BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Di awal tahun 2000 pemerintah menerapkan otonomi daerah, langkah ini
disertai perubahan organisasi pemerintah di tingkat propinsi, kabupaten dan kota. Lembaga informasi dan komunikasi pemerintah di daerah kemudian dibentuk sesuai dengan interpretasi kegunaan untuk daerah masing-masing. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah memberikan pengaruh besar bagi pemerintah, baik pusat maupun daerah otonom untuk saling memberikan informasi keadaan sumber daya daerah maupun citra institusi. Perkembangan teknologi saat ini, ditandai dengan pesatnya kemajuan media informasi baik media cetak maupun elektronik yang saling bersaing kecepatan dalam penyampaian informasi. Salah satu media penyampaian informasi media elektronik yang tidak terpupus oleh waktu adalah radio. Dunia penyiaran, dalam hal ini radio siaran, berkembang pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan kemajuan teknologi komunikasi. Radio siaran memiliki peran strategis sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemampuan dari radio untuk masuk dan diterima di tiap-tiap segmentasi dan kelas dalam masyarakat. Apabila dibandingkan dengan dunia audio visual, dunia radio jauh tertinggal karena meski secara teknis radio mampu menyiarkan informasi secara cepat, tetapi popularitas radio sangat ketinggalan dibandingkan media lainnya. Setidaknya, itulah temuan Kompas ketika melakukan survei penggunaan media massa di Jakarta akhir tahun lalu. Dari 978 responden yang diwawancarai, 47,3% 1
2
mengaku biasa mendengarkan radio, sangat jauh tertinggal dibanding mereka yang biasa menonton televisi 78% atau membaca surat kabar 96,6%. Kelebihan utama radio pada kecepatannya memberikan informasi, tidak bisa lagi menjadi unggulan, sebab masyarakat lebih menganggap radio sebagai media hiburan, bukan informasi. Dari 463 responden yang mempunyai kebiasaan mendengarkan radio, sebagian besar 64% menganggap radio sebagai media hiburan. Hasil penemuan berikut juga memperkuat gambaran betapa berita radio kurang diminati dibandingkan berita dari televisi. Acara di radio yang paling digemari pendengarnya adalah musik 48,4%, sedangkan berita hanya ditunggu oleh 23,3% pendengarnya (n=463). Ketika dibandingkan dengan televisi, hasilnya sangat bertolak belakang. Acara di televisi yang paling digemari adalah berita 64,6%, sedangkan
hiburan
hanya
23,3%
(n=944).
Sumber:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/09/11/0038.html. Bagaimanapun tidak dapat dipungkiri, radio merupakan sarana efektif untuk menyebarluaskan informasi. Karena sebagian besar keluarga di Indonesia, mempunyai pesawat radio. Harganya yang terjangkau, menyebabkan keluarga Indonesia dari berbagai kalangan, termasuk kalangan ekonomi lemah dan tinggal di kawasan terpencil, memiliki pesawat radio. Kondisi ini, membuat radio tidak termasuk dalam jajaran barang mewah. Keberadaan radio, dirasakan masyarakat di beberapa daerah, yang tidak terjangkau oleh media massa lain, sebagai sarana informasi primer. Radio memiliki karakter, yang tidak dimiliki oleh media massa lain. Itu sebabnya walaupun di era kesejagadan ini, radio harus bersaing dengan berbagai media massa baik elektronik maupun cetak, tidak ada seorang ahli pun
3
yang
berani
meramalkan,
'hari
kematiannya'.
Sumber:
http://www.indomedia.com/bpost/9809/13/topik/topik1.htm. Dunia radio yang bekerja di gelombang FM saja di daerah Bandung mencapai kurang lebih 64 stasiun, jumlah yang jauh lebih besar ketimbang Surabaya dengan jumlah radio swasta sekitar 50 dan Jakarta dengan 38 stasiun radio (Sumber: PRSSNI Jabar). Hal ini menciptakan iklim persaingan radio swasta di Bandung jauh lebih tinggi dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Fakta membuktikan radio Ardan FM dan Ninety Niners yang selalu merajai dunia radio di Bandung, benar-benar menciptakan iklim persaingan bagi radio lain untuk mendapatkan tempat yang layak di hati konsumen. Sumber: http://www.blogger.com/feeds/6552850663343559540/posts/default
-
36k
-
Tembolok - Halaman sejenis Hasil temuan lainnya dari www.blogger.com ». Bandung sebagai ibukota propinsi Jawa Barat mencakup wilayah kota dan kabupaten Bandung seluas 3.019,76 km2. Selain sarat dengan kreatifitas dan dinamika, orang-orang juga mengenal dan menjulukinya surga bagi siapa saja yang memiliki kegemaran akan berbagai jenis makanan dan berbelanja. Wilayah yang dicanangkan sebagai Kota Perdagangan dan Jasa ini, dikenal berpenduduk yang memiliki daya beli sangat tinggi, konsumtif dan pesolek. Dilayani oleh 38 radio yang terdaftar dan menjadi anggota PRSSNI, BPS mencatat lebih dari 70 persen
masyarakatnya
mendengarkan
radio.
Sumber
http//:www.Top
/
JBPTUNIKOMPP/Perpustakaan UNIKOM Pusat / Tugas Akhir / Desain Komunikasi Visual / 2005 / jbptunikompp-gdl-s1-2005-hasanuddin-2033.
4
Senada dengan fakta di atas Radio MQ FM sebagai salah satu radio swasta di Bandung yang merupakan perusahaan jasa yang melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan jasa dengan sasaran konsumen perorangan, kelompok orang, badan usaha dll, berupaya meningkatkan kualitas siaran untuk bisa bersaing dengan cara memperhatikan prestasi kerja karyawannya. Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2006:94). Penilaian dalam prestasi kerja karyawan sangatlah penting karena dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan aktivitas perusahaan di dalamnya, karena prestasi kerja karyawan yang baik adalah kunci keunggulan bersaing. Pengelolaan dan penilaian dalam hal prestasi kerja karyawan harus terjadi secara terus-menerus untuk bisa menjadi efektif, baik bagi karyawan itu sendiri maupun bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan-perusahaan harus secara proaktif mengelola prestasi kerja karyawannya sehingga dapat memiliki keunggulan strategis dalam dunia persaingan antar perusahaan. Hal ini dilakukan dengan memastikan bahwa prestasi kerja setiap karyawannya selalu terfokus pada keperluan-keperluan dari perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dan survey awal penulis di PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung, terdapat kesenjangan prestasi kerja karyawan antara kenyataan dengan harapan. Data di bawah ini menggambarkan tentang tingkat absensi karyawan selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
5
yang mengungkapkan bahwa jumlah ketidakhadiran karyawan selalu ada di tiap departemen.
Jumlah Ketidakhadiran Karyawan
Grafik Tingkat Absensi Karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung Tahun 2005-2007 300 275 250 225 200 175 150 125 100 75 50 25 0
2005 2006 2007
HRD
Operation
Marketing
Off Air
Produksi
Sumber: diolah dari HRD MQ FM, 2007 Gambar 1.1 Grafik Tingkat Absensi Karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung Tahun 2005 – 2007 Dalam upaya meningkatkan prestasi kerja karyawan banyak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, perusahaan dapat menempuh berbagai cara dalam meningkatkan prestasi kerja karyawannya yang salah satunya dengan memberikan kompensasi yang adil dan layak kepada karyawannya. Menurut
Malayu
Hasibuan
(2006:118)
mengungkapkan
bahwa:
“Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”. Sehingga kompensasi dapat meningkatkan salah satunya prestasi kerja karyawan yang senada dengan yang diungkapkan oleh Justine T. Sirait (2006:181) “pengelolaan kompensasi merupakan kegiatan yang amat penting dalam membuat pegawai cukup puas dalam pekerjaannya demi memperoleh/ menciptakan memelihara dan mempertahankan produktivitas.”
6
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya maupun waktu pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan (Hasibuan, 2006:126). Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis perusahaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal serta berpedoman kepada keadilan dan undangundang perburuhan. Dengan kebijaksaanaan ini diharapkan akan terbina kerjasama yang serasi dan memberikan kepuasan terhadap semua pihak. Besarnya balas jasa telah ditentukan oleh perusahaan, sehingga karyawan secara pasti mengetahui besarnya balas jasa/ kompensasi yang akan diterimanya. Kompensasi inilah yang akan dipergunakan oleh karyawan itu beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi mencerminkan status, pengakuan dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan beserta keluarganya. Jika balas jasa yang diterima karyawan semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi, statusnya semakin baik dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Menurut Hasibuan (2006:117), kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan. Jadi nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari kompensasi yang dibayar perusahaan, supaya perusahaan mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan terjamin.
7
Walaupun kebijaksanaan kompensasi di PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung sudah sesuai dengan analisis perusahaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal serta berpedoman kepada keadilan dan undang-undang perburuhan, tetapi hal ini belum memuaskan sebagian karyawan. Hal ini tercermin dari hasil survey penulis yang menyebarkan angket terhadap pemenuhan kompensasi dari 10 responden mengungkapkan bahwa karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung menyatakan kurang puas atas pemenuhan tersebut. Hasil dari ketidakpuasan atas pemenuhan kompensasi dipersentasekan sebesar 67.5% dan sisanya menyatakan memuaskan sebesar 27.5%. Tabel 1.1 Data Hasil Angket Pra Penelitian Kepuasan Pelaksanaan Kompensasi pada PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung JAWABAN PERSENTASE (%) A. Sangat memuaskan 3.75 B. Memuaskan 23.75 C. Kurang Memuaskan 36.25 D. Tidak Memuaskan 25 E. Sangat Tidak Memuaskan 6.25 Abstein 5 Sumber: diolah dari data angket pra penelitian kepuasan pemberian kompensasi karyawan MQ FM, 2007 Selain masalah diatas, pemberian kompensasi pada sebagian karyawan Radio MQ FM Bandung ada yang mengungkapkan belum sesuai dengan standar UMR/ UMP. Padahal menurut Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 561/Kep. 519 - Bangsos/2007, menetapkan besarnya Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Barat Tahun 2008 sebesar Rp. 568.193,39,- (lima ratus enam puluh delapan ribu seratus sembilan puluh tiga rupiah tiga puluh sembilan sen) per
8
bulan. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa prestasi kerja karyawan yang menurun di Radio MQFM Bandung ini tidak terlepas dari faktor kompensasi. Apabila hal ini terus-menerus tidak terperhatikan oleh pihak perusahaan, maka akan mengancam kelangsungan perusahaan itu sendiri baik bagi kelangsungan prestasi kerja karyawannya ataupun bagi kelangsungan bersaing antar perusahaan dengan perusahaan lainnya. Atas dasar itulah penulis bermaksud mengangkat permasalahan tentang prestasi kerja karyawan pada PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian hanya membuat pengaruh kompensasi terhadap prestasi kerja, dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Kompensasi terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung.”
1.2.
Identifikasi & Perumusan Masalah Menurut sumber informasi mengenai kompensasi yang dikutip dari
http://www.damandiri.or.id/file/loetfiadwiunairbab2.pdf, ada enam faktor yang harus dipertimbangkan untuk menetapkan upah minimum, yaitu komponen Kebutuhan Hidup Minimum (KHM), Indeks Harga Konsumen (IHK), kondisi pasar tenaga kerja, kemampuan perusahaan, upah tertentu antar daerah dan tingkat perkembangan ekonomi daerah yang dihitung melalui PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
9
PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) masih terus berupaya meningkatkan prestasi kerja karyawan yang salah satunya dilakukan dengan cara pemberian kompensasi adil dan layak. Dengan melakukan kompensasi yang sesuai dengan komponen penetapan upah minimum, maka prestasi kerja karyawan akan meningkat pula. Dalam prestasi kerja karyawan terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan menjadi meningkat, namun penulis hanya membatasi perumusan masalah yang akan diambil dan dalam penelitian ini perumusan masalah adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan kompensasi karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung? 2. Bagaimana prestasi kerja karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung? 3. Bagaimana pengaruh antara pelaksanaan kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung? 1.3.
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dimaksudkan: 1. Mengetahui
pelaksanaan
kompensasi
karyawan
PT.
Radio
Madinatussalam (MQ FM) Bandung. 2. Mengetahui prestasi kerja karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung. 3. Mengetahui pengaruh antara pelaksanaan kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan PT. Radio Madinatussalam (MQ FM) Bandung.
10
1.3.2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia tentang bagaimana pengaruh antara pelaksanaan kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan bagi radio MQ FM Bandung, dalam memecahkan permasalahan peningkatan prestasi kerja karyawan bagi perusahaan yang diakibatkan salah satunya oleh pemberian kompensasi.