BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang DIY memiliki proporsi penduduk usia ≥10 tahun yang jenis aktivitas fisiknya “kurang aktif” sebesar 20,8%. Perilaku sedentari usia ≥10 tahun di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam, 40,7% untuk perilaku sedentari 3-5,9 jam, dan 17,1% untuk perilaku sedentari ≥6 jam (Riskesdas, 2013). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan orang pada saat ini kurang aktif secara fisik dan lebih gemar menggunakan waktunya untuk hal-hal yang tidak mengeluarkan banyak energi seperti menonton televisi, main game, atau hanya sekedar bersantai di rumah. Kebiasaan ini sering terjadi pada usia remaja meskipun seharusnya di usia remaja itu lebih banyak melakukan aktivitasaktivitas di luar rumah yang banyak mengeluarkan energi karena di dalam Riskesdas 2013 disebutkan bahwa semakin bertambah usia maka akan semakin menurun proporsi perilaku sedentari
≥6 jam, tetapi akan
meningkat pada usia ≥50 tahun. Aktivitas fisik yang rendah akan menimbulkan dampak pada kesehatan misalnya menurunkan status kebugaran dan meningkatkan kejadian overweightpada remaja. Menurut Ortega (2007), menyebutkan bahwa remaja yang kurang aktivitas fisik akan memiliki status kebugaran rendah dan nilai IMT tinggi (overweight). Overweight pada remaja akan menjadi penyebab beberapa penyakit degeneratif dikemudian hari. Selain meningkatkan kejadian overweight, aktivitas fisik rendah juga
berperan
dalam
terjadinya
sindroma
metabolik
pada
remaja.Diketahui dari penelitian Neto (2011) menjelaskan bahwa prevalensi sindroma metabolik tinggi pada remaja dengan aktivitas fisik rendah dan kebugaran kardiorespirasi rendah. Overweight dan obesitas erat kaitannya dengan kejadian sindroma metabolik. Sindroma metabolik yang dijumpai pada usia remaja akan berdampak buruk pada kesehatan mereka baik pada saat ini atau masa yang akan datang. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan sindroma metabolik misalnya penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes mellitus tipe 2. Oleh karena itu, aktivitas fisik dan kebugaran pada remaja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan agar terhindar dari masalah-masalah kesehatan. Remaja yang aktivitas fisiknya rendah maka akan memiliki kebugaran yang rendah pula. Kebugaran yang rendah pada remaja akan memicu terjadinyabeberapa masalah kesehatan sepertioverweight dan sindroma metabolik sehingga akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas di masa sekarang atau masa yang akan datang. Selain itu, masalah kesehatan remaja juga akan menganggu aktivitas belajar mereka baik di sekolah atau di rumah. Tetapi belum ada data yang memuat tentang aktivitas fisik dan status kebugaran remaja SMA di Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa aktivitas fisik dan kebugaran akan mempengaruhi kesehatan remaja. Aktivitas fisik dan status kebugaran remaja perlu diketahui agar dapat melakukan usaha preventif terhadap penyakit-penyakit tertentu. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagamaina hubungan antara aktivitas fisik dengan status kebugaran remaja.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisikdenganstatus kebugaran remaja? 2. Apakah usia, status gizi, asupan makanan, dan jenis kelamin sebagai variabel penganggu antara aktivitas fisik dan status kebugaran remaja?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui aktivitas fisik dan status kebugaran remaja di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan status kebugaran remaja. b. Mengetahui apakah usia, status gizi, asupan makanan, dan jenis kelamin berperan sebagai variabel pengganggu antara aktivitas fisik dan status kebugaran remaja.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Peneliti akan mendapatkan informasi mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap status kebugaran remaja yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti usia, status gizi, asupan makanan, dan jenis kelamin.
2. Bagi siswa Siswa akan mendapatkan informasi mengenai status kebugaran mereka
sehingga
dapat
memberikan
motivasi
siswa
untuk
meningkatkan kebugaran salah satunya dengan meningkatkan aktivitas fisik. 3. Bagi sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan bukti dan ilmu pengetahuan baru kepada pihak sekolah sehingga dapat membantu dalam menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan status kesehatan siswanya.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2012) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesegaran Jasmani pada Wanita
Vegetarian.
Persamaan
dengan
penelitian
yang
akan
dilakukanadalah variabel yang diukur yaitu tingkat aktivitas fisik dan kebugaran atau kesegaran jasmani.Aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner IPAQ dan kebugaran dengan metode Harvard step tes. Perbedaan penelitian ini adalah subjek yang digunakan adalah wanita usia
20-49
tahun
sedangkan
penelitian
yang
akan
dilakukan
menggunakan subjek remaja usia 15-17 tahun. Penelitian serupa lain dilakukan oleh Neto (2011) dengan judul penelitian Physical Activity, Cardiorespiratory Fitness, and Metabolic Syndrome: A Cross Sectional Study. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang digunakan yaitu aktivitas fisik dan kebugaran, subjek penelitian
yaitu remaja. Sedangkan perbedaannya
adalah metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dan kebugaran. Aktivitas fisik diukur dengan catatan pribadi selama tiga hari dan kebugaran diukur dengan 20 m shuttle run test. Penelitian lain dilakukan oleh Karppanen (2012) dengan judul Physical Activity and Fitness in 8-years old Overweight and Normal Weight Children and Their Parents. Perasamaan pada variabel yang diteliti yaitu aktivitas fisik dan kebugaran. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subjek penelitian, metode pengukuran aktivitas fisik dan kebugaran. Subjeknya adalah anak usia 8 tahun dengan orang tuanya, aktivitas fisik diukur dengan The Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C), sedangkan kebugaran diukur dengan Eurofit Test Battery. Tes kebugaran meliputi keseimbangan, fleksibilitas, kecepatan, ketahanan, dan kekuatan.