BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Informasi yang dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam hampir setiap
pengambilan keputusan ekonomi. Informasi akan lebih dipercaya apabila informasi tersebut dibuat atau dikuatkan oleh pihak yang independen, tidak terkecuali dalam dunia bisnis. Sehubungan dengan tuntutan yang semakin meningkat akan informasi independen yang bisa dipercaya, dalam masyarakat dewasa ini banyak dijumpai pemberian jasa penjaminan (assurance services) yang dilakukan oleh para profesional. Salah satu jenis jasa penjaminan yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) sebagai pihak yang independen bagi suatu perusahaan adalah jasa audit atas laporan keuangan. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) Special Committee on Assurance Service mendefinisikan assurance service sebagai “jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan”. Audit yang merupakan bagian dari assurance service melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit (auditor). Kualitas informasi yang meningkat akibat audit akan menimbulkan peningkatan kepercayaan dari publik. Laporan hasil audit (audit report) diandalkan oleh pengambil keputusan dalam menilai laporan go public. Perusahaan go public diharuskan untuk meminta opini audit dari auditor eksternal terhadap laporan
keuangan yang akan dipublikasikan pada masyarakat luas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penjaminan atas kepercayaan publik pada perusahaan tersebut. Secara teoritis, dinyatakan dengan jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya, namun kenyataan di lapangan berbicara lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality Behaviors) semakin banyak terjadi (Alderman Deitrick, 1982, Margheim dan Pany, 1986, Raghunathan, 1991, Malone dan Roberts, 1996, Reckers, et al., 1997, Coram, et al., 2000, Herningsih, 2001, Radke dan Tervo, 2004, dalam Weningtyas, dkk., 2007; Soobaroyen dan Chengabroyan, 2005). Reduced Audit Quality Behaviors (perilaku pengurangan kualitas audit) dideskripsikan oleh Malon dan Roberts (1996) dalam Weningtyas, dkk., (2007) sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan yang nantinya tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. Perilaku ini muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan auditnya (Kaplan, 1995 dalam Weningtyas, dkk., 2007). Di satu sisi, auditor harus memenuhi standar profesional yang mendorong mereka untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi, namun di sisi lain auditor menghadapi hambatan biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menurunkan kualitas audit.
Malone dan Roberts (1996) dan Coram, et al. (2004) dalam Nugroho (2008) menyebutkan tujuh bentuk pengurangan kualitas audit (RAQ behaviors) yaitu: 1) Kegagalan
untuk
meneruskan
pemeriksaan
terhadap
item
yang
diperhitungkan. Hal ini berkenaan dengan kegagalan auditor dalam memperluas pemeriksaan ketika transaksi yang mencurigakan terdeteksi. 2) Tidak menguji semua sampel dalam sampel. 3) Gagal untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah teknis. Tindakan ini berkenaan dengan perilaku auditor tidak mengecek masalah teknis dan standar profesional yang relevan dengan masalah tersebut meskipun auditor tidak yakin dengan kebenaran perlakuan akuntansi oleh klien. 4) Menerima penjelasan yang lemah dari klien. Tindakan ini berkaitan dengan penerimaan auditor terhadap penjelasan klien dan menggunakan penjelasan tersebut sebagai bukti yang kompeten, padahal auditor dapat mencari bukti lain yang lebih representatif. 5) Penghentian yang salah/penghentian prematur. Tindakan ini berkenaan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang disyaratkan, tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit, tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. 6) Review dangkal terhadap dokumen klien. Prilaku ini berkaitan dengan kecepatan auditor dalam melakukan review terhadap dokumen pendukung dari klien tanpa memperhatikan validitas dan akurasinya.
7) Menolak item yang dianggap janggal dalam sampel. Hal ini berkenaan dengan tindakan membuang item oleh auditor karena item tersebut dianggap terlalu kompleks dan kemudian menggantinya dengan item yang lain. Fokus pada penelitian ini terletak pada adanya fenomena pengurangan kualitas audit yang kelima, yaitu false sign off/premature sign off (penghentian prematur) atas prosedur audit. Tindakan ini berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang disyaratkan, tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Perilaku tersebut dianggap paling tidak dapat diterima atau ”dimaafkan” dan paling berat hukumannya (bisa berupa pemecatan) jika dibandingkan dengan bentuk RAQ lainnya (Malone dan Roberts, 1996; Coram, et al., 2004 dalam Weningtyas, dkk., 2007). Perilaku ini juga dapat menyebabkan
terjadinya
peningkatan
tuntutan
hukum
terhadap
auditor.
Probabilitas auditor dalam membuat judgment dan opini yang salah akan semakin tinggi, jika salah satu atau beberapa langkah dalam prosedur audit dihilangkan. Dengan demikian, kepatuhan terhadap prosedur audit yang telah ditentukan pada tahap awal proses audit menjadi sangat penting untuk diperhatikan bagi seorang auditor. Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit (Mulyadi, 2002:104). Pemilihan prosedur audit yang tepat sangat penting untuk bisa mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit kompeten yang cukup, sehingga pada tahap akhir proses audit seorang auditor mampu memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan
klien. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif (Malone dan Roberts, 1996 dalam Weningtyas, dkk., 2007). Kualitas kerja dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program audit. Konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan dalam penelitian ini diartikan sebagai kepatuhan terhadap rangkaian prosedur audit yang telah ditetapkan pada tahap awal proses audit suatu entitas, tanpa adanya tindakan mengurangi ataupun menghilangkan suatu atau beberapa prosedur audit untuk mempercepat pemberian opini oleh auditor. Pengabaian atau ketidakkonsistenan terhadap prosedur audit menunjukkan adanya praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Penghentian prematur banyak dilakukan oleh auditor terutama dalam kondisi time pressure (Alderman dan Deitrick, 1982, Arnold, et al., 1991, Raghunathan, 1991, Waggoner dan Cashell, 1991, Reckers, et al., 1997, Coram, et al., 2000, Herningsih, 2001 dalam Weningtyas, dkk., 2007; Soobaroyen dan Chengabroyan, 2005). Time pressure merupakan kondisi auditor yang mendapatkan tekanan dari kantor akuntan publik tempatnya bekerja untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan. Keberadaan time pressure ini memaksa auditor untuk tidak sepenuhnya mematuhi prosedur audit yang telah ditetapkan. Kepatuhan auditor pada prosedur audit yang telah ditetapkan juga dapat dipengaruhi oleh tingkat risiko audit dan tingkat materialitas suatu prosedur audit.
Seorang auditor dalam melakukan audit biasanya menginginkan adanya risiko audit, dalam hal ini adalah risiko deteksi yang rendah, sehingga auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Dengan demikian, auditor harus melakukan prosedur yang lebih banyak untuk mendapatkan bukti audit yang cukup sehingga kemungkinan adanya sikap tidak konsisten atas prosedur audit yang telah ditetapkan juga akan berkurang. Sebaliknya, saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit adalah rendah, maka terdapat kecenderungan bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit tersebut. Pada akhir pelaksanaan penugasan audit, diperlukan suatu review dan kontrol terhadap kualitas dari proses audit yang dilakukan. Pelaksanaan prosedur review dan kontrol kualitas yang baik akan meningkatkan kemungkinan terdeteksinya perilaku auditor yang menyimpang. Kemudahan pendeteksian ini akan membuat auditor untuk lebih konsisten pada prosedur audit yang ditetapkan. Prosedur audit yang biasanya dilakukan oleh auditor bisa berbeda antara klien yang sudah pernah diaudit tahun sebelumnya (klien lama) dengan klien yang baru pertama kali diaudit pada tahun yang bersangkutan (klien baru). Auditor akan cenderung mengabaikan beberapa prosedur yang dirasa tidak perlu lagi dalam audit pada klien lama karena merasa telah memiliki pemahaman yang baik terhadap lingkungan bisnis dan industri klien. Hasil penelitian yang dilakukan Weningtyas, dkk. (2007) pada KAP di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa time pressure, risiko audit, materialitas, dan prosedur review dan kontrol kualitas
berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit, yang berarti juga akan mempengaruhi sikap konsistensi auditor atas prosedur audit yang telah ditetapkan dalam suatu penugasan audit. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan pada KAP di Bali oleh Purnamawati (2007) dan Apriyani (2008) menunjukkan bahwa hanya time pressure dan prosedur review dan kontrol kualitas yang berpengaruh, sedangkan risiko audit dan materialitas secara signifikan tidak mempengaruhi praktik penghentian prematur terhadap prosedur audit. Penelitian ini akan mencoba menguji mengenai pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, serta status klien terhadap konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan pada kantor akuntan publik di Bali. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, serta status klien terhadap konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan pada kantor akuntan publik di Bali?”.
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, serta status klien terhadap konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan pada kantor akuntan publik di Bali.
1.2.2 Kegunaan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan gambaran serta tambahan dokumentasi dan referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan akuntansi, tentang pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, serta status klien terhadap konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan pada kantor akuntan publik di Bali. Selain itu diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang auditing serta dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. 2) Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik tentang pentingnya perilaku konsisten atas prosedur audit yang telah ditetapkan dalam suatu audit atas laporan keuangan kliennya.
1.3
Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I
Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan yang berisi uraian singkat dari masing-masing bab dalam penelitian ini.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, yaitu teori keagenan, pengertian auditing, pengertian dan jenis auditor, kantor akuntan publik, prosedur audit, konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan, time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, dan status klien, serta pembahasan hasil penelitian sebelumnya. Pada bagian akhir bab ini diuraikan tentang hipotesis yang dirumuskan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data penelitian, responden
penelitian,
metode
penentuan
sampel,
dan
metode
pengumpulan data. Bab ini juga menguraikan tentang teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu diawali dengan pengujian instrumen penelitian, transformasi data hasil penelitian, uji asumsi klasik, dan teknik analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis.
Bab IV
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menyajikan tentang gambaran umum hasil penelitian, meliputi gambaran umum kantor akuntan publik, karakteristik responden, pengujian validitas dan reliabilitas, deskripsi responden, hasil uji asumsi klasik, hasil analisis regrei berganda, serta pengujian hipotesis mengenai pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas, serta status klien terhadap konsistensi atas prosedur audit yang ditetapkan pada kantor akuntan publik di Bali.
Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran bagi pihak-pihak terkait dan bagi penelitian selanjutnya.