut : “Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistik”. (Sugiyono, 2009: 7 - 8)
Sementara itu metode survey yaitu suatu cara melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel adalah jawaban – jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Irawan Soehartono (2002: 54) yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam buku “Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi” menyatakan bahwa: “Penelitian survey adalah penelitian pengamatan yang berskala besar pada kelompok - kelompok manusia. Yang dimaksud pengamatan disini, tidak terbatas pada pengamatan penglihatan, tetapi data yang dikumpulkan secara tidak sengaja ditimbulkan oleh peneliti seperti dilakukan dalam suatu eksperimen tertentu. Jadi bahan - bahan yang dikumpulkan dalam survey adalah data yang terdapat dalam kehidupan sehari - hari yang berjalan secara wajar”. (Soehartono, 2002: 54, dalam Ruslan, 2006: 21)
Jika pola yang membentuk hubungan X dan Y membentuk suatu garis lurus, maka disebut Pengaruh Linier. Dalam analisis regresi, akan dikembangkan sebuah estimating equation (persamaan regresi) yaitu suatu formula matematika yang
30
mencari nilai variabel dependen dari nilai variabel independen yang diketahui, sebagaimana dikemukakan oleh Singgih Santoso dalam bukunya “SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional” yaitu sebagai berikut: “Analisis regresi digunakan terutama untuk tujuan peramalan, dimana dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen (tergantung) dan ada variabel independen (bebas). Metode korelasi akan membahas keeratan hubungan, sedang metode regresi akan membahas prediksi (peramalan). Dalam praktek, regresi sering dibedakan antara regresi sederhana dan regresi berganda. Disebut regresi sederhana (Simple Regression) jika hanya satu variabel independen, sedangkan regresi berganda (Multiple Regression) jika ada lebih dari satu variabel independen”. (Santoso, 2001: 305 - 306)
1.10. Teknik Pengumpulan Data a. Angket Angket adalah alat pengumpulan data yang juga disebut kuesioner, dan sumber datanya berupa organisasi atau dikenal dengan istilah responden. Pada metode ini, pertanyaan diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada para responden untuk dijawab, setelah pertanyaan dijawab, dikembalikan lagi ke pihak peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah penonton program musik Dahsyat di studio 6 RCTI. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh informasi berupa keterangan mengenai suatu hal atau peristiwa yang dilakukan melalui proses tanya jawab antara pewawancara atau penanya dengan sumber atau orang yang diwawancarai. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek). Biasanya data yang dikumpulkan bersifat kompleks.
31
Teknik wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face interviews) dan melalui saluran telepon (telephone interviews). Subjek wawancara dalam penelitian ini adalah Produser program Dahsyat RCTI. c. Studi Kepustakaan Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari perolehan data melalui referensi buku - buku atau literatur. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari serta mengutip pendapat - pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan yaitu dengan membaca literatur seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku standar, karya ilmiah, dll. d. Internet Searching atau Penelusuran Data Online Untuk menghasilkan data yang lebih maksimal, peneliti juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data - data yang diperlukan untuk penelitian ini. Perolehan data secara online ini dilakukan dengan cara browsing
atau mengunduh data yang diperlukan dari internet melalui
website tertentu.
1.11. Populasi dan Sampel Penelitian 1.11.1. Populasi Menurut Sugiyono dalam buku “ Statistika Untuk Penelitian” (2002: 55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari ; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya”.
32
Selain itu, Jalaluddin Rakhmat memberikan pengertian populasi dalam bukunya
Metode
Penelitian
Komunikasi,
yang
mengatakan
bahwa,
“Kumpulan objek penelitian disebut populasi”. (Rakhmat, 2002: 78) Dari permasalahan penelitian, maka populasi dari penelitian yang akan dilakukan adalah penonton Dahsyat yang menonton secara live di studio 6 RCTI. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti kepada Produser program musik Dahsyat RCTI, kapasitas studio 6 yaitu sebesar 80 orang penonton. Penentuan populasi dilakukan pada hari Senin s/d Sabtu (enam hari), sehingga diperoleh jumlah populasi penelitian sebanyak 480 orang penonton. Rincian tentang populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini : Tabel 1.2 Populasi Penelitian N = 480 orang No.
Hari
Jumlah Penonton
1
Senin
80
2
Selasa
80
3
Rabu
80
4
Kamis
80
5
Jumat
80
6
Sabtu
80
Total
480
Sumber : Data Penelitian Peneliti 2010
33
1.11.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 17) yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam “Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi”, penelitian dengan menggunakan sampel yang representatif dapat memberikan hasil untuk dapat digeneralisir, dan kriteria sampel yang representatif tersebut tergantung pada aspek akurasi dan presisi (ketelitian) yang tinggi dari sampelnya, maka penjelasannya sebagai berikut: 1. Keakuratan (akurasi) Sampel yang akurat adalah bagaimana statistik sampel dapat mengestimasi parameter populasi secara tepat, dan akurasi berkaitan dengan tingkat keyakinan (confidence level), yaitu semakin akurat atas sampel data, maka akan semakin tinggi tingkat keyakinannya. Artinya statistik dapat mengestimasi parameter populasinya secara tepat dan benar, yaitu tingkat keyakinan atau nilai signifikansinya yang dinyatakan dengan 95%, dan 5% probalilitas estimasi hasil yang tidak benar atau sering disebut dengan tingkat signifikansinya (significance level) sebesar 0,05% (P 0,005). 2. Ketelitian (presisi) Sampel yang presisi (ketelitian) merupakan hasil penelitian yang berdasarkan sampel data untuk merefleksikan realitas populasinya secara teliti dan benar. Presisi menunjukkan tingkat ketepatan hasil penelitian berdsarkan sampel yang menggambarkan karakteristik populasinya. Presisi
34
dinyatakan dengan interval keyakinan (confidence level) dari sampel data terpilih. (Ruslan, 2006: 144) Dalam bukunya Sugiyono yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”, dituliskan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajri dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul - betul representatif (mewakili)”. (Sugiyono, 2008: 81)
Besarnya jumlah sampel ditentukan oleh Yamane yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat sebagai berikut: n=
N N(d)2+1
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Nilai presisi tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 10% (Rakhmat,1995: 85) Dari jumlah populasi diatas, dimasukkan ke dalam rumus Yamane dengan tingkat kesalahan (presisi) 10 %, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n=
480 480(0,1)2+1
35
=
480 5,8
=
82,75
n=
83 orang
Berdasarkan hasil diatas, pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental Sampling (Sampel insidental). “Sampling aksidental ini adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan dijumpai, atau siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat dipergunakan sebagai sampel, jika dipandang orang kebetulan itu, maka hal tersebut cocok sebagai sumber data”. (Ruslan, 2006: 156) Angket dalam penelitian ini dibagikan kepada sampel penelitian sampai terpenuhi atau tercapainya jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
1.12. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data adalah kegiata lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Untuk itu peneliti akan mengolah data dengan langkah - langkah sebagai berikut : 1. Penyeleksian data Langkah ini dilakukan untuk melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data yang sudah terkumpul. 2. Klasifikasi data Langkah ini dilakukan untuk mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.
36
3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada angket yang telah disebar sebelumnya. Apabila valid, berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang sebenarnya diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. 4. Pengkodean data Langkah ini ditempuh untuk menerjemahkan data dengan memberikan kode - kode berupa angka agar lebih mudah, kemudian data dimasukkan ke dalam coding book (buku koding) dan coding sheet (lembar koding). 5. Mentabulasikan data Langkah ini diambil untuk menyajikan data dalam sebuah tabel (tabel induk kemudian ke dalam tabel tunggal) sesuai dengan tujuan analisis data. Dalam melakukan pengolahan data, peneliti menggunakan program SPSS 13 (Statistical Product And Service Solutions) yang merupakan program aplikasi yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik dengan menggunakan komputer. Untuk menganalisa hubungan antara variabel X dan variabel Y digunakan teknik analisa korelasi Rank Pearson :
37
Keterangan: r
: Koefisien korelasi yang dicari
Σxy: Jumlah perkalian variabel x dan y Σx : Jumlah nilai variabel x Σy : Jumlah nilai variabel y Σx2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel x Σy2 : Jumlah pangkat dua nilai variabel y n
: Banyaknya sampel (Djarwanto, 1996:192)
Sedangkan untuk menganalisa adanya pengaruh, peneliti menggunakan Koefisien Determinasi (KD) antara variabel X dan variabel Y dengan rumus sebagai berikut:
KD = rxy2 x 100 %
Keterangan
: KD = Koefisien Determinasi rs = Hasil Korelasi Rank Pearson
Untuk menguji hipotesa digunakan rumus uji t, yaitu :
t = rxy Keterangan
: r = Besarnya korelasi n = Besarnya sampel
n−2 1 − rxy 2
38
1.13. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.13.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) Jl. Raya Perjuangan No. 1 Kebon Jeruk, Jakarta 11530. Tlp : 021- 5303540 / 5303550 Fax: +62215320906. 1.13.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, terhitung mulai dari bulan Januari 2010 hingga Juli 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.3. Waktu Penelitian berikut ini :
39
JADWAL PENELITIAN
40
1.14. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi atas lima BAB dan disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini mencakup tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian (kegunaan teoritis dan kegunaan praktis), kerangka pemikiran (kerangka teoritis dan kerangka konseptual), operasionalisasi variabel, model penelitian, hipotesis, metode penelitian, teknik pengumpulan data (angket, wawancara, studi kepustakaan, internet searching), populasi dan sampel, teknik pengolahan dan analisis data, lokasi dan waktu penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan pustaka tentang komunikasi (pengertian komunikasi, fungsi komunikasi, bentuk komunikasi), komunikasi massa (definisi komunikasi massa, karakteristik komunikasi massa, fungsi komunikasi massa, komponen komunikasi massa, efek komunikasi massa), televisi (televisi sebagai bentuk media massa, siaran televisi di indonesia, fungsi televisi, karakteristik dan faktor faktor yang perlu di perhatikan pada televisi), dan musik (sekilas tentang program musik, sekilas tentang acuan dasar untuk acara televisi). Ada pula tinjauan tentang pengaruh, daya tarik, dan citra (definisi citra, jenis - jenis citra),
41
BAB III
OBJEK PENELITIAN Bab ini berisi tentang semua hal yang berkaitan dengan objek penelitian yakni sejarah perusahaan, visi - misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, job decriptions, serta tinjauan tentang program musik Dahsyat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN Bab ini berisi uji validitas dan reliabilitas, analisis deskritif identitas responden, analisis deskritif hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V
PENUTUP Bab ini mencakup tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.