1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi ini dalam dunia bisnis, perkembangan zaman yang
berdampak pada persaingan dunia bisnis yang terjadi menjadikan manajemen perusahaan harus berfikir dan bertindak secara jangka pendek dan jangka panjang dalam menentukan strategi bisnisnya. Banyak jalan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyikapi persaingan yang beragam. Salah satunya dengan memilih penggabungan perusahaan yang satu dengan lainnya. Perusahaan mengharapkan
dapat
mempertahankan
usahanya
di
dunia
bisnis
serta
meningkatkan nilai ekonomisnya. Penggabungan usaha merupakan penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aset dan operasi perusahaan lain (IAI, 2009). Untuk melakukan perluasan usaha, perusahaan bisa melakukan dengan ekspansi intern maupun membeli perusahaan lain. Cara manapun yang ditempuh, prinsip bahwa perluasan tersebut harus memberikan manfaat yang lebih besar daripada biayanya tetap berlaku (Husnan, 2001). Menurut data statistik Bursa Efek Indonesia antara tahun 1995-1997 (sebelum terjadinya krisis moneter pada Juli 1997), jumlah perusahaan yang go
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
2
public tercatat kurang lebih sebanyak 259 perusahaan. Sebanyak 57 perusahaan yang melakukan penggabungan usaha. Pada pasca krisis moneter tahun 2000 sampai dengan pertengahan tahun 2008, penggabungan usaha dilakukan oleh lebih 40 perusahaan (Lani, 2009). Sotensen (2000) dalam Annisa (2010) mengemukakan bahwa merger dan akuisisi menjadi trend bisnis di tahun 1990-an di Amerika Serikat yang dimulai di tahun 1992. Sejak tahun 1992 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi terus meningkat, bahkan jika dibandingkan antara tahun 1996 dan 1995 peningkatan merger dan akuisisi meningkat hingga 67%. Saiful (2003) dalam Annisa (2010) menyatakan bahwa demikian pula di Indonesia dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mempermudah masuknya investor asing, merger dan akuisisi, maka pelaksanaan merger dan akuisisi meningkat. Beberapa aksi merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang tahun 2010 di Indonesia menurut Ivan (2012), nilai transaksi akuisisi terbesar dilakukan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), perseroan akan mengakuisisi tiga anak usaha Grup Sinar Mas senilai total Rp 4,4 triliun. Tiga perusahaan yang akan diakuisisi pengembang properti di kawasan Serpong, Tangerang, Banten itu adalah 85.3% saham PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) senilai Rp 3.47 triliun, 55% saham PT Sinar Mas Wisesa Rp 387.1 miliar, dan 60% saham PT Sinar Mas Teladan senilai Rp 500.9 miliar. Merger dan akuisisi manajer harus melihat kinerja dari perusahaan yang akan diakuisisinya. Oleh karena kinerja perusahaan dapat memberikan informasi
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
3
layak tidaknya perusahaan yang akan diakuisisi, perhitungan kinerja tersebut dilakukan dengan
melihat rasio-rasio keuangan. Dalam Kasmir (2010)
mengatakan bahwa dapat menggunakan net profit margin, return on assets, return on equity dan eraning per share dalam perhitungan rasio profitabilitas, perhitungan rasio likuiditas dengan current ratio dan cash ratio, rasio aktivitas dengan menggunakan total asset turnover dan work capital turnover serta rasio solvabilitas menggunakan debt ratio dan debt to equity ratio. Merger dan akuisisi biasanya dijustifikasikan oleh manajer lapangan yang menggabungkan perusahaan yang berbeda, oleh karenanya mengurangi risiko. Namun karena para pemegang saham dapat mendiversifikasikan secara personal dengan cara yang lebih mudah dan biaya lebih sedikit dengan membeli saham dalam kedua perusahaan, maka pastilah ada alasan lain untuk merger
jika
memang untuk menambah nilai (Chaerul, 2007). Dalam pelaksanaan merger dan akuisisi terdapat suatu kondisi yang mendukung adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi. Pada situasi perusahaan pengakuisisi ingin melakukan merger dan akusisi dengan cara pembayaran lewat saham, pihak manajemen perusahaan pengakuisisi
cenderung
akan
berusaha
untuk
meningkatkan
nilai
laba
perusahaannya. Tujuannya adalah selain ingin menunjukkan earnings power perusahaan agar dapat menarik minat perusahaan target untuk melakukan akuisisi juga untuk meningkatkan harga saham perusahaannya (Lani, 2009:16).
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
4
Penelitian-penelitian
terdahulu telah membuktikan adanya manajemen
laba dalam beberapa kasus. Hastutik (2006) dalam Adnyana dan Wirawan (2008) dan Lia (2012), dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan pengakuisisi telah melakukan tindakan manajemen laba sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dengan nilai discretionary accrual (DA) yang bersifat positif menunjukkan bahwa ada indikasi manajemen laba di sekitar merger dan akuisisi. Hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Kusuma dan Sari (2003) yang menunjukan tidak ada praktik manajemen laba. Suryawijaya (1998), Nurdia (1996), Hutagalung (2002) dan Saiful (2003) dalam Annisa (2010) yang menyatakan adanya sinergi positif setelah melakukan merger dan akuisisi dilihat dari perbedaan yang signifikan pada kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan rasio keuangan). Lia (2012) dalam penelitiannya di BEI dengan periode pengamatan dua tahun (satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah akuisisi). Penilaian kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi didasarkan rasio keuangan, diantaranya yang digunakan adalah : rasio aktivitas (total asset turn over), rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (dept to equity ratio), rasio probabilitas (net provit margin, return on equity dan return on investment). Hasil penelitian disebutkan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada beberapa rasio. Annisa (2010) meneliti terhadap perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2009. Hasil
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
5
penelitian membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net profit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. Hasil mengenai tindakan manajemen laba tidak terdapat indikasi sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi juga dilakukan oleh Tabita (2010) dengan metode EVA dan Ernawati (2012) penilaian kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi didasarkan rasio-rasio keuangan, bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yang diukur dengan metode Economic Value Added (EVA) Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian kembali (replikasi) dari Annisa (2010) dengan menambah jenis rasio serta menambah periode penelitian menjadi enam tahun. Dengan demikian peneliti memberi judul “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2013”.
1.2
Perumusan Masalah Dari beberapa hasil penelitian di atas terdapat perbedaan hasil penelitian
(research gap) hal tersebut dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian ini, tetapi selain itu ada permasalahan dari fenomena bisnis bahwa
beberapa
perusahaan sesuadah merger dan akuisisi ada yang mengalami kenaikan dan
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
6
penurunan
pada
rasio-rasio
discreationary accrual
keuangannya.
Dan
pada
tabel
perubahan
yang tidak merata pada perusahaan-perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi baik sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, maka ditarik pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah telah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi sebelum perusahaan tersebut melaksanakan kegiatan merger dan akuisisi? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi pada saat sebelum dan sesudah merger dan akuisisi? 1.3
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian dapat berfokus pada tujuan
penelitian, sesuai kriteria maka dilakukan pembatasan masalah yaitu: 1. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan melakukan merger dan akuisisi antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. 2. Perusahaan termasuk industri manufaktur dan industri lain selain kelompok perusahaan yang bergerak di bidang asuransi dan industry finance atau perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 3. Perusahaan memiliki tanggal merger dan akuisisi yang jelas. 4. Menerbitkan laporan keuangan auditan secara lengkap selama tiga tahun berturut-turut sebelum merger dan akuisisi serta tiga tahun setelah merger dan akuisisi.
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
7
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Membuktikan bahwa telah terjadi tindakan manajemen laba pada perusahaan pengakuisisi sebelum melakukan merger dan akuisisi. 2. Membuktikan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagi pihak manajemen perusahaan: Penelitian ini dapat menjadi salah satu tolak ukur bagi para manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk memilih merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan. 2. Bagi Investor: Dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangan. 3. Bagi akademisi dan peneliti: Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan rujukan pengembangan ilmu keuangan yang bermanfaat mengenai kajian merger dan akuisisi.
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014
8
4. Bagi penelitian selanjutnya: Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan
penelitian
dan
penambahan
wawasan
untuk
pengembangannya di masa yang akan datang di bidang permasalahan yang terkait.
Analisis Manajemen Laba..., Aprilia Wahyu Fitriana, Fak. Ekonomi UMP, 2014