BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banya k digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang mereka miliki. Masyarakat yang semakin paham akan pasar keuangan, akan semakin pandai dalam menilai dan mengendalikan risiko investasi yang mereka lakukan. Semakin modern peradaban ekonomi suatu masyarakat, semakin besar peran pasar modal dibanding peran bank komersial memobilisasi dana ke sektor produktif, hal ini biasa disebut dengan fenomena disintermediasi pasar keuangan. Bahkan, tingkat suku bunga Sertif ikat Bank Indonesia (SBI) yang semakin menurun, mengakibatkan investasi sektor perbankan dalam bentuk tabungan dan deposito mulai kehilangan pesonanya, sehingga banyak investor yang mulai melirik salah satu produk investasi pasar modal yang dianggap ideal oleh para investor, khususnya investor domestik, yaitu investasi reksa dana ( unit trust, mutual fund, atau investment fund) (Indriyani, 2009). Pasar modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal menjal ankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua belah pihak yang memiliki dua kepentingan yaitu yang memiliki kelebihan modal
1
2
(investor) dengan pihak yang membutuhkan modal (emiten). Sementara dikatakan memiliki fungsi keuangan karena memberikan kesempatan dan kemungkinan bagi pemilik modal (investor) untuk memperoleh imbal hasil, tentu saja sesuai jenis investasi yang dipilih. Kedua peran ini memberikan peranan penting akan pasar modal bagi perekonomian suatu negara. Dengan menyediakan sumber pendanaan maka perusahaan dapat bergerak dan meningkatkan pendapatannya sehingga mendorong meningkatnya perekonomian negara. (Tandelilin, 2010) Saat ini, di Indonesia sedang ramai pembicaraan mengenai salah satu produk investasi pasar modal yang dianggap ideal oleh para investor (domestik) mengingat tingkat keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi. Produk investasi tersebut disebut reksa dana ( unit trust, mutual fund, atau investment fund). Secara sederhana reksa dana dapat dikatakan sebagai suatu wadah dari dana masyarakat yang diinvestasikan pada saham, obligasi, deposito berjangka, dan bentuk sekuritas lainnya dalam bentuk yang mempunyai tujua n investasi yang sama, dialokasikan oleh Manajer Investasi sebagai lembaga institusi reksadana di bawah pengawasan Bapepam, dan dananya disimpan pada Bank Kustodian (Suta, 2000) dalam (Cahyaningsih dkk, 2008). Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) mendefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga dana tersebut dikelola
3
oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa dana itu adalah milik bersama para pem odal. Manfaat yang dapat diperoleh oleh investor jika melakukan investasi pada produk reksa dana adalah walaupun dengan modal terbatas, investor tetap dapat melakukan
penganekaragaman
dalam
investasi
efek
sehingga
mampu
memperkecil risiko. Secara umum manf aatnya juga adalah sebagai wahana bagi para pemodal kecil atau investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan melakukan investasi ke perusahaan. Melalui reksa dana inilah maka akan terkumpul dana dalam jumlah besar sehingga memudahkan penganekaragama n portofolio investasi. Sebagian besar investor hanya memiliki pengetahuan dan keahlian yang terbatas untuk mengetahui saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya, yang sekiranya baik untuk dibeli. Dengan melakukan investasi pada reksa dana yang dikelo la manajer investasi, maka hal tersebut bukan lagi menjadi hambatan bagi investor untuk dapat berinvestasi. Reksa dana berdasarkan jenis investasinya dibagi menjadi empat kategori, yaitu: reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham , dan reksa dana campuran. Kemudian, Bapepam dan LK melalui peraturan No.IV.C.4, menambah jenis reksa dana dengan reksa dana terproteksi, reksa dana indeks, dan reksa dana dengan penjamin . Pada perkembangan berikutnya, seiring dengan semakin meningkatnya t untutan masyarakat akan hadirnya sistem investasi yang sesuai dengan prinsip syariah Islam, maka lahirlah reksa dana syariah. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 20/DSN -MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksananaan Investasi untuk Reksa Dana Syaria h,
4
Reksa Dana Syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk aqad antara pemodal sebagai pemilik harta ( sahib al-mal/rabb al mal) dengan manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan pengguna investasi. Letak perbedaan reksa dana syariah dengan reksa dana konvensional adalah pada kebijakan investasi, reksa dana syariah memiliki kebijakan investasi melalui proses penyaringan ( screening) dalam membentuk portofolionya, stategi pengelolaan, dan proses pembersihan ( cleaning) yang berbasis prinsip-prinsip syariah Islam. Oleh karena itu, kebijakan investasi reksa dana syariah tidak diinvestasikan pada saham, obligasi, dan surat berharga lain ya yang bertentangan dengan syariat Islam. Diantara produk atau usaha yang tidak diijinkan dalam reksa dana syariah adalah pabrik makanan atau minuman yang mengandung alkohol, daging Babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan persenjataan serta bisnis yang berbau maksiat serta melakukan riba atau membungakan uang (Chofifi, 2006). Sementara Reksa Dana konvensional tidak mengakomodir hal -hal yang menjadi perhatian kalangan pelaku pasar Reksa Dana syariah. Melihat kemajemukan masyarakat Indonesia dengan berbagai kepentingan yang ada terhadap tujuan berinvestasi, maka hadirnya Reksa Da na konvensional dan Reksa Dana syariah akan semakin menambah beragamnya instrumen investasi yang tersedia bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian maka tujuan Reksa Dana yang berusaha membantu dan memobilisasi pemodal kecil atau individual untuk melakukan investasi di pasar modal dapat segera terwujud, dengan semakin
5
banyaknya pihak yang dapat ikut serta dalam berbagai ragam investasi sesuai dengan tujuan investasi dan nilai -nilai yang dipegang (Musaroh, 200 7). Perkembangan industri reksa dana di Indonesi a cukup menggembirakan. Hal itu terbukti dari kenaikan jumlah investor, produk reksa dana maupun total dana kelolaan industri reksa dana. Berdasarkan data yang dirilis dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keungan (Bapepam dan LK, 2010) jumlah investor meningkat dari sekitar 254 ribu pada akhir 2005 menjadi 353 ribu pada 2010. Jumlah produk reksa dana pun berkembang dari 328 produk pada akhir 2005 menjadi sekitar 558 pada akhir 2010. Perkembangan Nilai Aktiva Bersih (Net Asset Value) industri reksa dana pun juga mengalami peningkatan dari posisi pada tahun 2005 sebesar Rp 48.066 milyar menjadi Rp 142.716,87 milyar pada Agustus 2010, peningkatan ini mencapai kisaran 350%. Pada tahun 2008 sampai 2009, peningkatan reksa dana di Indonesia mencapai 63.44%. Sepanjang tahun 2010, pertumbuhan reksa dana di Indonesia didominasi oleh reksa dana saham (sebesar 40%). Bangkitnya ekonomi Islam menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sehingga pengembangan produk pasar modal yang berbasis syariah perlu ditingkatkan. Tahun 1990 -an Indonesia baru mengenal kegiatan perbankan syariah. Tujuh tahun kemudian, produk syariah di pasar modal mulai diperkenalkan dengan ditandai munculnya produk reksa dana sy ariah. Menurut Subagia (2003) dalam (Cahyaningsih dkk, 2008) pesatnya perkembangan reksa dana baik konvensional maupun syariah, tidak terlepas dari kehadiran Undang -
6
Undang tentang Pasar Modal Indonesia (No. 8 tahun 1995) berisi 116 pasalnya yang diberlakukan pada awal tahun 1996 dan juga telah diluncurkannya Pasar Modal Syariah tanggal 5 Mei 2000 oleh Bapepam yang bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Kegiatan investasi yang bernafaskan Is lam khususnya Reksa Dana Syariah akan menarik, terutama karena memberi keyakinan bahwa kegiatan investasi juga merupakan sebentuk kegiatan muamalah (keperdataan) dalam Islam. Reksa Dana Syariah ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk ikut serta dalam kegiatan pasar modal dengan cara yang halal, sesuai syariat agama. Mengingat hal tersebut, Indonesia jelas merupakan pasar potensial untuk tumbuhnya investasi yang bersifat islami. Pada kenyataannya, masih ban yak keraguan dari kaum awam atau return yang akan diterima dari Reksa Dana Syariah tidak besar atau menguntungkan dibanding Reksa Dana Konvensional. Keraguan tersebut timbul karena ada dugaan kurang optimalnya pengalokasian produk atau portofolio investasi , akibat adanya proses screening yang membatasi investasi portofolionya hanya pada produk yang sesuai dengan Syariat Islam, sedangkan produk-produk Syariah di Indonesia masih terbatas jumlahnya. Dengan jumlah yang masih sedikit tersebut, apakah bisa menghasilkan investasi portofolio yang optimal dan outperform ? Di pihak lain, masyarakat pada umumnya bersikap menghindari resiko ( risk averse) terhadap produk-produk baru yang belum terlihat hasil kinerjanya (Saltian, 2006).
7
Pesatnya pertumbuhan instrumen reksa dana baik konvensional maupun syariah, masalah yang dihadapi oleh para investor maupun investor potensial adalah bagaimana memilih alternatif reksa dana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah manajer investasi reksa dana dapat memberikan pengembalian (expected return) di atas rata-rata return pasar adalah isu yang relevan bagi investor maupun investor potensial. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana merupakan suatu hal yang sangat pen ting untuk dilakukan (Cahyaningsih dkk, 2008). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Cahyaningsih. dkk (2008) dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana Konvensional” yang listing di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2004 sampai Desember 2006. Perbedaannya, peneliti memperbaharui sample penelitian ya itu tahun 2009-2011 dan membatasi hanya jenis reksa dana campuran. Hal ini dikarenakan Manager Investasi yang mengelola reksa dana konv ensional sekaligus reksa dana Syariah hanya ada pada Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Campuaran yang dikelola di atas 2 tahun hanya ada ada 3 Manajer Investasi. Untuk itu peneliti memilih PT. Dana Reksa Investment Management sebagai manager Investasi ya ng akan di teliti, mengingat perusahaan ini merupakan anak dari perusahaan BUMN Dana Reksa, sehingga diharapkan data yang diperoleh lebih mudah dan lebih akurat. Berdasarkan latar belakang tersebut serta hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengangkat dan membahas permasalahan tersebut dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Reksa Dana Syariah dengan Reksa Dana
8
Konvensional” (Studi Kasus pada PT. Dana Reksa Investment Management yang Mengeluarkan Reksa Dana Campuran Periode 200 9-2011)
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja Reksa Dana Syariah Berimbang dengan Reksa Dana Anggrek yang diukur dengan return dan risiko? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja Reksa Dana Syariah Berimbang dengan Reksa Dana Anggrek yang diukur dengan Sharpe index, Treynor, MM index, dan TT index)? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja Reksa Dana Syariah Berimbang dengan Reksa Dana Anggrek yang dikur dengan Jensen’s Alpha?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan kinerja reksa dana syariah dengan kinerja reksa dana konvensional yang dapat dilihat dari: 1. Mengetahui kinerja Reksa Dana Syariah Berimbang dan Reksa Dana Anggrek yang diukur dengan return dan risiko. 2. Mengetahui kinerja Reksa Dana Syariah Berimbang dan Reksa Dana Anggrek yang diukur dengan Sharpe index, Treynor, MM index, dan TT index.
9
3. Mengetahui kinerja Reksa D ana Syariah Berimbang dan Reksa Dana Konvensional yang diukur dengan Jensen’s Alpha.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Penulis Penelitian ini dilakukan untuk mengamalkan dan mengembangkan khasanah keilmuan, khususnya ilmu tentang pasar modal dan instrumen pasar modal berupa reksa dana syariah dan reksa dana konvensional. 2. Bagi Investor Dan Calon Investor Reksa Dana Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi investor dan calon investor reksa dana, sehingga tepat dalam memilih produk reksa dana yang sesuai dengan kemampuannya dalam menanggung resiko dan memberikan tingkat return yang tinggi. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan ataupun wawasan bagi pihak lain yang akan memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti lain.