BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang berIntellectual Quotient (IQ) tinggi dengan memanfaatkan seleksi awal berupa tes kecerdasan intelejensi. Harapan dari perlakuan seleksi seperti ini adalah memperoleh tenaga-tenaga yang dapat membangun perusahaan ke arah pencapaian yang dapat membangun perusahaan ke arah pencapaian kinerja tinggi. Banyak dari mereka yang berhasil lulus dalam seleksi berbasis IQ ini memiliki kinerja yang tinggi dan mendapat karir yang baik dalam pekerjaannya. Dengan demikian menurut teori kecerdasan kognitif, bahwa IQ seseorang berpengaruh positif terhadap kesuksesan di dalam bekerja dan berkarir. Akan tetapi tak dapat kita pungkiri, banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi, pintar dalam hal pelajaran atau memiliki kecerdasan otak (intellectual Quotient) IQ belum tentu sukses dalam dunia pekerjaan, bahkan banyak pula orang yang memiliki pendidikan formal yang rendah mengalami hal yang sebaliknya (Armansyah, 2007). Tugas
auditor
internal
melakukan
evaluasi
terhadap
efektivitas
pelaksanaan pengendalian internal, manajemen resiko dan proses tata kelola perusahaan. Selain itu, auditor internal melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas bidang keuangan, operasional, sumber daya manusia, teknologi informasi. Hasil auditor diharapkan bisa memberikan jaminan tidak ada 1
2
penyimpangan dalam perusahaan. Selain itu, juga memberikan jalan keluar permasalahan yang dihadapi, memberi motivasi peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Keuntungan audit yang dilaksanaan bersamaan dengan kegiatan yang diaudit adalah hasilnya lebih efektif dan efisien. Rekomendasi dan tindak lanjut bisa dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan atau sebelum kegiatan berakhir. Sehingga pada saat kegiatan selesai, tidak ada perbedaan antara yang seharusnya dan sebenarnya (Republika, 2013). Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
dilakukan
sebelumnya
profesionalisme kerja seorang auditor sangatlah penting dilakukan atau dilaksanakan karena dapat memberikan kontribusi dan pelayanan yang optimal kepada pemakai jasa auditor untuk pengambilan keputusan. Sikap profesional inilah yang sangat diperlukan, dimana auditor mempunyai kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip fundamental etika akuntan atau kode etik akuntan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan profesionalisme kerja, seorang auditor haruslah memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan sepiritual dalam melakukan tugasnya ( Dharmawan, 2013). Emotional Qoutient (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Intellectual Quotient, kecerdasan Intellectual Quotient (IQ) menyumbangkan kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, dan yang 80% lainnya
3
diisi oleh kekuatan-kekuatan lain, termasuk Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Qoutient (SQ) (Goleman, 2007). Menurut Goleman (2003) dalam Melandy (2006) menyatakan bahwa ada beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu hal salah satunya adalah kecerdasan emosional. Seperti kemampuan akademik bawaan, nilai raport, dan prediksi kelulusan pendidikan tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang setelah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan individu yang meliputi kemampuan mengelola perasaannya, memotivasi dirinya, bekerja sama dengan orang lain, berempati dan berinisiatif.
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa sarana pendidikan dan kecerdasan emosional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat pemahaman IFRS baik pada mahasiswa maupun dosen. Sedangkan kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pemahaman IFRS (Widianingrum, 2010). Hasil penelitian mengenai kinerja auditor, menunjukkan bahwa variabel stres kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. stres kerja dapat menjelaskan kinerja auditor secara berarti. Secara simultan stres kerja dan motivasi kerja auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Variabel yang paling memberikan pengaruh terhadap meningkatnya kinerja auditor adalah motivasi (Sinaga, 2013) .
4
Keberhasilan kinerja auditor juga tidak terlepas dari tersedianya teknologi informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan audit. Dalam melakukan audit, auditor berhadapan dengan sebuah sistem pengendalian intern dimana pada saat ini auditee sudah banyak yang menerapkan sistem teknologi informasi yang berbeda-beda. Auditor akan berhadapan dengan keberadaan sebuah pengendalian internal yang kompleks karena teknologi yang melekat dan sangat berbeda dengan pengendalian sistem manual. Dalam proses pengembangan sebuah sistem, maka diperlukan pengendalian lewat berbagai ‘testing program’ yang berkembang secara cepat seiring perkembangan teknologi. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan waktu antara teknologi yang dipelajari oleh auditor dengan perkembangan teknologi yang cepat (Budi, 2008) . Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional. Artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut, seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tingg, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah. Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu, yang dimaksud lingkungan kerja disini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada sifat individu auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit (auditee), pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit. Tuntutan dan
5
lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor (Inspektorat Jendral Pendidikan, 2012). Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kecerdasan emosional auditor internal terhadap kinerja auditor
internal
dengan
menuangkannya
dalam
sebuah
judul
skripsi:
“PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL AUDITOR INTERNAL TERHADAP KINERJA AUDITOR INTERNAL: Studi Kasus Pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Jawa Barat”.
1. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang ditemukan diatas, maka peneliti mengidentifikasikan permasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional auditor internal terhadap kinerja auditor internal pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Jawa Barat .
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari dan mendapatkan informasi sehubungan dengan pengaruh kecerdasan emosional internal auditor terhadap kinerja internal auditor pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
6
1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional auditor internal terhadap kinerja auditor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Jawa Barat .
1. 4. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, penulis berharap agar hasilnya dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi Penulis Dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai tingkat kecerdasan emosional auditor internal untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor internal. 2. Bagi Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik ( Perum Bulog) Penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk perencanaan program
profesional
khususnya
mengenai
tingkat
kecerdasan
emosional dalam rangka optimalisasi kinerja auditor internal perusahaan secara individual maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. 3. Bagi pihak lain Sebagai sumber informasi, referensi dan bahan pembanding untuk mebahas penelitian selanjutnya mengenai topik yang berkaitan, khususnya mengenai internal audit.
7
1. 5. Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti melakukan penelitian ini pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Jawa Barat. Data penelitian diperoleh dari kantor Perum Bulog jl. Soekarno-Hatta No. 711A Bandung. Dengan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai dengan selesai.