BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Seperti yang diketahui bahwa penampilan pegawai bank selama ini dianggap lebih menarik, dibanding penampilan pegawai di lingkungan kerja yang lain. Penampilan pegawai bank dengan seragam yang pada umumnya mengenakan blazer dan rok pendek bagi pegawai perempuan memberikan kesan elegan, rapi dan berwibawa. Pegawai bank BNI khususnya bagi pegawai perempuan juga dituntut untuk dapat berpenampilan menarik. Tuntutan untuk berpenampilan menarik pada pegawai bank bukanlah tanpa alasan. Pekerjaan sebagai pegawai bank merupakan pekerjaan yang memiliki intensitas cukup tinggi untuk berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini disebut sebagai nasabah, maka profesionalisme kerja mesti dijaga untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan layanan terbaik kepada nasabah. Menjaga penampilan untuk tetap terlihat menarik merupakan suatu “kewajiban” bagi mereka yang bekerja di bank, karena bagaimanapun sebagai seorang nasabah yang harus dilayani dengan baik tentu kita akan cukup tertarik dan merasa nyaman apabila kita berhadapan dengan pegawai yang rapi, menarik apalagi modis.
Dalam dunia kerja dewasa ini penampilan seolah menjadi hal yang dituntut perusahaan bagi para pegawai maupun calon pegawainya. Hal ini tampak pada iklan – iklan lowongan kerja yang pada umumnya mencantumkan “penampilan menarik” sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pelamar kerja. Pada perusahaan maupun instansi – instansi tertentu, penampilan para pegawai merupakan salah satu hal yang tertulis dalam peraturan dan harus dipatuhi oleh seluruh pegawainya, seperti pada Bank BNI, BUMN ini memiliki beberapa peraturan yang mengatur tata cara penampilan dan buku panduan yang mengatur beberapa cara berpakaian, jenis kosmetik, perhiasan yang boleh atau tidak boleh digunakan, dan sebagainya. Selain itu, penampilan ramah, senyum, dan beberapa gerakan tubuh juga diatur dan menjadi kriteria penting dalam memberikan penilaian terhadap para pegawainya.
Penampilan seorang pegawai bank BNI merupakan hal yang perlu diindahkan karena bekerja dengan melayani banyak orang tiap harinya yang dibutuhkan adalah penampilan “good looking” (penampilan menarik) sehingga para nasabah pun lebih merasa nyaman untuk berinteraksi dan bertransaksi di Bank BNI. Penampilan yang dapat dikatakan sempurna, yakni penampilan modis serta pelayanan yang baik kepada
Universitas Sumatera Utara
nasabah merupakan kriteria bagi para pegawai agar mereka lebih mudah untuk dilirik para atasan dan kemudian ditunjuk sebagai duta layanan mewakili cabang masing – masing.
Rizal Riekieno (2008 : 56), menyatakan penampilan dalam bekerja adalah salah satu faktor penilaian yang sangat penting bagi karyawan di tempat kerja. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa selain pintar, penampilan itu harus enak dilihat, bukan harus cantik, namun ada sebagian orang yang mengatakan bahwa penampilan itu tergantung dari bidang apa yang ditekuni. Kalau pegawai lapangan, lebih baik mengutamakan penampilan yang lebih santai namun tetap sopan. Hal terpenting dalam berpenampilan di kantor ialah bahwa penampilan yang ditunjukkan harus profesional sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengenakan pakaian yang tepat merupakan keharusan jika seorang karyawan ingin dihargai di lingkungan kerjanya.
Hasil penelitian mengenai cara berpakaian tidak jauh berbeda dengan penelitian tentang penampilan fisik yang menarik, karena penampilan para karyawan merupakan hal utama yang dinilai orang pada kesan dan pandangan pertama. Kita tidak dapat begitu saja mengabaikan kecenderungan masyarakat yang memandang seseorang berdasarkan kesan pada pandangan pertama (Rizal Riekieno : 57). Jadi, cara berpakaian karyawan perlu menyesuaikan dengan apa yang dinilai positif di lingkungan tempat kerja, khususnya para atasan.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian terhadap para calon manajer wanita di Amerika ditemukan bahwa yang berpakaian agak maskulin lebih direkomendasikan untuk diterima sebagai manajer daripada yang berpakaian feminim. Hal ini tidak terlepas dari anggapan bahwa pos - pos manajemen, baik di lingkungan bisnis maupun profesional, adalah area yang maskulin, dengan demikian wanita yang berpakaian agak maskulin lebih dapat diterima di lingkungan tersebut. Begitu pula yang banyak terjadi di lingkungan kerja di Indonesia. Bila ingin masuk ke lingkungan kerja, perempuan harus beradaptasi lebih dahulu dengan lingkungan kerja yang berbau maskulin.
Sistem perekrutan
di
beberapa
perusahaan
saat
ini
misalnya,
mengutamakan merekrut pegawai laki – laki dibanding pegawai perempuan dengan alasan bahwa pegawai perempuan akan dibatasi bekerja oleh hak – hak istimewa seperti cuti hamil, cuti melahirkan dan sebagainya dan itu dianggap mengurangi kinerja pegawai perempuan dibanding pegawai laki – laki. Maka, lingkungan kerja yang masih berbau maskulin ini menempatkan persentase perempuan yang memiliki jabatan memperoleh posisi yang sangat minim.
Di tempat bekerja, masing – masing karyawan memiliki budaya, keyakinan, dan asumsi tersendiri sehubungan dengan cara berpakaian yang dianggap layak. Cara berpakaian para pegawai dapat lebih memilih pakaian yang dianggap layak dan menyesuaikan diri dengan nilai – nilai yang berlaku, agar mudah diterima oleh orang – orang dalam lingkungan sosial di tempat kerja
Pembentukan opini dan persepsi mengenai citra dan idealisasi penampilan perempuan ini memang merambah di dunia kerja khususnya di dunia perbankan yang
Universitas Sumatera Utara
memang menonjolkan segi penampilan. Persepsi bahwa pegawai perempuan harus berpenampilan modis diartikan sebagai cara berpakaian, tata rias, gaya hidup “branded” (menggunakan barang – barang yang memberi arti pada posisi kelas tertentu) dan aktualisasi diri secara keseluruhan pegawai perempuan di Bank BNI yang dapat terlihat elegan, up to date (selalu mengikuti perkembangan mode), dan penampilan yang good looking (enak dilihat orang lain dengan penampilan fisik simpel, sesuai bidang pekerjaan) ini memang cukup melekat dalam kehidupan masyarakat sebagai bentuk pencitraan media elektronik maupun lingkungan sosial. Pencitraan yang selalu berkaitan dengan seksualitas, yakni penampilan perempuan yang digambarkan elegan, up to date, dan penampilan yang good looking kemudian menjadi isu yang berkaitan dengan promosi jabatan di kantor.
Isu gender yang kemudian muncul pada profesi sebagai pegawai bank adalah ketika perempuan dijadikan sebagai “alat” untuk menarik perhatian nasabah. Dalam dunia perbankan, wanita menjadi bagian dari seluruh kinerja. Gaya luwes dan lebih detail ketika melayani nasabah membuat mereka menjadi penjaga di barisan terdepan.
Melayani seperti sudah menjadi sikap bawaan wanita. Kaum hawa biasanya ditempatkan di posisi yang menuntut sisi kelembutan, keluwesan dalam melayani nasabah. Sering terlihat bahwa posisi frontliner lebih dominan diduduki oleh perempuan, sehingga pegawai perempuan menjadi “ujung tombak” suatu perusahaan yang dituntut untuk berpenampilan modis dengan penggunaan tata rias sebagai salah satu kriteria. Stereotype muncul pada profesi pegawai bank perempuan dimana pegawai bank perempuan dituntut untuk berpenampilan modis, khususnya peraturan
Universitas Sumatera Utara
mengenai tata rias yang tidak ditekankan pada pegawai bank pria. Posisi frontliner yang lebih banyak diduduki oleh pegawai bank perempuan ini menimbulkan bias gender pada bidang pekerjaan di bank sebab perempuan dipandang lebih pantas untuk mengisi jabatan frontliner karena penampakan luar yang lebih menarik dibanding laki – laki dan juga citra perempuan yang identik dengan kelembutan, keramahan dan keuletan.
Pegawai bank perempuan juga rentan terhadap beberapa isu gender lainnya, seperti beban ganda yang diembannya, dimana perempuan bertanggung jawab dalam keluarga dan karier, terkadang menghambat proses pencapaian karier perempuan itu sendiri. Tuntutan untuk berpenampilan modis bagi pegawai bank perempuan, sementara sebelum berangkat bekerja perempuan bertanggung jawab lebih dulu dalam mengurus keluarga sehingga terkadang memberikan waktu yang sedikit bagi mereka untuk berpenampilan lebih optimal di kantor. Belum lagi masalah persaingan kerja di kantor, dimana karier perempuan cukup jarang yang mampu menduduki posisi puncak. Hal ini memang dialami oleh hampir seluruh perusahaan. Dominasi laki – laki pada level atas masih begitu tampak jelas. Kalaupun ada, pegawai bank perempuan umumnya hanya mampu mencapai posisi kepala cabang. Pakar manajemen Budi W. Sucipto, menilai, minimnya jumlah wanita sebagai CEO karena keadaan yang terjadi: ego laki-laki masih mendominasi. Artinya, asumsi pemimpin umumnya pria. http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=8985 tanggal 19 Desember 2009.
Universitas Sumatera Utara
Bagi sebagian perusahaan, ada suatu aturan yang mengharuskan para pegawai menggunakan seragam dan perlengkapan lainnya yang sesuai dengan bidangnya dan keselamatan kerjanya. Biasanya yang bisa berpenampilan bebas ialah para pegawai yang bekerja di kantor. Mereka biasanya bebas untuk berekspresi, namun tetap dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Misalnya wajib mengenakan kemeja berlengan pendek atau panjang untuk pria, menggunakan dasi, celana bahan, sepatu dan bagi pegawai wanita menggunakan sepatu tertutup, memakai jas ataupun blazer, dan sebagainya.
Bagi pegawai BNI, cara berpakaian dan berpenampilan telah diatur, yakni menggunakan seragam berupa atasan jas dan celana panjang bagi para pegawai wanita, sepatu dan tas berwarna gelap (hitam atau coklat), tidak menggunakan aksesoris berlebihan, rambut di sanggul, warna make up yang kecoklatan atau cenderung gelap dan bagi pegawai pria mereka menggunakan kemeja berlengan panjang yang juga merupakan seragam. Hanya pada hari – hari tertentu saja para pegawai dapat mengenakan pakaian bebas seperti pada hari jumat, bisa menggunakan kemeja atau batik.
Selain penampilan berbusana, penampilan fisik tidak bisa dipungkiri untuk mendapatkan salah satu penilaian dari tempat kerja. Para peneliti umumnya menemukan bahwa orang yang berpenampilan fisiknya menarik cenderung dianggap memiliki kepribadian yang menarik pula, seperti tenang, penuh kehangatan, penuh perhatian, pandai bersosialisasi, tidak memiliki sifat ketergantungan, dan hasil pekerjaan mereka umumnya dianggap lebih baik pula.
Universitas Sumatera Utara
Nur Rahadian Sari (2006 ; 48) menyatakan, penampilan memang mutlak diperlukan dalam dunia kerja. Untuk tampil bersinar di kantor tentu saja butuh kualitas tertentu. Syarat utamanya adalah berani tampil beda. Bukan berarti pegawai dituntut mengenakan busana yang norak atau lain dari yang lain, melainkan membuat orang lain (terutama atasan) menyadari bahwa selera pegawainya setingkat lebih tinggi dibanding karyawan lainnya. Tidak dapat dipungkiri memang, bahwa pegawai bank akan terus menjaga penampilan bahkan mendongkrak penampilan karena itu dianggap merupakan salah satu cara untuk peningkatan jenjang karier secara tidak langsung.
Berdasarkan dari apa yang diungkap oleh salah satu pemimpin KLN di bank BNI bahwa seorang pegawainya yang memulai jenjang karier sebagai teller di salah satu cabang pembantu Bank BNI, sebut saja X memperoleh peningkatan jenjang karier yang cukup cepat dalam rentang waktu yang singkat. “X merupakan salah satu mantan teller di tempat saya memimpin Cabang Pembantu Bank BNI. Dalam rentang waktu ± 6 tahun (dari tahun 2003 sampai 2009), ia memperoleh peningkatan jenjang karier yang cukup pesat hingga kini bisa mencapai posisi supervisor marketing kartu kredit dari kantor pusat. X terkenal sebagai pegawai yang cantik, modis dan ramah terhadap semua orang. Memang kriteria itu juga dibarengi dengan keuletannya dalam bekerja. Dengan penampilan serta kinerjanya tersebut maka pemimpin di kantor tempat kami bekerja beberapa kali tertarik mempertimbangkannya untuk promosi jabatan.” Persepsi bahwa pegawai bank perempuan berpenampilan modis lebih dominan untuk promosi jabatan mewarnai persaingan kerja di bank. Pegawai bank perempuan yang berpenampilan modis ini kemudian diasumsikan lebih mudah bergaul, dan mudah memasuki kelas sosialita para atasan sehingga mereka lebih “dikenal” dan lebih mudah memperoleh promosi jabatan.
Universitas Sumatera Utara
Alasan mengenai pemilihan Bank BNI sebagai objek penelitian ialah karena Bank BNI merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga termasuk salah satu bank terbesar di Indonesia. Tentunya, hal ini juga didukung dengan layanan prima para staf dan pegawainya. Dalam sistem manajerial bank BNI dimulai dari sistem rekrutmen, penampilan merupakan salah satu aspek yang perlu dijadikan salah satu penilaian dalam seleksi, hingga dalam aturan yang berlaku bagi para karyawan pun salah satunya mengatur tentang penampilan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Hasil survei Marketing Research Indonesia (MRI), menempatkan bank Mandiri di posisi terdepan dalam hal layanan prima (The Best Bank Service Excellence 2008). Misi pengukurannya adalah untuk memacu industri perbankan agar memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah. BSEM ini melibatkan pengamatan pada sarana penunjang, seperti kondisi gedung, penyediaan berbagai fasilitas dan kondisinya, seperti toilet dan ATM. Hal - hal lain yang diamati adalah unsur-unsur yang penting bagi pelanggan. Unsur pegawai juga merupakan hal yang penting diamati, misalnya meliputi keramahan, ketrampilan dan penampilan pegawai. Hasilnya, berturut-turut untuk kelompok bank umum posisi 10 besar adalah Bank Mandiri, BII, Bank CIMB Niaga, Bank OCBC NISP, Bank Danamon, BCA, BNI, Permata Bank, Bank Bukopin dan Citibank. Sumber : www.forumkami.com, 21 Desember 2009.
Dari data ini terlihat bahwa Bank BNI masih menempati urutan yang cukup tertinggal dari salah satu saingan kuatnya, yakni Bank Mandiri. Dari hasil penelitian ini tentunya bank BNI diharap bisa meningkatkan pelayanannya kepada nasabah yang
Universitas Sumatera Utara
meliputi keramahan, ketrampilan dan penampilan pegawai sehingga di tahun mendatang mampu menduduki posisi teratas dalam hal pelayanan prima.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana persepsi pegawai bank perempuan terhadap promosi jabatan dengan kriteria unsur dominan penampilan modis di bank BNI Cabang Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi pegawai bank perempuan terhadap promosi jabatan dengan kriteria unsur dominan penampilan modis di bank BNI Cabang Medan.
2. Untuk mengetahui kaitan penampilan modis dengan promosi jabatan di bank BNI Cabang Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap sistem promosi jabatan di bank BNI Cabang Medan guna memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia / pegawai bank BNI.
2. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan ataupun referensi sekaligus bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan peneliti terhadap penelitian yang berkaitan dan sebagai wadah pembentukan pola pikir ilmiah dalam menghadapi persoalan sosial dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara